Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PRAKTIKUM EKSPERIMEN

Pengaruh Metode Bercerita Dengan Media Boneka Tangan


Terhadap Persepsi Aurat Pada Siswa
SMP Negeri 1 Muhammadiyah Kartasura
Dosen Pengampu : Susatyo Yuwono, S.Psi. M.Psi

Asisten : Ditha Wahyu Ningtiyas


Disusun Oleh :
1. Yusril Aryo Dyatmiko (F100162002)
2. Rhizka Zulfia Umami (F100132013)
3. Yudha Krisna Setyawan (F100160061)
4. Tizha Florian Kuswanto (F100160106)
5. Safitri Indah Pratiwi (F100160145)
6. Dayinta Suci Sejati (F100170107)

Kelas A
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
1. Pengaruh Metode Bercerita dengan media boneka tangan terhadap Persepsi
Aurat pada Siswa SMP Negeri 1 Kartasura

2. Latar Belakang

Menurut Wahhab (dalam Yazid dan Ridwan, 2017) di Indonesia, busana


muslimah pertama kali menjadi gaya berpakaian pada era pasca kemerdekaan,
banyak anggapan masyarakat menjadikan seragam pesantren tradisional sebagai
mode busana muslimah. Sehingga terkesan busana muslimah saat itu menjadi
kampungan, tidak modern, dan membuat busana muslimah tidak populer
padahal pada dasarnya Islam tidak mengharuskan hal tersebut terjadi. Selain itu,
di perusahaan dan organisasi pada masa tersebut juga terdapat aturan melarang
pegawai atau anggota perempuannya menggunakan layaknya muslimah sejati
yang serba tertutup dari rambut hingga ke kaki. Allah SWT mewajibkan bagi
para wanita islam untuk menutup auratnya dari lelaki yang bukan mahramnya
kecuali bagian yang menurut kebiasaan yang benar dan pantas. Allah swt
berfirman: “Hai Nabi katakanlah kepada istri-istri kamu, anak-anak gadismu
dan istri-istri orang mukmin: hendaklah ia mengulurkan jilbabnya ke seluruh
tubuhnya. Yang demikian itu supaya mereka mudah untuk dikenal, karena itu
mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (Qs. Al-Ahzab: 59) (Al-Qur’an Nur Karim). Ayat ini diturunkan
kepada umat muslim agar dalam berpakaian pun kita harus selalu ingat kepada
Allah SWT tuhan yang maha segalanya. Busana muslimah lahir sejalan dengan
sejarah peradaban manusia itu sendiri. Adanya kewajiban bagi untuk menutup
auratnya dari orang lain yang bukan mahramnya menjadi alasan munculnya
busana muslimah. Dari situlah, akhirnya muncul apa yang disebut dengan istilah
busana muslimah.

Pembatasan berbusana dalam Islam untuk muslimin adalah semata-mata


untuk kebaikan diri sendiri dan supaya terhindar dari hal-hal yang tidak
diinginkan. Terutama untuk kaum hawa yang memang banyak sekali aturannya
dalam Islam, aturan tersebut yakni untuk pembinaan akhlak dan persaingan iri
dengki, menjaga martabat, kehormatan serta harga diri seorang wanita yang
memang dalam Islam wanita itu diibaratkan seperti berlian yang berharga. Gaya
berpakaian menurut pemikiran orang zaman sekarang itu seperti sesuatu yang
tidak boleh salah. Menurut J.B.AF Maiyor Polak, fashion adalah cara dan gaya
melakukan dan membuat sesuatu yang sering berubah-ubah serta diikuti oleh
banyak orang. Dapat diambil kesimpulan bahwa fashion atau gaya berpakaian
adalah sesuatu yang selalu berubah-ubah dan terjadi pada waktu tertentu dan
selalu diikuti oleh orang-orang (Hutami, 2018).

Tuntutan dan konsep menutup aurat kurang dipahami oleh murid sekolah
dasar dan menengah, khususnya perempuan. Contohnya berdasarkan
pemerhatian, didapati sebagian murid perempuan kelas enam hanya menutup
aurat dan memakai kerudung ketika di dalam kelas Agama Islam. Kemudian,
hal tersebut tidak berlaku pada mata pelajaran yang lain (Mat, Ahmad, dan
Sawari, 2017).

Berdasarkan fenomena yang terjadi terkait kurangnya pemahaman siswa


mengenai aurat, serta pentingnya media pembelajaran kreatif yang mampu
menumbuhkan antusias belajar dan pemahaman siswa. Kamipun tertarik
melakukan penelitian terkait persepsi aurat pada siswa SMP Negeri 1
Muhammadiyah Kartasura menggunakan metode bercerita dengan media
boneka tangan.

3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode bercerita


dengan media boneka tangan terhadap persepsi aurat pada siswa SMP Negeri 1
Muhammadiyah Kartasura.

4. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Praktis

1) Subjek : Memberikan wawasan terhadap subjek terkait pentingnya


menutup aurat serta bagian tubuh yang boleh disentuh oranglain,
sehingga lebih terjaga dari pengaruh buruk terutama kekerasan
seksual.

2) Dosen : sebagai bahan informasi terkait pentingnya penggunaan


metode bercerita dengan media boneka tangan terhadap persepsi
aurat pada siswa SMP Negeri 1 Muhammadiyah Kartasura
3) Lembaga Pendidikan : sebagai bahan informasi terkait pentingnya
penggunaan metode bercerita dengan media boneka tangan, sehingga
dapat dijadikan pertimbangan diadakan media ajar serupa untuk
pembelajaran dikelas.

b. Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan literatur tentang


pentingnya pengetahuan terkait aurat bagi muslimah melalui media
kreatif pentas boneka tangan.

2. Hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai referensi untuk


mengembangkan penelitian-penelitian selanjutnya tentang
pengetahuan terkait aurat bagi muslimah serta keefektifitasan
penggunaan media boneka tangan ebagai media pembelajaran.

5. Kerangka Berifikir

A. Persepsi Aurat

a. Pengertian persepsi aurat

Persepsi diri merupakan pandangan atau penilaian terhadap diri


sendiri yang diperoleh dari hasil belajar dan pengalaman yang
memotivasi individu tersebut untuk berinteraksi atau berperilaku
dengan sekitarnya dengan harapan dapat bermanfaat bagi
lingkungannya. Hal dilakukan dengan sadar, tahu niat dalam
melakukan sesuatu, dan paham dengan sikap terhadap sesuatu.
Pendek kata, individu tahu dirinya sendiri. (Yazid dan Ridwan,
2017).
Menurut rakhmat (dalam Arifin, Fuady, dan Kuswarno, 2017)
persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-
hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkan peran.

Menurut Walgito (dalam Yazid dan Ridwan, 2017) persepsi


merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan.
Penginderaan disini merupakan suatu proses diterima dari stimulus
oleh individu melalui alat penerimanya. Namun proses tersebut tidak
berhenti disitu saja, pada umumnya stimulus tersebut diteruskan oleh
syaraf ke otak sebagai pusat susunan syaraf dan proses selanjutnya
merupakan proses persepsi.

