Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia, Vol 4.No.

2 Desember 2018
Avaiable online at www.jurnal-pharmaconmw.com/jmpi
p-ISSN : 2442-6032
e-ISSN : 2598-9979

Evaluasi Formula Emulgel Lendir Bekicot (Achatina fulica) Dan Uji


Aktivitas Antibakteri Terhadap Bakteri Staphylococcus epidermidis penyebab
jerawat
Citra Dewi, Ahmad Saleh, Nur Hatidjah Awaliyah, Hasnawati
Program Studi Farmasi Farmasi STIKES Mandala Waluya Kendari

ABSTRAK
Lendir bekicot (Achatina fulica) merupakan salah dianalisis dengan menggunakan One Way
satu bahan alam yang mampu menghambat ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis ketiga jenis formula emulgel lendir bekicot
penyebab jerawat pada konsentrasi 10%. Tujuan (Achatina fulica) stabil selama penyimpanan
penelitian ini adalah mengetahui sediaan emulgel dengan hasil pengujian organoleptik berwarna
lendir bekicot dapat memenuhi syarat evaluasi putih susu, aroma khas mentol dan berbentuk
stabilitas fisik sediaan dan melakukan pengujian semi padat (emulgel), homogen dengan emulsi
aktivitas antibakteri sediaan emulgel lendir tipe minyak dalam air (m/a) serta memiliki
bekicot terhadap Staphylococcus epidermidis. aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus
Penelitian dilakukan secara eksperimen, sampel epidermidis. Zona hambat tertinggi pada Formula C
lendir bekicot (Achatina fulica) diformulasi konsentrasi lendir bekicot 21% dengan diameter
kedalam bentuk sediaan emulgel dengan tiga zona hambat sebesar 4,8 mm kategori lemah.
variasi konsentrasi yaitu pada Formula A 11%,
Formula B 16% dan Formula C 21%. Selanjutnya Kata kunci : Emulgel, Bekicot, Antibakteri,
dilakukan evaluasi fisik sediaan selama empat Staphylococcus epidermidis
minggu penyimpanan meliputi uji organoleptik,
uji pH, uji homogenitas, uji tipe emulsi dan uji Penulis Korespondensi :
stabilitas dipercepat dengan metode cycling test. Citra Dewi
Ketiga formula tersebut dilakukan pengujian Program Studi Farmasi STIKES Mandala Waluya
aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi Kendari
sumuran. Data pengukuran zona hambat bakteri E-mail : Citradewimw@gmail.com

PENDAHULUAN Jerawat pada wajah disebabkan oleh


Jerawat atau yang biasa disebut bakteri Propionibacterium acnes yang
acne vulgaris adalah gangguan pada folikel mengubah lemak sebum dari bentuk cair
rambut dan kelenjar sebasea. Jerawat menjadi lebih padat. Banyaknya bakteri
terjadi akibat tersumbatnya folikel tersebut pada saluran kelenjar sebasea
polisebasea (saluran minyak) yang salah yang didukung dengan kurangnya
satu penyebabnya adalah infeksi bakteri kebersihan kulit dan tersumbatnya pori-
Propionibacterium acne, Staphylococcus pori kulit sehingga berakibat pori-pori
aureus dan Staphylococcus epidermidis. kulit sulit untuk bernafas dan dapat
123

mengakibatkan infeksi atau berperan penting sebagai peptida


pembengkakan pada jerawat (Dewi, 2009; antimikroba (Mardiana et al., 2015).
Harper & Fulton, 2007). Staphylococcus epidermidis
Pengobatan jerawat bisa merupakan flora normal pada kulit
dilakukan dengan pemberian antibiotik, manusia, saluran respirasi dan
baik oral maupun topikal. Penggunaan gastrointestinal. Staphylococcus epidermidis
antibiotik jangka panjang menyebabkan tidak bersifat invasif menghasilkan
resistensi mikroba serta dapat koagulase negatif dan cenderung menjadi
mengakibatkan imunohipersensitivitas nonhemolitik (Jawetz, 2005).
dan kerusakan organ (Bailey, 2004). Oleh Staphylococcus epidermidis merupakan
karena itu, dibutuhkan suatu bahan salah satu bakteri penyebab utama
alternatif alami dalam pengobatan terjadinya jerawat (Radji, 2011).
jerawat. Salah satu bahan alami yang Lendir bekicot (Achatina fulica)
bersumber dari hewan untuk pengobatan dapat diaplikasikan sebagai sediaan anti
jerawat ialah lendir dari bekicot (Achatina jerawat yang diformulasikan ke dalam
fulica) (Mardiana et al., 2015). bentuk sediaan topikal. Berdasarkan
Lendir bekicot (Achatina fulica) kemampuan antibakteri tersebut maka
merupakan salah satu bahan alam yang lendir bekicot baik dikembangkan dalam
dapat menghambat pertumbuhan bakteri bentuk sediaan topikal lainnya yaitu
Staphylococcus epidermidis penyebab dalam bentuk emulgel. Sediaan emulgel
jerawat mulai dari konsentrasi 10% dipilih atas dasar kelebihan dari emulsi
(Wahyuningsih, 2017). Dalam penelitian dan gel. Emulgel merupakan campuran
dinyatakan bahwa lendir bekicot (Achatina dari sediaan emulsi dan gel. Kelebihan gel
fulica) diformulasikan dalam bentuk yaitu dapat memberikan rasa dingin di
sediaan gel dengan konsentrasi zat aktif kulit dengan adanya kandungan air yang
sebesar 11% menunjukkan penghambatan cukup tinggi sehingga nyaman digunakan
terhadap bakteri penyebab jerawat yaitu dan adanya sistem emulsi dalam bentuk
Propionibacterium acnes. Lendir bekicot sediaan emulgel akan memberikan
memiliki senyawa aktif Achasin yang penetrasi tinggi pada kulit (Nurhabibah,
2016).

