Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH TEKNIK PEMBUATAN SPLINT DAN ALAT BANTU

Disusun Oleh :

Kelompok 4
Debora Astrid F Sipayung (P27228017 007)
Dewi Yulianti (P27228017 008)
Octha Denny Pratiwi (P 27228017040)

Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Mata Kuliah OT pada Ortopedi,
Splint dan Assistive Devices Lanjut

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURAKARTA

JURUSAN OKUPASI TERAPI PRODI DIV OKUPASI TERAPI

2017
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat iman dan sehat jasmani
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Makalah Teknik Pembuatan Splint dan Alat Bantu pada
Mata Kuliah OT Orthopedi Lanjut ini. Begitu besar nikmat yang terkadang tidak dirasa
manfaatnya ketika kita sehat dan memiliki bagian tubuh yang lengkap ataupun tidak cidera
sehingga tidak memerlukan alat bantu dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Rasa penyesalan dan
rasa syukur mulai dirasakan ketika kenikmatan itu sedikit diambil oleh-Nya dan kehidupan kita
sedang di uji. Berbagai pengobatan dan tindakan terapi yang tersedia di Rumah Sakit maupun
Klinik membantu para klien atau pasien untuk dapat melanjutkan kehidupannya dalam melakukan
aktivitas sehari-hari dengan keterbatasan fisik yang dimiliki. Okupasi Terapis membuat sebuah
alat bantu berupa hand splint yang memiliki berbagai fungsi sesuai dengan kondisi atau penyakit
yang mengakibatkan cidera atau paralysis pada tangan klien. Fungsi tersebut diantaranya dapat
membuat tangan klien beristirahat dalam beberapa waktu untuk masa pemulihan maupun fungsi
sebagai latihan penggerak agar meningkatkan kekuatan tangan klien. Dalam makalah ini akan di
jelaskan secara lengkap mengenai penggunaan hand splint dalam berbagai kasus sampai dengan
teknik pembuatannya, harapannya adalah pembaca mendapat informasi mengenai penggunaan
handsplint maupun cara membuatnya, terutama untuk tim profesi dalam menambah wawasan yang
ada.

Jakarta, 22 September 2017


BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Setelah Perang Dunia I, terapis menjadi lebih tertarik pada fungsi ekstremitas atas
sebagai perkembangan baru berkembang di bidang medis: tendon sedang diperbaiki,
antibiotik baru ditemukan, dan ahli bedah mampu menyelamatkan anggota badan yang
dalam tahun-tahun sebelumnya, akan diamputasi. Dr Wynn Parry dari Royal Air Force di
Inggris menerbitkan sebuah teks pada rehabilitasi tangan pada tahun 1958, mengusulkan
pendekatan tim untuk merawat pasien tangan di mana psysician, physioterapist, terapis
okupasi, dan pasien secara kolektif bekerja menuju goal. Pusat terapi Amerika dan terapis
okupasi mulai mengkhususkan diri dalam perawatan ekstremitas atas cedera saraf perifer
dan amputations. Therapist menjadi terampil dalam mengembangkan teknik untuk asisst
pasien dalam bidang-bidang berikut: aktivitas hidup sehari-hari (ADLs), kerja
penyederhanaan untuk menonaktifkan ibu rumah tangga, dan pelatihan dalam penggunaan
ekstremitas atas prosthesis. Seiring kemajuan medis dibuat dalam pengobatan penyakit
polio selama tahun 1950, terapis memperluas upaya perbaikan mereka untuk enclude
perlakuan terhadap kondisi yang lebih kronis seperti radang sendi, bawaan cacat, stroke,
dan defisit akibat traumatis injury. Selama tahun 1960-an, pemahaman yang lebih cacat
tangan rheumatoid arthritis dan fungsi terjadi, sehingga mendukung pengembangan
evaluasi fungsional.

2. Definisi

Hand splint adalah alat bantu ortopedi yang digunakan untuk pasien yang mengalami
gangguan pada tangan. Misalnya seperti pada pasien Cerebral Palsy dengan kasus
pergelangan tangan lemas ke bawah (drop hand), atau bisa juga digunakan pada pasien
dengan cedera atau kecacatan yang terjadi pada pergelangan tangan hingga jari tangan.
Patah tulang pada tangan, luka bakar, carpal tunnel sindrom, tangan yang layuh,
mengurangi peradangan karena trauma, mengontrol rasa nyeri, mengurangi peradangan
karena arthtritis.