Aurat menurut bahasa adalah sesuatu yang menimbulkan


perasaan malu jika terlihat oleh orang lain, sehingga seseorang
terdorong untuk menutupinya. Secara terminologi dalam Hukum
Islam, aurat adalah bagian badan yang tidak boleh kelihatan menurut
syariat Islam, batas minimal bagian tubuh manusia yang wajib
ditutup berdasarkan perintah Allah. Berdasarkan pengertian ini,
dipahami bahwa aurat tidaklah identik dengan bahagian tubuh yang
ditutup menurut adat suatu kelompok masyarakat. (Sesse, 2016)

Aurat adalah bagian dari anggota tubuh yang tidak boleh


diperlihatkan secara publik pada lawan jenis yang bukan mahram.
(Rahman, dan Syafiq, 2017)

Menurut Takariawan (dalam firdiyah dan primasari, 2016)


dalam pandangan pakar hukum Islam, aurat adalah bagian dari tubuh
manusia yang pada prinsipnya tidak boleh kelihatan, kecuali dalam
keadaan darurat atau kebutuhan yang mendesak. Dalam Al-Quran
telah disampaikan perintah untuk menutup aurat baik bagi laki-laki
maupun perempuan, yakni dalam surah An-Nur ayat 30-31.
Berdasarkan berbagai definisi di atas, secara umum persepsi
aurat dapat didefiniskan sebagai proses pemberian makna,
berdasarkan pengalaman dan pengetahuan tentang suatu objek.

b. Aspek-aspek persepsi aurat

Ittelson (dalam Sesila Sakti Handayani dan Maya Mustika


Kartika Sari 2019) menyatakan bahwa persepsi dapat dicermati
melalui empat aspek yakni: Pertama kognitif, meliputi berpikir
mengenai, mengorganisasi dan menyimpan informasi. Kedua afektif,
perasaan kita yang mempengaruhi bagaimana individu mempersepsi
sesuatu. Ketiga interpretatif, sejauhmana individu memaknai sesuatu.
Dan keempat evaluatif, menilai sesuatu sebagai aspek yang baik dan
buruk.

Jadi, kesimpulannya adalah secara kognitif dengan pemberian


informasi positif terkait pengetahuan dan manfaat menutup aurat
mampu memberikan gambaran bagi muslimah sebagai langkah
mengambil keputusan dalam mengenakan busana yang menutup
aurat. Begitupun sebaliknya apabila seorang muslimah belum
memiliki pengetahuan, serta fakta terkait manfaat menutup aurat
menjadikan keraguan dalam pengambilan keputusannya dalam
menutup aurat.

c. Faktor persepsi aurat

Menurut Robbin (dalam Yajid dan Ridwan, 2017) faktor internal


proses terbentuknya persepsi diri berbusana muslimah oleh
mahasiswi meliputi Fisiologis dan Psikologis. Faktor fisiologis
merupakan faktor yang menyebabkan seseorang di stimulioleh orang
lain dengan apa yang terjadi di luar dirinya melalui penginderaan
seperti mata, kulit, lidah, telinga, dan hidung, tidak semua memiliki
kekuatan penginderaan yang sama. Apa yang terjadi di luar diri
seseorang tersebut dapat disebabkan oleh orang lain yang menjadi
panutan dalam mengambil sikap untuk memaknai sebuah persepsi.
Gerakan juga menjadi bagian faktor eksternal dalam proses
pembentukan persepsi diri berbusana muslimah oleh mahasiswi.

Sugihartono(2007) mengemukakan bahwa persepsi merupakan


kemampuan panca indera dalam menerjemahkan stimulus atau
proses untuk menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat
indera manusia . Persepsi manusia terdapat perbedaan sudut pandang
dalam penginderaan yang mempersepsikan sesuatu itu baik atau
persepsi yang positif maupun persepsi negatif yang akan
mempengaruhi tindakan manusia yang tampak atau nyata. Menurut
Mulyana (2000:168) Menurut Rakhmat (2005) mengungkapkan
bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan
informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna
pada stimuli indrawi (sensory stimuli).

Proses pembentukan Persepsi Walgito menyatakan bahwa


terjadinya persepsi merupakan suatu yang terjadi dalam tahap-tahap
berikut:

1. Tahap pertama, merupakan tahap yang dikenal dengan nama


proses kealaman atau proses fisik, merupakan proses
ditangkapnya suatu stimulus oleh alat indera manusia.
2. Tahap kedua, merupakan tahap yang dikenal dengan proses
fisiologis, merupakan proses diteruskannya stimulus yang
diterima oleh reseptor (alat indera) melalui saraf-saraf
sensoris.
3. Tahap ketiga, merupakan tahap yang dikenal dengan nama
proses psikologik, merupakan proses timbulnya kesadaran
individu tentang stimulus yang diterima reseptor.
4. Tahap ke empat, merupakan hasil yang diperoleh dari proses
persepsi yaitu berupa tanggapan dan perilaku.
Menurut Toha (2003),faktor-faktor yang mempengaruhi
persepsi seseorang adalah sebagai berikut: a. Faktor internal:
perasaan, sikap dan karakteristik individu, prasangka, keinginan atau
harapan, perhatian (fokus), proses belajar, keadaan fisik, gangguan
kejiwaan, nilai dan kebutuhan juga minat, dan motivasi. b. Faktor
eksternal: latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh,
pengetahuan dan kebutuhan sekitar, intensitas, ukuran,
keberlawanan, pengulangan gerak, hal-hal baru dan familiar atau
ketidak asingan suatu objek

Berdasarkan berbagai definisi persepsi di atas, secara umum


persespi dapat didefinisikan sebagai proses pemberian makna,
interpretasi dari stimuli dan sensasi yang diterima oleh individu, dan
sangat dipengaruhi faktor faktor internal maupun ekternal masing –
masing individu tersebut.

B. Metode Bercerita

a. Pengertian metode bercerita

Menurut Manzhur (dalam Tambak, 2016), Metode bercerita,


secara etimologi berasal dari bahasa Arab yaitu kata qashash
merupakan bentuk jamak dari qishash, masdar dari qassa, yaqussu,
artinya adalah menceritakan dan menelusuri/mengikuti jejak.

Menurut Depdiknas (dalam Tambak, 2016), pengertian metode


bercerita adalah cara bertutur kata dalam penyampaian cerita atau
memberikan penjelasan kepada anak secara lisan, dalam upaya
memperkenalkan atau-pun memberikan keterangan hal baru pada
anak.

Menurut Bachir (dalam Tambak, 2016), metode Bercerita adalah


menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau suatu
kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan
pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain. Bercerita adalah
menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan,
pengalaman atau sesuatu kejadian yang sungguh-sungguh terjadi
maupun yang rekaan belaka.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan


bahwa metode bercerita merupakan sebuah cara untuk menceritakan
suatu hal baru dengan penuturan secara lisan.

b. Aspek-aspek metode bercerita

Aspek-aspek dari kemampuan bercerita, yaitu berupa


kemampuan mendengar, kemampuan memahami, kemampuan
mengekspresikan diri, serta kemampuan menjawab.

c. Faktor metode bercerita

Berikut ini adalah penjelasan mengenai kedua faktor kebahasaan


dan nonkebahasaan dalam kegiatan bercerita yang dikemukakan oleh
Arsjad dan Mukti (dalam Wuryaningtyas, 2015), yaitu:

1) Faktor Kebahasaan Faktor kebahasaan yaitu faktor-faktor yang


menyangkut masalah bahasa yang seharusnya dipenuhi pada
waktu seseorang bercerita. Berikut ini pembahasan satu persatu
tentang faktor-faktor kebahasaan tersebut, yaitu:
a) Ketepatan Ucapan
b) Penempatan Tekanan, Nada, dan Durasi yang sesuai,
c) Diksi atau Pilihan Kata
d) Ketepatan Sasaran Pembicaraan,
2) Faktor-faktor Non-kebahasaan yaitu :
a) Sikap yang Wajar, Tenang, dan Tidak Kaku
b) Pandangan
c) Kesediaan Menghargai Pendapat Orang Lain
d) Gerak-gerik dan Mimik yang Tepat
e) Kenyaringan Suara
f) Kelancaran
g) Relevansi atau Penalaran
h) Penguasaan Topik Pembicaraan,

C. Konklusi Rasional

Menurut keterangan di atas pengaruh metode bercerita dengan media


boneka tangan memiliki manfaat yang baik, di antaranya dalam proses
bercerita menggunakan boneka tangan seorang peserta didik dapat
mendengar secara langsung sehingga subjek dapat memahami cerita.
Proses kognitif subjek dalam memproses cerita itu akan berpengaruh
kepada persepsi aurat subjek. Setelah subjek memahami cerita yang
disampaikan, anak dapat menginterpretasikan melalui ekspresi
berpakainnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh metode
bercerita dengan boneka tangan dapat meningkatkan persepsi aurat
terhadap subjek.

