Gangguan Somatisasi PDF
Gangguan Somatisasi PDF
Siti Zubaidah
Nim : 050100018
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.2. Tujuan 2
1.
2.
2.1. Definisi 3
2.2. Epidemiologi 3
2.3. Klasifikasi 4
2.5. Penatalaksanaan 21
2.5.2.Terapi Medikamentosa 22
BAB I
PENDAHULUAN
Gangguan somatisasi adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik ( sebagai
fisik(sebagaicontohnya, nyeri, mual, dan pusing) di mana tidak dapat ditemukan penjelasan
medis yang adekuat. Gejala dan keluhan somatik adalah cukup serius untuk menyebabkan
penderitaan emosional yang bermakna pada pasien atau gangguan pada kemampuan pasien unt
untuk berfungsi di dalam peranan sosial atau pekerjaan. Suatu diagnosis gangguan somatoform
mencerminkan penilaian klinisi bahwa faktor psikologis adalah suatu penyumbang besar untuk
onset, keparahan, dan durasi gejala. Gangguan somatoform adalah tidak disebabkan oleh pura-
Ganguan ini ditandai dengan adanya keluhan-keluhan berupa gejala fisik yang bermacam-
macam dan hampir mengenai semua sistem tubuh. Keluhan ini biasanya sudah berlangsung lama
dan biasanya keluhannya berulang-ulang namun berganti-ganti tempat. Pasien biasanya telah
sering pergi ke berbagai macam dokter ( doctor shopping ). Beberapa pasien bahkan ada yang
sampai dilakukan operasi namun hasilnya negatif. Keluhan yang paling sering biasanya
berhubungan dengan sistem organ gastrointestinal ( perasaan sakit, kembung, bertahak, mual dan
muntah ) dan keluhan pada kulit seperti rasa gatal, terbakar, kesemutan, baal dan pedih.
Pasien juga sering mengeluhkan rasa sakit di berbagai organ atau sistem tubuh, misalnya nyeri
kepala, punggung, persendian, tulang belakang, dada atau nyeri saat berhubungan badan. Kadang
usia 30an dan telah berlangsung beberapa tahun. Pasien biasanya tidak mau menerima pendapat
dokter bahwa mungkin ada dasar psikologis yang mendasari gejalanya.k berfungsi di dalam
1.2 Tujuan
Makalah ini disusun dengan harapan, setiap pembaca khususnya kalangan medis, lebih
mengetahui bagaimana cirri-ciri gangguan somatisasi yang nantinya akan mudah untuk
mendiagnosa secara pati gangguan ini, sehingga pengobatan dapat diberikan secara maksimal
dan tepat, yang nantinya memberikan efek postif atau kesembuhan yang diharapkan. Dan juga
untuk memberikan informasi tentang bagaimana cara penanganan dari gangguan somatisasi ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Defenisi
Kata somatoform ini di ambil dari bahasa Yunani soma, yang berarti “tubuh”. Dalam
gangguan somatoform, orang memiliki simtom fisik yang mengingatkan pada gangguan fisik,
namun tidak ada abnormalitas organik yang dapat ditemukan penyebabnya. Gangguan
somatoform berbeda dengan malingering, atau kepura-puraan simtom yang bertujuan untuk
mendapatkan hasil yang jelas. Gangguan ini juga berbeda dengan gangguan factitious yaitu
suatu gangguan yang ditandai oleh pemalsuan simtom psikologis atau fisik yang disengaja tanpa
keuntungan yang jelas. Selain itu gangguan ini juga berbeda pula dengan sindrom Muchausen
yaitu suatu tipe gangguan factitious yang ditandai oleh kepura-puraan mengenai simtom medis.3
Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik
(sebagai contohnya, nyeri, mual, dan pusing) di mana tidak dapat ditemukan penjelasan medis.
Gejala dan keluhan somatik adalah cukup serius untuk menyebabkan penderitaan emosional
yang bermakna pada pasien atau gangguan pada kemampuan pasien untuk berfungsi di dalam
peranan sosial atau pekerjaan. Suatu diagnosis gangguan somatoform mencerminkan penilaian
klinisi bahwa faktor psikologis adalah suatu penyumbang besar untuk onset, keparahan, dan
durasi gejala. Gangguan somatoform adalah tidak disebabkan oleh pura-pura yang disadari atau
gangguan buatan.3
2.2 Epidemiologi
Penyakit ini sering didapatkan , berkisar antara 2-20 dari 1000 penduduk. Lebih banyak pada
wanita. Pasien pada umumnya mempunyai riwayat keluhan fisik yang banyak. Biasanya dimulai
sebelum berumur 30 tahun. Sebelumnya pasien telah banyak mendapat diagnosis, makan banyak
obat, dan banyak menderita alegi. Pasien ini terus mencari penerangan medis untuk gejala yang
dideritanya dan bersedia untuk melakukan berbagai test medis, pembedahan, uji klinik, walaupun
dia tahu hal tersebut jarang yang memberikan hasil, biasanya hasilnya adalah normal, atau ada
gangguan kecil.4
Fenomena ini dapat berupa spectrum yang ringan yang akan memperberat gangguan
somatisasi, pasien yang benar benar masuk kriteria biasanya telah hidup dengan didominasi dengan
pengalaman medik dan mungkin telah mengalami gangguan hubungan interpersonal. Riwayat
keluarga biasanya menunjukkan hal yang sama terutama pada wanita, dan riwayat anti sosial pada
pria.4
2.3 Klasifikasi 5
1.Gangguan konversi
Merupakan bentuk perubahan yang mengakibatkan adanya perubahan fungsi fisik yang tidak
dapat dilacak secara medis. gangguan ini muncul dalam konflik atau pengalaman traumatik yang
2. Hipokondriasis
Terpaku pada keyakinan bahwa dirinya menderita penyakit yang serius. Ketakutan akan adanya
penyakit terus ada meskipun secara medis telah diyakinkan. Sensasi atau nyeri fisik biasa sering
3. Gangguan Somatisasi
Keluhan fisik yang muncul berulang mengenai simtom fisik yang tidak ada dasar organis yang
jelas. Gangguan ini menyebabkan seseorang untuk melakukan kunjungan medis berkali-kali atau
Terpaku pada kerusakan fisk yang dibayangkan atau berlebih-lebihan. Menganggap orang tidak
akan membawa seseorang pada perilaku kompulsif . seperti berulang-ulang berdandan. dll.
