Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

GENETIKA TUMBUHAN

ACARA IV
PERSILANGAN DIHIBRID

Semester :
Ganjil 2015

Oleh :
Sungging Birawata
A1L114097 / Rombongan 14

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
LABORATURIUM PEMULIAN TANAMAN DAN BIOTEKNOLOGI
PURWOKERTO
2015
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pasangan individu dengan sifat atau karakter tertentu menghasilkan anakan

dengan variasi sifat genotipe dan fenotipe. Sifat-sifat tersebut diturunkan berdasarkan

teori pewarisan sifat yang diperkenalkan oleh Groger Mendel. Kemungkinan-

kemungkinan yang terjadi pada generasinya dapat dilakukan perhitungan secara

kuantitatif berdasarkan percobaan-percobaan Mendel.

Mendel melakukan persilangan tanaman dengan dua sifat beda, misalnya warna

bunga dan ukuran tanaman. Pengelompokkan gen secara bebas pada pembentukan

gamet pada persilangan monohibrid merupakan bukti berlakunya hukum Mendel II.

Tampak ada hubungan antara persilangan monohibrid dan dihibrid pada jumlah sifat

beda, macam gamet, genotip, dan fenotip beserta perbandingannya.

Hukum Mendel II menyatakan bahwa dua pasang atau lebih sifat dari dua

individu menurunkan sepasang sifat secara bebas, tidak bergantung pada pasangan

sifat yang lain. Artinya alel dengan gen sifat yang berbeda tidak saling

mempengaruhi. Hal tersebut menjelaskan bahwa gen yang menentukan warna bunga

tidak saling mempengaruhi dengan gen yang menentukkan tinggi tanaman.

Persilangan dihibrid dapat membuktikan hukum Mendel II bahwa gen-gen

kromosom yang berlainan akan bersegregasi bebas dan menghasilkan empat macam

fenotip dengan perbandingan 9:3:3:1. Pada persilangan dihibrid sampel


yangdigunakan adalahlalat Drosophila melanogaster. Lalat ini mempunyai suatu

mekanisme penentuan kelamin yang seimbang. Keseimbangan antara jumlah

perangkat autosom dan jumlah kromosom X menentukan prototipe seksual. Manfaat

penggunaan lalat Drosophila melanogaster antara lain: Mudah didapat, siklus hidup

pendek, mudah membedakan antara lalt jantan dan betina, pemeliharaan mudah dan

murah, jumlah keturunan yang dihasilkan sangat banyak.

Praktikum acara IV persilangan dihibrid menggunakan lalat buah (Drosophilla

melanogaster). Praktikum kali ini digunakan lalat buah karena lalat buah hidup

dengan siklus yang sangat pendek sekitar 10 sampai 15 hari. Hal ini dikarenakan lalat

buah hidup bergantung dengan besarnya suhu lingkungan. Selain itu, lalat buah

mudah didapatkan dialam bebas.

B. Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk membuktikan Hukum Mendel II pada persilangan dihibrid.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Hukum pewarisan Mendel merupakan hukum yan mengatur pewarisan sifat

secara genetik dari suatu individu terhadap keturunannya. Hukum ini diperoleh dari

hasil percobaan Mendel dan hasil kuantitatifnya. Perhitungan kuantiatif pada

persilangan bermanfaat untuk menentukan banyaknya gamet pada individu dan

jumlah genotipe pada hasil peersilangan serta peluang munculnya genotipe dan

memperkirakannya (Cahyono, 2010).

Persilangan dihibrid adalah persilangan yang melibatkan dua sifat beda pada

dua individu sejenis. Persilangan ini menunjang hukum Perpaduan Bebas Mendel

yang berisi “segregasi suatu pasangan gen tidak bergantung kepada segregasi

pasangan gen lainnya, sehingga di dalam gamet-gamet yang terbentuk akan terjadi

pemilihan kombinasi gen-gen secara bebas”.Gen-gen yang berlainan akan

bersegregasi secara bebas dan menghasilkan empat macam fenotip dengan

perbandingan 9:3:3:1 (Johnson, 1983).