6. Hipotesis

Ada pengaruh metode bercerita dengan media boneka tangan terhadap


persepsi aurat pada siswa SMP Negeri 1 Muhammadiyah Kartasura

7. Identifikasi Variabel

a. Variabel Independent : Metode Bercerita

b. Variabel Dependent : Persepsi Aurat

8. Definisi Operasional

a. Metode Bercerita

Metode bercerita adalah sebuah cara untuk menceritakan suatu hal


baru dengan penuturan secara lisan.
b. Persepsi Aurat

Persepsi aurat merupakan didefiniskan sebagai proses pemberian


makna, berdasarkan pengalaman dan pengetahuan tentang suatu objek.

9. Subjek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa Sekolah Menengah Pertama di


Kota Surakarta.sebanyak ±40 siswa yang diambil secara random yang akan
dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu ±20 di kelompok kontrol dan ±20 di
kelompok eksperimen. Pemilihan populasi ini dilatar belakangi karena siswa
memiliki perbedaan persepsi terhadap aurat.

Psikolog G. Stanley Hall “ adolescence is a time of “storm and stress “.


Artinya, remaja adalah masa yang penuh dengan “badai dan tekanan jiwa”,
yaitu masa di mana terjadi perubahan besar secara fisik, intelektual dan
emosional pada seseorang yang menyebabkan kesedihan dan kebimbangan
(konflik) pada yang bersangkutan, serta menimbulkan konflik dengan
lingkungannya

(Seifert & Hoffnung), Dalam hal ini, Erich Form dan Erik Erikson
meyakini bahwa perkembangan di masa remaja penuh dengan konflik.
Menurut pandangan teori kedua, masa remaja bukanlah masa yang penuh
dengan konflik seperti yang digambarkan oleh pandangan yang pertama.
Banyak remaja yang mampu beradaptasi dengan baik terhadap perubahan
yang terjadi pada dirinya, serta mampu beradaptasi dengan baik terhadap
perubahan kebutuhan dan harapan dari orang tua dan masyarakatnya.

Bila dikaji, kedua pandangan tersebut ada benarnya, namun sangat


sedikit remaja yang mengalami kondisi yang benar-benar ekstrim seperti
kedua pandangan tersebut (selalu penuh konflik atau selalu dapat beradaptasi
dengan baik). Kebanyakan remaja mengalami kedua situasi tersebut (penuh
konflik atau dapat beradaptasi dengan mulus) secara bergantian (fluktuatif). ”
Selanjutnya Monks, dkk, (1999:262) membatasi masa remaja yang
berkisar dari usia 12 sampai 21 tahun yakni sampai selesainya pertumbuhan
fisik. Pada masa remaja ini individu mencapai pertumbuhan fisik yang
maksimal, dan pada masa ini pula mencapai kematangan kemampuan
reproduksi. Kematangan ini menyebabkan remaja mempunyai perhatian
terhadap lawan jenisnya, dan remaja akan berusaha untuk memikat lawan
jenisnya tersebut. Selain pertumbuhan fisik, pada masa ini akan terjadi juga
perkembangan fungsi-fungsi psikologis yang ditandai dengan peningkatan
kekuatan mental, kemampuan berpikir, kemampuan dalam memahami, dan
kemampuan dalam mengingat. Dengan adanya peningkatan dalam
kemampuan tersebut maka remaja mempunyai perhatian terhadap lingkungan
sosial dan intelektual. Dengan memperhatikan pengertian remaja yang
dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa masa remaja merupakan suatu
fase pertumbuhan dari anak yang belum matang menuju orang dewasa yang
matang, suatu periode transisi secara biologis, psikologis, dan sosial.
Perubahan ini terjadi dengan sangat cepat dan terkadang tanpa kita sadari.

Islam sangat memperhatikan remaja, ada hal-hal yang boleh dilakukan


dan tidak, misalnya remaja tidak boleh lagi meninggalkan shalat, tidur
terpisah dengan orang tua, meminta izin kalau masuk ke kamar orang tua,
menjaga aurat meskipun di dalam rumah dan ketika keluar dari kamar mandi
tidak boleh telanjang, menjaga pergaulan bebas laki-laki dan perempuan,
mengenal akibat dan bahaya menonton pornografi. Seingga sangat penting
bagi remaja mengerti tentang batasan tubuh serta aurat yang harus dijaga. Hal
tersebut membuat peneliti tertarik menjadikan remaja khususnya siswa SMP
sebagai subjek penelitian terkait Pengaruh Metode Bercerita Dengan Media
Boneka Tangan Terhadap Persepsi Auart Pada Siswa SMP Di Kota
Surakarta.
10. Alat Ukur

a. Skala

Dalam penelitian ini menggunakan skala kesadaran beragam dalam


menutup aurat setelah uji coba/try out yang berjumlah 25 item. Model skala
ini menilai sikap atau tingkah laku responden dalam penelitian melalui
beberapa pertanyaan jawaban berupa : sangat sesuai, sesuai, kurang sesuai,
tidak sesuai dan sangat tidak sesuai. Dalam penelitian ini alternative jawaban
adalah sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), sangat tidak sesuai
(STS).

Tabel.1 Blue Print skala kesadaran beragam dalam menutup aurat setelah
uji coba/try out

No Indikator Nomor Aitem Jumlah

Favorable Unfavorable

1. Keterlibatan fungsi 11, 15, 16, 24, 1, 10, 20, 28, 12


kognitif dalam 29, 33 32, 34
menutup aurat
(kepercayaan dan
keimanan dalam
menutup aurat)

2. Keterlibatan fungsi 2, 17, 30 4, 6, 9, 27, 31 8


afektif dalam menutup
aurat (Pengalaman Ke-
Tuhanan)

3. Keterlibatan fungsi 5, 8, 14, 18, 3, 13, 19, 22 9


afektif dalam menutup 23
aurat (Rasa
keagamaan)
4. Keterlibatan fungsi 12, 21, 25 7, 26 5
motorik dalam
menutup aurat

Jumlah 17 17 34

11. Perlakuan

Desain manipulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah


pemberian pentas seni boneka tangan oleh perlakuan kelompok kami. Metode
ini menggunakan Pre test Post test Control Grup dan peneliti melibatkan 72
subjek. Subjek dipillih secara random, kemudian dibagi menjadi 2 grup yaitu
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang beranggotakan 36 orang
pada kelompok eksperimen dan 36 orang pada kelompok kontrol. Grup
pertama yaitu grup eksperimen yang akan diberikan pertunjukan boneka
tangan, oleh perlakuan kelompok kami menggunakan tiga boneka tangan
antara lain yang berbentuk seorang wanita berkerudung, seorang wanita tidak
berkerudung, serta seorang laki-laki yang terbuat dari kain flannel, manipulasi
berupa pertunjukan boneka tangan tersebut akan berlangsung selama ± 25
menit. Pertama-tama instruktur memasukan tangan kedalam boneka yang telah
disediakan kemudian membaca naskah dialog yang tersedia dibawah meja
pertunjukan. Sedangkan grup kedua yaitu grup kontrol akan diberikan
perlakuan yang berbeda dengan grup eksperimen yang tidak ada hubungannya
dengan pertunjukan boneka tangan yaitu dengan meminta siswa untuk tetap
diam dan menjaga ruangan agar kondusif.