Dewi dkk /Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia 4(2);2018 : 122-134


124

Dalam penelitian Akbar (2017) METODOLOGI PENELITIAN


Lendir Bekicot (Achatina fulica) dapat Alat dan Bahan Penelitian
diformulasi dalam bentuk sediaan Alat yang digunakan antara lain
emulgel anti jerawat dengan batang pengaduk, cawan petri, corong
perbandingan konsentrasi HPMC sebagai gelas (pyrex), cawan krus, cawan
basil gel serta variasi konsentrasi Span porselin, erlenmeyer (pyrex), gelas
dan Tween sebagai agen pengemulsi kimia (pyrex), gelas ukur (pyrex),
diperoleh HPMC 5,5% sebagai basis gel inkubator, sudip, sendok tanduk,
dan Tween 80 3,12%, Span 80 5,88% timbangan analitik dan digital (Acis),
sebagai agen pengemulsi yang viskometer (Rion viscotester VT-04F),
menghasilkan sediaan emulgel yang pH meter.
stabil. Bahan yang digunakan antara
Peningkatan konsentrasi basis lain akuades, biakan bakteri
dapat mempengaruhi kekentalan atau Staphylococcus epidermidis, alkohol
viskositas suatu sediaan semi padat, (95%), HPMC (teknis), lendir bekicot,
sedangkan dalam pembuatan emulsi agen parafin cair (teknis), metil paraben
pengemulsi sangat mempengaruhi sifat (teknis), nutrient agar (teknis), propil
fisik dari sediaan emulsi, tanpa agen paraben (teknis), propilenglikol
pengemulsi maka emulsi tidak akan (teknis), span 80 teknis), tween 80
terbentuk. Berdasarkan penelitian (teknis).
sebelumnya maka peneliti tertarik untuk Prosedur Kerja

melakukan penelitian tentang evaluasi 1. Pengambilan dan Penyiapan Sampel

fisik sediaan emulgel lendir bekicot Bekicot (Achatina fulica) yang

(Achatina fulica) dengan variasi digunakan berasal dari Anaiwoi

konsentrasi serta menguji aktivitas Kelurahan Kandai Kota Kendari.

antibakteri formula lendir bekicot Pengambilan lendir bekicot dilakukan

terhadap Staphylococcus epidermidis dengan cara menyentuh badan lendir

sebagai salah satu bakteri penyebab bekicot hingga badan masuk ke dalam

jerawat. cangkang yang sebelumnya dilakukan


pencucian terlebih dahulu terhadap

Dewi dkk /Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia 4(2);2018 : 122-134