F1 bergenotip AaBb pada proses pembentukan gamet alel A dapat bebas

memilih B atau b, dan alel a bebas memilih B atau b. Perpaduan bebas ini

mengakibatkan terbentuknya gamet AB, Ab, aB, dan ab dengan fekuensi yang

samayaitu masing-maing 0,25. Perpaduan bebas alel-alel dalam pembentukan gamet

dan penggabungan bebas gamet dalam perkawinan berakibat pada kasus alel

dominan-resesif F2 memiliki fenotipe dengan perbandingan 9:3:3:1. Bukti kebenaran


hukum ini dengan uji silang antara F1 terhadap tetua resesif menghasilkan turunan

dengan perbandingan 1:1:1:1 (Campbell, 2002)

Dihibrid atau Dihibridisasi ialah suatu persilangan (pembastaran) dengan dua

sifat beda. Untuk membuktikan hokum Mendel II yang terkenal dengan prinsip

berpasangan secara bebas, Mendel melakukan experiment dengan membastarkan

tanaman Pisum sativum bergalur murni dengan memperhatikan dua sifat beda, yaitu

biji bulat berwarna kuning dengan galur murni berbiji kisut berwarna hijau. Gen B

(bulat) dominan terhadap b (kisut) , dan K (kuning) dominan terhadap k (hijau).

Mendel menganggap bahwa gen-gen pembawa sifat ini berpisah secara bebas

terhadap sesamanya sewaktu terjadi pembentukan gamet (Ferdinand, 2007) .

Perbandingan fenotip yang ditentukan pada persilangan mono hibrid dan

dihibrid pada dasarnya hanya perbandingan teoritis. Perbandingan tersebut tidak sama

persis tetapi mendekati angka tersebut. Suatu data dikatakan baik jika hasil percobaan

mendekati nilai teoritis, artinya tidak ada faktor-faktor lain yang mengganggu.

Namun bila nilai observasi jauh dari jumlah yang diharapkan, artinya terdapat faktor

lain diluar sifat genetis. Hal tersebutlah yang menyebabkan penyimpangan-

penyimpangan (Yatim, 1996).


III. METODE PRAKTIKUM

A. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini antara lain adalah botol bening,

cawan petridish, dan alat tulis. Bahan yang dibutuhkan adalah lalat Drosophila

melanogaster, media lalat, plastik bening, clorofom, dan lembar pengamatan.

B. Prosedur Kerja

1. Disiapkan lalat drosophila normal dan lalat Drosophila mutan jenis ebony dan

white.

2. Diamati kenampakan tubuh bagian atas dan bawah setiap jenis jantan maupun

betina pad ketiga macam laalt tersebut.

3. Diamati lalu digambar bagian tubuh atas dan bawah lalat jantan dan betina.

4. Diberi keterangan seperti warna mata, bentuk tubuh, segmen, abdomen

posteriornya.

5. Dilakukan persilangan lalat normal dan ebony untuk mennetukan rasio

fenotipnya dan dilakukan uji chi square untuk membuktikan hukum Mendel II.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 1.Pengamatan pada lalat White.


No. Tipe Lalat Terlihat dari Gambar Keterangan
 Warna mata
White (mutan
mata putih).
 Tubuh
1. ♀ White Atas Berwarna
kelabu.
 Sayap terinduksi.

 Abdomen
posterior
berbentuk lancip.
 Segmen
2. ♀ White Bawah posterior garis
hitam tipis yang
relative sama.

 Warna mata
White (mutan
mata putih).
 Tubuh
3. ♂ White Atas Berwarna
kelabu.
 Sayap terinduksi.
 Abdomen
posterior
berbentuk lancip.
 Segmen
4. ♂ White Bawah
posterior garis
hitam tipis yang
relative sama.

Tabel2.Pengamatan pada lalat Ebony.


No Tipe Lalat Terlihatdari Gambar Keterangan
 Warna mata :
Merah
 Tubuh :
- Tubuh ebony
hitam
- Tubuh ebony
lebih besar dari
jantan
♀ Ebony Atas
 Segmen posterior :
- Bergaris
berwarna hitam.
- Segmen
abdomen
posterior
berakhir lancip.
1
 Warna mata :
merah
 Tubuh :
- Tubuh
ebony hitam
- Jantan lebih
kecil dari
♂ Ebony Atas
betina
 Segmen posterior :
- Bergaris
berwarna hitam
lebih pekat dan
garis hitam
diatasnya.
- Segmen
abdomen
berujung tumpul
dan garis hitam
tebal tidak
terlalu jelas.
 Segmen posterior
bergaris hitam
tipis dari tengah
hingga ujung
♀ Ebony Bawah  Abdomen
posterior berakhir
lancip

2  Segmen posterior
bergaris hitam
pekat pada bagian
bawahnya
♂ Ebony Bawah dibandingkan
bagian atasnya
 Abdomen
posterior berakhir
tumpul

Tabel3.Pengamatan pada lalat mata putih.