Alat bantu adalah perangkat yang membantu seseorang melakukan sesuatu yang
mungkin tidak dapat mereka lakukan dengan baik atau sama sekali. Umumnya istilah ini
digunakan untuk perangkat yang membantu orang mengatasi cacat seperti mobilitas,
penglihatan, mental, ketangkasan atau gangguan pendengaran.

3. Tujuan Umum
Dokter dan terapis harus memutuskan kapan dan untuk tujuan apa splint dianjurkan.
Terapis sering memperhatikan kebutuhan splint terlebih dahulu karena dia bekerja secara
fungsional dengan pasien dan mempersiapkan pelatihannya untuk kebebasan pribadi
pasien. Karena waktu sering menjadi faktor penting dalam pencegahan deformitas, terapis
memiliki tanggung jawab untuk mengenali kebutuhan splint segera setelah terlihat.
Sebaliknya, terapis memiliki tanggung jawab untuk memeriksa pasien secara berkala untuk
melihat apakah perubahan telah terjadi dan splint telah menjalankan fungsinya, jika
keadaan membaik untuk memastikan splint dilepas.
1.) Splinting untuk perlindungan dan mobilisasi: gerak awal
Setelah cedera di tangan, mempertahankan gerakan sendi dan glide lapisan jaringan
diperlukan untuk mempertahankan mobilitas kompleks dari tangan. Efek
menguntungkan yang mencolok dari gerakan awal setelah cedera menyebabkan
keterlibatan post-operative terapis segera terjadi pada pasien trauma yang paling parah
sekalipun. Sebagai contoh, perawatan standar fraktur yang stabil pada tangan sering
terdiri dari splint / orthosis yang bisa dilepas yang bisa dilepas, yang memungkinkan
gerakan awal sambil memberikan perlindungan pada fraktur penyembuhan selama
penggunaan tangan. Selain itu, penanganan luka tendon fleksor atau ekstensor yang
diperbaiki sekarang sering dimulai pada protokol gerakan aktif yang dilindungi
langsung, yang mencakup splint pelindung / orthosis. Splints / orthoses juga digunakan
untuk imobilisasi daerah anatomis yang dipilih saat radang ligamen, tendon, atau saraf
terlihat. Imobilisasi melalui perangkat eksternal memberlakukan istirahat ke jaringan
yang meradang. Istirahat ini, ditambah dengan obat antiinflamasi oral atau lokal,
biasanya memungkinkan sebagian besar radang mereda tanpa intervensi bedah.
2.) Splinting untuk management jaringan parut /scar
Kontur jaringan penyembuhan dengan posisi dan tekanan positif dari splint / orthosis
dicapai oleh banyak splint / orthoses, yang berubah saat bekas luka jatuh tempo. Selalu,
kekakuan sendi menyertai luka kompleks ini dan tujuan bersamaan untuk mendapatkan
kembali gerak seimbang dengan kebutuhan untuk mempertahankan panjang luka dan
elastisitas jaringan. Pengobatan luka bakar ke tangan atau bagian tubuh lainnya
membutuhkan splint posisional yang penuh perhatian selama berbulan-bulan untuk
mendorong jaringan parut agar matang dalam posisi yang panjang.

3.) Splinting untuk Support Sendi yang tidak stabil


Sebuah imobilisasi pendukung splint/orthosis dapat digunakan untuk melindungi
ligamen penyembuhan setelah cedera dan / atau perbaikan bedah. splint / orthosis
dipakai sampai penyembuhan selesai. Pasien dilepas dari splint / orthosis karena
aktivitas fisik meningkat. Arthritis atau trauma dapat mengurangi stabilitas sendi
normal yang diberikan oleh ligamen. Dalam keadaan seperti itu, pasien mungkin
memerlukan alat eksternal untuk mendukung sendi saat kekuatan otot ditransmisikan
melintasi sendi selama penggunaan fungsional. Jika pasien bukan kandidat bedah, atau
memiliki banyak sendi lain yang terlibat, splint / orthosis dapat dipakai tanpa batas
waktu dan diganti berkali-kali.

