Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN POST OP ARTHROPLASTY DENGAN

INDIKASI FRAKTUR COLLUM FEMUR

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi Fraktur Collum Femur
Fraktur adalah putusnya hubungan normal suatu tulang
atau tulang rawan yang disebabkan oleh kekerasan (E. Oerswari,
1989:144). Fraktur femur adalah rusaknya kontinuitas tulang
pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung,
kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi
tulang/osteoporosis (Long, 1985). Sedangkan fraktur kolum femur
merupakan fraktur intrakapsular yang terjadi pada bagian
proksimal femur, yang termasuk kolum femur adalah mulai dari
bagian distal permukaan kaput femoris sampai dengan bagian
proksimal dari intertrokanter.
Athroplasty adalah tindakan yang dilakukan guna
memperbaiki persendian baik itu mengangkat sebagian atau
seluruh persendian (Yatim, 2006). Total knee arthroplasty
(penggantian lutut total) adalah suatu prosedur penggantian
permukaan sendi dengan prostesis logam dan polietilen densitas
tinggi dirancang untuk mmbuat sendi yang fungsional, tidak nyeri,
dan stabil.

2. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang terdapat pada pasien dengan fraktur
femur, yakni:
a. Deformitas
Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang
berpindah dari tempatnya. Perubahan keseimbangan dan
kontur terjadi, seperti:
i. rotasi pemendekan tulang;
ii. penekanan tulang.
iii. Bengkak (edema)
iv. Bengkak muncul secara cepat dari lokasi dan
ekstravasasi darah dalam jaringan yang berdekatan
dengan fraktur.
v. Ekimosis dari perdarahan subculaneous
vi. Spasme otot (spasme involunters dekat fraktur)
vii. Tenderness
viii. Nyeri
Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot,
perpindahan tulang dari tempatnya dan kerusakan
struktur di daerah yang berdekatan.
ix. Kehilangan sensasi
x. Pergerakan abnormal
xi. Syok hipovolemik
xii. Krepitasi (Black, 1993:199).

Pada penderita muda ditemukan riwayat mengalami


kecelakaan berat namun pada penderita usia tua biasanya hanya
dengan trauma ringan sudah dapat menyebabkan fraktur collum
femur. Penderita tidak dapat berdiri karena rasa sakit sekali pada
pada panggul. Posisi panggul dalam keadaan fleksi dan
eksorotasi. Didapatkan juga adanya pemendekakan dari tungkai
yang cedera. Tungkai dalam posisi abduksi dan fleksi serta
eksorotasi.pada palpasi sering ditemukan adanya hematom di
panggul. Pada tipe impacted, biasanya penderita masih dapat
berjalan disertai rasa sakit yang tidak begitu hebat. Posisi tungkai
tetap dalam keadaan posisi netral.
Pada pemeriksaan fisik, fraktur kolum femur dengan
pergeseran akan menyebabkan deformitas yaitu terjadi
pemendekan serta rotasi eksternal sedangkan pada fraktur tanpa
pergeseran deformitas tidak jelas terlihat. Tanpa memperhatikan
jumlah pergeseran fraktur yang terjadi, kebanyakan pasien akan
mengeluhkan nyeri bila mendapat pembebanan, nyeri tekan di
inguinal dan nyeri bila pinggul digerakkan.

