Chapter II PDF
Chapter II PDF
PENGELOLAAN KASUS
B. Fisiologi Nyeri
Menurut Mubarak (2007) sistem saraf perifer terdiri atas saraf sensorik primer
yang khusus bertugas mendeteksi kerusakan jaringan dan membangkitkan sensasi
sentuhan panas, dingin, nyeri, dan tekanan. Reseptor yang bertugas merambatkan
sensasi nyeri disebut resiseptor. Menurut Tamsuri (2006) reseptor nyeri
(nosiseptor) adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsangan nyeri.
Organ tubuh yang berperan dalam reseptor nyeri adalah ujung saraf bebas dalam
kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak.
Berdasarkan letaknya nosisepter dapat dikelompokkan dalam beberapa bagian
tubuh yaitu pada kulit (kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan didaerah
viseral. Didalam tubuh manusia terdapat dua macam tansmiter impuls nyeri yang
berfungsi untuk menghantarkan sensasi nyeri dan sensasi yang lain seperti dingin,
hangat, sentuhan, dan sebagainya.
Neuroregulator atau substansi yang berperan dalam transmisi stimulus saraf
yang terdiri dari dua yaitu neurotransmiter dan neuromodulator. Neurotransmiter
mengirimkan impuls-impuls elektrik melewati rongga sinaps antara dua serabut
saraf, dan dapat bersifat sebagai penghambat atas dapat pula mengeksitasi.
Sedangkan neuromodulator bekerja secara tidak langsung dengan meningkatkan
atau menurunkan efek partikuler neurotransmiter (Tamsuri, 2006).
C. Klasifkasi nyeri
Menurut Prasetyo (2010), nyeri diklasifikasikan berdasarkan jenis nyeri yaitu:
1. Nyeri Akut
Nyeri akut terjadi setelah cidera akut, penyakit, atau intervensi bedah dan
memiliki awitan yang cepat dengan intensitas yang bervariatif (ringan
sampai berat) dan berlangsung dengan waktu yang singkat. Fungsi nyeri
akut adalah untuk memberi peringatan akan cidera atau penyakit yang akan
datang. Nyeri akut biasanya menghilang dengan atau tanpa pengobatan
setelah area yang rusak pulih kembali. Nyeri akut berdurasi singkat (kurang
dari 6 bulan), biasanya akibat dari trauma, bedah, atau inflamasi. Contonya
seperti sakit kepala, sakit gigi, tertusuk jarum, terbakar, nyeri otot, nyeri
saat melahirkan, nyeri sesudah tindakan pembedahan (Prasetyo, 2010).
2. Nyeri Kronis
Nyeri kronis berlangsung lebih lama dari nyeri akut (lebih dari 6 bulan),
dengan intensitas bervariasi yaitu ringan sampai berat, penderita kanker
maligna biasanya akan merasakan nyeri kronis terus menerus dan
berlangsung sampai kematian. Nyeri kronis dibedakan dalam dua
kelompok besar yaitu nyeri kronis maligna dan nyeri kronis non maligna.
Menurut Tamsuri (2006), nyeri diklasifikasikan berdasarkan lokasi nyeri yaitu:
1. Nyeri kutaneus (superficial)
Biasanya timbul akibat stimulasi terhadap kulit seperti pada laserasi, luka
bakar. Memiliki durasi yang pendek, terlokalisir, dan memiliki sensasi
yang tajam.
2. Nyeri somatis dalam (deep somatic pain)
Nyeri yang terjadi pada otot dan tulang serta struktur penyokong lainnya,
bersifat tumpul dan distimulasi dengan adanya peregangan dan iskemia.
3. Nyeri viseral
Disebabkan oleh kerusakan organ internal, nyeri bersifat difus (singkat)
dan durasi cukup lama. Sensasi yang timbul biasanya tumpul.
2.1.1 Pengkajian
Pengkajan nyeri yang faktual/terkini, lengkap, dan akurat akan memudahkan
perawat dalam menetapkan data dasar, menegakkan diagnosa, merencanakan
terapi pengobatan, dan memudahkan dalam mengevaluasi. Terdapat beberapa
komponen yang harus diperhatikan seoang perawat dalam memulai pengkajian
respon nyeri (Prasetyo, 2010).