OT harus melakukan pemeriksaan tangan yang sakit maupun sehat untuk menentukan
tujuan pemasangan splint dan daerah mana yang akan dipasang splint. Tujuan yang telah
ditentukan akan menentukan apakah akan dipasang splint statik atau dinamik

• Splint korektif berfungsi memposisikan sendi pada posisi yang benar (correct
alignment)
• Semua splint perlu dilepas pada waktu-waktu tertentu sebagai bagian dari program
latihan.
• Splint dan tangan pasien perlu dibersihkan dan dikeringkan serta diganti dengan splint
yang posisinya benar sesuai kondisi pasien.
• Terapis harus selalu waspada terhadap adanya bengkak sebagai akibat splint atau strap.
• Pasien didorong menggunakan bagian tangan yang dipasang splint sebanyak mungkin
untuk mempertahankan tonus otot dan mobilitas sendi.
• Splint hanya digunakan pada sendi yang memerlukannya berdasar pemeriksaan secara
kompehensif.
• Semua splint harus rapi dan dibuat secara hati-hati dengan melibatkan ketrampilan
tinggi.
• Splint harus ringan, tahan lama, memperhatikan aspek kosmetik, mudah dibersihkan,
dan didisain secara akurat.

4. Fungsi Hand Splint


Hand splint memiliki salah satu fungsi dari imobilisasi atau mobilisasi.
a) Imobilisasi
Splint digunakan untuk imobilisasi dan pemulihan penyembuhan jaringan,
pengurangan radang akibat trauma, pengurangan peradangan dari arthritis, kontrol rasa
sakit, penyediaan dukungan dari luar, pengganti otot absen, lemah, atau tidak seimbang,
evaluasi potensi pembedahan.
b) Memobilisasi
Fungsi kedua dari hand splint adalah untuk memobilisasi jaringan dengan
menggunakan kekuatan yang diterapkan oleh splint untuk membantu penyembuhan
jaringan. Penggunaan yang tepat untuk memobilisasi splint dapat menghilangkan
kebutuhan akan prosedur pembedahan. Sebagai perlindungan struktur penyembuhan,
meningkatkan atau mempertahankan gerak sendi dan glide jaringan lunak, berpengaruh
pada pembentukan bekas luka kulit.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Kinesiology Of Hand

Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari gerak atau science human movement yang
diaplikasikan dan menjelaskan tentang gerak tubuh manusia kemudian ilmu ini dapat
diaplikasikan terhadap prinsip-prinsip mekanik dalam gerak manusia yang disebut
dengan biomekanika atau biomekanik kinesiology sedangkan aplikasi anatomi dalam
gerak manusia disebut anatomi kinesiologi. Pada proses pembuatan splint perlu
dipahami betul tentang aplikasi kinesiologi pada tangan, hal tersebut berpengaruh pada
pola pergerakan fungsional pada splint dinamik dan posisi anatomi yang tepat pada
splint statik. Secara struktural anatomi kinesiologi pada wrist and hand yang akan
dijelaskan terdiri dari 27 bones (tulang), 5 joint (sendi), muscle (otot), dan movement
(gerakan).

a. Bones
Secara keseluruhan tulang yang ada pada tangan terdapat 27 tulang yang terletak
pada tiga bagian besar yaitu tulang carpal, metacarpal, dan phalangs.
- Tulang Carpal terdiri dari : 8 tulang kecil yang terdapat pada dua baris yaitu
bagian proksimal dan bagian distal. Tulang carpal bagian proksimal antara lain:
Scaphoid, Lunatum, Triquetrum, dan Pisiform. Sedangkan Tulang carpal
bagian distal antara lain: Trapezoid, Trapezium, Capitatum, dan Hamatum.
- Tulang Metacarpal terdiri dari : 5 tulang, dari thumb sampai little finger.
- Tulang Phalangs terdapat 14 tulang yang terdiri dari tiga sisi yaitu distal
phalangs 5 tulang, medial phalangs 4 tulang, dan proksimal phalangs 5 tulang.

b. Joints
Sendi merupakan perhubungan antar tulang sehingga tulang dapat digerakkan.
Hubungan antar dua tulang disebut persendian (artikulasi). Persendian pada
telapak tangan terdapat 5 sendi yang menghubungkan antar tulang sehingga
menghasilkan gerakan fungsional tangan. Peresendian tersebut diantaranya adalah;
- Radiocarpal Joint : sendi yang menghubungkan antar tulang radius dan tulang
carpal.

Keterangan:
Wrist Joint
Fleksi 70o-90o Abduksi 15o-25o
Ekstensi 65o-85o Adduction 25o-40o

- Carpometacarpal Joint (CMC): sendi yang menghubungkan antar tulang carpal


dan metacarpal.

Keterangan :
CMC joint merupakan tipe sendi yang unik pada thumb.
Abduksi 50o-70o
Fleksi 15o-45o
Ekstensi 0-20o

- Metacarpophalangeal Joint (MCP): sendi yang menghubungkan antar tulang


metacarpal dan phalangs.
Keterangan:
Sendi Condyloid
Ekstensi 0-40o
Fleksi 85o-100o

- Proksimal Interphalangeal Joint (PIP) : sendi yang menghubungkan antar tulang


phalangs bagian proksimal.

