Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTEK DISAIN TEKSTIL

DEKOMPOSISI KAIN ANYAMAN DASAR

AYAMAN POLOS

Nama : Sarah Saribanon


NPM : 15010068
Dosen : Siti R., A.T.,M.T
Asisten : Resty M. H.,S.ST
Tjiptodi

POLITEKNIK STTT BANDUNG


2016
I. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan tujuan praktikum ini adalah agar praktikan dapat memiliki pengetahuan
mengenai dekomposisi kain seperti:
 Dapat mengenali ciri-ciri dan karakteristik anyaman.
 Dapat menentukan arah lusi dan arah pakan.
 Dapat menghitung tetal benang suatu kain.
 Dapat menghitung nomor benang.
 Dapat menghitung mengkeret lusi dan pakan.
 Dapat menghitung berat kain per m2.
 Dapat menghitung berat kain per m2.
 Dapat menetukan fabric cover factor.

II. TEORI DASAR


Dalam industri tekstil ada tiga tahapan proses pembuatan desain tekstil yaitu
sesain struktur atau desain anyaman kain, dessain muka atau surface design
dan design mode atau apparel design.
Disain struktur pada kain dibentuk pada saat kain tersebut ditenn dengan jalan
mengolah faktor-faktor konstruksi kain. disain muka pembuatannya dilakukan
pada permuaan kain yang sudah selesai ditenun dengan menggunakan metode
tertentu sepert sablon, printing, batik, bordir dan sebagainya.
Satu-satunya cara untuk membuat disain struktur pada kain ialah dengan metoda
anyaman, seingga disain struktur bisa juga disebut disain anyaman. Sebelum
membuat disain anyaman pada kain, perlu direncanakan terlebih dahulu rencana
tenun yang biasanya digunakan dalam bentuk gambar anyaman yang
dihubungkan dengan peralatan yang akan dipakai dalam mesin tenun yang akan
membantu dalam pembentukan desain tersebut dalam kain. untuk dapat
membuat rencana tenun, perlu mempelajari cara pembuatannya da mengerti arti
dari gambar-gambar yang ada pada rencanan tenun tersebut.
Kain tenun terdiri dari benang lusi dan benang pakan. Lusi adalah benang yang
arahnya searah dengan panjang kain (arah vertikal) sedangkan pakan adalah
benang yang arahnya searah dengan lebar kain (arah hrizontal), pada kain tenun
terjaadi persilangan antara lusi dan pakan.
Disain anyaman tekstil dapat dibagi dalam lima golongan yaitu:
1. Anyaman dasar yang dapat dibagi dalam 3 jenis, yaitu:
a. Ayaman polos (plain,flat,blacu)
b. Anyaman keper (twill,drill)
c. Anyaman satin (satin, sateen, satinette)
2. Anyaman turunan terbagi juga dalam tiga jenis turunan anyaman:
a. Anyaman turunan polos yang bisa dibedakan dalam turunan langsung
dan tidak langsung
b. Anyaman turunan keper yang juga bisa dibedakan dalam turunan
langsung dan tidak langsung
c. Anyaman turunan satin
3. Anyaman kombinasi (campuran)
4. Anyaman dengan otif benag berwarna
5. Anyaman kain dua muka (baked cloths)
6. Anyaman kain rangkap (double cloths)
7. Anyaman kain khusus yang akan dibahas didalam buku tersendiri.

Anyaman dasar dalam disain struktur anyaman terbagi dalam tiga jenis, yaitu:

1. Anyaman polos
Anyaman polos biasa dikenal juga sebagai anyaman flatt, taffeta, dan anyaman
plain.
Dalam industri wol, kainnya disebut kain laken
Dalam industri linen, kainnya disebut kain linen
Dalam inddustri sutera kainnya disebut kain taffeta
Dalm industri kapas, kainnya disebut kain blacu, kain mori, kain combric, kain
kanvas dll