Praktikum eksperimen dilakukan didua grup, yaitu grup eksperimen dan


grup kontrol. Kegiatan pertama yaitu pengisian skala pre test terkait Persepsi
Remaja terhadap Auratoleh subjek baik di grup kontrol maupun eksperimen
sejumlah 25 soal. Setelah pemberian manipulasi di kelompok eksperimen,
subjek kembali lagi mengisi skala post test, namun telah diacak nomernya.
Sedangkan di grup kontrol tidak diberikan perlakuan sama sekali dalam waktu
±15 menit, setelah itu subjek kembali lagi mengisi skala post test yang sama
namun telah diacak nomernya, berikutnya subjek melihat pertunjukan boneka
tangan berdurasi ±10 menit. Pada tahap akhir, akan dilakukan wawancara pada
masing-masing grup.

12. Desain Eksperimen

True Experiment (Pre test post test control group design)


𝑌1 – 𝑋 – 𝑌2
𝑅=
𝑌3 − 𝑋𝑜 − 𝑌4
Keterangan :
R = subjek random, yaitu pemilihan subjek secara acak
Y1 = pre-test yaitu pengukuran dengan menggunakan skala kesadaran
beragam dalam menutup aurat, dilakukan sebelum pemberian
perlakuan/manipulasi
X = manipulasi atau perlakuan yaitu berupa pentas boneka tangan
Y2 = post-test yaitu pengukuran menggunakan skala kesadaran beragam
dalam menutup aurat, dilakukan setelah pemberian
perlakuan/manipulasi
Y3 = pengukuran menggunakan skala kesadaran beragam dalam
menutup aurat pada kelompok kontrol
Xo = tidak ada perlakuan
Y4 = pengukuran dengan menggunakan skala kesadaran beragam dalam
menutup aurat di kelompok kontrol

13. Prosedur Penelitian

a. Tata cara

Praktikum Psikologi Eksperimen dilakukan diruang kelas 7A dan 7B


SMPN 1 Muhammadiyah Kartasura. Subjek sejumlah ± 72 orang dipilih
secara random serta dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok
Eksperimen dan kelompok Kontrol. Pembagian subjek dilakukan dengan
cara menentukan secara langsung bahwa kelas 7A dijadikan sebagai
kelompok eksperimen dan kelas 7B dijadikan sebagai kelompok kontrol.
Pada kelas kontrol dan kelas eksperimen dilakukan pengisian pre-test
skala terkait Persepsi Bagian Tubuh yang Tidak Boleh Disentuh secara
bersamaan pada pukul ± 11.50 wib – 12.05 wib selama ±15 menit.
Kegiatan selanjutnya dilakukan manipulasi pentas boneka tangan pada
kelas eksperimen selama ±25 menit sedangkan pada kelas kontrol tidak
diberikan perlakuan apa pun selama ±10 menit. Pada kelas kontrol setelah
selama ±10 menit tidak diberikan perlakuan apa pun, dilakukan pengisian
post test skala terkait Persepsi Bagian Tubuh yang Tidak Boleh Disentuh
selama ±15 menit kemudian diberikan perlakuan yang sama dengan kelas
eksperimen yaitu berupa pentas boneka tangan selama ±15 menit dan
dilanjutkan dengan penayangan film toy story. Setelah perlakuan selesai
diberikan, pada kelas eksperimen kegiatan selanjutnya yaitu melakukan
pengisian post-test skala terkait Persepsi Bagian Tubuh yang Tidak Boleh
Disentuh selama ±15 menit. Selanjutnya pada kelas kontrol maupun
eksperimen dilakukan interview semua subjek selama ±20 menit sambil
dibagikan snack. Subjek dipanggil satu persatu oleh interviewer
kebelakang untuk dilakukan wawancara. Kemudian setelah selesai
dilakukann interview kegiatan selanjutnya yaitu penutup oleh instruktur.
Setelah itu ada evaluasi dan pembersihan ruangan oleh praktikan.
b. Rundown

1. Rundown Kelompok Eksperimen

NO WAKTU KEGIATAN KETERANGAN PENANGGUNG


JAWAB
1 10.20-10.35 Persiapan dan Semua Anggota Yusril
perlengkapan
praktikum
2 10.35-10.50 Breafing Ketua Yusril
3 10.50-11.35 Pengkondisian Pengkondisian Yusril
subjek,
pembagian
nametag,
pembukaan dari
pengkon, subjek
menuju ruangan
eksperimen
kontor
4 11.35-11.50 Moderator Moderator Dayinta
masuk ruangan,
pembukaan,
instruksi
5 11.50-12.05 Pre test Instruksur 1 Dayinta
Observer 1 Rhizka
6 12.05-12.30 Perlakuan Instruktur 1 Dayinta
Observer 1 Rhizka
7 12.30-12.45 Post test Perlakuan 1 Dayinta
Observer 1 Rhizka
8 12.45-13.00 ISHOMA Pengkondisian Yusril
9 13.00-13.20 Interview Interviewer Rhizka&Dayinta
10 13.20-13.25 Penutupan Semua Anggota Dayinta
2. Rundown Kelompok Kontrol

NO WAKTU KEGIATAN KETERANGAN PENANGGUNG


JAWAB
1 10.20-10.35 Persiapan dan Semua Anggota Yusril
perlengkapan
2 10.35-10.50 Breafing Ketua Yusril
3 10.50-11.35 Pengkondisian Pengkondisian Yusril
subjek,
pembagian
nametag, subjek
menuju ruangan
eksperimen
kontrol
4 11.35-11.50 Moderator Moderator Safitri
masuk ruangan,
pembukaan,
instruksi
5 11.50-12.05 Pre test Instruksur 2 Safitri
Observer 2 Tizha
6 12.05-12.15 Perlakuan diam Instruktur 2 Safitri
(±10 menit) Observer 2 Tizha
7 12.15-12.30 Post test Instruktur 2 Safitri
Observer 2 Tizha
8 12.30-12.45 Perlakuan Perlakuan 2 Safitri
(±15 menit) Observer 2 Tizha
9 12.45-13.00 ISHOMA Pengkondisian Yudha
10 13.00-13.15 Interview Interviewer Safitri , Tizha dan
Yudha
11 13.15-13.25 Penutupan Semua Anggota Yusril
JOBDESK

1. Ketua : Yusril Aryo Dyatmiko

2. Sekertaris : Rhizka Zulfia Umami

3. Bendahara : Tizha Florian Kuswanto

4. Instruktur 1 : Dayinta Suci Sejati

5. Instruktur 2 : Safitri Indah Pratiwi

6. Moderator 1 : Dayinta Suci Sejati

7. Moderator 2 : Safitri Indah Pratiwi

8. Observer 1 : Rhizka Zulfia Umami

9. Observer 2 : Tizha Florian Kuswanto

10. Interviewer 1 : Rhizka dan Dayinta

11. Interviewer 2 : Safitri, Tizha dan Yudha

12. Pengkondisian : Yusril Aryo Dyatmiko

13. Perlakuan 1 : Dayinta Suci Sejati

14. Perlakuan 2 : Safitri Indah Pratiwi

15. Dokumentasi : Yudha Krisna Setyawan

c. Guide Interview

1. Kelompok Eksperimen

1. Pernahkah kamu melihat pentas boneka tangan sebelumnya?

- (ya) ceritakan mengenai hal tersebut !

- (tidak) bagaimana pendapatmu setelah melihat pentas boneka tangan


tadi ?
2. Ada berapa tokoh dalam cerita tersebut? Tokoh mana yang menjadi
favoritmu? Mengapa?

3. Adakah pelajaran yang kamu ambil setelah melihat pentas boneka


tangan tersebut?

