Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH TOKSIKOLOGI

Disusun Oleh : Kelompok 4

Nama Anggota :

1. Bella Nata Fitri (1613353010)


2. Anisa Bella Amalia (1613353011)
3. Ainun Ramadhani (1613353012)

D IV ANALIS KESEHATAN

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

POLTEKKES TANJUNG KARANG

2018
Rhodamin B

Pengertian rhodamin B dalam dunia perdagangan sering dikenal dengan nama tetra ethyl
rhodamin, rheonine B, D dan Red no. 19, C.I. Basic violet 10, C.I. No. 45170 (Yuliarti,
2007).

Rhodamin B adalah zat warna sintetis berbentuk serbuk kristal, berwarna hijau atau
ungu kemerahan, tidak berbau, dan dalam larutan berwarna merah terang berfluorensi.
Rhodamin B semula digunakan untuk kegiatan histologi dan sekarang berkembang untuk
berbagai keperluan seperti sebagai pewarna kertas dan tekstil. Rhodamin B seringkali
disalahgunakan untuk pewarna pangan dan pewarna kosmetik, misalnya sirup, lipstik,
pemerah pipi, dan lain-lain. Pewarna ini terbuat dari dietillaminophenol dan phatalic
anchidria dimana kedua bahan baku ini sangat toksik bagi manusia. Biasanya pewarna ini
digunakan untuk pewarna kertas, wol, dan sutra (Djarismawati, 2004).

Rumus molekul dari rhodamin B adalah C28H31N2O3Cl dengan berat molekul


sebesar 479.000. Sangat larut dalam air yang akan menghasilkan warna merah kebiru- biruan
dan berfluorensi kuat. Rhodamin B juga merupakan zat yang larut dalam alkohol, HCl, dan
NaOH, selain dalam air. Di dalam laboratorium, zat tersebut digunakan sebagai pereaksi
untuk identifikasi Pb, Bi, Co, Au, Mg, dan Th, dan titik leburnya pada suhu 1650C (Devianti,
2009).

Karakteristik Rhodamin B

Zat pewarna berupa kristal-kristal hijau atau serbuk ungu kemerahan, sangat larut dalam air
dengan warna merah kebiruan dan sangat berfluorensi. Rhodamin B dapat menghasilkan
warna yang menarik dengan hasil warna yang dalam dan sangat berpendar jika dilarutkan
dalam air dan etanol (Rohman, 2007).

Penggunaan Rhodamin B
Rhodamin B digunakan sebagai reagen untuk antimony, bismuth, tantalum, thallium, dan
tungsten. Rhodamin B merupakan zat pewarna tekstil, sering digunakan untuk pewarna kapas
wol, kertas, sutera, jerami, kulit, bambu, dan dari bahan warna dasar yang mempunyai warna
terang sehingga banyak digunakan untuk bahan kertas karbon, bolpoin, minyak/oli, cat dan
tinta gambar.

Makanan Mengandung Rhodamin B

Ciri-ciri makanan yang mengandung rhodamin B (Devianti, 2009) :

1. Warna kelihatan cerah (kemerahan atau merah terang), sehingga tampak menarik
2. Ada sedikit rasa pahit
3. Muncul rasa gatal di tenggorokan setelah mengonsumsinya.
4. Baunya tidak alami sesuai makanannya

Dampak Rhodamin B Terhadap Kesehatan

Dalam analisis dengan metode destruksi dan metode spektrofometri, didapat


informasi bahwa sifat racun yang terdapat dalam rhodamin B tidak hanya saja disebabkan
oleh senyawa organiknya saja tetapi juga oleh senyawa anorganik yang terdapat dalam
rhodamin B itu sendiri. Bahkan jika rhodamin B terkontaminasi oleh senyawa anorganik lain
seperti timbal dan arsen (Subandi, 1999). Dengan terkontaminasinya rhodamin B dengan
kedua unsur tersebut, menjadikan pewarna ini berbahaya jika digunakan dalam makanan.