Dorvan & Girton (1984) dalam Prasetyo (2010) mengidentifikasi komponen
tersebut diantaranya penentuan ada tidaknya nyeri, dalam melakukan pengkajian
nyeri, perawat harus mempercayai ketika pasien melaporkan adanya nyeri,
walaupun pada saat observasi perawat tidak menemukan luka atau cidera. Setiap
nyeri yang dilaporkan pasien adalah nyata, tetapi ada sebagian pasien
menyembunyikan nyerinya untuk menghindari pengobatan.
Data objektif
- Posisi untuk menghindari nyeri
- Perubahan tonus otot (rentang
dari lemas tidak bertenanga
sampai kaku)
- Respon autonomik (diaforesisi,
perubahan tekanan darah,
pernafasan, nadi, dilatasi
pupil)
- Perilaku distraksi (melakuan
aktifitas lain)
- Perilaku ekspresif (gelisah,
merintih, menangis, menghela
nafas panjang)
- Wajah topeng (nyeri)
2.1.3 Rumusan Masalah
Contoh diagnosa keperawatan Nanda untuk Nyeri (Potter & Perry, 2005).
Ansietas yang berhubungan dengan:
- Nyeri yang tidak hilang
Nyeri yang berhubungan dengan:
- Cedera fisik atau trauma
- Penurunan suplai darah ke jantung
- Proses melahirkan normal
Nyeri kronik yang berhubungan dengan:
- Jaringan parut
- Kontrol nyeri yang tidak adekuat
Ketidakberdayaan yang berhubungan dengan:
- Nyeri maligna kronis
Ketidakefektipan koping individu berhubungan dengan:
- Nyeri muskuloskeletal
- Nyeri insisi
Risiko cidera berhubungan dengan:
- Penurunan resepsi nyeri
Difisit perawatan diri berhubungan dengan:
- Nyeri muskuloskeletal
Disfungsi seksual berhubungan dengan:
- Nyeri artritis panggul
Gangguan pola tidur berhubungan dengan:
- Nyeri punggung bagian bawah
2.1.4 Perencanaan
Menurut Potter dan Perry (2005) untuk setiap diaknosa yang telah
teridentifikasi, perawat menegembangkan rencana keperawatn untuk kebutuhan
pasien. Perawat dan pasien bersama-sama mendiskusikan tentang harapan dan
tindakan untuk mengatasi nyeri. Apabila perawat memberi asuhan keperawatan
pada pasien yang mengalami nyeri, maka tujuan berorientasi pada pasien yang
mencakup hal-hal berikut:
1. Pasien mengatakan merasa sehat dan nyaman
2. Pasien mempertahankan kemampuan untuk melakukan perawatan diri
3. Pasien mempertahankan fungsi fisik dan psikologis yang dimiliki saat ini
4. Paisen menjelaskan faktor-faktor penyebab ia merasa nyeri
5. Pasien menggunakan terapi yang diberikan dirumah dengan aman
Sedangkan menurut Tamsuri (2006), perencanaan asuhan keperawatan pada nyeri
akut meliputi:
1. Tujuan: nyeri berkurang/teratasi
2. Kriteria hasil:
- pasien mengatakan kenyamanan menjadi lebih baik
- gejala yang berhubungan dengan nyeri berkurang/hilang
- pasien memperagakan usaha untuk mengurangi nyeri, menguraikan
obat yang digunakan
- pasien menghubungkan pengurangan nyeri setelah melakukan
tindakan penurunan rasa nyaman
Menurut Tamsuri (2006) dan Wilkinson (2011) dalam buku Nic dan Noc,
intervensi yang dapat dilakukan yaitu:
Wilkinson (2011)
Intervensi Rasional
- Lakukan pengkajian nyeri yang - Untuk mengetahui sejauh mana
komprehensif meliputi lokasi, nyeri terjadi
karakteristik, durasi, keparahan nyeri
- Minta pasien untuk menilai nyeri - Mengetahui tingkat skala nyeri
atau ketidakmampuan pada skala 0- pasien
10
- Bantu pasien mengidentifikasi - Untuk mengetahui tindakan yang
tindakan kenyamanan yang efektif nyaman dilakukan bila nyeri muncul
dimasa lalu, seperti distraksi,
relaksasi, kompres hangat
- Bantu pasien untuk lebih berfokus
pada aktifitas, bukan pada nyeri dan - Untuk mengalihkan rasa nyeri yang
rasa tidak nyaman dengan dialami pasien agar pasien lupa akan
melakukan pengalihan melalui nyerinya dengan melakukan
televisi, radio, tape, dan interaksi aktifitas
dengan pengunjung
- Gunakan pendekatan yang positif
untuk mengoptimalkan respon - Agar pasien tahu manfaat obat yang
pasien terhadap analgesik misalnya, diberikan kepadanya sehingga nyeri
“obat ini akan mengurangi rasa nyeri berkurang
anda”.
