2 Desember 2018
Avaiable online at www.jurnal-pharmaconmw.com/jmpi
p-ISSN : 2442-6032
e-ISSN : 2598-9979
ABSTRAK
Lendir bekicot (Achatina fulica) merupakan salah dianalisis dengan menggunakan One Way
satu bahan alam yang mampu menghambat ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis ketiga jenis formula emulgel lendir bekicot
penyebab jerawat pada konsentrasi 10%. Tujuan (Achatina fulica) stabil selama penyimpanan
penelitian ini adalah mengetahui sediaan emulgel dengan hasil pengujian organoleptik berwarna
lendir bekicot dapat memenuhi syarat evaluasi putih susu, aroma khas mentol dan berbentuk
stabilitas fisik sediaan dan melakukan pengujian semi padat (emulgel), homogen dengan emulsi
aktivitas antibakteri sediaan emulgel lendir tipe minyak dalam air (m/a) serta memiliki
bekicot terhadap Staphylococcus epidermidis. aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus
Penelitian dilakukan secara eksperimen, sampel epidermidis. Zona hambat tertinggi pada Formula C
lendir bekicot (Achatina fulica) diformulasi konsentrasi lendir bekicot 21% dengan diameter
kedalam bentuk sediaan emulgel dengan tiga zona hambat sebesar 4,8 mm kategori lemah.
variasi konsentrasi yaitu pada Formula A 11%,
Formula B 16% dan Formula C 21%. Selanjutnya Kata kunci : Emulgel, Bekicot, Antibakteri,
dilakukan evaluasi fisik sediaan selama empat Staphylococcus epidermidis
minggu penyimpanan meliputi uji organoleptik,
uji pH, uji homogenitas, uji tipe emulsi dan uji Penulis Korespondensi :
stabilitas dipercepat dengan metode cycling test. Citra Dewi
Ketiga formula tersebut dilakukan pengujian Program Studi Farmasi STIKES Mandala Waluya
aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi Kendari
sumuran. Data pengukuran zona hambat bakteri E-mail : Citradewimw@gmail.com
sebagai salah satu bakteri penyebab bekicot hingga badan masuk ke dalam
kedalam cawan petri dan dibiarkan epidermidis salah satu penyebab jerawat
memadat. Setelah memadat dibuat 5 diformulasikan kedalam 3 formula
sumuran yang sama besar lalu dengan variasi konsentrasi yaitu Formula
dimasukkan masing-masing pengenceran A konsentrasi lendir bekicot 11%, formula
formula beserta kontrol positif B konsentrasi lendir bekicot 16% dan
klindamisin ke dalam sumuran, formula C konsentrasi lendir bekicot 21%.
kemudian diinkubasi selama 1x24 jam Beberapa bahan tambahan sediaan
pada suhu 37oC. Setelah itu, diukur zona emulgel yaitu HPMC sebagai bahan
hambat yang terbentuk di sekitar sumur, pembentuk gel (gelling agent), tween 80
diameter vertikal dan diameter horizontal dan span 80 sebagai basis emulsi, metil
dengan satuan milimeter menggunakan paraben sebagai bahan pengawet,
jangka sorong (Tiwa et al., 2017). propilenglikol sebagai bahan humektan
yaitu bahan yang mempertahankan kadar
HASIL PENELITIAN air dalam sediaan agar tidak mengeras,
Sampel yang digunakan dalam paraffin cair sebagai emolien dan mentol
penelitian ini adalah lendir bekicot sebagai penambah aroma sekaligus
(Achatina fulica). Bekicot yang digunakan memberi sensasi dingin pada kulit saat
dikumpulkan lalu dicuci menggunakan digunakan, serta alkohol 96% yang
air mengalir untuk meminimalisir adanya digunakan untuk melarutkan mentol.
kandungan senyawa lain yang terbawa Pada penelitian ini menggunakan
saat pengambilan lendir serta untuk kombinasi emulgator tween 80 dan span
memperpanjang masa hidup bekicot. 80 yang akan membuat fase air dan fase
Lendir bekicot yang diperoleh memiliki minyak dapat menyatu membentuk
warna putih bening dan agak lengket sistem emulsi. Saat fase minyak
dengan konsistensi yang kental. dimasukkan dalam fase air,
Formulasi sediaan emulgel mengakibatkan tween 80 dan span 80
menggunakan bahan aktif lendir bekicot membentuk lapisan monomolekuler pada
(Achatina fulica) mengandung senyawa lapisan batas antarmuka droplet parafin
achasin yang dapat menghambat cair dengan air. Bagian hidrofobik dari
pertumbuhan bakteri Staphylococcus tween 80 dan span 80, yakni rantai
keasaman, nilai pH sediaan emulgel pada konsentrasi yaitu 11% b/v, 16% b/v, dan
keempat formula termasuk asam lemah 21% b/v, untuk mengetahui konsentrasi
yaitu berkisar (6,62-6,8), nilai pH tersebut daya hambat minimum emulgel lendir
tidak menyebabkan iritasi pada kulit dan bekicot, digunakan basis emulgel sebagai
dapat ditoleransi. kontrol negatif dan sediaan gel
Pengujian daya hambat sediaan klindamisin 1,2% sebagai kontrol positif
emulgel lendir bekicot dilakukan pada untuk pembanding terhadap sediaan uji
minggu keempat penyimpanan pada emulgel lendir bekicot sehingga dapat
suhu kamar dengan metode difusi mengetahui konsentrasi optimum
sumuran. Alasan penggunaan metode emulgel lendir bekicot yang memberikan
difusi dengan cara sumuran yaitu sediaan efek antibakteri dengan adanya zona
uji dimasukkan disetiap lubang sehingga hambat. Digunakan klindamisin sebagai
waktu kontak lebih besar dan terjadi kontrol positif karena merupakan jenis
proses osmolaritas esktrak yang antibiotik yang digunakan untuk
menyeluruh dan homogen sehingga mengobati penyakit akibat infeksi bakteri
konsentrasi ekstrak lebih tinggi untuk aerob gram positif salah satunya
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis dan banyak
menjadi lebih kuat dari metode difusi disk digunakan sebagai antijerawat baik
(Misna, 2016). sediaan oral maupun topikal.
Media yang digunakan untuk Hasil pengujian daya hambat
pertumbuhan bakteri yaitu media nutrient pada masing-masing formula lendir
agar yang merupakan salah satu media bekicot (Achatina fulica) dengan variasi
umum yang digunakan mengandung konsentrasi yang dilakukan sebanyak 3
nutrisi untuk pertumbuhan bakteri dan kali pengulangan menunjukkan adanya
untuk mengisolasi organisme dalam perbedaan daya hambat terhadap
kultur murni (Misna, 2016). pertumbuhan bakteri Staphylococcus
Pada hasil pengukuran zona epidermidis dibandingkan dengan kontrol
hambat terbentuk pada hari pertama positif klindamisin dan kontrol basis
selama 24 jam. Sediaan emulgel lendir emulgel dapat dilihat pada Tabel 2 dan
bekicot (Achatina fulica) dibuat variasi Gambar 1.