125

bekicot yang akan diambil lendirnya. emulsi dengan dengan


Kemudian ditampung lendir bekicot mencampurkan fase minyak span 80
yang telah diambil (Mardiana et al., dengan parafin cair dan dipanaskan
2015). pada suhu 70ºC dan fase air dengan
2. Pembuatan Sediaan Emulgel mencampurkan tween 80 dan
a. Rancangan Formula sebagian air dipanaskan pada suhu
Tabel 1. Rancangan Formula Tiap 30 70ºC. Setelah itu, fase minyak
gram Emulgel Lendir Bekicot dimasukan ke dalam fase air secara
(Achatina fulica) perlahan sambil diaduk hingga
Nama Konsentrasi (%) terbentuk emulsi. Selanjutnya fase
Fungsi
Bahan A B C
Lendir 16 21 Zat Aktif emulsi dicampurkan kedalam fase gel
11
Bekicot
HPMC 5,5 5,5 5,5 Basis Gel secara perlahan sambil digerus hingga
Propilen Humektan
glikol
10 10 10 terbentuk massa emulgel.
Metil Pengawet Ditambahkan lendir bekicot ke dalam
0,2 0,2 0,2
paraben
Propil Pengawet massa emulgel digerus hingga
0,1 0,1 0,1
Paraben
Agen homogen.
Mentol 0,05 0,05 0,05
Flavour
Paraffin Emolien 3. Evaluasi Fisik Sediaan Emulgel
5 5 5
Cair
Tween 80 3,12 3,12 3,12 Emulgator
a. Uji Organoleptik
Span 80 5,88 5,88 5,88 Emulgator Pengujian organoleptik untuk
ad ad ad Pelarut
Akuades
100 100 100 mengamati bentuk, warna, dan
bau, dari sediaan gel (Pambudi,
b. Pembuatan Sediaan Emulgel Lendir
2013).
Bekicot (Akbar, 2017)
b. Uji Penentuan Tipe Emulsi
Dibuat fase gel dengan cara
Sampel dimasukkan ke dalam
dikembangkan HPMC dalam akuades
gelas kimia, jika ke dalam sampel
dingin selama 15-30 menit, lalu
ditambahkan sedikit air, dan jika
digerus hingga membentuk massa
pengocokan atau pengadukannya
gel, kemudian dilarutkan metil
diperoleh kembali emulsi yang
paraben, propil paraben ke dalam
homogen, maka emulsi yang diuji
propilenglikol lalu ditambahkan
berjenis M/A. Pada jenis A/M akan
kedalam massa gel. Dibuat fase

Dewi dkk /Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia 4(2);2018 : 122-134


126

diperoleh hasil sebaliknya (Pambudi, dimasukkan dalam sediaan hingga


2013). tanda batas. Setelah penunjuk
c. Uji Penentuan pH Sediaan skala menunjukkan angka yang
pH meter yang digunakan tetap, pengukuran dianggap
untuk penentuan pH sediaan selesai (Sari, 2014).
dikalibrasi terlebih dahulu dengan f. Uji Stabilitas Cycling test
menggunakan larutan dapar asetat Evaluasi kestabilan
pH 4,0 dan dapar fosfat pH 7,0. dilakukan dengan penyimpanan
Sediaan diukur pHnya dengan selama beberapa periode (waktu)
mengencerkan 1 gram emulgel pada suhu yang lebih tinggi dari
dengan akuadest sampai 10 mL normal (Ika dkk., 2014). Sediaan
dalam wadah, kemudian dicelupkan Siklus pertama saat sediaan
elektroda ke dalam wadah tersebut, disimpan pada suhu 4°C lalu
dibiarkan jarum bergerak sampai dikeluarkan kemudian diletakkan
pada posisi konstan dan pada suhu 40 ± 2°C masing-
menunjukkan nilai pH emulgel masing selama 24 jam diulang
(Yenti et al., 2014). sebanyak 6 siklus (Pambudi, 2013).
d. Uji Homogenitas 4. Pengujian Aktivitas Antibakteri
Ditimbang emulgel sebanyak Dibuat media pertumbuhan
0,1 gram lalu dioleskan pada kaca bakteri dengan cara ditimbang
transparan secara merata dan tipis. media NA sebanyak 2,8 gram
Homogenitas suatu sediaan apabila kemudian dilarutkan dengan 100 mL
tidak terlihat butir-butir kasar (Yenti akuades, selanjutnya dipanaskan di
et al., 2014). atas penangas hingga larut
e. Uji Viskositas (mendidih), kemudian disterilisasi
Sediaan diukur viskositasnya menggunakan alat autoklaf selama
menggunakan alat viskometer 15 menit pada suhu 121oC.
(Rion®). Sediaan uji dimasukkan Biakan bakteri Staphylococcus
dalam wadah dengan volume 100 epidermidis disuspensikan ke dalam media
mL, kemudian spindel yang sesuai NA yang telah disterilkan, dituang

Dewi dkk /Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia 4(2);2018 : 122-134