3. Etiologi Fraktur Collum Femur


Fraktur collum femur sering terjadi pada usia di atas 60 tahun dan
lebih sering pada wanita yang disebabkan oleh kerapuhan tulang
akibat kombinasi proses penuaan dan osteoporosis pasca
menopause. Fraktur collum femur dapat disebabkan oleh trauma
langsung, yaitu misalnya penderita jatuh dengan posisi miring
dimana daerah trochanter mayor langsung terbentur dengan
benda keras (jalanan) ataupun disebabkan oleh trauma tidak
langsung, yaitu karena gerakan exorotasi yang mendadak dari
tungkai bawah.
Penyebab fraktur secara umum dapat dibagi menjadi tiga yaitu :
a. Cedera traumatik
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba
– tiba dan berlebihan, yang dapat berupa benturan,
pemukulan, penghancuran, penekukan atau terjatuh
dengan posisi miring, pemuntiran, atau penarikan.
Cedera traumatik pada tulang dapat dibedakan dalam hal
berikut, yakni :
i. Cedera langsung, berarti pukulan langsung terhadap
tulang sehingga tulang patah secara spontan.
Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang
dan kerusakan pada kulit diatasnya.
ii. Cedera tidak langsung, berarti pukulan langsung
berada jauh dari lokasi benturan.
b. Fraktur Patologik
Dalam hal ini, kerusakan tulang terjadi akibat proses
penyakit akibat berbagai keadaan berikut, yakni :
i. Tumor tulang (jinak atau ganas), dimana berupa
pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali dan
progresif.
ii. Infeksi, misalnya osteomielitis, yang dapat terjadi
sebagai akibat infeksi akut atau dapat timbul sebagai
salah satu proses yang progresif,
iii. Rakhitis, merupakan suatu penyakit tulang yang
disebabkan oleh defisiensi vitamin D yang
mempengaruhi semua jaringan skelet, biasanya
disebabkan oleh defisiensi diet, tetapi kadang-kadang
dapat disebabkan kegagalan absorbsi vitamin D atau
oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah.
Secara spontan, dimana disebabkan oleh stress atau tegangan
atau tekanan pada tulang yang terus menerus misalnya pada
penyakit polio dan orang yang bertugas di bidang kemiliteran.

4. Pathofisioligi
5. Klasifikasi
a. Fraktur collum femur sendiri dibagi dalam dua tipe, yaitu :
i. Fraktur intrakapsuler
ii. Fraktur extrakapsuler
b. Berdasarkan arah sudut garis patah dibagi menurut
Pauwel :
i. Tipe I : garis fraktur membentuk sudut 30° dengan
bidang horizontal pada posisi tegak
ii. Tipe II : garis fraktur membentuk sudut 30-50° dengan
bidang horizontal pada posisi tegak
iii. Tipe III: garis fraktur membentuk sudut >50° dengan
bidang horizontal
Klasifikasi ini berdasarkan atas sudut yang dibentuk
oleh garis fraktur dan bidang horizontal pada posisi
tegak.
c. Dislokasi atau tidak fragment ( menurut Garden’s) adalah
sebagai berikut :
i. Grade I : Fraktur inkomplit ( abduksi dan terimpaksi)
ii. Grade II : Fraktur lengkap tanpa pergeseran
iii. Grade III : Fraktur lengkap dengan pergeseran
sebagian (varus malaligment)
iv. Grade IV : Fraktur dengan pergeseran seluruh
fragmen tanpa ada bagian segmen yang
bersinggungan.