No TipeLalat Terlihatdari Gambar Keterangan
 Ukurantubuhlebih
besardarijantan
 Warnamataputih
♀ White
1 Atas
1. Ukurantubuhkecil
2. Warnamataputih

♂ White Atas

2 ♀ White Bawah 1. Segmengaris tipis


yang relative
samapadadorsalny
adaritengahhingga
ujung
2. Abdomen
posterior
berujunglsncip
♂ White Bawah 1. Segmengarishitam
dibagianujungnyaj
auhlebihbesardanh
itampekat
2. Abdomen
posteriorjantanber
akhirtumpul

P1 : ♀ Normal >< ♂ Ebony

(BBTT) (bbtt)

BB : Badan kecil bb : Badan besar

TT : Tubuh kelabu tt : Tubuh hitam

F1 : BbTt

P2 : BbTt >< BbTt

F2 :

BT bT Bt bt
BT BBTT BbTT BBTt BbTt
bT BbTT bbTT BbTt bbTt
Bt BBTt BbTt BBtt Bbtt
bt BbTt bbTt Bbtt bbtt

150 M_T_ : Badan kecil tubuh kelabu

46 M_tt : Badan kecil tubuh hitam

46 mmTt : Badan besar tubuh kelabu

14 mmtt : Badan besar tubuh hitam

Tabel uji X²

Uji X² M_T_ M_tt mmTt mmtt ∑


O 150 46 46 14 256

E 9 3 3 1
× 256 = 144 × 46 = 48 × 46 = 48 × 14 = 16 256
16 16 16 16

(|𝑂 − 𝐸|)²(|150 − 144|)2 = 36 (|46 − 48|)2 = 4 (|46 − 48|)2 = 4 (|14 − 16|)2 = 4 48

(|𝑂 − 𝐸|)² 36 4 4 4
= 0.25 = 0.08 = 0.08 = 0.25 0.66
𝐸 144 48 48 16

X² 0.25 0.08 0.08 0.25 0.66

X² hitung = 7.28

X² tabel = 0.66

Kesimpulan : X² tabel > X² hitung, maka hasil pengujian signifikan atau pengujian

sesuai dengan perbandingan.


B. Pembahasan

Persilangan dihibrid adalah persilangan antara individu untuk 2 gen yang

berbeda. Eksperimen Mendel dengan bentuk biji dan warna ercis adalah sebuah

contoh dari persilangan dihibrid. Metode Punnett kuadrat menentukan rasio fenotipe

dan genotipenya. Metode ini pada dasarnya sama dengan persilangan monohibrid.

Perbedaan utamanya ialah masing – masing gamet sekarang memiliki 1 alel dengan 1

atau 2 gen yang berbeda (Johnson, 1983).

Persilangan dihibrid yaitu persilangan dengan dua sifat beda sangat

berhubungan dengan hukum Mendel II yang berbunyi “independent assortment of

genes”. Atau pengelompokkan gen secara bebas. Hukum ini berlaku ketika

pembentukan gamet, dimana gen se-alel secara bebas pergi kemasing – masing kutub

ketika meiosis. Hukum Mendel II disebut juga hukum asortasi. Mendel menggunakan

kacang ercis untuk dihibrid, yang pada bijinya terdapat dua sifat beda, yaitu soal

bentuk dan warna biji. B untuk biji bulat, b untuk biji kisut, K untuk warna kuning

dan k untuk warna hijau.

Persilangan dihibrid adalah persilangan yang melibatkan analisis dua sifat yang

saling bebas. Persilangan monohibrid konvensional, dua induk galur murni

dikawinkan untuk menghasilkan generasi F1. Kemudian disilangkan untuk

menghasilkan F2. Genotip dihibrid bersifat heterozigot pada dua lokus. Dihibrid

membentuk empat gamet yang berbeda secara genetis dengan frekuensi yang
sebanding akibat pasangan-pasangan kromosom nonhomolog berorientasi secara acak

pada lempeng metafase meiosis pertama (Elrod dan Stansfield, 2007).

