Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

“Susu Rosela (Hibiscus sabdarifa L.) Sebagai Alternatif


Pemecah Kolagen Dalam Mengatasi Hipertensi
Pada Usia Lanjut”

BIDANG KEGIATAN
PKM-GAGASAN TERTULIS

Diusulkan Oleh :

Sarima Ester Manullang 1503115640 2015


Kristiani 1503115363 2015
Funny Aicha Sharin Saragih 1703111349 2017

UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2017
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR iv
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan 2
1.3. Manfaat yang Ingin Dicapai 2
BAB 2. GAGASAN
2.1. Kondisi Kekinian 3
2.2. Solusi Yang Pernah Diterapkan 4
2.3. Rancangan Implementasi Gagasan 5
2.4. Pihak-pihak yang Terlibat dalam Implementasi Gagasan 6
2.5. Langkah-langkah Strategis Implementasi Gagasan 7
BAB 3. KESIMPULAN 8
DAFTAR PUSTAKA 9
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota, dan Dosen Pendamping yang
ditanda tangani 10
Lampiran 2. Susunan Organisasi Tim dan Pembagian Tugas 16
Lampiran 3. Surat Pernyataan Ketua Kegiatan 17

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Analisis Bivarian penderita hipertensi di Cikarang Barat 3


Gambar 2.2 Deskripsi Karakteristik Responden 3

iv
1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tekanan darah merupakan gaya yang diberikan darah terhadap dinding
pembuluh darah dan ditimbulkan oleh desakan darah terhadap dinding arteri
ketika darah tersebut dipompa dari jantung ke jaringan. Besar tekanan bervariasi
tergantung pada pembuluh darah dan denyut jantung. Tekanan darah paling tinggi
terjadi ketika ventrikel berkontraksi (tekanan sistolik) dan paling rendah ketika
ventrikel berelaksasi (tekanan diastolik). Pada keadaan hipertensi, tekanan darah
meningkat yang ditimbulkan karena darah dipompakan melalui pembuluh darah
dengan kekuatan berlebih (Aris Sugiarto 2007).
Hipertensi merupakan suatu keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik
lebih dari sama dengan 140 mmHg dan diastolik lebih dari sama dengan 90
mmHg setelah dua kali pengukuran terpisah (Sidabutar et al 1999).
Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang munculnya oleh
karena interaksi berbagai faktor. Dengan bertambahnya umur, maka tekanan darah
juga akan meningkat. Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan mengalami
penebalan oleh karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot,
sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku.
Tekanan darah sistolik meningkat karena kelenturan pembuluh darah besar yang
berkurang pada penambahan umur sampai dekade ketujuh sedangkan tekanan
darah diastolik meningkat sampai dekade kelima dan keenam kemudian menetap
atau cenderung menurun. Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa
perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan
aktivitas simpatik. Pengaturan tekanan darah yaitu reflex baroreseptor pada usia
lanjut sensitivitasnya sudah berkurang, sedangkan peran ginjal juga sudah
berkurang dimana aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun (Robn
2005).
Sistem kardiovaskular terjadi perubahan pada organ jantung lansia yang
meliputi katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung
memompa darah menurun 1% per tahun, berkurangnya kardiak output,
berkurangnya heart rate terhadap respon stress, hilangnya elastisitas pembuluh
darah. Selain itu bertambahnya usia sistem aorta dan arteri perifer menjadi kaku
dan tidak lurus. Perubahan ini terjadi akibat peningkatan serat kolagen dan
hilangnya serat elastis dalam lapisan medial arteri (Mickley 2006).
Menurut Santoso (2009), perubahan yang terjadi pada lansia diantaranya
perubahan fisik, dan psikologis.
1) Perubahan kondisi fisik
Perubahan pada kondisi fisik pada lansia meliputi perubahan dari tingkat
sel sampai ke semua sistem organ tubuh, diantaranya sistem pernafasan,
pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh,
muskolosketal, gastrointestinal, urogenital, endokrin, dan integumen. Masalah
2