6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Rontgen polos
Rontgen polos ini merupakan kunci diagnosa, perencanaan
preoperatif dan penialaian postoperatif dari artritis dan total
knee arthropalsty.Pemeriksaan minimum 3 posisi (foto
anteroposterior, foto lateral dan patella sudut tangensial)
lebih baik dilakukan.
b. MRI
Pada penilaian arthritis pemeriksaan MRI kurang begitu
peka.Walau lebih sensitif dibandingakan dengan rontgen
polos dalam menilai cartilago, seringkali hal itu
disalahartikan dengan adanya kerusakan. MRI ini
membantu dalam mengevaluasi meniskus dan kelainan
ligamen yang dikarenakan proses degeneratif lanjut yang
tidak dapat dilihat dalam rontgen polos.
c. CT dan bone scan dapat membantu dalam mengevaluasi
postoperatif implant tetapi tidak menunjukan peran dalam
evaluasi preoperatif arthritis.
Pemeriksaan Laboratorium
Laboratorium preoperatif dapat berbeda-beda tergantung
dari keadaan pasien dan keperluannya, tetapi biasanya
meliputi pemeriksaan darah rutin, kimia dasar dan koagulasi
tes (protombine time, INR dan partial thromboplastine
time).Pemeriksaan EKG dan rontgen toraks dilakukan
tergantung pada umur pasien dan kebijakan anestesi.
Urinalisis dan kultur urin juga dilakukan.
7. Penatalaksanaan Fraktur Collum Femur
a. Impacted Fraktur
Pada fraktur intrakapsuler terdapat perbedaan pada
daerah collum femur dibanding fraktur tulang di tempat lain.
Pada collum femur-periosteumnya sangat tipis sehingga
daya osteogenesinya sangat kecil, sehingga seluruh
penyambungan fraktur collum femur tergantung pada
pembentukan calus endosteal. Lagipula aliran pembuluh
darah yang melewati collum femur pada fraktur collum
femur terjadi kerusakan. Lebih-lebih lagi terjadinya
haemarthrosis akan menyebabkan aliran darah sekitar
fraktur tertekan alirannya. Sehingga apabila terjadi fraktur
intrakapsuler dengan dislokasi akan terjadi avaskular
nekrosis.
b. Penanggulangan Impacted Fraktur
c. Pada fraktur collum femur yang benar-benar impacted dan
stabil, penderita masih dapat berjalan selama beberapa
hari. Gejalanya ringan, sakit sedikit pada daerah panggul.
Kalau impactednya cukup kuat penderita dirawat 3-4
minggu kemudian diperbolehkan berobat jalan dengan
memakai tongkat selama 8 minggu. Kalau pada x-ray foto
impactednya kurang kuat ditakutkan terjadi disimpacted,
penderita dianjurkan untuk operasi dipasang internal
fixation. Operasi yang dikerjakan untuk impacted fraktur
biasanya dengan multi pin teknik percutaneus.
d. Penanggulangan dislokasi fraktur collum femur
Penderita segera dirawat dirumah sakit, tungkai yang sakit
dilakukan pemasangan tarikan kulit (skin traction) dengan
buck-extension. Dalam waktu 24-48 jam dilakukan tindakan
reposisi, yang dilanjutkan dengan pemasangan internal
fixation. Reposisi yang dilakukan dicoba dulu dengan
reposisi tertutup dengan salah satu cara yaitu: menurut
leadbetter. Penderita terlentang dimeja operasi. Asisten
memfiksir pelvis. Lutut dan coxae dibuat fleksi 90 untuk
mengendurkan kapsul dan otot-otot sekitar panggul.
Dengan sedikit adduksi paha ditarik ke atas, kemudian
dengan pelan-pelan dilakukan gerakan endorotasi panggul
45. Kemudian sendi panggul dilakukan gerakan memutar
dengan melakukan gerakan abduksi dan ekstensi. Setelah
itu dilakuakn test.
Palm heel test: tumit kaki yang cedera diletakkan
diatas telapak tangan. Bila posisi kaki tetap dalam
kedudukan abduksi dan endorotasi berarti reposisi berhasil
baik. Setelah reposisi berhasil dilakukan tindakan
pemasangan internal fiksasi dengan teknik multi pin
percutaneus. Kalau reposisi pertama gagal dapat diulangi
sampai 3 kali, dilakukan open reduksi. Dilakukan reposisi
terbuka setelah tereposisi dilakukan internal fiksasi.
Macam-macam alat internal fiksasi diantaranya: knowless
pin, cancellous screw, dan plate.
Pada fraktur collum femur penderita tua (>60 tahun)
penanggulangannya agak berlainan. Bila penderita tidak
bersedia dioperasi atau dilakukan prinsip penanggulangan,
tidak dilakukan tindakan internal fiksasi, caranya penderita
dirawat, dilakukan skin traksi 3 minggu sampai rasa
sakitnya hilang. Kemudian penderita dilatih berjalan
dengan menggunakan tongkat (cruth). Kalau penderita
bersedia dilakukan operasi, yaitu menggunakan tindakan
operasi arthroplasty dengan pemasangan prothese
austine moore.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Hernioraphy