Ciri dan karakterristik anyaman polos:


a. Anyaman polos merupakan anyaman yang tertua dan paling banyak
dipakai. Mempunyai rapot anyaman yang paling kecil karena
bekerrjanya benang lusi dan benang pakan hanya satu kali naik dan
satu kali turun secara bergantian.
b. Jumlah silangan paling banyak jika dibandingkan dengan jenis
anyaman lain, sehingga jika faktor-faktor yang lain sama, maka
dendgan anyaman polos kain akan menjadi kuat dengan letak benag
yang lebih kokoh.
c. Anyaman polos lebih mudah untuk diberikan ubahan kenampkan kain,
baik dengan cara ubahan disain struktur ataupun disain muka serta
dapat dibuat kain yang tipis dengan hasil yang lebih baik dibanding
dengan jenis anyaman lain, kain yang termasuk jenis anyaman ini
misalnya kain chiffn, voile, tabby, alpaca dan lain-lain
d. Pembuatan anyaman polos menggunakna gu minimum 2 buah
sesuia denga jumlah rapot anyaman, tetapi biassanya untuk tetl yang
lebih tinggi digunakan minimmum 4 buah gun dengan variassi tetal
dan berat kain yang lebih besar dibanding jenis anyaman lain yaitu
antara 10 helai/inchi sampi 200 helai/inchi dan berat kain antar
10gr/m sampai 1500gr/m.

Tetal lusi dan tetal pakan pada anyaman polos mempunyai perpencaran
(range) yang lebih besar daripada dalam anyaman yang lain ( 10 hl/"-200 hl/"
). Demikianpun perpencaran berat kain adalah lebih besar daripada dalam
anyaman lain (0,25 oz/yds2 --- 52 oz/yds2). Anyaman polos lebih sesuai /
mampu untuk diberi rupa (appereance) yang lain dengan jalan mengadakan
ubahan – ubahan desain, baik struktural desain maupun surface desain
dibandingkan dengan anyaman lainnya.
Pada umumnya kain dengan anyaman polos penutupan kainnya (fabric
cover) berkisar pada 25% - 75% Anyaman polos dapat dipakai untuk kain
yang jarang dan tipis (open construction or sheer texture) dengan hasil yang
memuaskan daripada menggunakan anyaman yang lain. Banyak gun yang
digunakan minimum 2 gun, tetapi untuk tetal lusi yang tinggi digunakan 4 gun
atau lebih. Anyaman polos banyak dipakai untuk kain dengan konstruksi
medium dengan fabric cover 51% - 75%. Penutupan lusi dan pakan berkisar
31% - 50%. Jenis kain ini misalnya: kain yang diprint (print cloth) sheetings
dll. Anyaman polos untuk kain padat ( close construction ) , biasanya
menggunakan benang pakan yang lebih besar daripada benang lusi.

Anyaman polos 1 rapot anyaman polos


III. ALAT DAN BAHAN

 Loupe/ kaca pembesar


 Jarum
 Mistar
 Kertas desain
 Gunting
 Timbangan

IV. LANGKAH KERJA

 Tentukan arah lusi dan pakan dari kain


 Hitung tetal lusi dan tetal pakan menggunakan loupe sebanyak dua kali
 Hitung tetal lusi dan tetal pakan degan cara kain ditiras 1x1 inchi
 Kemudian potong kain dengan ukuran 20x20 cm
 Timbang kain uji
 Tiras masing-masing bagian benang lusi dan pakannya
 Timbang keseluruhan benang lusi dan pakan
 Kemudian ukur panjang masing-masig benang lusi dan pakannya
 Identfikasi anyaman dari kain uji menggunalan loupe

V. DATA PERCOBAAN

 Berat kain contoh uji: 4,83 gram


 Berat 20 helai lusi: 0,091 gram
 Berat 20 helai pakan: 0,094 gram
Tetal (helai/inchi) Panjang (cm)
NO Lusi Pakan Lusi Pakan
1. 82 64 21 20,9
2. 83 65 21 20,9
3. 78 63 20,1 20,9
4. - - 21 21
5. - - 21 21
6. - - 21 20,2
7. - - 21,2 20,7
8. - - 21,1 20,9
9. - - 21,2 20,9
10. - - 21,1 20,8
11. - - 21,1 20,7
12. - - 21,2 20,7
13. - - 21 20,9
14. - - 21,2 21,1
15. - - 21,2 20,9
16. - - 21,1 20,7
17. - - 21,1 20,8
18. - - 21,1 21,2
19. - - 21 21,3
20. - - 21 20,7
Σ 243 192 420,7 415,4
× 81 64 21,03 20,77