fisik yang sering ditemukan pada lansia diantaranya lansia mudah jatuh, mudah
lelah, kekacuan mental akut, nyeri pada dada, berdebar-debar, sesak nafas, pada
saat melakukan aktifitas atau kerja fisik, pembengkakan pada kaki bawah, nyeri
pinggang atau punggung, nyeri sendi pinggul, sulit tidur, dan sering pusing
(Santoso, 2009).
2) Perubahan Psikologis
Masalah perubahan psikososial serta reaksi individu terhadap perubahan
sangat beragam, bergantung pada kepribadian individu lansia yang bersangkuatan.
Menurut Miller (2004) dan Cornelius (1993) dalam Nurhidayah (2009), lansia
sering mengalami kebingungan yang akan mempengaruhi kemampuan untuk
berkonsentrasi, sehingga dapat mengakibatkan kekhawatiran atau kecemasan.
Kemudian perasaan stress, depresi atau adanya sesuatu yang hilang dan perasaan
berduka juga dapat meningkatkan risiko terkena penyakit demensia.
Pengobatan farmakologis adalah pengobatan dengan menggunakan obat
antihipertensi untuk menurunkan tekanan darah yang biasanya menggunkaan satu
atau lebih obat. Pengobatan farmakologis yang digunakan untuk menurunkan
tekanan darah terdiri dari tujuh golongan, yaitu golongan diuretik (aceinhibitor,
karbonik anhydrase, loop diuretic, tirazid, osmotic dan hemat kalium, beta blocker
(acebutalol, metoprolol dsb), angiotensin converting enzyme ( captopril, dsb),
angiotensin II receptor bloker (Iosartan, olmesartan), obat yang bekerja di system
saraf pusat ( clonidin, metildopa) dan vasodilator ( fenolpopan , hidralazin, dan
minoxidili) (Lili dan Tantan 2007).
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka penulis
mengajukan gagasan yang berjudul Susu Rosela (Hibiscus sabdarifa L.) sebagai
alternatif pemecah kolagen dalam mengatasi hipertensi pada usia lanjut.
1.2. Tujuan
Tujuan penulisan PKM –GT ini yaitu :
1. Menganalisis potensi rosela (Hibiscus sabdarifa L.) sebagai susu untuk
mengatasi hipertensi pada usia lanjut
2. Menguji kandungan senyawa rosela (Hibiscus sabdarifa L.) yang
mampu mengatasi hipertensi
1.3. Manfaat yang Ingin Dicapai
Manfaat penulisan PKM-GT ini yaitu :
1. Memberikan informasi kepada masyarakat umum tentang penyebab
penyakit jantung dan cara mengatasinya dengan cara mengkonsumsi
susu rosela.
2. Membantu memberikan solusi kepada masyarakat umum cara
mengatasi penyakit hipertensi tanpa harus mengkonsumsi obat
antihipertensi
3

BAB 2. GAGASAN

2.1 Kondisi Kekinian

Gambar 2.1 Analisis Bivarian penderita hipertensi di


Cikarang Barat

Gambar 2.2 Deskripsi Karakteristik Responden


Dari hasil analisa berdasarkan jenis kelamin responden wanita lebih
dominan mengalami hipertensi daripada responden pria dengan persentase sebesar
52,6%. Hasil penelitian Oktora (2007) mengenai gambaran penderita hipertensi
yang dirawat inap di bagian penyakit dalam RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
tahun 2005, juga mendukung hasil penelitian ini yaitu didapatkan penderita
4