Keterangan :
Ginglymus
Full Ekstensi sampai 90o
Fleksi 120o

- Distal Interphalangeal Joint (DIP): sendi yang menghubungkan antar tulang


phalangs bagian distal.
Keterangan :
Ginglymus
Fleksi 80o-90o dari Full Ekstensi.

Sumber Gambar :
©2007 McGraw-Hill Higher Education. All rights reserved

c. Muscles
Otot pada tangan terbagi menjadi dua jenis yaitu instrinsik dan ekstrinsik.
Otot Instrinsik merupakan otot yang mempunyai perlekatan di tangan atau jari saja.
Otot ini dibagi menjadi otot penggerak ibu jari (thumb) yang disebut otot thenar
dan otot penggerak kelingking yang disebut hypothenar serta otot bagian tengah
atau otot sentral. Sedangkan Otot Ekstrinsik merupakan otot yang letak perlekatan
atau origo dan insertio di luar proksimal tangan. Otot Instrinsik diantaranya :
1. Otot penggerak ibujari :
 Musculus Abduktor policis brevis, (origo: retinaculum musculorum
flexorum dan os trapezium, insertio: sisi lateral basis phalanx lateral ibujari)
 Musculus Fleksor policis brevis, (origo: retinaculum musculorum flexorum
dan os trapezium, insertio: sisi lateral basis phalanx proksimal ibujari)
 Musculus Opponens pollicis, (origo: retinaculum musculorum flexorum
dan os trapezium, insertio: dibagian lateral os metacarpal I)
2. Otot penggerak kelingking
 Musculus Abductor digiti minimi (origo: os.pisiforme, insertio: basis
phalanx proksimal bagian ulnar kelingking)
 Musculus Flexor digiti minimi (origo: hamulus ossis hamati, insertio: basis
phalanx metacarpal V)
 Musculus Opponen digiti minimi (origo: hamalus ossis hamati, insertio: os
metacarpal V)
Otot Ekstrinsik pergelangan tangan dan tangan dikelompokan sesuai fungsi dan
lokasinya. Otot Ekstrinsik penggerak pergelangan tangan (wirst) antara lain;
1. Flexor Wirst
 Musculus Flexor carpi radialis
 Musculus flexor carpi ulnaris
 Musculus palmaris longus

2. Extensor Wirst

 Musculus Extensor carpi radialis longus


 Musculus Extensor carpi radialis brevis
 Musculus Extensor carpi ulnaris

3. Flexor Phalangs

 Muculus Flexor digitorum superficialis


 Musculus Flexor digitorum profundus
 Musculus Flexor policis longus

4. Extensor Phalangs

 Musculus Extensor Digitorum


 Musculus Extensor Indicis
 Muculus Extensor digiti minimi
 Musculus Extensor pollicis longus (thumb exstensor)
 Musculus Extensor pollicis brevis (thumb exstensor)

5. Abductor of thumb & wirst : Musculus Abductor Pollicis Longus.


d. Movements
Pergerakan fungsional tangan terdapat pada pergelangan (wirst) dan jari-jari
(finger).
 Wirst & Finger :
- Fleksi & Ekstensi

- Abduction & Adduction

Wirst Abduction Wirst Adduction Finger Abduction Finger Adduction


(Radial Deviation) (Ulnar Deviation)
2. Kategori Hand Splint
1) Splint Statis
Splint statis adalah alat yang dibentuk atau diaplikasikan langsung ke tangan yang
menangani kedua tangan atau sambungan dalam satu posisi. Splint mungkin
dipakai terus menerus untuk mendukung jaringan penyembuhan atau dihapus
secara berkala untuk memungkinkan periode latihan terlindungi tertentu. Splint
statis digunakan paling sering untuk jaringan istirahat, memberikan dukungan
eksternal dan sebentar-sebentar mendapatkan atau mempertahankan gerak yang
memiliki sedikit hambatan. Statik splint terbuat dari plastik polypropylene yang
ringan, mudah untuk dibersihkan atau bisa juga dari bahan seperti gypsona. Splint
statik dapat berfungsi sebagai protektif, suportif atau korektif. Splint statik dapat
digunakan sebagai proteksi otot yang lemah akibat tarikan otot yang kuat atau
memberikan keseimbangan fungsional saat proses penyembuhan berlangsung.
Splint statik dapat memberikan penyanggaan pada tangan, sendi atau arkus untuk
otot yang lemah maupun pada kasus-kasus artritis. Pemasangan splint statik yang
lama dapat menyebabkan sendi immobile.