- Intruksikan pasien untuk - Agar perawat lebih mengetahui
menginformasikan kepada perawat nyeri yang dialami pasien ketika
jika peredaan nyeri tidak dapat nyeri tidak dapat diatasi
dicapai - Memberikan rasa nyaman
- Lakukan perubahan posisi nyaman,
ganti linen tempat tidur bila
diperlukan
Rasional
Tamsuri (2006) - Dapat menggunakan skala 0-10
Intervensi - Pengatahuan yang memadai
- Kaji derajat nyeri memberi orientasi tentang penyakit
- Jelaskan penyebab nyeri, berapa yang lebih baik
lama nyeri akan berlangsung - Ketakutan dapat menjadi faktor
yang meningkatkan sensasi nyeri
- Berikan informasi yang akurat untuk
mengurangi rasa takut - Tindakan nyeri noninvasif antara
lain relaksasi, stimulasi kutan,
- Ajarkan tindakan penururnan nyeri distraksi
noninvasif
- Mengurangi nyeri
- Berikan analgetik
IDENTITIAS PASIEN
Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki - laki
Umur : 41 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : Tamat SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Kapten Sumarsono Karya II, Gang. Swadaya
No. 24A
Tanggal Masuk RS : Minggu, 31 Mei 2014
No. Register : 04.02.01201400036CI.001
Ruangan / kamar : Ruang VII dan VIII / Melati III
Golongan darah :A
Tanggal pengkajian : Selasa, 3 Juni 2014
Tanggal operasi : Senin, 2 Juni 2014
Diagnosa Medis : Prostatitis post Dj Stent
I. KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan setelah pelepasan alat dj stent, nyeri dirasakan dibagian luka
operasi di dekat pangkal paha, di perut bawah sebelah kiri, nyeri timbul ketika
merubah posisi, terkadang nyeri terasa di pinggang, saat buang air kecil juga nyeri
masih terasa, tetapi pola buang air kecil sudah normal.
III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
A. Provocativ/palliative
1. Apa penyebabnya
Pasien mengatakan nyeri muncul ketika merubah posisi dan ketika
buang air kecil, terkadang nyeri muncul tidak diketahui apa
penyebabnya.
2. Hal-hal yang memperbaiki
Pasien mengatakan jika nyeri pada saat buang air kecil dia merubah
posisi buang air kecil berdiri menjadi duduk, dan nyeri akibat luka
insisi dia hanya beristirahat.
B. Quantity/quality
1. Bagaimana dirasakan
Pasien mengatakan nyeri dihipokondria sinistra kuadran 3, nyeri
disekitar penis saat buang air kecil.
2. Bagaimana dilihat
Ketika nyeri muncul terlihat meringis.
C. Region
1. Dimana lokasinya
Pasien mengatakan nyeri terkadang panas disekitar luka operasi
dibagian hipokondria sinistra kuadran 3, nyeri juga terasa disekitar
penis.
2. Apakah menyebar
Hanya menyebar dibagian pinggang.
D. Severity
Pasien mengatakan nyeri mengganggu, karena tidak biasa beraktifitas
seperti biasa.
E. Time
Saat ingin melakukan perubahan posisi dan saat buang air kecil.