4. Menurut kamu, apa saja manfaat dari pentas boneka tangan?

5. Jika kamu diberi sebuah boneka tangan, apa yang akan kamu lakukan
dengan boneka tersebut?

2. Kelompok Kontrol

1. Bagaimana pendapatmu tentang batasan aurat perempuan?


Bisakah kamu menjelaskannya?

2. Bagaimana pendapatmu tentang batasan aurat laki-laki? Bisakah


kamu menjelaskannya?

3. Sejak kapan kamu memahami terkait tentang batasan aurat?


Dalam keseharian, sejauh mana kamu menjaga auratmu?

4. Selain batasan aurat yang kamu sebutkan, adakah bagian tubuh


lain yang tidak boleh orang lain sentuh?

5. Apa yang akan kamu lakukan, apabila ada orang yang memaksa
melihat dan menyentuh aurat atau bagian tubuh sensitifmu?
14. Guide
a) Hasil Scoring
1. Kelompok Eksperimen
NO PRE POST
2 80 79
4 81 83
6 92 95
8 76 80
10 77 84
12 75 78
13 80 94
14 77 83
15 73 77
16 78 83
17 88 86
18 75 60
20 87 76
22 65 68
24 86 90
26 90 86
28 81 89
30 84 89
34 86 91
36 71 73
2. Kelompok Kontrol
NO PRE POST
1 90 86
2 73 92
3 74 81
6 86 94
7 73
9 70 83
11 86 88
13 86 93
14 79 94
15 94 65
16 84 76
17 95 82
18 85 83
19 86 80
21 89 93
22 78 89
23 87 87
24 76 77
29 85 86
31 96 91

b) Hasil Observasi
1. Kelompok Eksperimen
Praktikum Eksperimen dilaksanakan pada hari Jumat 08
November 2019 pada ± pukul 10.30 WIB sampai dengan ±
pukul 13.00 WIB dengan durasi waktu ±150 menit. Kegiatan
bertempat di ruangan kelas 7A Gedung barat SMP Negeri 1
Muhammadiyah Kartasura. Ruangan dalam kondisi tertutup
tersebut menghadap kearah selatan, dimana dua belah pintu
dibagian timur dalam kondisi tertutup. Selain itu pada bagian
timur terdapat delapan jendela kaca dengan tiga jendela terbuka
sedangkan lima jendela tertutup. Pada sisi Utara ruangan
terdapat sebuah handycam yang menyala, terdapat empat buah
kursi plastik dimana pada kursi kedua diletakan sebuah laptop
dalam kondisi mati dan kursi ketiga diletakan sebuah speaker
dalam kondisi mati juga. Serta terdapat tiga tas, sebauah LCD
yang tergeletak dilantai, sedangkan pada dindingnya terdapat
papan tulis dan rak buku yang menggantung. Dibagian Utara
ruangan terdapat sembilan jendela kaca dengan enam jendela
terbuka dan tiga jendela tertutup, serta terdapat rak sepatu di
pojok kanan dinding Utara yang berisikan sepuluh pasang
sandal jepit yang tertata berjajar. Sedangkan pada sisi selatan
ruangan terdapat dua buah handycam pada pojok kanan-dan kiri
dalam kondisi menyala, terdapat sebuah papan tulis yang
berisikan tata tertib sekolah, empat prakarya kriya taangan,
sebuah proyektor dalam kondisi tidak menyala, serta jam
dinding yang menyala. Pada langit-langit ruangan terdapat kipas
angin yang menyala membuat udara cukup sejuk dengan suhu ±
25°C, untuk pencahayaan di dapat dari jendela kaca yang
terbuka serta fentilasi kayu yang membuat cahaya mataharia
mampu masuk dan membuat ruangan nampak terang. Didalam
ruangan terdapat 4 baris meja, dimana bagian meja pertama dan
keempat berbanjar empat meja dibelakangnya. Dan baris meja
kedua dan ketiga berbanjar lima meja dibelakangnya, dan
masing-masing meja terdapat dua buah kursi dengan total kursi
36 buah. Ruangan nampak sedikit kotor dengan beberapa
sampah kertas dan debu yang terdapat dilantai.
Didalam ruangan terdapat 39 orang yang meliputi seorang
asisten berjenis kelamin laki-laki yang duduk dibelakang subjek,
bertugas mengamati jalannya praktikum dan memberikan arahan
pada praktikan apabila melakukan kesalahan. Terdapat dua
orang praktikan berjenis kelamin perempuan, seorang berdiri di
depan kelas sebelah barat menghadap kearah subjek bertugas
sebagai moderator dan instruktur perlakuan, bertugas
memberikan instruksi kegiatan serta arahan dalam pengerjaan
soal, serta melakukan perlakuan berupa pentas boneka tangan.
Seorang praktikan lagi sebagai observer berdiri di belakang
subjek, sesekali berjalan mengamati dari meja ke meja, bertugas
mengobservasi perilaku subjek dan mencatatnya, serta
mengamati subjek dalam pengerjaan tes apabila ada yang
kurang paham observer menjelaskan, serta diakhir kegiatan
kedua praktikan bertugas sebagai interviewer yang bertugas
mewawancarai subjek terkait perlakuan yang telah dilakukan.
didalam kelas terdapat 36 subjek yang terdiri dari 7 subjek
berjenis kelamin laki-laki dan 29 subjek berjenis kelamin
perempuan. Subjek duduk dikursi yang telah disediakan dengan
jarak antar subjek ± 50cm. Subjek bertugas mengikuti jalannya
praktikum, menyelesaikan tes yang diberikan yaitu pre-test dan
post-test, subjek juga bertugas menyimak perlakuan berupa
pentas boneka tangan. Diakhir sesi subjek melakukan
wawancara secara bergilir dengan menjawab beberapa
pertanyaan dari interviewer. Adapun situasi Ruangan kurang
kondusif terlebih pada menit ± ke-20 saat perlakuan subjek
berjenis kelamin laki-laki meninggalkan ruangan untuk shalat
Jumat. Serta pada saat wawancara belum selesai subjek telah
diberi pengumuman pihak guru untuk segera meninggalkan
ruangan karena telah dijemput oleh orangtua sehingga ruangan
cukup riuh.
Subjek berjumlah 36 orang, 7 orang berjenis kelamin laki-
laki dan 29 orang berjenis kelamin perempuan. Subjek berusia ±
12 tahun, berpostur sedang dengan tinggi ± 140 cm dan berat ±
35 kg. Mengenakan pakaian formal yaitu seragam hisbul waton
(HW) dengan atasan kemenja lengan panjang berwarna hijau
tentara dan rok ataupun celana panjang semata kaki (untuk laki-
laki) berwarna biru Dongker. Subjek perempuan mengenakan
kerudung putih polos. Seluruh subjek mengenakan pin nomor
urut di dada bagian kanan.