Splint tangan yang disajikan di sini bersifat sementara dan harus memenuhi kriteria
berikut:

1. Pas awal setelah trauma atau cedera

2. Dibangun dengan cepat dan bersih

3. Mudah disesuaikan

4. Efisien dan memadai dalam mendukung

5. Sederhana dan desain langsung

6. Ringan

7. Nyaman bagi individu

8. Bebas dari area tekanan


2) Splint dinamis
Splints dinamis memberikan kekuatan konstan pada sendi. Splint dinamis memiliki
dasar, biasanya terbuat dari bahan plastik cetakan, dipegang dengan aman ke tangan
dan atau lengan bawah. Kekuatan dihasilkan oleh pita karet yang diregangkan atau
kumparan pegas kawat melalui cadik yang menempel pada alasnya. Cadik
memastikan bahwa gaya diarahkan pada atau mendekati sudut 90 derajat ke sumbu
panjang tulang. Sementara splint yang dipakai oleh pasien ada kekuatan konstan
yang diterapkan dan bahkan saat gerakan membaik, splints dinamis dilepas, dan
gaya terputus-putus karena belat dikeluarkan secara berkala.
Tujuan splint dinamis adalah untuk memberikan amplitudo kekuatan rendah dalam
waktu lama untuk mempengaruhi sintesis jaringan baru. Selain itu dinamis splint
bekerja untuk memberikan peregangan cepat ke jaringan lunak yang
memungkinkan mereka untuk segera kembali ke panjang aslinya, tujuannya adalah
untuk menjaga jaringan tetap dalam ketegangan ringan sehingga sel berkembang
biak dan berkembang baik sebagai respons terhadap kebutuhan yang diciptakan
oleh stres yang diterapkan oleh splint.

3. Macam-macam Hand Splint


1) Splint Statis
a. Tujuan Penggunaan :
- Immobilisasi atau support/ penyangga.
- Mencegah deformitas
- Mencegah kontraktur jaringan lunak
- Memblok bagian tertentu atau mengontrol pergerakan sendi terntentu
b. Jenis Othosis Statis berdasarkan Regio :

 Finger and Thumb Orthosis


- DIP

- PIP

(Static three point orthosis untuk deformitas boutonniere)


 Hand Orthosis
- Volar or Dorsal Hand Orthosis
- Universal Cuff
 WHO
- Cock-up Splint

Wirst Cock-up Splint :

- Menjaga wirst berada pada posisi netral atau mildly extended


position.
- Immobilisasi wirst saat MCP dan Ibujari masih dapat bergerak
- Biasanya digunakan pada kasus CTS, Carpal Tunnel Realese Surgery,
Radial Nerve Palsy,dan wirst extensor tendinitis.
- Resting Hand Splint

Resting Hand Splint :

- Immobilisasi untuk mnegurangi gejala


- Posisi lumbrical (functional alignment)
- Memperlambat deformitas yang lebih lanjut
- Biasanya digunakan pada kasus remathoid arthritis, trauma, burns
atau stroke.

- Thumb Spica

Thumb Spica Splint :

- Menstabilkan sendi CMC, MCP dan IP.


- Biasanya digunakan pada kasus soft tisse inflamation seperti de
Quervain’s tenosynovitis, rheumatoid arthritis period inflamation in
the thumb joint, traumatic injuries of the thumb seperti game
keeper’s thumb.

- Antispacticity splints
2) Splint Dinamis

a. Tujuan Penggunaan :
- Cocok untuk pasien yang kehilangan fungsi motorik
- Mengoreksi exiting deformity
- Mengontrol pergerakan
- Dapat digunakan pada fracture alignment dan penyembuhan luka

b. Pertimbangan Fisiologis :

Penguluran berlebih Penguluran kurang Penguluran yang cukup

- lelah - Artrofi atau memperlemah - Peningkatan ROM


dalam seminggu, dengan
- cidera - Kulit, ligamen, dan kapsul
rentang 1-10o dapat di
sendi akan semakin
- kerusakan terima (Cummings et al
memendek akibat tidak ada
1992)
pemberian tegangan yang
seperti biasanya. - Klien/ pasien seharusnya
merasakan adanya tension
atau tegangan pada
jaringan tapi tidak ada
nyeri yang timbul.
c. Jenis Orthosis Dinamis Splint:
- Dynamic Finger Extention Splint

Dynamic Finger Extention Splint / Radial Nerve Splint :

- Immobilisasi wrist pada posisi fungsional


- secara pasif mengekstensi MCP sampai 0o
- memperbolehkan full aktif fleksi MCP dan pergerakan IP tidak terhalangi
- Indikasi :
- Paralysis of wirst, MCP, finger extensors.