Rambut
- Penyebaran dan keadaan rambut : penyebaran rambut rata dan
bersih
- Bau : tidak ada
- Warna kulit : coklat atau sawo matang
Wajah
- Warna kulit : Sawo matang
- Struktur wajah : Bulat, tidak ada edema
Mata
- Kelengkapan dan kesimetrisan
Mata lengkap, simetris kanan dan kiri
- Palpebra
Tidak ada tanda peradangan
Hidung
- Tulang hidung dan posisi septum nasi
Normal, simetris
- Lubang hidung
Simetris kanan dan kiri
- Cuping hidung
Tidak ada pernafasan cuping hidung
Telinga
- Bentuk telinga
Simetris kanan dan kiri, tidak ada kelainan
- Ukuran telinga
Normal, simetris kanan dan kiri
- Lubang telinga
Normal, bersih tidak ada kotoran telinga
- Ketajaman pendengaran
Baik
- Keadaan bibir
Mukosa normal
- Keadaan gusi dan gigi
Baik
- Keadaan lidah
Bersih
- Orofaring
Tidak dilakukan pemeriksaan, karena pasien dapat menelan
Leher
- Posisi trachea : Normal, tidak ada masa
- Thyroid : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
- Suara : Normal, jelas
- Kelenjar limfe : Normal, tidak ditemukan adanya
pembesaran
- Vena jugularis : Tidak dilakuan pemeriksaan
- Denyut nadi karotis : Normal, denyut teraba
Pemeriksaan integumen
- Kebersihan : Bersih
- Kehangatan : Normal
- Warna : Sawo matang
- Turgor : Kembali <3 detik
- Kelembaban : Normal, kulit tampak lembab, tidak ada lesi
kulit
- Kelainan pada kulit : Tidak ada kelainan pada kulit
Pemeriksaan thoraks/dada
- Inspeksi thoraks (normal, burel chest, funnel chest, pigeon chest,
flail chest, kifos koliasis)
Tidak dilakukan pemeriksaan
- Pernafasan (frekuensi, irama)
Tidak dilakukan pemeriksaan
- Tanda kesulitan bernafas
Tidak ada, karena tidak menggunakan otot bantu pernafasan dan
pernafasan cuping hidung tidak ada
Pemeriksaan paru
- Palpasi getaran suara
Tidak dilakukan pemeriksaan
- Perkusi
Tidak dilakukan pemeriksaan
- Auskultasi (suara nafas, suara ucapan, suara tambahan)
Tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan jantung
- Inspeksi : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Palpasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Auskultasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan abdomen
- Inspeksi (bentuk, benjolan):
Bentuk simetris, tidak ada benjolan, terdapat luka insisi
dihipokondria sinistra kuadran 3
- Auskultasi
Tidak dilakukan pemeriksaan
- Palpasi (tanda nyeri tekan, benjolan, ascietas, hepar, lien)
Tidak dilakukan pemeriksaan
V. Mekanisme koping
- Adaptif
Bicara dengan orang lain
Mampu menyelesaikan masalah
Teknik relaksasi
Aktivitas konstruksi
o Olah raga
- Maladaptif : Tidak ada
2.2.2 ANALISA DATA
DO:
• Terlihat lemah, kulit Peningkatan laju
teraba hangat, gelisah, metabolisme
turgor masih normal,
tidak ada tanda
peradangan dilokasi Dehidrasi ringan
insisi (rubor, kolor,
dolor, tumor tidak ada),
terlihat kepanasan, Hipertermia
mukosa bibir kering
• Tanda-tanda vital
TD: 110/70 mmHg, HR:
90 x/i, RR: 24 x/i, T:
37,70C
2.2.4 Perencanan
Intervensi Rasional
Mandiri
• Kaji skala nyeri (0-10) • Mengetahui seberapa besar tingkat
nyeri yang dialami pasien
• Berikan posisi nyaman ketika nyeri • Untuk mengurangi atau
muncul meringankan rasa nyeri sampai
pada tingkat yang dapat diterima
pasien
• Untuk meringankan rasa nyari
• Ajarkan tekhnik relaksasi (tarik
nafas dalam) ketika nyeri muncul
• Bantu pasien untuk fokus pada • Untuk mengalihkan rasa nyeri yang
aktifitas, bukan pada nyeri dan rasa dialami pasien agar pasien lupa
tidak nyaman dengan pengalihan akan nyerinya dengan melakukan
melalui menonton TV yang ada aktifitas
diruangan, berinteraksi dengan
orang disekitarnya
Kolaborasi
• Kolaborasi penggunaan antipiretik
jika perlu • Obat penurun panas