2. Kelompok Kontrol
Kegiatan pratikum mata kuliah eksperimen hari jum’at, 8
november 2019 dimulai pukul ±10.20 wib - ±13.00wib (±160
menit). Kegiatan ini dilaksanakan di ruang 7A di SMP 1
Muhamadiyah Kartasura . Ukuran ruangan ±8m x 6m 4m pintu
dalam keadaan tertutup menghadap ke timur. Terdapat 4 lampu
di langit-langit ruangan dengan daya ±40 watt dalam keadaan
mati dan terdapat 8 jendela dalam keadaan terbuka yang
menghadap kearah barat dan timur sehingga membuat ruangan
menjadi terang. Didalam ruangan terdapat 8 ventilasi yang
menghadap kearah barat dan timur dalam keadaan terbuka, dan
terdapat 1 kipas angin dilangit-langit ruangan dalam keadaan
mati sehingga membuat ruangan terasa panas. Didalam ruangan
terdapat 4 banjar meja yang terdiri dari 5 baris pada disetiap
meja terdapat 2 kursi yang menghadap selatan kemudian
terdapat 2 handycam dibagian selatan kanan dan kiri yang
berfungsi untuk merekam proses kegiatan pratikum, terdapat 1
buah laptop dan speaker berada di selatan ruangan yang
berfungsi untuk menampilkan video, terdapat 1 buah papan tulis
dalam keadaan bersih dalam keadaan bersih berfungsi untuk
memberikan contoh penulisan identitas. Ruangan dalam keadan
bersih karena tidak terdapat sampah yang berserakan.
Didalam ruangan terdapat 39 orang dengan jenis kelamin 8
laki-laki dan 31 perempuan. 1 orang laki-laki berperan sebagai
asisten yang bertugas mengawasi jalannya pratikum, 1 orang
perempuan berperan sebagai moderator yang bertugas sebagai
memandu jalannya pratikum, instruktur bertugas menjelaskan
tata cara pengerjaan lembar pre test dan post test, perlakuan
bertugas sebagai orang yang memberikan pentas boneka tangan
dan interviewer yang bertugas sebagai mewawancarai subjek. 1
orang perempuan berperan sebagai observer yang bertugas
mengobservasi selama proses pratikum berlangsung dan
interviewer yang bertugas sebagai mewawancarai subjek. 1
orang laki-laki berperan sebagai dokumentasi yang bertugas
memeriksa handycam yang digunakan saat proses pratikum
berlangsung dan interviewer yang bertugas sebagai
mewawancarai subjek. Dan terdapat 35 orang yang berperan
sebagai subjek yang bertugas sebagai responden dalam
penelitian yang mengerjakan lembar pernyataan. Jarak antara
asisten dan pratikan ±3m, jarak antara pratikan dengan subjek
±3m, jarak antara subjek dengan subjek lain ±0,5m, jaraka
antara pratikan dengan pratikan lain ±2m. interaksi yang terjadi
pratikan memberikan instruksi dan subjek mengerjakan lembar
pernyataan. Ruangan dalam keadaan tidak kondusif karena
dekat dengan jalan raya sehingga banyak suara kendaraan yang
berlalu lalang.
Subjek merupakan siswa/I kelas 7 sekolah menengah
pertama X di kartasura. Rata- rata usia subjek ±12 tahun dengan
tinggi badan rata-rata ±130cm dan berat badan rata-rata ±35 kg.
subjek perempuan mengenakan jilbab sepanjang dada berwarna
hijau lumut, subjek perempuan dan laki-laki mengenakan baju
sepanjang pergelangan tangan berwarna hijau lumut dan celana
sepanjang mata kaki berwarna biru tua mengenakan kaos kaki
sepanjang mata kaki berwarna putih dan sepatu berwarna hitam.
Aksesoris yang digunakan subjek berupa nametag dibagian kiri
pakaian subjek.

c) Hasil Interview
1. Kelompok Eksperimen
Pada kelompok eksperimen, pertanyaaan pertama yaitu
“pernahkah kamu melihat pentas boneka tangan sebelumnya,
serta apa pendapatmu tentang pementasan tadi, dari 20 subyek,
subyek berinisial NAP(02), SAK(04), FYS(10), GNIF(13),
NL(14), ME(22), AACK(26), AHR(28), HEN(30), NMS(34),
AAP(36), dan menjawab belum pernah melihat pementasan
boneka tangan sebelumnya baru ini tadi, dan subyek berinisial
NRI(06), AA(08), SR(12), EPDS(15), CZPM(16), NCA(18),
RA(24), TRA(20), NCA(18), menjawab sebelumnya mereka
sudah pernah melihat pementasan boneka tangan sebelumnya.
Petnyaan lain yang masi satu tapik dengan pertanyaan pertama
adalah apa pendapatnya mnegenai pementasan boneka tangan
dari 20 peserta semuanya menjawab bagus, menarik, lucu serta
mendidik.
Pada kelompok eksperimen pertanyaan kedua yakni ada
berapa tokoh dalam cerita tersebut, dan mana yang menjadi
tokoh terfavoritnya, ke 19 peserta menjawab chaca, bu guru,
putri dan abang penjual es serta 1 mahasiswa berinisial NRI.06
menjawab ada 4 tokoh diantaranya chaca,bu putri, bang doger
dan ayah. Dan mana yang menjadi tokoh favoritnya, dari 20
peserta, yang menjawab tokoh favorit mereka adalah bu putri
diantaranya ME(22), NL(14), TRA(20), SAK(04), FAN(17),
AA(08), SR(12). Serta yang menjawab tokoh favoritnya adalah
Chaca antara lain NCA(18), FYS(10) , AACK(26) , HEN(30),
NMS(34), AAP(36), GNIF(13), NAP(02) dan hanya AHR(28),
RA(24), EPDS(15), CZPM(16) tidak ada tokoh favorit mereka.
Pada pertanyaan ketiga yakni, adakah pelajaran yang bisa
kamu ambil setelah melihat pentas boneka tangan tersebut, dari
20 peserta yang menjawab menutup aurat agar aman tidak
mudah digoda antara lain RA(24), SR(12), FYS(10), ME(22),
NL(14), SAK(04) , EPDS(15) , GNIF(13), CZPM(16) dan
NMS(34), NAP(02) Kemudian yang menjawab untuk
meningkatkan nilai transendental antara lain seperti mencari
ridho allah dan terhindar dari dosa antara lain AAP(36),
NRI(06), FAN(17), dan AHR(28). Yang menjawab harus
menutup aurat dimanapun dan kapan pun antara lain NCA(18)
dan TRA(20). Serta yang lain AACK(26) menjawab karena kita
diajarkan dalam agama, AA(08) menjawab menutup aurat agar
tidak malu, HEN(30) menjawab menutup aurat baik bagi kita.
Pada pertanyaan ke empat, yaitu menurut kamu, apa saja
manfaat dari pentas boneka tangan, dari 20 peserta, yang
menjawab manfaat dari pementasi tadi adalah untuk bercerita,
mendongeng dan menghibur diantaranya CZPM(16), SR,
GNIF(13), NCA(18), RA(24), AA(08), SAK(04), TRA(20),
EPDS(15), dan FAN(17). Yang menjawab manfaat dari
pementasan boneka tangan tersebut adalah untuk mendidik
untuk menutup aurat antara lain NL(14), ME(22), AACK(26),
AAP(36) dan FYS(10). Serta menjawab manfaat dari
pementasan boneka tangan tersebut yang berkaitan dengan nilai-
nilai keagamaan seperti mendapat pahala dan ridho allah,
menjadi semakin sholehah diantranya NRI(06), NAP(02),
HEN(30), NMS(34), dan AHR(28).
Pada pertanyaan terakhir yaitu ke lima, jika kamu diberi
sebuah boneka tangan, apa yang kamu lakukan dengan boneka
tersebut. Dari 20 peserta tersebut yang menjawab dimainkan lagi
bersama teman antara lain, EPDS(15),HEN, FYS(10), ME(22),
SR(12), GNIF(13), NCA(18), RA(24), NRI, AA(08), SAK(04),
dan FAN. Dan yang menjawab di mainkan bersama anggota
keluarga seperti adek, kakak dan orang tua diantaranya
AHR(28), NMS(34), NAP(02), NL(14), CZPM(16), TRA(20),
AAP(36). Serta yang menjawab tidak dimainkan adalah
AACK(26) dan AHR(28) karena takut kalau melihat boneka
teringat dengan film chaky yang dimainkan oleh boneka yang
menakutkan.