VI. PERHITUNGAN

1. MENGKERET
𝐱̄ 𝐩𝐚𝐧𝐣𝐚𝐧𝐠 𝐥𝐮𝐬𝐢−𝐩𝐚𝐧𝐣𝐚𝐧𝐠 𝐤𝐚𝐢𝐧
a. Mengkeret lusi = 𝐱̄ 𝒑𝒂𝒏𝒋𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒖𝒔𝒊
𝑥 100 %

𝟐𝟏,𝟎𝟑−𝟐𝟎
= 𝟐𝟏,𝟎𝟑
𝑥 100 %

= 4,89%
𝐱̄ 𝐩𝐚𝐧𝐣𝐚𝐧𝐠 𝐥𝐮𝐬𝐢−𝐩𝐚𝐧𝐣𝐚𝐧𝐠 𝐤𝐚𝐢𝐧
b. Mengkeret pakan = 𝐱̄ 𝒑𝒂𝒏𝒋𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒖𝒔𝒊
𝑥 100 %

20,77−20
= 20,77
𝑥 100 %

= 3,70 %

2. NOMOR BENANG
a. Nomor benang lusi
∑ 𝒑𝒂𝒏𝒋𝒂𝒏𝒈 𝟐𝟎 𝒍𝒖𝒔𝒊 (𝒎)
 Nm = 𝒃𝒆𝒓𝒂𝒕 𝟐𝟎 𝒍𝒖𝒔𝒊 (𝒈𝒓𝒂𝒎)
4,207
= 0,091

= 46,23

 Ne1 = 0,59 x Nm
= 0,59 x 46,23
= 27,27

𝟏𝟎𝟎𝟎
 Tex =
𝐍𝐦
1000
= 46,23

= 21,63 Tex

𝟗𝟎𝟎𝟎
 Td = 𝐍𝐦
9000
=
46,23

= 194,67 denier

b. Nomor benang pakan :


∑ 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 20 𝑙𝑢𝑠𝑖 (𝑚)
 Nm = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 20 𝑙𝑢𝑠𝑖 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
4,154
= 0,094

= 44,19
 Ne1 = 0,59 x Nm
= 0,59 x 44,19
= 26,07
1000
 Tex = Nm
1000
= 44,19

= 22,62
9000
 Td = Nm
9000
= 44,19

= 203,66

3. BERAT KAIN/ M2

a. cara penimbangan

(100 𝑥 100 )𝑐𝑚


Berat = Berat contoh uji x 𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑢𝑗𝑖

(100 𝑥 100 )𝑐𝑚


= 4,83 x
(20 𝑥 20)𝑐𝑚

= 120,75 g

b. Cara perhitungan
 LUSI

𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑠𝑖


Tetal lusi (helai/cm) = 2,54

81
= 2,54

= 31,88 helai/cm

𝑡𝑒𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑠𝑖 (ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖/𝑐𝑚) 𝑥 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑎𝑖𝑛 𝑥 𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑘𝑎𝑖𝑛 100


Berat lusi = 𝑁𝑚 𝑥 100
x (100 − 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑘𝑒𝑟𝑒𝑡 𝑙𝑢𝑠𝑖)

31,88 𝑥 100𝑐𝑚 𝑥 100𝑐𝑚 100


= 46,23 𝑥 100
x (100 −4,89)

= 68,95 x 1,05

= 72,39 gram

 PAKAN
𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛
Tetal pakan (helai/cm) = 2,54
64
=
2,54

= 25,19 helai/cm
𝑡𝑒𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 (ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖/𝑐𝑚) 𝑥 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑎𝑖𝑛 𝑥 𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑘𝑎𝑖𝑛 100
Berat lusi = x( )
𝑁𝑚 𝑥 100 100 − 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑘𝑒𝑟𝑒𝑡 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛
25,19 𝑥 100𝑐𝑚 𝑥 100𝑐𝑚 100
= 44,19 𝑥 100
x (100 −3,70)

= 57,00 x 1,03
= 58,71 gram

 BERAT KAIN = BERAT LUSI + BERAT PAKAN


= 72,39 + 58,71
= 131,1 gram

4. SELISIH BERAT (%)

Cara penimbangan = 120,75 gram


Cara perhitungan = 131,1 gram

𝐛𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐛𝐞𝐬𝐚𝐫 – 𝐛𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐤𝐞𝐜𝐢𝐥


Selisih = 𝒃𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒆𝒃𝒊𝒉 𝒌𝒆𝒄𝒊𝒍
X 100 %