- Dynamic Wirst Extention Splint

Tujuan:
- Ekstensi Pasif Wirst sementara tangan fleksi
- Mencegah Kontraktur
- Menginervasi fleksor wirst
Indikasi :
Kelemahan atau paralisis wirst ekstensor
- Tenodesis Training
- Dynamic Ulnar Nerve Splint
- Capener
- Anti-Microstomial Splint

4. Klasifikasi Material Splint


a. Material temperatur tinggi
– Perlu alat khusus untuk memotongnya
– Perlu membuat cetakan negatif untuk membuatnya
– Contoh: co-polymar, royalite dan kydex
b. Material temperatur sedang
Memotongnya lebih mudah dibanding material temperatur tinggi
Contoh: vinyl.
c. Material temperatur rendah
– Memotongnya cukup dengan gunting biasa
– Tidak perlu cetakan negatif tetapi langsung dibentuk pada anggota gerak pasien
– Digunakan untuk jangka waktu pendek
– Contoh: orthoplast, san-splint, plastazote,Kay-splint dan aquaplast termasuk
plaster of paris bandage (gypsona)
d. Material tanpa pemanasan

5. Teknik Pembuatan Hand Splint

A. Splint Statis
Tujuan Penggunaan Splint statis:
1. Untuk Untuk mengurangi rasa sakit dan pembengkakan dengan memposisikan
dalam keadaan istirahat pada persendian tangan dan pergelangan tangan.
2. Memposisikan tangan agar tepat pada saat tidur
3. Immobilisasi, melindungi, dan mensupport sendi & tendon yang mengalami
peradangan
4. Membantu menjaga panjang jaringan Lunak (length of soft tissues) dan
mencegah kontraktur.

Alat Bahan

Bolpoint Karet gelang


Penggaris Kertas
Penghapus Polyform splint
Gunting Air
Tang velcro
Handuk Tensor bandage wrist
Panci Thermoplastic splint
Stockinette (2½ diameter) sebagai tali pengikat Krim tangan
Wajan listrik ( Pemanas air) Masker
Heat gun
Dry heat
Papan Kayu (papan datar)

Cara Pembuatan :

1. Membuat Pola:  Gambar Pola di Boat


a. Menetukan panjang splint:
- Mem-fleksikan elbow pasien
- Beri tanda pada kulit pertemuan antara lengan bawah
dan lengan atas
- Kurangi panjangnya 2 – 3 jari kearah distal lengan
bawah
- Tandai garis yang di dapat
- Maka didapatkan panjang splint adalah ujung jari s/d 2 – 3 jari distal
”tanda pertemuan kulit”
b. Menentukan lebar splint:
- Cetak lengan pasien pada papan kayu (uk.legal)
- Beri titik ”tanda pertemuan kulit” pada papan kayu, didapat lebar lengan
bawah
- Lebar lengan bawah dibagi 3, didapat jaraknya
- Tambahkan lebar ”tanda pertemuan kulit” dengan jarak 1/3 lebar lengan
tersebut
- Maka didapatkan lebar splint adalah 1/3 kiri ”tanda pertemuan kulit” s/d 1/3
kanan ”tanda pertemuan kulit”

2. Membentuk splint
a. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
b. Panaskan air dalam wajan kira – kira 150°F
c. Setelah didapat hasil pengukuran yaitu dari 1/3 proksimal lengan bawah
hingga ¼ distal ke jari diatas kertas, mulailah untuk membentuk splint
d. Potong menjadi 2 bagian dengan panjang 6 cm thermoplastic splint
menggunakan gunting yang telah tersedia
e. Masukan material thermoplastic splint ke dalam air yang telah dipanaskan
sebelumnya sampai mudah dibentuk dan keluarkan dari baskom
f. Gosok kedua permukaan thermoplastic splint dengan krim tangan, untuk
mencegah agar bahan tidak menempel pada kulit klien. Panaskan kembali
air jika dibutuhkan.
g. Cetaklah thermoplastic splint yang sudah dipanaskan dan di beri krim
sekitar permukaan lengan bawah dan pergelangan tangan, bungkus dengan
tensor perban
h. Jika posisi pergelangan tangan sudah benar, panaskan kembali bagian distal
thermoplastic splint dan buatlah cetakan tangan & jempol menggunakan
bahan polyform thinned.
i. Ketika posisi sudah benar pada tangan, potonglah material yang kelebihan
agar telihat lebih rapi
j. Periksalah area penekanan terutama pada bagian thumb, radius, dan ulnaris