127

kedalam cawan petri dan dibiarkan epidermidis salah satu penyebab jerawat
memadat. Setelah memadat dibuat 5 diformulasikan kedalam 3 formula
sumuran yang sama besar lalu dengan variasi konsentrasi yaitu Formula
dimasukkan masing-masing pengenceran A konsentrasi lendir bekicot 11%, formula
formula beserta kontrol positif B konsentrasi lendir bekicot 16% dan
klindamisin ke dalam sumuran, formula C konsentrasi lendir bekicot 21%.
kemudian diinkubasi selama 1x24 jam Beberapa bahan tambahan sediaan
pada suhu 37oC. Setelah itu, diukur zona emulgel yaitu HPMC sebagai bahan
hambat yang terbentuk di sekitar sumur, pembentuk gel (gelling agent), tween 80
diameter vertikal dan diameter horizontal dan span 80 sebagai basis emulsi, metil
dengan satuan milimeter menggunakan paraben sebagai bahan pengawet,
jangka sorong (Tiwa et al., 2017). propilenglikol sebagai bahan humektan
yaitu bahan yang mempertahankan kadar
HASIL PENELITIAN air dalam sediaan agar tidak mengeras,
Sampel yang digunakan dalam paraffin cair sebagai emolien dan mentol
penelitian ini adalah lendir bekicot sebagai penambah aroma sekaligus
(Achatina fulica). Bekicot yang digunakan memberi sensasi dingin pada kulit saat
dikumpulkan lalu dicuci menggunakan digunakan, serta alkohol 96% yang
air mengalir untuk meminimalisir adanya digunakan untuk melarutkan mentol.
kandungan senyawa lain yang terbawa Pada penelitian ini menggunakan
saat pengambilan lendir serta untuk kombinasi emulgator tween 80 dan span
memperpanjang masa hidup bekicot. 80 yang akan membuat fase air dan fase
Lendir bekicot yang diperoleh memiliki minyak dapat menyatu membentuk
warna putih bening dan agak lengket sistem emulsi. Saat fase minyak
dengan konsistensi yang kental. dimasukkan dalam fase air,
Formulasi sediaan emulgel mengakibatkan tween 80 dan span 80
menggunakan bahan aktif lendir bekicot membentuk lapisan monomolekuler pada
(Achatina fulica) mengandung senyawa lapisan batas antarmuka droplet parafin
achasin yang dapat menghambat cair dengan air. Bagian hidrofobik dari
pertumbuhan bakteri Staphylococcus tween 80 dan span 80, yakni rantai

Dewi dkk /Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia 4(2);2018 : 122-134


128

hidrokarbon akan mengarah ke dalam Setelah massa gel terbentuk kemudian


droplet parafin cair, sementara itu rantai dibuat fase emulsi sediaan cara
polioksietilen dari tween 80 dan cincin mencampurkan masing-masing fase air
span 80 yang merupakan bagian hidrofilik yaitu akuades dan tween 80, fase minyak
akan mengarah ke medium dispers, yaitu span 80 dan paraffin cair dalam cawan
air. Di dalam droplet parafin cair akan porselen kemudian dipanaskan diatas
terjadi interaksi van der waals antara rantai penangas hingga suhu 70oC. Pemanasan
hidrokarbon dari tween 80 dan rantai tersebut dilakukan agar mempercepat
hidrokarbon dari span 80. Sementara itu, proses pencampuran dan proses
pada medium dispers akan terjadi ikatan pembentukan emulsi. Ketika kedua fase
hidrogen antara bagian hidrofilik antara telah mencapai suhu 70oC dimasukan
tween 80 dan span 80 dengan air. Rantai kedua fase air dan fase minyak tersebut
polioksietilen dari tween 80 dan cincin kedalam lumpang yang berisi massa gel
span 80 akan menjadikan kedua dan digerus hingga terbentuk massa
emulsifying agent ini sebagai halangan emulgel.
sterik bagi droplet-droplet parafin cair Setelah fase emulsi dan fase gel
sehingga kemungkinan untuk digabungkan, lalu ditambahkan bahan
bergabungnya droplet-droplet parafin cair tambahan lainnya, yaitu metil paraben
dapat diminimalkan (Kim, 2005). yang telah dilarutkan terlebih dahulu
Pembuatan emulgel lendir bekicot kedalam propilenglikol, mentol yang
diawali dengan membuat massa gel dan telah dilarutkan dengan alkohol 96%
emulsi. Massa gel dibuat dengan cara secukupnya, kemudian ditambahkan
mendispersikan HPMC menggunakan lendir bekicot ke dalam formulasi dan
akuades dingin selama 20 menit hingga digerus hingga membentuk sediaan yang
mengembang. Pada saat HPMC homogen. Lendir bekicot ditambahkan
didispersikan kedalam akuades terjadi paling akhir untuk mencegah rusaknya
kontak antara air dengan HPMC yang kandungan bahan aktif yang terkandung
menyebabkan hidrasi serta peregangan didalamnya karena adanya proses
rantai molekul HPMC dapat pemanasan dalam pembuatan emulgel.
menyebabkan terbentuknya massa gel.