1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
1) Identitas
a) Identitas klien mencakupi : nama, umur, nomor rekam medic, jenis
kelamin, agama, pendidikan, alamat, suku bangsa, pekerjaan,
diagnosa, tanggal masuk, tangga operasi, tanggal pengkajian.
2) Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
(1) Keluhan Utama Saat Masuk Rumah Sakit
Disini menggambarkan tentang hal-hal yang menjadikan pasien
dibawa ke rumah sakit, pada pasien hernia inguinalis lateral keluhan
utama yang menyebabkan pasien diawa ke rumah sakit adalah
bengkak pada lipatan paha dan scrotum, rewal, anoreksia, mual,
muntah, distensi abdomen, tidak ada peristaltic usus, dehidrasi,
bahkan jika usus mengalami iskemik atau gangrene akan
mengakibatkan syok, demam, tidak ada bising usus dan asidosis
metabolik.
(2) Keluhan Utama Saat di Kaji
Keluhan Utama pada post op hernia setelah melakukan operasi yang
timbul adalah nyeri, nyeri dirasakan bertambah apabila klien
bergerak dan berkurang apabila klien beristirahat. Nyeri dirasakan
seperti ditusuk-tusuk dan kaku. Nyeri juga biasanya hanya dirasakan
pada bagian pembedahan saja. Dan untuk skala nyeri bisa dihitung
dari mulai (0-10). Nyeri juga biasanya dirasakan setelah 3-4 jam post
operasi.
b) Riwayat Kesehatan Dulu
Pada tahap ini dikaji mengenai latar belakang kehidupan klien
sebelum masuk rumah sakit yang menjadi faktor predisposisi seperti
riwayat bekerja mengangkat benda-benda yang berat.
c) Riwayat Keluarga
Dengan menanyakan apakah anggota keluarga pernah mengalami
penyakit yang sama atau pernah mengalami penyakit lainya seperti
maag, hipertensi, asma, DM dan TBC serta riwayat penyakit
keturunan.
3) Aktivitas sehari-hari
a) Pola Nutrisi
Pada aspek ini dikaji mengenai kebiasaan makan klien sebelum dan
sesudah masuk rumah sakit. Dikaji mengenai riwayat diet klien.
Bagaimana kebiasaan makan, apakah dijumpai perubahan pada makan
akibat penyakit, setelah itu dikaji tentang kebiasaan minum (jenis,
jumlah dalam sehari) dan kebiasaan minum-minuman beralkohol.
b) Pola Eliminasi
Dikaji mengenai frekuensi, konsistensi, warna dan kelainan eliminasi,
kesulitan-kesulitan eliminasi dan keluhan-keluhan yang dirasakan
klien pada saat BAB dan BAK.

c) Istirahat Tidur
Dikaji mengenai kebutuhan istirahat dan tidur, apakah ada gangguan
sebelum dan pada saat tidur, lama tidur dan kebutuhan istirahat tidur.
d) Personal hygiene
Dikaji mengenai kebiasaan mandi, gosok gigi, mencuci rambut, dan
dikaji apakah memerlukan bantuan orang lain atau dapat secara
mandiri.
e) Aktivitas dan Latihan
Dikaji apakah aktivitas yang dilakukan klien dirumah dan dirumah
sakit dibantu atau secara mandiri.
4) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara inpeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan persistem.
a) Keadaan Umum
Keadaan umum klien dengan hernia inguinalis lateral biasanya
mengalami kelemahan dan penurunan status gizi.
b) Tanda-Tanda Vital
Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital. Pada
hernia reponible berada kondisi optimal, sedngkan pada hernia
inkaserata dan strangulate TTV mengalami lemah dan kesakitan
tekanan darah mengalami perubanahan sekunder dari nyeri dan
gejala dehidrasi. Nadi mengalami takikardi, frekuensi respirasi
meningkat dan suhu tubuh klien akan naik ≤38,5°C
c) Pemeriksaan Fisik Persistem
(1) Sistem Respirasi
Dikaji dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi. Dalam
sistem ini perlu dikaji mengenai bentuk hidung, kebersihan,
adanya sekret, adanya pernafasan cuping hidung, bentuk dada,
pergerakan dada apakah simetris atau tidak, bunyi nafas, adanya
ronchi atau tidak, frekuensi dan irama nafas.
(2) Sistem Cardiovasculer
Dikaji mulai dari warna konjungtiva, warna bibir, tidak ada
peningkatan JVP, peningkatan frekuensi dan irama denyut nadi,
bunyi jantug tidak disertai suara tambahan, penurunan atau
peningkatan tekanan darah.
(3) Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan dikaji mulai dari mulut sampai anus, dalam
sistem ini perlu dikaji adanya stomatitis, caries bau mulut,
mukosa mulut, ada tidaknya pembesaran tonsil, bentuk abdomen
datar, tugor kulit kembali lagi. Adanya lesi pada daerah abdomen,
adanya massa, pada auskultasi dapat diperiksa peristaltik usus.
(4) Sistem Perkemihan
Dikaji ada tidaknya pembengkakan dan nyeri pada daerah
pinggang, observasi dan palpasi pada daerah abdomen untuk
mengkaji adanya retensio urine, ada atau tidaknya nyeri tekan dan
benjolan serta pengeluaran urine apakah ada nyeri pada waktu
miksi atau tidak.
(5) Sistem Neurologis
Secara umum pada kasus hernia inguinalis tidak mengalami
gangguan, namun gangguan terjadi dengan adanya nyeri sehingga
perlu dikaji tingkat skala (0-10) serta perlu dikaji tingkat GCS dan
pemeriksaan fungsi syaraf kranial untuk mengidentifikasi
kelainan atau komplikasi.
(6) Sistem Integumen
Dalam sistem ini perlu dikaji keadaan kulit (tugor, kebersihan,
pigmentasi, tekstur dan lesi) serta perlu dikaji kuku dan keadaan
rambut sekitar kulit atau ekstremitas adakah udema atau tidak.
Pada klien post hernioraphy akan didapatkan kelainan integument
karena adanya luka insisi pada abdomen, sehingga perlu dikaji
ada atau tidaknya tanda radang daerah terkena adalah ada atau
tidaknya lesi dan kemerahan, pengukuran suhu untuk mengetahui
adanya infeksi.
(7) Sistem Endokrin
Dalam sistem ini perlu dikaji adanya pembesaran kelenjar tiroid
dan kelenjar getah bening.