Hukum II Mendel (penggabungan bebas) menyatakan bahwa “pada waktu

pembentukan gamet, alel-alel berbeda yang telah bersegregasi bebas akan

bergabung secara bebas membentuk genotip dengan kombinasi-kombinasi alel yang

berbeda”. Hukum ini disimpulkan dari perkawinan dihibrid. Perkawinan dihibrid,

misalnya suatu inividu memiliki genotip AaBb maka A dan a serta B dan b akan

memisah kemudian kedua pasangan tersebut akan bergabung secara bebas sehingga

kemungkinan gamet yang terbentuk adalah AB, Ab, aB, ab. Persilangan kacang kapri

biji bulat warna kuning (BBKK) dengan biji keriput warna hijau (bbkk) membentuk

tanaman berbiji bulat dan berwarna kuning (BbKk) pada F1. Pembentukan gamet alel-

alel BBKK berpisah menjadi BK dan BK (biji bulat warna kuning). Sedangkan alel-

alel bbkk berpisah menjadi bk dan bk (biji keriput warna hujau). Sedangkan pada

proses perkawinan terjadi peleburan gamet bk ke dalam gamet BK, membentuk

individu heterozigot BbKk dengan fenotip biji bulat berwarna kuning. Pada

perkawinan BbKk dengan BbKk terjadi segregasi alel B dari b dan K dari k, baik

pada betina maupun jantan. Perkawinan dihibrid juga diikuti dengan penggabungan

bebas yang menghasilkan empatmacam gamet yaitu BK, Bk, bK, dan bK. Keturunan

yang dihasilkan memilki genotip B_K_ (bulat kuning), B_kk (bulat hijau), bbK_

(keriput kuning), dan bbkk (keriput kuning) dengan rasio 9:3:3:1 (Aryulina dkk,

2006).
Beberapa contoh perilangan dihibrid, yaitu:

1. Persilangan tanaman semangka, terjadi persilangan dihibrid dominan tak penuh.

Artinya ada sifat individu hasil persilangan yang tidak sama dengan salah satu

sifat induknya. Tanaman semangka berbiji banyak dan berasa manis (BBMM)

disilangkan dengan semangka berbiji sedikit dan berasa hambar (bbmm). Hasil

persilangannya adalah semangka berbiji sedang dan berasa sedang (BbMm).

2. Persilangan antara varietas Rajalele (bunga jantan) dengan varietas Sitanur

(bunga betina) untuk mendapatkan benih lokal unggul yang memilki rasa nak

dan harum, umur pendek, anakan banyak, potensi produksi tinggi dan tinggi

tanaman kurang dari 1 meter. Keberhasilan persilangan sangat ditentukan oleh

kematangan bunga jantan dan bunga betina.

3. Persilangan galur mutan dan varietas Muria, Tengger, dan Meratus yang rentan

terhadap penyakit karat daun dengan sinar gamma. Menghasilkan varietas

Mitani (protein tinggi 42,56%, tahan penyakit karat daun dan hama kutu hijau)

dan varietas Rajabasa (dengan bobot butir yang tinggi dan hasil tinggi serta

tahan karat daun).

4. Spesies Fragaria ananassa yang sekarang masih dikomersialkan merupakan

hasil persilangan dihibrid antara Fragaria chiloensis dengan Fragaria

virginiana pada tahun 1714.

5. Jagung yang ada sekarang mewarisi Teosinte dan tripsakum jenis jagung yang

masih liar didaerah Meksiko. Pada persilangan ini terjadi introgresi yaitu
persilangan antara dua spesies yang hasilnya menunjukkan seolah-olah sifat

satu spesies mendominasi spesies yang lain.

Jika tanaman ercis berbiji bulat - kuning homozigot (BBKK) disilangkan

dengan tanaman ercis berbiji keriput – hijau (bbkk), maka semua tanaman F1 berbiji

bulat – kuning. Apabila tanaman – tanaman F1 ini dibiarkan menyerbuk sendiri,

maka tanaman ini akan membentuk empat macam gamet baik jantan maupun betina,

masing – masing dengan kombinasi BK, Bk, bK, dan bk. Perhatikan diagram

persilangan berikut.

P1 : BBKK >< bbkk

Gamet P1 (BK) >< (bk)

F1 : BbKk

( Kacang ercis biji bulat warna kuning )

Gamet P2 : BK, Bk, bK, bk >< BK, Bk, bK, bk

F2 :

BK bK Bk bk
BK BBKK BbKK BBKk BbKk
bK BbKK bbKK BbKk bbKk
Bk BBKk BbKk BBkk Bbkk
bk BbKk bbKk Bbkk bbkk