hipertensi meningkat secara nyata pada kelompok umur 45-54 tahun yaitu sebesar
24,07% dan mencapai puncaknya pada kelompok umur ≥ 65 tahun yaitu sebesar
31,48%. Jika dibandingkan antara pria dan wanita didapatkan wanita lebih banyak
menderita hipertensi yaitu sebesar 58,02% dan pria sebesar 41,98% (Pratiwi dan
Tala 2013).
Berdasarkan data Departemen Kesehatan Indonesia, prevalensi hipertensi
di Indonesia mencapai 31,7% dari populasi pada usia 18 tahun ke atas. Sekitar
60% penderita hipertensi berakhir pada stroke. Sedangkan sisanya mengakibatkan
penyakit jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Data Riskesdas (2007) menyebutkan
hipertensi sebagai penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis,
jumlahnya mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di
Indonesia (Yoga 2009). Fenomena ini disebabkan karena perubahan gaya hidup
masyarakat secara global, seperti semakin mudahnya mendapatkan makanan siap
saji membuat konsumsi sayuran segar dan serat berkurang, kemudian konsumsi
garam, lemak, gula, dan kalori yang terus meningkat sehingga berperan besar
dalam meningkatkan angka kejadian hipertensi (Agrina et al 2011).
Berdasarkan wawancara dan observasi oleh Agrina et al (2011), Penderita
hipertensi di kota Pekanbaru sebanyak 12781 orang, jumlah penderita hipertensi
terbanyak terdapat di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Kota Pekanbaru yaitu
sebanyak 3723 orang (Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru 2010). Data yang
diperoleh dari Puskesmas Sidomulyo pada bulan Januari sampai Mei tahun 2011
melaporkan jumlah penderita hipertensi sebanyak 1734 orang. Jumlah penderita
hipertensi terbanyak terdapat di Kelurahan Sidomulyo Barat yaitu sebanyak 963
orang. Penderita hipertensi terbanyak pada usia 40-65 tahun, yaitu sebanyak 591
orang.
2.2 Solusi yang Pernah Diterapkan
Penanganan hipertensi menurut JNC VII bertujuan untuk mengurangi
angka morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovakuler dan ginjal. Fokus utama
dalam penatalaksanaan hipertensi adalah pencapaian tekanan sistolik target
<140/90 mmHg. Pada pasien dengan hipertensi dan diabetes atau panyakit ginjal,
target tekanan darahnya adalah <130/80 mmHg. Pencapaian tekanan darah target
secara umum dapat dilakukan dengan dua cara sebagai berikut :
a. Non Farmakologis
Terapi non farmakologis terdiri dari menghentikan kebiasaan merokok,
menurunkan berat badan berlebih, konsumsi alkohol berlebih, asupan garam dan
asupan lemak, latihan fisik serta meningkatkan konsumsi buah dan sayur.
1. Menurunkan berat badan bila status gizi berlebih
peningkatan berat badan di usia dewasa sangat berpengaruh terhadap
tekanan darahnya. Oleh karena itu,
manajemen berat badan sangat penting dalam prevensi dan kontrol
hipertensi.
5

2. Meningkatkan aktifitas fisik


Orang yang aktivitasnya rendah berisiko terkena hipertensi 30-50%
daripada yang aktif. Oleh karena itu, aktivitas fisik antara 30-45 menit
sebanyak >3x/hari penting sebagai pencegahan primer dari hipertensi
(Cortas et all 2015).
3. Mengurangi asupan natrium
4. Menurunkan konsumsi kafein dan alkohol
Kafein dapat memacu jantung bekerja lebih cepat, sehingga mengalirkan
lebih banyak cairan pada setiap detiknya. Sementara konsumsi alkohol
lebih dari 2-3 gelas/hari dapat meningkatkan risiko hipertensi.
b. Terapi Farmakologi
Terapi farmakologis yaitu obat antihipertensi yang dianjurkan oleh JNC
VII yaitu diuretika, terutama jenis thiazide (Thiaz) atau aldosteron antagonis, beta
blocker, calcium chanel blocker atau calcium antagonist, Angiotensin Converting
Enzyme Inhibitor (ACEI), Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 receptor
antagonist/ blocker (ARB) diuretik tiazid (misalnya bendroflumetiazid) (Nuraini
2015).
Menurut Nuraini (2015), adapun contoh contoh obat anti hipertensi antara
lain, yaitu:
a. beta‐bloker, (misalnya propanolol, atenolol),
b. penghambat angiotensin converting enzymes (misalnya captopril, enalapril),
c. antagonis angiotensin II (misalnya candesartan, losartan),
d. calcium channel blocker (misalnya amlodipin, nifedipin) dan
e. alpha‐blocker (misalnya doksasozin)
2.3 Rancangan Implementasi Gagasan
Menurut data WHO, di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4%
penghuni bumi mengidap hipertensi, angka ini kemungkinan akan meningkat
menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada
di Negara maju dan 639 sisanya berada di Negara sedang berkembang, termasuk
Indonesia (Aris, 2007).
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi dua golongan yaitu hipertensi
esensial yang tidak diketahui penyebabnya dan hipertensi sekunder yang diketahui
penyebabnya seperti gangguan ginjal, gangguan hormon, dan sebagainya. Jumlah
penderita hipertensi esensial sebesar 90-95%, sedangkan jumlah penderita
hipertensi sekunder sebesar 5-10% (Budiyanto 2002 dalam Anggara 2013)
Susu rosela (Hibiscus sabdarifa L.) menjadi gagasan penulis karena
beberapa hal yaitu : memanfaatkan tumbuhan rosela untuk dibuat menjadi produk
seperti susu, kebanyakan pasien hipertensi lebih memilih mengkonsumsi makanan
maupun minuman herbal untuk mengobati hipertensi dibandingkan dengan
mengkonsumsi obat-obatan antihipertensi, rosela mengandung senyawa yang
mampu mengobati hipertensi yaitu Kelopak bunga mengandung senyawa
antosianin, vitamin C, dan B. Kandungan lainnya adalah kalsium, beta karoten
6