Dewi dkk /Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia 4(2);2018 : 122-134


129

Pengujian evaluasi fisik sediaan memiliki pH 6,62 – 6,98 untuk formula B


emulgel dilakukan setiap minggu selama memiliki pH 6,66 – 6,97 dan untuk
empat minggu penyimpanan pada suhu formula C memiliki pH 6,85 – 6,93. Nilai
kamar, untuk melihat kestabilan sediaan pH yang diperoleh termasuk range pH
emulgel selama penyimpanan. asam lemah yang masih dapat ditoleransi
Uji organoleptik dilakukan untuk pada umumnya.
mengetahui kestabilan dari sediaan yang Uji homogenitas merupakan
dibuat memenuhi aspek yang dapat parameter yang menunjukkan kualitas
diterima (acceptability) untuk konsumen sediaan karena akan mempengaruhi efek
atau tidak (Handayani, 2015). Hasil terapi dari sediaan. Hasil pengujian
pengujian organoleptik menunjukkan homogenitas menunjukkan masing-
bahwa sediaan emulgel lendir bekicot masing formula memberikan hasil yang
stabil selama empat minggu homogen yang ditandai dengan
penyimpanan yang ditandai dengan tidak persamaan warna yang tersebar, tidak
adanya perubahan bentuk, aroma mengandung partikel padat yang tidak
maupun warna dari sediaan emulgel larut dan tidak terdapat gumpalan-
lendir bekicot yaitu sediaan emulgel gumpalan pada kaca objek.
lendir bekicot berwarna putih susu, Pengujian tipe emulsi bertujuan
beraroma khas mentol serta memiliki untuk mengetahui tipe emulsi pada
bentuk semi padat yaitu emulgel. sediaan. Berdasarkan hasil pengujian tipe
Pada pengujian pH diharapkan emulsi, sediaan emulgel termasuk emulsi
memiliki pH 4,5-6,5 yang sesuai pH tipe minyak dalam air (M/A) yang tidak
standar SNI sediaan topikal. Apabila pH mengalami perubahan selama empat
sediaan bersifat basa maka dapat minggu penyimpanan. Tipe emulsi yang
menyebabkan kulit kering dan bersisik dihasilkan sesuai dengan tipe emulsi yang
begitu pula bila pH sediaan asam maka diharapkan. Emulsi tipe M/A
dapat menyebabkan iritasi pada kulit mempunyai keuntungan pelepasan
(Handayani, 2015; Nofi et al., 2016). obatnya baik dan mudah dicuci dengan
Berdasarkan hasil pengujian nilai air karena apabila dioles di kulit maka
pH menunjukkan bahwa formula A akan terjadi penguapan serta peningkatan

Dewi dkk /Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia 4(2);2018 : 122-134


130

konsentrasi sehingga memudahkan mungkin karena pergeseran viskositas


penyerapannya ke dalam jaringan kulit. menggambarkan stabilitas fisik emulgel
Hasil pengujian viskositas sediaan (Laverius, 2011).
emulgel lendir bekicot (Achatina fulica) Nilai pergeseran viskositas yang
menunjukkan adanya perbedaan nilai diperoleh sesuai dengan yang diharapkan
viskositas antar formula serta adanya yakni kurang dari 10%, untuk formula A
peningkatan dan penurunan nilai dengan nilai 3,33%, formula B 9,99%,
viskositas atau yang dikenal dengan formula C 9,99% dan formula D 10%
pergeseran nilai viskositas selama empat sehingga sediaan tersebut stabil selama
minggu penyimpanan pada suhu kamar. penyimpanan.
Nilai viskositas tertinggi terdapat pada Pada pengujian stabilitas fisik
formula B dan C dengan nilai viskositas sediaan dengan metode cycling test
110-130 dPa.s, formula A dengan nilai dilakukan pada suhu berbeda yaitu
viskositas 100-110 dPa.s, dan nilai sediaan disimpan pada suhu 4 oC
viskositas terendah pada formula D yakni kemudian dikeluarkan dan ditempatkan
100-120 dPa.s. Nilai viskositas yang tinggi pada suhu penyimpanan 41±2oC masing-
akan memberikan stabilitas sistem emulsi masing selama 24 jam yang artinya adalah
di dalam sediaan emulgel karena akan satu siklus. Pengujian ini dilakukan
meminimalkan pergerakan droplet fase sebanyak 6 siklus. Kondisi fisik sediaan
dispers sehingga perubahan ukuran dibandingkan selama pengujian dengan
droplet ke ukuran yang lebih besar dapat kondisi fisik sediaan sebelumnya meliputi
dihindari dan kemungkinan terjadinya organoleptik yaitu warna, aroma dan
koalesens dapat dicegah. Pergeseran bentuk dari sediaan emulgel, nilai pH dan
viskositas menggambarkan homogenitas (Ika et al., 2014).
ketidakstabilan emulgel selama Berdasarkan hasil pengujian
penyimpanan dalam jangka waktu satu organoleptis tidak terjadi perubahan fisik
bulan. Pergeseran viskositas yang pada sediaan emulgel yaitu berwarna
diinginkan dari emulgel kurang dari atau putih susu, aroma khas mint dan
sama dengan 10%. Emulgel diharapkan berbentuk emulgel dengan homogenitas
memiliki pergeseran viskositas serendah yang baik. Pada evaluasi tingkat