3. Membuat Strap:
a. Pada bagian ini, akan dilakukan pemasangan strap pada splint dengan
mendesain terlebih dahulu . hal ini dilakukan untuk mempertahankan posisi
tangan pada splint
b. Tempelkan 3 buah Velcro “loop” ke sisi medial
splint:
- Pada proksimal lengan bawah 1’’ sampai pada
end splint
- Pada sendi pergelangan tangan
- Dibawah Metacarpal 2nd 45°, sampai tali melewati sendi MCP
c. Tempelkan Velcro pada sepotong thermoplastic splint (4 cm x 6cm), kemudian
gunakan heat gun dan posisikan sesuai titik kemiringan yang diinginkan serta
pasang Velcro pada splint

4. Membuat Dividers pada jari :


a. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan terlebih dahulu
b. Potonglah menjadi 3 bagian potongan persegi panjang dengan polyform thinned
(sekitar 2 cm x 2,5 cm) dan membentuk sudut bulat
c. Dividers diusahakan agak melebar dan sedikit lebih tinggi dari jari yang dimulai
dari proksimal phalang dan berakhir pada ujung distal hingga ke sendi DIP
d. Selanjutnya panaskan potongan poliform, tempelkan menggunakan dry heat ke
splint pada titik pelekatan dan tekan dengan kuat

Splint check :

1. Posisikan tangan pada splint dan kencangkan dengan tali pengikat


2. Periksa area tekanan pada tangan
3. Perbaiki kesesuaian splint dengan kebutuhan kondisi tangan
Hal yang perlu diperhatikan saat menggunakan splint :

1. Edukasi pasien bagaimana cara memasang dan melepas splint dengan tepat
2. Edukasi pasien tentang waktu pemakaian splint yang tepat dimana dianjurkan splint
harus digunakan selama masa istirahat dan pada malam hari saat sendi tangan dan
pergelangan tangan pasien terasa sakit atau meradang.
3. Edukasi pasien untuk supporting arm dengan menggunakan bantal di malam hari
untuk mengurangi regangan (strain) pada bahu dan siku.

B. Splint Dinamis

Alat Bahan

Bolpoin Dynacast prelude


Air
Penggaris
Lem
Kertas Velcro
Bahan kulit ketapel
Gunting
Kawat besi
Bandage Benang nilon
Kain Flanel
Tang potong

Karet gelang

a. Cara pembuatan
1. Gambar pola pada kertas HVS menggunakan pensil dan jangan lupa
memberikan tambahna ukuran 2 cm pada sisi kanan dan kiri gambar, kemudian
gunting pola tersebut untuk dijiplak atau digambar kembali pada dynacast.
2. Dynacast prelude yang telah dipotong kemudian disemprot dengan air, karena
bahan mudah mengeras.
3. Atur dynacast prelude yang sudah disemprot ke tangan.
4. Bandage dynacast prelude yang sudah diatur sesuai tangan, tunggu sampai 3
menit sampai terbentuk sesuai tangan kemudian lepas bandage ketika sudah
terbentuk pola yang diinginkan.
5. Membuat lubang menggunakan bor untuk memasang ruji roda yang sudah
dibentuk dan tutup bagian bawah dari ruji dengan Dynacast prelude
6. Lapisi bagian dalam dan luar Dynacast prelude menggunakan kain flanel.
7. Lem dynacast prelude agar bisa menyatu dengan kain flannel
8. Pembuatan Strap pengait dengan cara potong velcro sesuai ukuran yang sudah
ditentukan kemudian lem dengan flanel.
9. Aplikasi strap pengait : tempelkan velcro yang sudah dirapikan ke sisi kanan
dan kiri dari dynacast yang sudah jadi untuk menstabilisasi tangan agar terasa
nyaman dan tidak jatuh saat digunakan.
10. Memotong bahan seperti alas ketapel, lapisi dengan kain flanel, dan dijahit. Ini
digunakan sebagai pergerakan fleksi pada MCP.
11. Lubangi bahan kulit, kemudian kaitkan dengan pentil antara ruji dan bahan
kulit.