(8) Sistem Moskuloskeletal


Perlu dikaji kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah. Diperiksa
juga adanya kekuatan pergerakan atau keterbiasaan gerak, refleks
pada ektermitas atas dan bawah.
(9) Sistem Penglihatan
Untuk mengetahui keadaan kesehatan maka harus diperiksa
tentang fungsi penglihatan, kesimetrisan mata kiri dan kanan,
edema atau tidak.
(10) Data Psikologis
Data psikologis yang perlu dikaji adalah status emosional, konsep
diri, mekanisme koping klien, dan harapan serta pemahaman klien
tentang kondisi kesehatan sekarang.
a) Status Emosional
Kemungkinan ditemukan klien gelisah dan labil, karena
proses penyakit yang tidak di ketahui, tidak pernah diderita
sebelumnya.
b) Konsep diri
Konsep diri didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan,
dan kepercayaan yang membuat orang mengetahui tentang
dirinya dan mempengaruhi hubungan dengan orang lain,
konsep diri terdiri dari :

(1) Gambaran Diri


Kaji klien bagaimana dengan badannya selama sakit dan
setelah di operasi.
(2) Harga Diri
Kaji penilaian pribadi klien dalam memenuhi ideal diri
klien.
(3) Peran Diri
Kaji kesadaran diri klien mengenai jenis kelaminnya, dan
kaji apakah klien mempunyai tujuan yang bernilai yang
dapat direalisasikan.
(4) Identitas Diri
Tanyakan kepada klien tentang fungsinya sebagai laki-
laki.
(5) Ideal Diri
Kaji persepsi klien tentang bagaimana ia harus berperilaku
sesuai dengan standar pribadi.
a) Stressor
Stressor adalah faktor-faktor yang menambah beban klien
baik dari pelayanan kesehatan ataupun pribadi dan
keluarga seseorang yang mempunyai stressor akan
mempersulit dalam proses suatu penyumbatan penyakit.
b) Koping Mekanisme
Koping mekanisme ini merupakan suatu cara bagaimana
seseorang untuk mengurangi atau menghilangkan stress
yang dialami.
c) Harapan dan pemahaman klien tentang kondisi klien
yang dihadapi. Hal ini perlu dikaji agar tim kesehatan
dapat memberikan bantuan dengan efisien.
Pengkajian psikososial post hernia inguinalis meliputi
bagaimana status emosi klien, harapan klien tentang
penyakit yang dideritanya, gaya komunikasi, sosialisasi
klien dengan keluarga atau masyarakat, interaksi klien di
rumah sakit, gaya hidup klien sehari-hari, serta kepuasan
pelayan keperawatan yang klien rasakan dirumah sakit.
(11) Aspek Sosial dan Budaya
Pengkajian ini menyangkut pada pola komunikasi dan
interaksi interpersonal, gaya hidup, faktor social serta
support sistem sistem yang ada pada klien.
(12) Data Spiritual
Pada data spiritual menyangkut keyakinan terhadap Tuhan
yang Maha Esa, harapan terhadap kesembuhan serta
kegiatan spiritual yang dilakukan saat ini.

(13) Pemerikasaan Penunjang


Pemeriksaan laboratorium dan atau radiology perlu
dilakukan untuk memvalidasi menegakan diagnose
sebagai pemeriksaan penunjang.
(14) Data Pengobatan
Data ini digunakan untuk mengetahui jenis obat apa saja
yang digunakan pada kasus hernia inguinalis. Untuk
mengetahui keefektifan penyembuhan penyakit.

Anda mungkin juga menyukai