Dewi dkk /Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia 4(2);2018 : 122-134


131

keasaman, nilai pH sediaan emulgel pada konsentrasi yaitu 11% b/v, 16% b/v, dan
keempat formula termasuk asam lemah 21% b/v, untuk mengetahui konsentrasi
yaitu berkisar (6,62-6,8), nilai pH tersebut daya hambat minimum emulgel lendir
tidak menyebabkan iritasi pada kulit dan bekicot, digunakan basis emulgel sebagai
dapat ditoleransi. kontrol negatif dan sediaan gel
Pengujian daya hambat sediaan klindamisin 1,2% sebagai kontrol positif
emulgel lendir bekicot dilakukan pada untuk pembanding terhadap sediaan uji
minggu keempat penyimpanan pada emulgel lendir bekicot sehingga dapat
suhu kamar dengan metode difusi mengetahui konsentrasi optimum
sumuran. Alasan penggunaan metode emulgel lendir bekicot yang memberikan
difusi dengan cara sumuran yaitu sediaan efek antibakteri dengan adanya zona
uji dimasukkan disetiap lubang sehingga hambat. Digunakan klindamisin sebagai
waktu kontak lebih besar dan terjadi kontrol positif karena merupakan jenis
proses osmolaritas esktrak yang antibiotik yang digunakan untuk
menyeluruh dan homogen sehingga mengobati penyakit akibat infeksi bakteri
konsentrasi ekstrak lebih tinggi untuk aerob gram positif salah satunya
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis dan banyak
menjadi lebih kuat dari metode difusi disk digunakan sebagai antijerawat baik
(Misna, 2016). sediaan oral maupun topikal.
Media yang digunakan untuk Hasil pengujian daya hambat
pertumbuhan bakteri yaitu media nutrient pada masing-masing formula lendir
agar yang merupakan salah satu media bekicot (Achatina fulica) dengan variasi
umum yang digunakan mengandung konsentrasi yang dilakukan sebanyak 3
nutrisi untuk pertumbuhan bakteri dan kali pengulangan menunjukkan adanya
untuk mengisolasi organisme dalam perbedaan daya hambat terhadap
kultur murni (Misna, 2016). pertumbuhan bakteri Staphylococcus
Pada hasil pengukuran zona epidermidis dibandingkan dengan kontrol
hambat terbentuk pada hari pertama positif klindamisin dan kontrol basis
selama 24 jam. Sediaan emulgel lendir emulgel dapat dilihat pada Tabel 2 dan
bekicot (Achatina fulica) dibuat variasi Gambar 1.

Dewi dkk /Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia 4(2);2018 : 122-134


132

Tabel 2. Hasil Pengukuran Diameter sebesar 4,8 mm, sedangkan gel


Zona Hambat Sediaan Emulgel
klindamisin 1,2% sebagai kontrol positif
Lendir Bekicot (Achatina fulica)
Rata-rata menunjukkan zona hambat sebesar 10,4
Zona
Zona
Formula Replikasi Hambat
Hambat mm yang lebih besar dibandingkan
(mm)
(mm) ± SD
1 3,7 dengan sediaan uji. Hal ini terjadi karena
A 2 3,7 3,7 ± 0,54 klindamisin merupakan antimikroba yang
3 3,7
1 4,4 spektrumnya menyerupai linkomisin
B 2 4,3 4,4 ± 0,57
namun aktivitasnya lebih besar terhadap
3 4,4
1 4,8 organisme yang sensitif. Klindamisin aktif
C 2 4,8 4,8 ± 0,0
3 4,8 terhadap Staphylococcus aureus, D.
1 0
D 2 0 0 ± 0,0 Pneumoniae, Streptococcus pyogenes dan
3 0 Streptococci (kecuali Streptococcus faecalis)
1 10,4
E 2 10,3 10,4 ± 0,57 (Jawet et al., 2005) dan kelompok basis
3 10,4
emulgel sebagai kontrol yang hanya
mengandung bahan tambahan dan tidak
mempunyai aktivitas antibakteri terhadap
Staphylococcus epidermidis tidak
menunjukkan adanya zona hambat.
Pada kelompok uji lendir bekicot
(Achatina fulica) menunjukkan zona
hambat yang terbentuk masih tergolong
Gambar 1. Grafik Zona Hambat Emulgel
Lendir Bekicot kategori lemah karena diameter zona
Keterangan :
A : Sediaan Emulgel Lendir Bekicot 11%
hambatnya kurang dari 5 mm (Pradana,
B : Sediaan Emulgel Lendir Bekicot 16% 2013).
C : Sediaan Emulgel Lendir Bekicot 21%
D : Basis Sediaan Emulgel (Kontrol) Hasil pengukuran zona hambat
E : Gel Klindamisin 1,2% (Kontrol Positif)
uji statistik parametrik One Way ANOVA
Diameter zona hambat atau lebih
diketahui bahwa pada variabel terikat
dikenal Konsentrasi Hambat Minimum
dengan nilai signifikasi < 0,05 yang berarti
(KHM) pada konsentrasi 11% adalah
terdapat perbedaan yang bermakna atau
sebesar 3,7 mm, kemudian konsentrasi
ada pengaruh perbedaan konsentrasi
16% sebesar 4,4 mm dan konsentrasi 21%