Beberapa sifat berbahaya dari rhodamin B seperti menyebabkan iritasi bila terkena
mata, menyebabkan kulit iritasi dan kemerahan bila terkena kulit hampir mirip dengan sifat
dari klorin yang berikatan dalam struktur rhodamin B. Penyebab lain senyawa ini begitu
berbahaya jika dikonsumsi adalah senyawa tersebut adalah senyawa yang radikal. Senyawa
radikal adalah senyawa yang tidak stabil. Dalam struktur rhodamin kita ketahui mengandung
klorin (senyawa halogen), sifat halogen adalah mudah bereaksi atau memiliki reaktivitas yang
tinggi maka dengan demikian senyawa tersebut karena merupakan senyawa yang radikal
akan berusaha mencapai kestabilan dalam tubuh dengan berikatan dengan senyawa-senyawa
dalam tubuh kita sehingga pada akhirnya akan memicu kanker pada manusia (Devianti,
2009).

Tanda dan Gejala Akut bila terpapar Rhodamin B (Yuliarti,2007) :

1. Jika tertelan, dapat menimbulkan iritasi pada saluran pencernaan .dan menimbulkan gejala
keracunan dan air seni berwarna merah atau merah muda.

2. Jika terkena kulit, dapat menimbulkan iritasi pada kulit.

3. Jika terkena mata, dapat menimbulkan iritasi pada mata, mata kemerahan, oedema pada
kelopak mata.

4. Jika terhirup, dapat menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan.


5. Jika tertelan, dapat menimbulkan iritasi pada saluran pencernakan dan menimbulkan gejala
keracunan dan air seni berwarna atau merah muda.

6. Tindakan yang bisa dilakukan bila terpapar Rhodamin B

7. Bila terkena kulit, lepaskan pakaian perhiasan, sepatu penderita yang


terkontaminasi/terkena Rhodamin B. Cuci kulit dengan sabun dan air mengalir sampai bersih
dari Rhodamin B, selama kurang lebih 15 s/d 20 menit, bila perlu hubungi dokter.

8. Bila terkena mata, bilas dengan air mengalir atau larutan garam fisiologis, mata dikedip-
kedipkan sampai dipastikan sisa Rhodamin B sudah tidak ada lagi/bersih, bila perlu hubungi
dokter.

9. Bila tertelan dan terjadi muntah, letakkan posisi kepala lebih rendah dari pinggul untuk
mencegah terjadinya muntahan masuk ke saluran pernafasan.

10. Bila korban tidak sadar, miringkan kepala ke samping atau ke satu sisi, bila perlu hubungi
dokter.

Tanda dan gejala kronisbilaterpaparRhodaminB(Yuliarti,2007) :

Bahaya utama terhadap kesehatan pemakaian dalam waktu lama (kronis) dapat menyebabkan
radang kulit dan alergi. Penggunaan rhodamin B pada makanan dalam waktu yang lama akan
dapat mengakibatkan gangguan fungsi hati maupun kanker (Yuliarti,2007).

Upaya pemerintah agar masyarakat terbebas dari pangan ber-Rhodamin B:

1. Pemerintah telah mengatur peredaran bahan berbahaya termasuk Rhodamin B, agar tidak
bocor ke produsen pangan dan tidak disalahgunakan untuk pangan.

2. Pemerintah melakukan pengawasan yang intensif terhadap toko-toko bahan kimia yang
selama ini menjual bahan berbahaya termasuk Rhodamin B untuk produsen pangan dan
pengawasan sebelum dan setelah pangan beredar serta pengawasan disertai penindakan keras
terhadap produsen pangan yang dijumpai menggunakan Rhodamin B untuk pewarna pangan.

3. Pemerintah secara terus menerus melakukan pembinaan terhadap produsen pangan yang
belum mengetahui Rhodamin B untuk pewarna pangan.

