Tugas Makalah Perancangan Pascapanen Teh
Tugas Makalah Perancangan Pascapanen Teh
Oleh:
Julianti Atlanti
11915035
1.2 Tujuan
Menentukan sistem perancangan proses pasca panen daun teh yang berskala
industri dan menentukan investment cost yang dibutuhkan dalam membangun
industri tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 1. (1) Petikan halus, (2) Petikan medium, (3) Petikan kasar
Pucuk peko adalah kuncup berbentuk runcing yang terletak pada ujung
pucuk sedangkan pucuk burung adalah tunas tidak aktif yang berbentuk titik yang
terletak pada ujung pucuk. Jenis petikan yang diinginkan yaitu jenis petikan
medium dengan komposisi minimal 70% pucuk medium, 10% pucuk halus, dan
20% pucuk kasar.
Sebelum diolah, pucuk teh yang telah dipetik disimpan didalam ruang
penyimpanan sementara dengan suhu dan kelembaban yang diatur. Pengangkutan
dari kebun ke tempat penampungan hasil sementara dilakukan dengan hati-hati,
pucuk daun teh jangan dibanting agar menghindari dari resiko kerusakan. Tempat
penampungan hasil harus terhindar dari sinar matahari langsung. Penyimpanan
pucuk daun teh jangan ditumpuk, tapi disebarkan dengan ketinggian 20-30cm.
Hindari penyiraman air pada daun teh karena dapat menimbulkan aroma yang
kurang baik dan akan menurunkan kualitas serta meningkatkan biaya pengolahan.
3.1.2 Pelayuan
Proses pelayuan merupakan tahapan proses dimana daun teh akan
mengalami perubahan senyawasenyawa kimia yang terdapat dalam daun serta
menurunnya kandungan air sehingga daun teh menjadi layu. Berbeda dengan
pelayuan teh jenis lain, proses pelayuan teh hijau bertujuan untuk menginaktivkan
enzim polifenol oksidase agar tidak terjadi proses oksimatis. Proses pelayuan ini
mengakibatkan pucuk teh menjadi lebih lentur dan mudah digulung. Tahap ini
dilakukan dengan pemberian udara panas selama 5 menit pada suhu 90-100oC.
Presentase layu yang ideal untuk proses pengolahan teh hijau adalah 60-70% yang
ditandai dengan daun layu yang berwarna hijau cerah, layu dan lembut serta
mengeluarkan bau yang khas.
3.1.3 Penggulungan
Penggulungan merupakan proses pengolahan teh dengan cara membentuk
daun teh layu menjadi gulungan kecil dengan tujuan membentuk mutu secara
fisik. Selama proses ini daun teh akan dibentuk menjadi gulungan kecil dan
dipotong. Proses penggulungan dapat berlangsung selama 15-17 menit. Selama
penggulungan juga terjadi proses lain yaitu penggilingan yang merupakan proses
pemecahan sel daun yang layu.
3.1.4 Pengeringan
Pengeringan merupakan suatu proses yang bertujuan untuk mereduksi
kandungan air dan memekatkan cairan sel yang menempel pada permukaan daun.
Dalam pengolahan daun teh dilakukan dua kali pengeringan. Pengeringan pertama
dengan menggunakan suhu 130-135oC selama 25 menit dan pengeringan kedua
dengan menggunakan suhu 70-95oC selama 60-90 menit. Kadar air pucuk teh
yang dihasilkan pada pengeringan I adalah sebesar 30-35% sedangkan pada
pengeringan kedua diperoleh kadar air pucuk teh sebesar 3-4%.
Tipe kemasan ini terbuat dari jenis plastik PP (Polypropilene) yang bersifat kedap
udara sehingga memiliki permeabilitas yang rendah. Pada bagian atas kemasan
terdapat klip yang dapat dibuka-tutup. Bagian depan kemasan terdapat plastik
transparan yang memungkinkan konsumen meihat produk didalam kemasan tanpa
perlu membuka kemasan. Ukuran kemasan ini adalah 12cm x 20cm dan memiliki
kapasitas 20-40 gram teh curah. Kemasan ini sangat cocok untuk jenis produk teh
yang memiliki aroma yang khas karena kemasan jenis ini memiliki pelindung
aroma yang sangat kuat sehingga aroma produk tetap terjaga.
b. Tipe Box
Kemasan ini terbuat dari kertas karton ivory, dengan proses pencetakan
menggunakan metode laminating glossy atau dove dengan ukuran 14cm x 5cm x
6cm. Bagian terluar dari kemasan ini berupa plastik yang berfungsi sebagai
kemasan sekunder. Jenis produk teh yang dikemas adalah jenis teh celup sebanyak
20 bags/box dengan setiap bag nya memiliki berat 2 gram.