2. Kelompok Kontrol
Dari total dua puluh subjek dalam penelitian yang
dilakukan, sebanyak sebelas orang dengan nomor meja ISW(1),
AGPW(2), RACR(3), HFM(7), FZ(9), ANI(13), ANP(18),
FAP(22), RIP(23), AADP(29), IMA(31) mengatakan bahwa
aurat perempuan yaitu seluruh tubuh. Kemudian sebanyak
sembilan orang dengan nomor meja ZKS(6), FNA(11), IAF(14),
AKP(15), LFP(16), NAN(17), MODC(19), INA(21), KNK(24)
mengatakan aurat perempuan meliputi seluruh badan kecuali
muka dan telapak tangan.
Terdapat empat belas orang dengan nomor meja ISW(1),
ZKS(6), FZ(9), HFM(7), FNA(11), ANI(13), AKP(15),
LFP(16), NAN(17), ANP(18), MODC(19), INA(21),
AADP(29), IMA(31) mengatakan bahwa aurat laki-laki yaitu
pusar hingga lutut. Kemudian sebanyak empat orang dengan
nomor meja IAF(14), FAP(22), RIP(23), KNK(24) mengatakan
bahwa aurat laki-laki yaitu seluruh badan. Lalu sebanyak satu
orang dengan nomor meja AGPW(2) mengatakan bahwa aurat
laki-laki yaitu dubur dan alat kelamin. Dan sebanyak satu orang
dengan nomor meja RACR(3) mengatakan aurat laki-laki hanya
bagian siku.
Terdapat enam belas orang dengan nomor meja ISW(1),
RACR(3), ZKS(6) HFM(7), FZ(9), ANI(13), IAF(14), LFP(16),
NAN(17), ANP(18),MODC(19), INA(21), FAP(22), RIP(23),
KNK(24), AADP(29) mengatakan bahwa mereka sejak Sekolah
Dasar diberi tau oleh guru mengenai batasan aurat. Kemudian
sebanyak empat orang dengan nomor meja AGPW(2), FNA(11),
AKP(15), IMA(31) mengatakan bahwa mereka sejak Taman
Kanak-Kanak diberi tau oleh orangtua dan guru mengenai
batasan aurat.
Terdapat lima orang dengan nomor meja AGPW(2),
ZKS(6), FNA(11), MODC(19), KNK(24) mengatakan bagian
tubuh yang tidak boleh disentuh orang lain adalah alat kelamin.
Kemudian sebanyak tiga orang dengan nomor meja IAF(14),
INA(21), FAP(22), RIP(23), AADP(29) mengatakan bahwa
bagian tubuh yang tidak boleh disentuh orang lain adalah
kemaluan dan payudara. Lalu sebanyak empat orang dengan
nomor meja HFM(7), ANI(13), AKP(15), NAN(17) mengatakan
bahwa bagian tubuh yang tidak boleh disentuh orang lain adalah
payudara dan pantat. Kemudian sebanyak tiga orang dengan
nomor meja FZ(9), ANP(18), IMA(31) mengatakan bahwa
bagian tubuh yang tidak boleh disentuh orang lain adalah
payudara. Lalu sebanyak dua orang dengan nomor meja ISW(1),
RACR(3) mengatakan bahwa bagian tubuh yang tidak boleh
disentuh orang lain adalah seluruh tubuh. Dan sebanyak satu
orang dengan nomor meja 16 mengatakan bahwa bagian tubuh
yang tidak boleh disentuh orang lain adalah pantat.
Terdapat sembilan orang dengan nomor meja HFM(7),
FZ(9), ANI(13), IAF(14), AKP(15), NAN(17), FAP(22),
KNK(24), AADP(29) mengatakan bahwa akan lari apabila ada
orang yang memaksa melihat dan menyentuk aurat atau bagian
tubuh yang sensitif. Kemudian sebanyak enam orang dengan
nomor meja ISW(1), AGPW(2), RACR(3), LFP(16), ANP(18),
MODC(19) mengatakan bahwa akan menolak kemudian
menasehati orang tersebut apabila ada orang yang memaksa
melihat dan menyentuk aurat atau bagian tubuh yang sensitif.
Lalu sebanyak lima orang dengan nomor meja ZKS(6),
FNA(11), INA(21), RIP(23), IMA(31) mengatakan bahwa akan
teriak minta tolong apabila ada orang yang memaksa melihat
dan menyentuk aurat atau bagian tubuh yang sensitif.

15. Analisis Data

Berdasarkan hasil test of normality dilihat dari hasil sig.


Kolmogorov-Smirnov ataupun Shapiro-Wilk hasilnya ada 0.200 ,
0.944, 0.121 dan 0.271. Jika hasil salah satunya memiliki nilai >0.05
maka data tersebut dianggap data yang normal, maka dari data diatas
data sudah dapat dikatakan normal karena telah memenuhi syarat.
Kemudian berdasarkan hasil test of homogeneity of variance dilihat
dari sig. based on mean hasilnya 0.387. Jika hasil pada tes homogenitas
>0.05 maka data tersebut dianggap data yang homogen, dan terdapat
hasil signifikansi menyatakan bahwa data homogen. Jika data normal
dan homogen, selanjutnya dapat dilakukan uji hipotesis dengan non
parametrik. Seperti yang tertera pada tabel dibawah
Sedangkan hasil dari tes Mann-Whitney bahwa kolom Test Statistics
yaitu pada bagian Asymp, Sig. (2-tailed) hasinya adalah 0.221, melihat hasil
tersebut karena hipotesis penelitian adalah hipotesis searah yaitu “adanya
pengaruh metode bercerita menggunakan media boneka tangan terhadap
persepsi aurat pada siswa kelas 7 SMP”, maka hasil 0.221 dibagi 2 sehingga
hasilnya 0.1105. kemudian melihat pada tes group statistics pada kolom mean
(rata-rata), pada pretest meannya adalah 82.20, dan hasil meannya post test
adalah 85.35. Hal ini menunjukkan ada peningkatan yang signifikan sehingga
hipotesis peneliti tidak dapat diterima. Maka dari itu, didapatkan hasil bahwa
Ho diterima dan Ha ditolak sehingga tidak adanya pengaruh metode bercerita
menggunakan media boneka tangan terhadap persepsi aurat pada siswa kelas
7 SMP terhadap interaksi teman sebaya siswa sekolah dasar.
16. Pembahasan
Data penelitian dianalisis menggunakan SPSS 16 dimana
penafsiran data yang diperoleh menggunakan uji asumsi berupa tes
normalitas dan homogenitas, dengan syarat signifikansi pada
tesnormalitas p > 0,05 dan homogenitas p > 0,05. Selanjutnya uji
hipotesis menggunakan parametriks jika data normal dan homogen,
namun jika salah satu data tidak normal dan atau tidak homogen
menggunakan non paramteriks dengan syarat signifikansi ≤ 0,05.
Penelitian ini dapat dikatakan berpengaruh jika Ha diterima dan Ho
ditolak, begitupun sebaliknya jika penelitian ini tidak berpengaruh
maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Berdasarkan hasil analisis menggunakan program SPSS 16
didapatkan taraf signifikansinya sebesar 0,05. Hipotesis penelitian ini
adalah ada pengaruh metode bercerita dengan media boneka tangan
terhadap persepsi aurat pada siswa SMP 1 Muhammadiyah Kartasura.
Hasil uji hipotesis menunjukkan 0,221 atau p = 0,221 yang berarti tidak
signifikan. Maka kesimpulannya adalah tidak ada peningkatan persepsi
aurat pada siswa SMP 1 Muhammadiyah Kartasura. "Tidak signifikan"
berarti harga statistik harus diabaikan dan dianggap tidak ada, berapa
besarnya pun harga tersebut, Namun masih Ada hubungan yang kecil
antara variabel X dan variabel Y sekalipun tidak signifikan. (Azwar,
2005)
Dari hasil observasi, kondisi kelas saat penelitian kurang kondusif
karena dekat dengan jalan raya dan ada suara dari pengeras suara
masjid sehingga penelitian menjadi sedikit terganggu dan subjek kurang
fokus terhadap perlakuan. Dari hasil interview, Terdapat enam belas
orang dengan nomor meja ISW(1), RACR(3), ZKS(6) HFM(7), FZ(9),
ANI(13), IAF(14), LFP(16), NAN(17), ANP(18),MODC(19), INA(21),
FAP(22), RIP(23), KNK(24), AADP(29) mengatakan bahwa mereka
sejak Sekolah Dasar sudah diberi tau oleh guru mengenai batasan aurat.
Kemudian sebanyak empat orang dengan nomor meja AGPW(2),
FNA(11), AKP(15), IMA(31) mengatakan bahwa mereka sejak Taman
Kanak-Kanak diberi tau oleh orangtua dan guru mengenai batasan
aurat. Hal ini menunjukan bahwa persepi mengenai aurat siswa sudah
diberikan sejak mereka masih di bangku Sekolah Dasar dan Taman
Kanak-Kanak oleh guru dan orangtua siswa. Ada dua subjek yang tidak
mau memainkan boneka tangan yaitu AACK(26) dan AHR(28)
alasannya karena takut kalau melihat boneka teringat dengan film chaky
yang dimainkan oleh boneka yang menakutkan. Hal ini menjukan jika
media boneka tangan hanya dapat di terapkan ke sebagian siswa saja
karena menurut sebagian siswa boneka itu menakutkan. Ada peserta
bernomor meja NRI(06), NAP(02), HEN(30), NMS(34), dan AHR(28)
yang menjawab manfaat dari pementasan boneka tangan tersebut yang
berkaitan dengan nilai-nilai keagamaan seperti mendapat pahala dan
ridho allah, menjadi semakin sholehah. Hal ini menunjukan bahwa
siswa kurang paham mengenai maksud inti pokok dari perlakuan yang
diberikan.