b. Cara pemakaian
1. Buka strap pada splint dinamis, masukkan tangan ke splint secara perlahan dan
tepat agar pasien nyaman.
2. Ketika tangan pasien sudah merasa nyaman, rekatkan velcro dan posisikan
keempat jari tersangga pada sintetis yang telah tergantung.
3. Gerakkan jari 2 – 5 ke arah fleksi dengan posisi yang nyaman

c. Hal yang perlu diperhatikan pada splint dinamis adalah gunakan splint dengan
hati-hati jangan sampai terkena air, jika saat menggunakan tangan basah maka
keringkan dahulu. Ketika menggunakan splint dinamis ini harus pelan-pelan saat
memasukkan tangan dapat membahayakan tangan karena bahannya keras.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hand splint adalah alat bantu ortopedi yang digunakan untuk pasien yang
mengalami gangguan pada tangan. Alat bantu adalah perangkat yang membantu
seseorang melakukan sesuatu yang mungkin tidak dapat mereka lakukan dengan
baik atau sama sekali. Dokter dan terapis harus memutuskan kapan dan untuk
tujuan apa splint dianjurkan. Terapis sering memperhatikan kebutuhan splint
terlebih dahulu karena dia bekerja secara fungsional dengan pasien dan
mempersiapkan pelatihannya untuk kebebasan pribadi pasien. Karena waktu sering
menjadi faktor penting dalam pencegahan deformitas, terapis memiliki tanggung
jawab untuk mengenali kebutuhan splint segera setelah terlihat. Hand splint
memiliki salah satu fungsi dari imobilisasi atau mobilisasi. Pada proses pembuatan
splint perlu dipahami betul tentang aplikasi kinesiologi pada tangan, hal tersebut
berpengaruh pada pola pergerakan fungsional pada splint dinamik dan posisi
anatomi yang tepat pada splint static. Splint statis adalah alat yang dibentuk atau
diaplikasikan langsung ke tangan yang menangani kedua tangan atau sambungan
dalam satu posisi. Splint static berfungsi sebagai immobilisasi atau support/
penyangga, mencegah deformitas, mencegah kontraktur jaringan lunak, memblok
bagian tertentu atau mengontrol pergerakan sendi terntentu. Pemasangan splint
statik yang lama dapat menyebabkan sendi immobile, sehingga terapis bertanggung
jawab memrikan batasan waktu penggunaan hand splint statis apabila perbaikan
telah muncul atau perburukan bertambah. Sedangkan splints dinamis memberikan
kekuatan konstan pada sendi. Cocok untuk pasien yang kehilangan fungsi motoric,
mengoreksi exiting deformity, mengontrol pergerakan dan dapat digunakan pada
fracture alignment dan penyembuhan luka. Dalam pembuatannya diperlukan
pertimbangan khusus disesuaikan pada anatomi tangan pasien dan kebutuhannya.
B. SARAN

Makalah Teknik Pembuatan Hand Splint dan Alat bantu ini dirasakan oleh
penulis masih jauh dari kesempurnaan dan kelengkapan sumber data. Oleh karena
itu diperkenan kan untuk para pembaca memberikan saran yang bermanfaat untuk
perbaikan makalah ini dan untuk penambahan wawasan ilmu yang lebih luas
mengenai ilmu Orthopedi khusus nya dalam kemajuan profesi Okupasi Terapis.
Selain itu dalam pembuatannya langsung dapat diterapkan secara baik dan benar
untuk menjadi bekal dimasa depan dalam membantu klien dalam memenuhi
kualitas hidupnya dengan keterbatasan yang dimiliki.
DAFTAR PUSTAKA

Bunnell, S. 1944. Surgery of The Hand. Philadelphia : JB Lippincontt.

Judy, C, 1983. Low Profile Dynamic Splinting of the Injured Hand: The American Journal
of Occupational Therapy.

Judy, C, Principles of Splinting and Splint Prescription: The American Journal of


Occupational Therapy.

Littler, JW. 1964. Dynamic Splinting and Immbilization, in Converse JM (ed) :


Reconstructive Plastic Surgery. Philadelphia : WB Saunders.

Malick, MH. 1976. Manual on Static Hand Splinting. Pennsylvania : Harmarville


Rehabilitation Center.

Mary Pack.2015.Hand Resting Splint Protocol:Occupational Therapy Department.

R.T. Floyd, EdD, ATC, CSCS, 2008. Manual of Structural Kinesiology. Paperback.

Anda mungkin juga menyukai