Pelayuan daun teh dapat dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut
dengan rotary panner. Alat ini diproduksi oleh PT. KBP Chakra dan PT Mitra
Kerinci. Kapasitasnya sebanyak 800kg/jam dengan daya 2.2kW. Prinsip kerja alat
ini adalah melayukan pucuk daun teh dengan pemanasan pada bagian luar dinding
silinder dari sumber panas api (burner). Daun teh dialirkan ke dalam mesin
pelayuan rotary panner selama 5 menit dengan suhu 90-100oC. Proses dihentikan
ketika daun teh telah layu dengan baik yang ditandai dengan warna hijau cerah,
layu dan lembut serta mengeluarkan wangi yang khas.
Mesin sortasi ini diproduksi oleh CV. Romora Tama. Mesin ini memiliki
daya 150-200kg/jam dengan kapasitas 1.2kW. Pada proses ini, teh dipisahkan
antara yang rusak dengan yang tidak. Pemisahan didasarkanpada perbedaan
warna, bentuk, dan ukuran. Jenis-jenis mutu teh hijau yaitu jenis peko yang
berasal dari daun muda, jenis jikeng yang berasal dari daun tua, dan jenis bubuk
yang berasal dari kempring.
Luas tanah untuk industri teh ini adalah sebesar 50m x 40m sedangkan
untuk luas bangunannya adalah 30m x 20m. Area industri dilengkapi dengan
gerbang utama yang terdapat timbangan berupa jembatan yang dapat menimbang
berat pucuk teh hasil panen dari perkebunan. Penimbangan dilakukan bersamaan
dengan mobil truk pengangkut, setelah pucuk diturunkan dan dipindahkan ke
ruang penyimpanan sementara, truk pengangkut ditimbang kembali. Selisih antara
truk dengan teh dan truk tanpa teh merupakan berat dari pucuk yang sebenarnya.
Setelah ditimbang, pucuk yang dibawa oleh truk dipindahkan ke ruang
penyimpanan sementara. Proses pengolahan teh diawali dengan pelayuan, lalu
penggulungan, kemudian pucuk daun teh dikeringkan di ruang dryer I dan II yang
terpisah agar suhu yang dikeluarkan mesin dryer tidak mempengaruhi proses
lainnya. Terdapat ruang kontrol yang dibatasi dengan kaca sehingga pengontrolan
dapat dilakukan secara tidak langsung.
Setelah itu pucuk yang sudah kering disortasi dan digrading diruangan yang
juga terpisah. Kemudian teh yang telah dipisahkan berdasarkan bentuk, ukuran,
dan warnanya dikemas. Ruang pengemasan juga terpisah dari ruangan lain agar
produk tetap terjaga kualitasnya. Produk yang telah dikemas dapat disimpan
sementara kemudian didistribusikan.
Didekat gerbang terdapat kantor tempat mengoprasikan timbangan dan
untuk kegiatan administrasi lainnya. Di kantor disediakan musholah untuk tempat
ibadah dan toilet. Selain itu juga terdapat kantin dan tempat istirahat untuk para
karyawan.
4.1 Kesimpulan
Pengolahan pasca panen teh yang berskala industri diawali dengan proses
pemetikan, kemudian dilanjutkan proses pelayuan, penggulungan pucuk teh,
pengeringan yang dilakukan sebanyak dua kali, lalu proses sorting dan grading
dan yang terakhir proses packaging atau pengemasan. Setelah dikemas teh dapat
segera disimpan dan didistribusikan.
Investment cost yang dibutuhkan untuk membangun industri teh ini kurang
lebih sebesar 1.6 milyar rupiah. Dan biaya produksi setiap bulannya mencapai 35
juta rupiah.
DAFTAR PUSTAKA
Ardheniati, M. (2008). Kinetika Fermentasi pada Teh Kombucha dengan Variasi Jenis
Teh Berdasarkan Pengolahannya (Doctoral dissertation, Universitas Sebelas
Maret).
Fauziah, N. (2009). Aplikasi fishbone analysis dalam meningkatkan kualitas produksi teh
pada PT Rumpun Sari Kemuning, kabupaten Karanganyar (Doctoral dissertation,
Universitas Sebelas Maret Surakarta)
Setyamidjaja, D. (2000). Teh Budidaya & Pengolahan Pascapanen. Yogyakarta:
Kanisius.
Suprihatini, R. (2016). Daya saing ekspor teh Indonesia di pasar teh dunia. Jurnal Agro
Ekonomi, 23(1), 1-29.
Zakariyah, M. Y., Anindita, R., & Baladina, N. (2014). Analisis Daya Saing Teh
Indonesia di Pasar Internasional. Jurnal Agrimeta, 4(08).
LAMPIRAN