Ditandai oleh kepercayaan palsu atau persepsi yang berlebih-lebihan bahwa suatu bagian tubuh
mengalami cacat.
5. Gangguan nyeri
Ditandai oleh gejala nyeri yang semata-mata berhubungan dengan faktor psikologis atau secara
bermakna dieksaserbasi oleh faktor psikologis. DSM-IV juga memiliki dua criteria diagnostic
A. Riwayat banyak keluhan fisik yang dimulai sebelum usia 30 tahun yang terjadi selama
periode beberapa tahun dan membutuhkan terapi, yang menyebabkan gangguan bermakna
B. Tiap kriteria berikut ini harus ditemukan, dengan gejala individual yang terjadi pada
1. Empat gejala nyeri: riwayat nyeri yang berhubungan dengan sekurangnya empat
tempat atau fungsi yang berlainan (misalnya kepala, perut, punggung, sendi, anggota
gerak, dada, rektum, selama menstruasi, selama hubungan seksual, atau selama
miksi)
nyeri (misalnya mual, kembung, muntah selain dari selama kehamilan, diare, atau
intoleransi terhadap beberapa jenis makanan)
3. Satu gejala seksual: riwayat sekurangnya satu gejala seksual atau reproduktif selain
dari nyeri (misalnya indiferensi seksual, disfungsi erektil atau ejakulasi, menstruasi
4. Satu gejala pseudoneurologis: riwayat sekurangnya satu gejala atau defisit yang
mengarahkan pada kondisi neurologis yang tidak terbatas pada nyeri (gejala konversi
sulit menelan atau benjolan di tenggorokan, afonia, retensi urin, halusinasi, hilangnya
sensasi atau nyeri, pandangan ganda, kebutaan, ketulian, kejang; gejala disosiatif
1. Setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejala dalam kriteria B tidak dapat dijelaskan
sepenuhnya oleh sebuah kondisi medis umum yang dikenal atau efek langsung dan
2. Jika terdapat kondisi medis umum, keluhan fisik atau gangguan sosial atau pekerjaan
yang ditimbulkannya adalah melebihi apa yang diperkirakan dan riwayat penyakit,
D. Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti gangguan buatan atau pura-
pura).
2.4.2 Kriteria diagnostik untuk Gangguan Konversi
A. Satu atau lebih gejala atau defisit yang mengenai fungsi motorik volunter atau sensorik yang
B. Faktor psikologis dipertimbangkan berhubungan dengan gejala atau defisit karena awal atau
eksaserbasi gejala atau defisit adalah didahului oleh konflik atau stresor lain.
C. Gejala atau defisit tidak ditimbulkkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti pada
D. Gejala atau defisit tidak dapat, setelah penelitian yang diperlukan, dijelaskan sepenuhnya
oleh kondisi medis umum, atau oleh efek langsung suatu zat, atau sebagai perilaku atau
E. Gejala atau defisit menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan
dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain atau memerlukan pemeriksaan
medis.
F. Gejala atau defisit tidak terbatas pada nyeri atau disfungsi seksual, tidak terjadi semata-mata
selama perjalanan gangguan somatisasi, dan tidak dapat diterangkan dengan lebih baik oleh
B. Perokupasi menetap walaupun telah dilakukan pemeriksaan medis yang tepat dan
penentraman.
C. Keyakinan dalam kriteria A tidak memiliki intensitas waham (seperti gangguan delusional,
tipe somatik) dan tidakterbatas pada kekhawatiran tentang penampilan (seperti pada
D. Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara kilnis atau gangguan dalam
F. Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan kecemasan umum, gangguan
B. Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam
C. Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain (misalnya,
B. Nyeri menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi
C. Faktor psikologis dianggap memiliki peranan penting dalam onset, kemarahan, eksaserbasi
D. Gejala atau defisit tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti pada gangguan
buatan atau berpura-pura).
E. Nyeri tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mood, kecemasan, atau gangguan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
- Gangguan somatisasi adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik ( sebagai
fisik(sebagaicontohnya, nyeri, mual, dan pusing) di mana tidak dapat ditemukan penjelasan
diagnosis gangguan somatoform, DSM-IV mengharuskan onset usia sebelum 30 tahun. Selama
perjalanan penyakit, pasien harus telah mengeluhkan sekurangnya empat gejala nyeri, dua gejala
gastrointestinal, satu gejala seksual, dan satu gejala neurologis semu, yang semuanya tidak ada
DAFTAR PUSTAKA
hhtp://catatankuliah.wordpres.com/2008/11/08.gangguan-disosiatif-dan-somatisasi// di akses
November 2008