serta asam amino esensial. Rosela memiliki banyak unsur kimia yang
menunjukkan aktivitas farmakologis. Sebanyak 15-20% merupakan asam-asam
tumbuhan yang meliputi asam sitrat, asam malat, asam tartar dan asam (+)-allo-
hidroksisitrat.
Menurut peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor 6 tahun
2016, penderita hipertensi usia 30-80 tahun diberi infusa dosis 0,5 L (setara
dengan 9,6 mg antosianin), setiap hari sebelum sarapan, sebagai kontrol kaptopril
2 kali 25 mg/hari. Infusa dapat menurunkan tekanan sistolik 139,05 ke 123,73
mmHg, dan diastolik dari 90,8 ke 79,5 mmHg. Efek ini tidak berbeda dengan
kapropril 50 mg. Ekstrak Hibiscus dapat menurunkan tekanan sistol dan diastol
pada pasien dengan hipertensi ringan hingga sedang. Dalam studi lain, ekstrak
yang telah distandarisasi dibandingkan efek hipotensinya dengan kaptopril,
penghambat enzim pengkonversi angiotensin (ACEI).
Berdasarkan peraturan mentri kesehatan Republik Indonesia nomor 6 tahun
2016 yang menyatakan, bahwa hipertensi dapat diobati dengan tanaman rosela,
maka dapat diprediksi bahwa rosela yang telah diolah dari rosela juga akan
memiliki potensi sebagai obat hipertensi.
Gagasan mengenai susu rosella (Hibiscus sabdarifa L.) sebagai alternatif
pemecah kolagen dalam mengatasi hipertensi pada usia lanjut, dapat dilakukan
secara berkelanjutan. Adapaun bahan-bahan yang digunakan adalah dalam
pembuatan susu ini memiliki metode yang cukup banyak didukung oleh teknologi
yang canggih dan juga membutuhkan peran dari ahli-ahli yang berperan dibidang
kesehatan seperti farmasi, ahli gizi, dan juga biologi.
Adapun rekayasa atau rancangan pembuatan susu rosella ini yaitu :
1. Organ kaliks rosella dipetik dan dibuang bagian kapsul yang terdapat biji
2. Fresh tester untuk menguji kandungan dari kaliks rosella
3. Pengukuran kadar air dlam keadaan segar
4. Kaliks dicuci dengan air garam dengan konsentrasi terentu, bertujuan
untuk menghilangkan trikoma yang terdapat pada kaliks.
5. Penjemuran dibawah sinar matahari ±3- 4 hari, dengan kondisi cuaca yang
baik.
6. Pengujian kandungan yang hilang setelah penjemuran
7. Hasil penjemuran kemudian di haluskan hingga benar-benar halus hingga
berbentuk serbuk.
8. Pengujian kandungan yang hilang setelah penghalusan.
9. Uji farmakologi oleh ahli farmasi untuk menentukan kandungan rosella
yang baik dijadikan sebagai bahan formulasi susu hingga terproduksinya
susu rosella.
2.4 Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Implementasi Gagasan
Untuk merealisasikan gagasan ini, diperlukan implementasi dari beberapa
pihak, antara lain:
7