17. Kesimpulan
a. Kesimpulan
b. Kelebihan dan Kekurangan
c. Saran
1. Instansi :
2. Peneliti :
3. Subjek :
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, H., Fuady, I., & Kuswarno, E. (2017). Analisis Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Mahasiswa UNTIRTA terhadap Keberadaan Perda Syariah di Kota Serang. Jurnal Penelitian
Komunikasi dan Opini Publik , 21 (1), 88-101.

Azwar, S. (2005). Signifikan Atau Sangat Signifikan? Buletin Psikologi , 13 (1).

Busyaeri, A., Udin, T., & Zaenuddin, A. (2016). Pengaruh Penggunaan Video Pembelajaran
Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Mapel IPA di MIN Kroya Cirebon. Vol.3 No.1.

Cervone, D., & Pervin, L. A. (2012). Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika.

Faadhilah, F. N. (2018). Pengaruh Gaya Hidup Konsumtif Dan Beauty Vlogger Sebagai Kelompok
Referensi Terhadap Keputusan Pembelian Kosmetik. Jurnal Ilmu Manajemen , Volume 7 Nomor 1.

Firdiyah, R., & Primasari, W. (2018). Kampanye Sosial Gerakan Menutup Aurat di Bekasi. Jurnal
Ilmu Komunikasi , 16 (1), 89-101.

Handayani, S., & Sari, M. (2019). Persepsi Mahasiswa di Surabaya terhadap Gerakan
#2019GANTIPRESIDEN. Kajian Moral dan Kewarganegaraan , 7 (2), 888-902.

Haryani, I., & Herwanto, J. (2015). Hubungan Konformitas dan Kontrol Diri Dengan Perilaku
Konsumtif Terhadap Produk Kosmetik pada Mahasiswi. Jurnal Psikologi , Volume 11 Nomor 1.

Heni, S. A. (n.d.). Hubungan Antara Kontrol Diri dan Syukur Dengan Perilaku Konsumtif Pada
Remaja SMA IT Abu Bakar Yogyakarta.

Hurlock, E. B. (2012). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Hutami, S. (2018). Tinjauan Hukum Islam terhadap Persepsi Mahasiswi Fakultas Ekonomi UII
tentang Busana Muslimah dan Gaya Berpakaian. Skripsi UII .

Iza, N., & Karyaningrum, A. E. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Langsung Dengan Video
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Membuat Pola Celana Di SMK Negeri 1
Baureno-Bojonegoro. Vol.03 No.03.

Mat, M., Ahmad, Z., & Sawari, S. (2017). Kaedah Meningkatkan Kesedaran Menutup Aurat dalam
Kalangan Murid Sekolah Rendah. Malaysian Journal for Islamic Studies , 2 (1), 1-8.

Muraven, M., & Slessareva, E. (2018). Mechanisms of Self-Control Failure: Motivation and Limited
Resources.

Nurarifiyani. (2016). Hubungan Intensitas Menonton Tayangan Iklan Kosmetik Dengan Minat
Membeli Pada Mahasiswa Perguruan Tinggi swasta. Jurnal Psikologi , 1-26.
Putra, P. D., & Sudarti. (2015). Real Life Video Evaluation Dengan Sistem E-Learning Untuk
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Mahasiswa. Jurnal Kependidikan , Volume 45, Nomor
1, Hal 76-89.

Rahman, A., & Syafiq, M. (2017). Motivasi, Stigma dan Coping Stigma pada Perempuan Bercadar.
Jurnal Psikologi Teori dan Terapan , 7 (2), 103-115.

Santrock, J. W. (2012). Life-Span Development. Jakarta: Erlangga.

Sesse, M. (2016). ‘Aurat Wanita dan Hukum Menutupnya menurut Hukum Islam. Jurnal Al-
Maiyyah , 9 (2), 315-331.

Tambak, S. (2016). Metode Bercerita dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jurnal Al-
Thariqah , 1 (1), 1-27.

Titisari, H. T. (2017). Hubungan Antara Penyesuaian Diri Dan Kontrol Diri Dengan Perilaku
Delikuen Pada Siswa SMA Muhammadiyah 1, Jombang. Psikodimensia , Vol. 16; No. 2.

Wulaningsih, R., & Hartini, N. (2015). Hubungan antara Persepsi Pola Asuh Orangtua dan Kontrol
Diri Remaja terhadap Perilaku Merokok di Pondok Pesantren. Jurnal Psikologi Klinis dan
Kesehatan Mental , Vol.04 No.2 .

Wuryaningtyas, C. (2015). Peningkatan Keterampilan Berbicara dengan Pendekatan Komunikatif-


Integratif. Jurnal Penelitian , 19 (1), 102-108.

Yazid, T., & Ridwan. (2017). Proses Persepsi Diri Mahasiswi dalam Berbusana Muslimah. Jurnal
An-nida’ Jurnal Pemikiran Islam , 41 (2), 193-201.

Yuan, G., & Jiamei, H. (2018). Self-control state influence on intertemporal decisions made by
individuals.

LAMPIRAN PROPOSAL

Pengaruh Metode Bercerita Dengan Media Boneka Tangan


Terhadap Persepsi Aurat Pada Siswa
SMP Negeri 1 Muhammadiyah Kartasura
Dosen Pengampu : Susatyo Yuwono, S.Psi. M.Psi

Asisten : Ditha Wahyu Ningtiyas


Disusun Oleh :
1. Rhizka Zulfia Umami (F100132013)
2. Yusril Aryo Dyatmiko (F100162002)
3. Yudha Krisna Setyawan (F100160061)
4. Tizha Florian Kuswanto (F100160106)
5. Safitri Indah Pratiwi (F100160145)
6. Dayinta Suci Sejati (F100170107)
Kelas A

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019

Anda mungkin juga menyukai