Tanda dan gejala kronisbilaterpaparRhodaminB(Yuliarti,2007):


Kepiting Zosimus aeneus

Di Jepang bagian selatan ditemukan spesies kepiting (Zosimus aeneus), hewan ini
mengakumulasi dalam jumlah besar saxitoxin. Dan dilaporkan menyebabkan kematian pada
manusia yang mengkonsumsinya. saxitoxin yang bersifat neurotoxin (racun yang menyerang
system saraf). Keracunan ini disebabkan karena mengkonsumsi Kepiting Zosimus aeneus

Jika dilihat dari sifat kimianya, saxitoxin bersifat larut dalam air dan methil alkohol,
sedikit larut dalam ethyl alkohol dan asam asetat tetapi tidak larut dalam pelarut organik.
Saxitoxin dapat dihidrolisis dengan asam, stabil terhadap panas dan tidak rusak dengan
proses pemasakan . Saxitoxin memiliki rumus kimia C10H17N7O3.2HCl.

mekanisme :

Ketika kepiting Zosimus aeneus yang mengandung saxitoxin termakan , maka


saxitoxin akan mengikat dan menghambat voltage-dependent sodium channels serta
menghambat aktivitas neuron dan mempengaruhi sistem saraf peripheral. Aksi racun
saxitoxin adalah dengan memblokade secara selektif pada pemasukan natrium melalui
membran yang dapat tereksitasi (excitable membran) sehingga menghambat secara efektif
sifat kondusif saraf . Proses pengeblokan saxitoxin terhadap pemasukan Na+pada membran
saraf terjadi pada saat dari kondisi pulih menuju kondisi aksi. Pada kondisi yang normal,
tegangan dalam keadaan istirahat (resting potential) dari membran yang dapat tereksitasi
adalah –75mv. Bila membran tereksitasi tegangan sepanjang sepanjang membran berubah
dari -75 mv menjadi lebih dari 0 mv. Perubahan ini disebabkan gerakan Na+pada milidetik
pertama yang kemudian diikuti oleh gerakan keluar dari K+
Pengeblokan pemasukan Na+ tersebut menyebabkan saraf tidak dapat melakukan aksi
potensial sehingga tidak dapat menerima impuls atau tanggapan dan akibatnya terjadi
paralysis.

cara penanganan:

Pertolongan hanya dapat dilakukan dengan cara menguras isi perut dan memberikan
pernafasan buatan.

gejala yang terjadi :

Gejala utama dari keracunan saxitoxin adalah kelumpuhan (paralysis) pada otot,selain
otot jantung. Penderita mula-mula akan merasakan kesemutan dan menimbulkan gejala
seperti rasa terbakar pada lidah, bibir, dan mulut yang selanjutnya merambat ke leher, lengan,
dan kaki. Gejala selanjutnya terasa pada ujung jari tangan dan kaki yang nyeri seperti
ditusuk-tusuk, pusing, mual, muntah, dan kejang pada otot perut, kesukaran bernafas dan
akhirnya berhenti bernafas, tetapi jantung masih tetap berdenyut. Kemudian berlanjut
menjadi mati rasa sehingga gerakan menjadi sulit. Dalam kasus yang hebat diikuti oleh
perasaan melayang-layang, mengeluarkan air liur, pusing dan muntah. Toksin memblokir
susunan saraf pusat, menurunkan fungsi pusat pengatur pernafasan dan cardiovasculer di
otak, dan kematian biasanya disebabkan karena kerusakan pada sistem pernafasan. Bila tidak
ditolong maka penderita akan meninggal dalam waktu 24 jam. Pertolongan hanya dapat
dilakukan dengan cara menguras isi perut dan memberikan pernafasan buatan.
BUNGA LILI (BAKUNG)

Bunga Lili Stargazer merupakan bunga yang anggun, cantik, wangi, dan juga
beracun. Khususnya bagi kucing. Bunga lili (bunga bakung) jenis ini, dan keluarga botanis
mereka, termasuk Easter lily, Day lily, Asian lily, dan Tiger lily merupakan pilihan yang
banyak disuka sebagai bunga musim liburan (holiday bouquets) dan merupakan bunga yang
disukai banyak tukang kebun. Apa yang membuat bunga jenis lili ini beracun masih belum
diketahui, tapi diketahui bahwa racun bunga ini larut di dalam air dan mematikan.