1. Pemerintah
Untuk merealisasikan gagasan ini perlu dukungan dari pemerintah untuk
mematenkan gagasan ini sehingga penulis dapat mensosialisasikan atau
memperkenalkan teh herbal kulit bawang merah dan daun mint inikepada
masyarakat.
2. Dinas Kesehatan
Dinas kesehatan diperlukan untuk melakukan sosialisasi mengenai dampak
dari penyakit hipertensi tersebut. Cara-cara pencegahan dan menjaga pola
makan yang baik agar terhindar dari hipertensi.
3. Masyarakat
Masyarakat juga berperan dalam pengimplementasian gagasan ini.
Masyarakat dalam hal ini dapat mencoba membantu dalam
mensosialisasikan produk susu rosela (hibiscus sabdarifa L.) sebagai
alternatif pemecah kolagen dalam mengatasi hipertensi pada usia lanjut.
4. Ahli Bioteknologi
Peneliti ini berperan dalam memodifikasi dan meneliti lebih lanjut
mengenai senyawa yang dikandung oleh tanaman rosela (hibiscus
sabdarifa L.) yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan alternatif untuk obat
hipertensi, dan supaya layak untuk di konsumsi sebagai susu yang berasal
dari tanaman selain kacang kedelai.
5. Ahli Farmasi
Meneliti kandungan fitokimia dari rosella seperti bagian kaliks, sulur,
daun, tangkai yang dapat dijadikan sebagai formula untuk susu.
6. Media Sosial
Implementasi dari media sosial mengenai gagasan ini dapat dilakukan
dengan menyebarkan informasi mengenai susu Rosela (Hibiscus sabdarifa
L.) sebagai alternatif pemecah kolagen dalam mengatasi hipertensi pada
usia lanjut.
2.5 Langkah Langkah Strategis Implementasi Gagasan
Langkah-langkah yang perlu dilakukan antara lain:
1. Penyuluhan
Melakukan penyuluhan kepada masyarakat perlu dilakukan agar
masyarakat dapat memperoleh informasi yang jelas mengenai bahaya
hipertensi dan menyampaikan keunggulan atau manfaat susu rosella dalam
mengatasi hipertensi.
2. Mengaplikasikan konsumsi susu Rosela (Hibiscus sabdarifa L.) dalam
kehidupan sehari-hari.
Untuk melakukan pengaplikasian tersebut, diperlukan peran dari
masyarakat untuk mengonsumsi susu Rosela (Hibiscus sabdarifa L.)
sebagai alternatif pemecah kolagen dalam mengatasi hipertensi pada usia
lanjut. dan dapat merasakan sendiri khasiat dari teh herbal tersebut.
8

BAB 3. KESIMPULAN

Pemanfaatan tanaman rosela (Hibiscus sabdarifa L.) sebagai bahan


alternatif untuk pemecah kolagen dalam mengatasi hipertensi di usia lanjut, akan
sangat membantu masyarakat terutama pada orangtua yang sudah berusia lanjut
(>45 tahun). Tanaman rosela (Hibiscus sabdarifa L.) mengandung antosianin
yang dapat menurunkan tekanan darah. Pembuatan produk susu rosela ini dibuat
dalam skala industri supaya produk in mendapatkan akreditasi layak konsumsi
oleh masyarakat dan diakui pemasarannya oleh BPOM.
9

DAFTAR PUSTAKA

Agrina, Rini SS, dan Hairitama R.2011. Kepatuhan Lansia Penderita Hipertensi
Sdalam Pemenuhan Diet Hipertensi. ISSN 1907-364X. Vol 6(1): 47
Anggara FH dan Prayitno N.2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Tekanan Darah di Puskesmas Telaga Murni Cikarang Barat Tahun 2012.
Jurnal Ilmiah Kesehatan. Vol 5(1): 20-21
Aris Sugiarto. 2007. Faktor-faktor Risiko Hipertensi Grade II pada Masyarakat
(Studi Kasus di Kabupaten Karanganyar).
Cortas K, et al. Hypertension. Last update May 11 2008. [cited 2017 Dec 13].
Available from: http//:www.emedicine.com
Depkes. 2007. Pedoman Pengukuran Dan Pemeriksaan Riskesdas 2007. Jakarta :
Tim Riskesdas Balitbangkes
Lili M dan Tantan.H. (2007). 100 Questions & Answer Hipertensi. Jakarta: PT
Elex Media Komputindo.
Miller CA. 2004. Nursing for wellness in older adults. Four edition. Philadelphia:
Lippincott.
Nuraini B. 2015. Risk Factors Of Hypertension. J. Majority. Vol 4(5): 16-17
Nurhidayah RE . (2009). Pendidikan Keperawatan. Medan : USU Press
Oktora R. Gambaran Penderita Hipertensi Yang Dirawat Inap di Bagian Penyakit
Dalam RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Periode Januari Sampai Desember
2005, Skripsi. FK UNRI, 2007, hal 41-42.
Pratiwi VR, dan Tala ZZ. 2013. Gambaran Status Gizi Pasien Hipertensi Lansia di
RSU H. Adam Malik Medan. E.Jurnal FK USU. Vol 1(1): 3
Robn dan Cotran. 2005. Pathologic Basis of Disease, 7th edition. Philadelpia:
Elsevier Saunders.
Santoso & Ismail, A. 2009.Memahami Krisis Bagi Lansia. Jakarta : BPK Gunung
Mulia
Sidabutar, R. P., Wiguno P. 1999. Hipertensi Essensial. Ilmu Penyakit Dalam
Jilid II. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI
WHO. 1996. Pengendalian Hipertensi Laporan Komisi Pakar Who. Bandung :
Penerbit ITB.
10
11
12