Pada F2 diperoleh 4 x 4 = 16 kombinasi, terdiri atas empat macam fenotip yaitu

tnaamn berbiji bulat – kuning ( 9/16 ), berbiji bulat – hijau ( 3/16 ), berbiji keriput –
kuning ( 3/16 ), dan berbiji keriput – hijau ( 1/16 ). Jadi, pada persilangan dihibrid

dapat disimpulkan bahwa pada F2 diperoleh :

a. Jumlah kombinasi = 16 macam

b. Jumlah genotip = 9 macam

c. jumlah fenotip = 4 macam

d. Rasio perbandingan fenotip antara biji bulat – kuning : biji bulat – hijau :biji

keriput - hijau : biji keriput – kuning adalah 9 : 3 : 3 : 1

Lalat buah (Drosophila melanogaster) sering digunakan dalam beberapa

pengujian genetika. Lalat buah normal digunakan untuk membandingkan morfologi

mutan pada lalat buah. Ciri-ciri lalat buah normal adalah badan kelabu, warna mata

merah, dan sayap lurus. Beberapa jenis mutan lalat buah antara lain:

1. Dumpy

Sayap lebih pendek hingga dua pertiga panjang normal dengan ujung sayap tampak

seperti terpotong. Bulu pada dada tampak tidak sama rata. Sayap pada sudut 90o dari

tubuh dalam posisi normal mereka (Borroret al, 1998).

2. Sepia

Mata berwarna coklat sampai hitam akibat adanya kerusakan gen pada kromosom

ketiga, lokus 26 (Russell, 1994: 113).

3. Clot

Mata berwarna maroon yang semakin gelap menjadi coklat seiring dengan

pertambahan usia (Borror, 1994).

4. Ebony
Lalat ini berwarna gelap, hamper hitam dibadannya. Adanya suatu mutasi pada gen

yang terletak pada kromosom ketiga. Secara normal fungsi gen tersebut berfungsi

untuk membangun pigmen yang memberi warna pada lalat buah normal. Namun

karena mengalami kerusakan maka pigmen hitam menumpuk di seluruh tubuh

(Borroret al, 1998).

5. Curly

Sayap – sayap lalat ini keriting. Mereka mempunyai suatu cacat di dalam tubuh

mereka yaitu "gen keriting" pada kromosom yang kedua. Sayap-sayap keriting ini

terjadi karena suatu mutasi dominan, yang berarti bahwa satu salinan gen diubah

dan menghasilkan cacat itu. Jika salinan kedua - duanya (orang tuanya) adalah

mutan, maka lalat ini tidak akan survive (Borroret al, 1998)

6. White

Matanya berwarna putih yang terjadi akibat adanya kerusakan pada gen white yang

terletak pada kromosom pertama lokus 1,5 dan benar-benar tidak menghasilkan

pigmen merah sama sekali (Pai, 1992:51).

7. Eyemissing

Mata berupa titik, mengalami mutasi pada kromosom ketiga di dalam tubuhnya,

sehingga yang harusnya di intruksi sel di dalam larva untuk menjadi mata menjadi

tidak terbentuk karena adanya mutasi (Russell, 1994: 113).


8. Claret

Claret (ca) merupakan mutan dengan mata berwarna merah anggur atau merah

delima (ruby). Mutasi terjadi pada kromosom nomor 3, lokus 100,7 (Russell, 1994:

113).

9. Miniature

Sayap berukuran sangat pendek. Lalat dengan sayap vestigial ini tidak mampu

untuk terbang. Lalat ini memiliki kecacatan dalam “gen vestigial” mereka pada

kromosom kedua. Lalat ini memiliki mutasi resesif.

10. Taxi

Taxi merupakan mutan dengan sayap yang terentang, baik ketika terbang maupun

hinggap. Mutasi terjadi pada kromosom nomor 3, lokus 91,0 (Russell, 1994: 113).

11. Black

Seluruh tubuhnya berwarna hitam akibat adanya kerusakan pada gen black pada

kromosom kedua lokus 48.5 (Borroret al, 1998)

12. Yellow Flies

Lalat ini berwarna kekuningan dibanding lalat normal. Mereka mempunyai suatu

cacat di dalam tubuh mereka yaitu gen kuning pada kromosom X. Gen kuning

diperlukan untuk memproduksi suatu pigmen pada lalat hitam normal. Sedangkan

pada mutan ini tidak bisa menghasilkan pigmen atau gen kuning ini (Russell, 1994:

113).

13. Leg-Headed Flies


Lalat ini mempunyai antena seperti kaki abnormal pada dahi mereka. Mereka

mempunyai suatu cacat di dalam tubuh mereka yaitu gen antennapedia (bahasa latin

untuk "antenna-leg"), yang secara normal diinstruksikan sel untuk merubah

beberapa badan untuk menjadi kaki. Di lalat ini, gen antennapedia dengan licik

instruksikan sel yang secara normal untuk membentukan tena menjadi kaki sebagai

gantinya (Russell, 1994: 113).