Lily of the valley ini dapat membahayakan manusia, jika manusia mengkonsumsi
bunga ini dalam jumlah yang banyak. Jika hanya memakan satu atau dua sajar dari bunga ini,
mungkin tidak berdampak banyak pada kesehatan. Namun jika seseorang mengkonsumsinya
dalam jumlah yang banyak maka dampak yang akan di timbulkan sangatlah membahayakan
bagi tubuh yaitu seseorang akan merasa gatal pada bagian mulut, mual yang sangat luar biasa,
muntah-muntah, diare dan serta akan kram seluruh bagian tubuhnya. Karena di dalam tubuh
Lily of the valley ini mengandung racun yang dapat mematikan jika seseorang memakan
Bungan tersebut, racun yang bernama Convallatoxin, racun yang terdapat di dalam tumbuhan
ini dulu digunakan sebagai keperluan medikasi hati. Kegunaan lain dari bunga Lily of the
valley ini adalah untuk membuat parfum. Yang lebih membahayakan adalah jika bunga ini
dikonsumsi seseorang, racun yang ada di dalam bunga lily of the valley ini dapat
menyebabkan disfungsi jantungdan membuat detak jantung melemah.

Tanda-tanda Klinis yang Tampak Jika Keracunan Bunga Lili


Tanda-tanda pertama mulai tampak dalam tempo 6-12 jam setelah menelan, dan boleh jadi
menyerupai tanda-tanda keracunan anggur dan kismis (grape and raisin toxicity) dan
keracunan bahan anti beku (antifreeze) (ethylene glycol).
Tanda-tanda awal keracunan:
 muntah-muntah
 lesu (lethargy)
 hilang nafsu makan
 gemetaran (tremors)
 kejang-kejang (seizures)

Gagal ginjal (renal )biasanya menyusul, dengan tanda-tanda:


 meningkatnya rasa haus
 meningkatnya urin pada awalnya, diikuti dengan menurunnya output urin, dan
akhirnya, tidak ada output urin sama sekali.
 Dehidrasi
 kematian
Gagal ginjal terjadi terjadi sekitar 36-72 jam setelah menelan.

Mendiagnosa Keracunan Bunga Lili


Tanda epitel (epithelial casts) akan terlihat di dalam urin (dengan uji mikroskop)
dalam tempo hanya 12 jam setelah menelan tanaman ini. Meningkatnya level BUN dalam
darah, creataninedan potassium akan terlihat dalam tempo 18-24 jam setelah menelan.
Adalah penting untuk segera meminta pertolongan dokter. Jika baru diobati setelah 18 jam
atau lebih setelah menelan akan mengalami akibat buruk.

Pengobatan Keracunan Bunga Lily (Bakung)


Jika Anda telah tertelan secara tidak disengaja, pada bagian manapun dari tanaman
jenis lili, termasuk serbuknya, hubungi segera dokter. Elemen racun dari tanaman jenis lili
belum diketahui hingga saat ini, sehingga tidak ada penangkalnya.
Tujuan perawatannya adalah therapi cairan IV yang agresif dan perlindungan saluran
gastrointestinal. Cairan subkutan (subcutaneous), yang juga dikenal sebagai cairan SubQ,
tidaklah efektif. Rata-rata kematian akibat keracunan tanaman jenis lili dilaporkan setinggi
100% jika tidak diobati atau terlambat diobati. Pengobatan lebih awal dan agresif yang
dilakukan oleh dokter hewan mempunyai kemungkinan sembuh.

Anda mungkin juga menyukai