Biodata Anggota Pelaksana II

A. Identitas diri
1 Nama Lengkap Funny Aicha Sharin Saragih
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Program Studi Biologi
4 NIM 1703111349
5 Tempat dan Tanggal Lahir Bagan Batu, 8 Oktober 1998
6 E-mail funny.aicha0186@student.unri.ac.id
7 Nomor Telepon/HP 082258882570

B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama SD N 085257 Tanjung SMP N 1 SMA/SMK
Institusi Hataran Kec Bandar Bandar Huluan Swasta Yapim
Huluan Kab. Kab. Taruna Bagan
Simalungun Prov. Simalungun Batu Kab. Rokan
Sumatera Utara Prov. Sumatera Hilir Prov. Riau
Utara
Jurusan - - IPA
Tahun 2005-2011 2011-2014 2014-2017
Masuk-Lulus

C. Pemakalah Seminar Ilmiah


Nama Pertentuan Judul Artikel Waktu dan
No
ilmiah/seminar Ilmiah Tempat
1 - - -

D. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau


institusi lainnya)
Nama Pertentuan Judul Artikel Waktu dan
No
ilmiah/seminar Ilmiah Tempat
Juara 2 Cerdas Mahasiswa/I 2016
1 Cermat Se SMA Kukerta Unri
Bagan Sinembah
Juara 2 Tari Pramuka 2013
Komando Pramuka
2
Se- Kec Bandar
Huluan Simalungun
Rangking 2 Kelas SMA/SMK 2015
3 X SMA Yapim Yapim Taruna
Taruna Bagan Batu
13
14

Biodata Dosen Pendamping

A. Identitas diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Dr.Fitmawati, M.Si
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Bidang Ilmu Botani
4 NIDN 0020047501
5 Tempat dan Tanggal Lahir Tigo Suku, 20 April 1973
6 E-mail Fitmawati2008@yahoo.com
7 Nomor Telepon/HP 081385065093
B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi
Jurusan
Tahun Masuk-Lulus
C. Penyampaian Makalah Secara Oral Pada Pertemuan / Seminar Ilmiah
Dalam 5 Tahun Terakhir
No Nama Pertemuan Judul Artikel Ilmiah Waktu dan
Ilmiah / Seminar Tempat
1 Seminar Penggalang Keanekaragaman mangga 2009 LIPI
Taksonomi budidaya di Indonesia Cibinong
Tumbuhan Indonesia berdasarkan karakter morfologi
2 International Phylogenetics Study of 2009
Conferences for Mangifera and related species Unsyiah Aceh
Conservation
(ICONES)

3 Seminar Bersama Prospek dan Pengembangan 2010


UNRI-UKM Buah di Riau Bangi
Malaysia
4 Semirata BKS-PTN Keanekaragaman Manggis di 2010
Pulau Bengkalis Berdasarkan Pekanbaru
karakter morfologi
5 Semiarata BKS-PTN Keanekaragaman Manggis di 2011
Pulau Bengkalis menggunakan Banjarmasin
penanda ISSR
6 International Genetics Inheritans of 2012
Conference of Plant Mangifera indica Polyembrioni Chiang Mai
Resource and Plant Based on Molecular Markers Thailand
Breeding (E-RAPD and ISSR)
7 Seminar Bersama Analisis Variabilitas Mangga 2012
PERIPI, PERIGI, berbuah di luar musim di Kota ICC Bogor
PREHORTI dan HIGI Pekanbaru
8 Seminar Bersama Eksplorasi dan Karakterisasi 2012
UNRI-UKM Mangga di Riau Pekanbaru
15
16

Lampiran 2. Susunan Organisasi Tim dan Pembagian Tugas

No Nama/NIM Program Bidang Alokasi Uraian Tugas


Studi Ilmu Waktu
(jam/minggu)
1 Sarima Ester S1 Biologi - 3 jam  Membuat
Manullang / FMIPA gagasan
1503115640  Mengkoordinir
anggota

2 Kristiani S1 Biologi - 3 jam  Sekretaris Tim


FMIPA  Mewawancara
masyarakat dan
mencari
referensi
mengenai
penyebab
hipertensi
3 Funny Aicha S1 Biologi - 3 jam  Mencari
Sharin FMIPA referensi berupa
Saragih jurnal mengenai
hipertensi dan
editor proposal
17

Anda mungkin juga menyukai