Praktikum persilangan dihibrid menggunakan lalat buah (Drosophila

melanogaster) sebagai bahan percobaan untuk membuktikan hukum Mendel II pada

persilangan dihibrid. Lalat yang digunakan merupakan jenis lalat white yang

memiliki ciri-ciri pada lalat jantan mata berwarna putih, panjang sayap melebihi

badan, warna badan kelabu, segmen abdomen tidak merata dan abdomen posterior

tumpul. Lalat buah betina yang normal memiliki ciri-ciri warna mata putih, warna

badan kelabu, panjang sayap melebihi badan, segmen abdomen rata, ukuran badan

lebih besar dari jantan, dan abdomen posterior lancip. Persilangan yang dilakukan

menghasilkan keturunan pada F2 = 150 M_T_: Badan kecil tubuh kelabu, 46 B_tt :

Badan kecil tubuh hitam, 46 mmTt : Badan besar tubuh kelabu 14 mmtt : Badan

besar tubuh hitam. Hasil tersebut kemudian dengan rasio 9:3:3:1 menggunakan uji

X². X² tabel > X² hitung, maka hasil pengujian signifikan , artinya hasil pengujian

sesuai dengan hukum Mendel II.Sudjana (1986), signifikan atau tidaknya suatu

keturunan dikarenakan perkawinan yang dilakukan secara acak sehingga hasil yang

muncul tidak pasti.


Praktikum yang telah dilakukan pada lalat buah tipe white betina menghasilkan

warna mata putih, tubuh besar dan berwarna putih segmen posterior terdapat garis

hitam tipis yang relatif sama pada dorsal dari tengah hingga ujung. Abdomen

posterior berbentuk lancip. Lalt buah mutan tipe white jantan menghasilkan warna

mata puti, tubuh lebih kecil dari betinanya dan berwarna putih segmen posterior

terdapat garis hitam di bagian ujungnya dan jauh lebih pekat dan besar dari atasnya.

Abdomen posterior berbentuk tumpul. Tipe lalat mutan white mengahasilkan segmen

tipis abdomen posterior lancip, dari penjelasan tersebut sesuai dengan literature yang

ada ( Kusdiarni, 1999 ).


V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa

persilangan dihibrid adalah persilangan yang melibatkan analisis dua sifat beda yang

saling bebas. Persilangan dihibrid merupakan dasar hukum Mendel II. Praktikum kali

ini menggunakan lalat buah (Drosophila melanogaster) sebagai bahan percobaan.

Hasil yang diperoleh sesuai dengan hukum Mendel II setelah diuji menggunakan uji

X².

B. Saran

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, saran yang dapat disampaikan

diantaranya :

1. Praktikan diharap dapat lebih baik lagi dalam menggambar lalt buahnya.

2. Praktikan diharap dapat mencari lalat buah sehingga bisa membawa banyak lalat

buah.
DAFTAR PUSTAKA

Aryulina, Diah, dkk. 2006. Biologi 3 SMA dan MA untuk Kelas XII. Erlangga,
Jakarta.

Borror et al. 1994.PengenalanPelajaranSerangga. 8th Ed. Terjemahandarian


Introduction to Study of Insect olehSoetiyonoPartosoedjono. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.

Cahyono, Fransisca, 2010, Kombinatorial dalam Hukum Pewarisan Mendel, Makalah


II Probabilitas dan Statistik sem.1 th. 2010/2011.

Campbell, Neil A., dkk. 2002. Biologi. Erlangga, Jakarta.

Elrod, Susan & Stansfield, William, 2007, Scaum’s Outlines of Theory and Problems
of Genetics, Jakarta: Elangga.

Ferdinand, Fiktor P. & Mukti. 2007. Praktis Belajar Biologi. Visindo Media Persada.
Jakarta

Johnson, L.G. 1983. Genetika. Erlangga, Jakarta.

Kusdiarni, N. 1999. Genetika. Erlangga, Jakarta.

Pai, A.C., 1992. Dasar-dasar Genetika Ilmu untuk Masyarakat .Diterjemahkan


Oleh Machidin Apandi. Erlangga, Jakarta

Russell, P. J. 1994. Fundamental of Genetics.USA: Harper Collins College, Halaman


528

Yatim, Wildan. 1996. Genetika. Tarsito, Bandung

Anda mungkin juga menyukai