Dewi dkk /Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia 4(2);2018 : 122-134


133

sediaan emulgel lendir bekicot (Achatina Bina Husada: Kendari (tidak


dipublikasikan).
fulica) pada daya hambat pertumbuhan Bailey, W. R dan Elvin, S. 2004. Diagnostic
bakteri Staphylococcus epidermidis yang Microbiology a Texbook for The Isolation
and Identification of Pathogenic
dihasilkan pada media nutrient agar. Microorganisme. The C. V.Mosby
Company: Saint Louis. Hal. 257.
Selanjutnya hasil uji BNT/LSD Dewi, S.A., 2009, Cara Ampuh Mengobati
didapatkan hasil bahwa ketiga formula Jerawat Secara Alami dan
Medis. Buana Pustaka, Yogyakarta.
emulgel lendir bekicot (Achatina fulica) Handayani, M., Mita, N., & Ibrahim, A. 2015.
Formulasi Dan Optimasi Basis Emulgel
dengan perlakuan kontrol (basis emulgel) Carbopol 940 Dan Trietanolamin
berbeda nyata pada setiap formula Dengan Berbagai Variasi Konsentrasi.
In Proceeding of Mulawarman
dengan nilai signifikansi < 0,05 antar Pharmaceuticals Conferences (Vol, 1
pp. 53-60).
perlakuan. Harper JC, Fulton J. 2007. Acne vulgaris,
KESIMPULAN (online) Available from:
http://emedicine.medscape.com/art
Peningkatan konsentrasi lendir icle/1069804-overview.(diakses
bekicot (Achatina fulica) tidak tanggal 20 Maret 2018).
Ika, Mariss M.P., Puspitasari., Mahdi Jufri.,
mempengaruhi stabilitas fisik dari sediaan Azizahwati., 2014. Uji Pengaruh
Sediaan Emulgel yang Mengandung
emulgel dan peningkatan konsentrasi Ekstrak Buah Cabai Rawit (Capsicum
lendir bekicot (Achatina fulica) frutescens L.) Terhadap Aktivitas Lipase
Secara In Vitro. Karya Ilmiah,
mempengaruhi Konsentrasi Hambat Fakultas Farmasi, Universitas
Indonesia: Depok.
Minimun (KHM) yaitu konsentrasi
Jawetz, E, J. Melnick. 2005. Mikrobiologi
formula emulgel lendir bekicot semakin Kedokteran. EGC Jawetz, melnick &
Adelberg. Jakarta.
tinggi maka semakin besar pula KHM Kim, Cherng-Ju. 2005, Advanced Pharmaceutics
Physicochemical Principles. CRC Press,
yang ditimbulkan pada media nutrien
London.
agar. Formula C dengan konsentrasi Laveirus, M.F., 2011, Optimasi Tween 80 dan
Span 80 Sebagai Emulsifying Agent
lendir bekicot 21% memberikan zona Serta Carbopol Sebagai Gelling Agent
hambat paling besar yaitu 4,8 mm yang Dalam Sediaan Emulgel
Photoprotector Ekstrak Teh Hijau
termasuk kategori lemah. (Camelia sinensis L.): Aplikasi Desain
Faktorial, Universitas Sanatha
DAFTAR PUSTAKA
Dharma, Yogyakarta, 11-13.
Akbar, A.J. 2017. Formulasi Sediaan Emulgel Mardiana, Z.H., Amila, G. dan Lanny, M.
Anti Jerawat Lendir Bekicot (Achatina 2015. Formulasi Gel yang
fulica) Menggunakan Tween 80 Dan Mengandung Lendir Bekicot
Span 80 Sebagai Agen Pengemulsi (Achatina fulica) Serta Uji Aktivitas
Serta HPMC Sebagai Basis Gel. Akfar Antibakteri Terhadap
Propionibacterium acne. Prosiding