𝟏𝟑𝟏,𝟏 − 𝟏𝟐𝟎,𝟕𝟓
= 𝟏𝟐𝟎,𝟕𝟓
x 100% = 7,89 %

5. FABRIC COVER FACTOR (%)


 nw = rata-rata tetal lusi/inchi

= 81 helai/inchi

1
 dw = 28
√𝑁𝑒1
1
= 28
√27,27

= 0,006

 nf = rata-rata tetal pakan/inchi


= 64

1
 df = 28
√𝑁𝑒1
1
= 28
√26,07

= 0,007
 Cw = nw x dw
= 81 x 0,006
= 0,486

 Cf = nf x dn
= 64 x 0,007
= 0,448

 Cover factor (Cf) = ((Cw + Cf ) – (Cw x Cf)) x 100 %


= ((0,486 + 0,448) – (0,486 x 0,448)) x 100%
= (0,934 – 0,217) x 100 %
= 71,7 %

VII. ANALISA DAN KESIMPULAN

Setelah dilakukan berbagai pengujian terhadap kain uji, hasil yang didapatkan
ialah kain mempunyai anyaman polos dengan ciri-ciri lusi naik satu kemudian
pakan yang naik satu. Setelah ditiras panjang benang pakan dan lusi dari contoh
kain tersebut ternyata lebih panjang dari kain uji dikarenakan efek dari anyaman
kain tersebut yang dinamakan mengkeret. Dilihat dari data hasil pengamatan
tetal lusi lebih besar dibandingkan dengan tetal pakan begitu pula dengan
pertambahan panjang benang lusi lebih tinggi dibandingkan dengan
pertambahan panjang benang pakan setelah di tiras. Mengkeret dari lusi lebi
tingggi dibandingkan dengan mengkeret pakan kemudian berat kain per meter
persegi dengan cara penimbangan dengan cara perhitungan terdapat perbedaan
hasil dimana berat kain per meter persegi dengan cara penimbangan lebih ringan
dibandingkan dengan cara perhitungan dengan selisih mencapai 7,89%.
Hal tepenting dalam pengujian ini adalah harus memperhatikan dengan baik
bagian mana yang merupakan lusi dan bagian mana yang merupakan pakan
juga keringat yang menempel pada kain uji saat pengujian berlangsung karena
akan sangat mempengaruhi berat dari kain uji tersebut. Kemudian dalam
menghitung tetal lusi dengan menggunakan loupe atau kaca pembesar harus
dengan teliti dan dilakukan lebih dari satu kali agar mendapatkan hasil rata-rata
dan apabila mempunyai gangguan dengan penglihatan dapat dilakukan dengan
menyiapkan kain uji dengan ukuran 1x1 inchi kemudian ditiras, maka dapatlah
tetal lusi dan pakannya namun haus diperhatikan pula mana bagian lusi dan
pakan.

Dari kain uji maka didapatkan hasil:


 Kain sempel yang diuji merupakan kain dengan anyaman polos.
 Tetal lusi : 81helai/inch atau 31, 88 helai/ cm
 Tetal pakan : 64 helai/inch atau 25,19 helai/cm
 Mengkeret lusi : 4,89 %
 Mengkeret pakan : 3,70 %
 Nomor benang lusi dalam Nm: 46,23
 Nomor benang lusi dalam Ne1: 27,27
 Nomor benang lusi dalam Tex: 21,63
 Nomor benang lusi dalam denier: 197,63
 Nomor benang pakan dalam Nm: 44,19
 Nomor benang pakan dalam Ne1: 26,07
 Nomor benang pakan dalam Tex: 22,62
 Nomor benang pakan dalam denier: 203,66
 Berat kain ddengan cara penimbangan dan cara perhitungan mempunyai
selisih 7,89%
 Fabric Cover factor : 71,7 %

P10

P9

P8

P7

P6

P5

P4

P3

P2

P1

L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8 L9 L10
DAFTAR PUSTAKA
Destianny,annisa. Fabric technologist: anyaman polos
http://fabrictechnologist.blogspot.co.id/2016/02/anyaman-polos.html

Rohmah, siti & giarto.Bahan ajar Praktikum Desain Tekstil. 2013. Bandung

Jumaeri,Bk. Teks,dkk.1974.TEXTILE DESIGN. Institut Teknologi Tekstil. Bandung.


LAMPIRAN

Benang lusi benang pakan

Kain contoh uji

Anda mungkin juga menyukai