Dewi dkk /Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia 4(2);2018 : 122-134


134

Penelitian Spesia UNISBA Farmasi Sadhori S, Naryo. 1997, Teknik Budidaya


Gelombang 2 (2014-2015), Bandung, Bekicot. PT Balai Pustaka, Jakarta
pp 223-224, diakses pada 30 Januari Timur.
2018, http://karyailmiah.unisba.ac.id/ind Sari, M.P. 2014. Formulasi Krim Tabir Surya
ex.php/farmasi/article/viewFile/1776/pdf. Fraksi Etil Asetat Kulit Pisang Ambon
Misna, M., dan Diana, K. 2016. Aktivitas Putih [Musa (AAA Group)] dan
antibakteri ekstrak kulit bawang Penentuan Nilai Faktor Pelindung
merah (Allium cepa L.) Terhadap Surya (Fps) Fraksi Etil Asetat Secara In
bakteri Staphylococcus aureus. Jurnal Vitro, Skripsi, Universitas Islam
Farmasi Galenika (Galenika Journal of Bandung.
Pharmacy), 2 (2), 138-144. Sulaiman, T.N.S. dan Kuswahyuning R. 2008.
Nofi, T.Y., Effionora Anwar., Fadlina C.S., Teknologi dan Formulasi Sediaan Semi
2016. Formulasi Emulgel yang Padat. Universitas Gadjah Mada.
Mengandung Ekstrak Alkohol Daun Yogyakarta.
Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Tiwa, F. G., 2017. Uji Efektivitas Daya Hambat
Steenis) dan Uji Aktivitasnya Getah Daun Jarak Pagar (Jatropha
terhadap Propionibacterium acnes Curcas L.) Terhadap
Secara In Vitro. Jurnal Kefarmasian Streptococcus mutans. Pharmacon,6 (4).
Indonesia. Fakultas Farmasi: Vikas Singla, 2012. Emulgel: A New Platform
Universitas Indonesia; Depok. For Topical Drug Delivery:: International
Nurhabibah. 2015. Formulasi Emulgel Journal of Pharma and Bio Sciences:h.
Antijerawat Dari Ekstrak Rimpang 485-498.
Temulawak (Curuma xanthorrhiza Wahyuningsih, Rikha. 2017. Uji Aktivitas
Roxb.) dan Uji Aktivitasnya Terhadap Antibakteri Lendir Bekicot (Achatina
Bakteri Propionibacterium Acnes, fulica) terhadap Staphylococcus
diakses pada 30 Januari 2018, epidermidis penyebab jerawat. Akfar
http://farmasi.uniga.ac.id/wp_content/up Bina Husada: Kendari (tidak
loads/2015/05/Teknologi. dipublikasikan).
Farmasi.pdf. Yani, T. N., Anwar, E., & Saputri, F. C. 2016.
Pambudi, K. 2013. Formulasi dan Uji Stabilitas Formulasi Emulgel yang Mengandung
Fisik Sediaan Emulsi Minyak Biji Ekstrak Alkohol Daun Binahong
Jinten Hitam‟, Universitas Indonesia, (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis)
Jakarta, diakses pada 20 Maret 2018, dan Uji Aktivitasnya terhadap
http://lib.ui.ac.id/naskahringkas/2015- Propionibacterium acnes secara In
08/S45435-Kurniawan %20 Pambudi. Vitro. Jurnal Kefarmasian Indonesia, 6
Panwar, A.S. 2011. Emulgel : A Review‟, (2), 89-97.
Asian Journal of Pharmacy and Yenti, Revi., 2014. Formulasi Emulgel Ekstrak
Life Science, 1:336-337, diakses pada 25 Alkohol Daun Dewa
Maret 2018, (Gynura Pseudochina (L.) Dc) Untuk
http://ajpls.com/admin/issues/pissue71.pdf Pengobatan Nyeri Sendi Terhadap
.oog. Tikus Putih Jantan. Sekolah Tinggi
Radji, M., 2011, Buku Ajar Mikrobiologi Farmasi Indonesia Perintis Padang,
Panduan Mahasiswa Farmasi dan Prosiding Seminar Nasional dan
Kedokteran, 107, 118, 201-207, 295. Workshop “Perkembangan Terkini Sains
Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Farmasi
Rowe, R.C., Paul, J.S. and Sian, C.O. 2009, dan Klinik IV” tahun 2014, Padang, pp
Handbook Of Pharmaceutical 56-58, diakses pada 26 Maret 2018,
Excipients 6th Edition. Pharmaceutical http://semnasffua.com/pub/2014/PROSID
Press, Washington D.C. ING%202014_p56-63.pdf.

Dewi dkk /Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia 4(2);2018 : 122-134

Anda mungkin juga menyukai