Halaman
4 Pendahuluan
DAFTAR GAMBAR
6 Pendahuluan
1
PENDAHULUAN
Asal usul tanaman pinang (Areca catechu L.) hingga saat ini
belum diketahui dengan pasti. Kuat dugaan bahwa tanaman ini adalah
tanaman asli Asia Selatan. Penyebarannya meliputi Asia Selatan, Asia
Tenggara, serta beberapa pulau di Laut Pasifik. Spesies terbesar dari
tanaman ini terdapat di Semenanjung Malaya (Malay-Archipelago),
Filipina dan Kepulauan Hindia Timur (East Indies Island). Pola
penyebaran spesies Areca di Indonesia terutama di Malaya, Kalimantan
dan Sulawesi yang terdiri dari 24 spesies. Kelompok Hindia Timur
merupakan pusat keragaman tanaman pinang terbesar (Bavappa et al.,
1988).
Luas tanaman pinang di Indonesia ± 147.890 ha dengan
penyebaran hampir di semua wilayah Indonesia, terutama di Pulau
Sumatera 42,388 ha, Nusa Tenggara/Bali 42.388 ha, Kalimantan luas
4,475 ha, Sulawesi 2.407 ha, dan Maluku/Papua 1.428 ha. Produksi biji
8 Pendahuluan
seperti obat disentri, cacing, obat kumur dan lan-lain (Novarianto dan
Rompas, 1990). Arecoline adalah salah satu alkoloid berupa ester metil-
tetrahidrometil-nikotinat dan berwujud sebagai minyak basa keras
merupakan salah satu komponen yang ada dalam biji pinang. Alkoloid
ini merupakan racun yang manjur untuk membunuh cacing pita dan
mampu mempengaruhi syaraf manusia dan mamalia (Wardiana dan
Enny Randriani, dalam Lukman, 1990). Menurut Meyanto et al. (2008),
senyawa etanolik biji buah pinang dapat menghambat proliferasi dan
memacu terjadinya apoptosis sel MCF-7 penyebab penyakit kanker.
Selain itu Chang et al. (2002) menyatakan bahwa pinang mampu
menginduksi cell cycle arrest pada pada kultur sel epitelial sel kanker
oral-KB.
Hampir semua bagian tanaman pinang dapat dimanfaatkan untuk
berbagai keperluan manusia mulai dari alat rumah tangga hingga
mengatasi berbagai gangguan penyakit. Menurut Natalini dan Syahid
(2007), tanaman pinang terutama bagian bijinya telah lama
dimanfaatkan untuk mengatasi berbagai penyakit seperti haid dengan
darah berlebihan, mimisan, panu, kudis, cacingan, disentri dan gigi
goyang.
Peluang pengembangan tanaman di beberapa daerah seperti
Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Riau, Jambi, Nusa
Tenggara Timur, dan Papua cukup besar, tapi masih belum
diprioritaskan. Perluasan areal dan rehabilitasi tanaman adalah program
yang harus mendapat prioritas pada beberapa daerah sentra produksi
10 Pendahuluan
2
BIOLOGI PINANG
A. Silsilah
Pinang merupakan tanaman monokotil dan termasuk famili
Palmaceae, genus Areca. Selain itu, pinang merupakan tanaman
berumah satu (monoceous), yaitu bunga betina dan bunga jantan ber-
ada dalam satu tandan dan menyerbuk silang. Penggolongan tanaman
pinang secara rinci sebagai berikut :
Devisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Klas : Monocotyledoneae
Ordo : Principes/Palmales/Arecales
Family : Palmae/Arecaceae
Sub Family : Arecoideae
Genus : Areca
Species : Areca catechu L.
Jumlah kromosom diploid : 32
Teknologi Budidaya dan Pasca Panen Pinang 5
Jenis pinang yang ada di daerah-daerah tersebut umumnya
terdiri dari dua jenis, yaitu (1) Areca catechu varietas Alba juga disebut
pinang putih dengan ciri-ciri buah berukuran besar dan memiliki aroma
seperti nasi yang baru ditanak pada saat dikunyah, dan (2) Areca
catechu varietas Nigra atau disebut pinang hitam dengan ciri buah
berukuran lebih kecil dari varietas Alba. Balai Penelitian Tanaman
Palma (Balitpalma) telah mengkonservasi (koleksi ex situ) sebanyak 41
aksesi pinang yang berasal dari daerah Aceh, Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi, Sulawesi Utara, Gorontalo, dan
Papua. Dari hasil evaluasi terhadap kadar tanin diperoleh 7 aksesi
yang memiliki kandungan tanin tertinggi, yaitu Mongkonai, Molinow-2,
Betara-1, Betara-2, Bengkulu 1, Bengkulu 2 dan Sumbar-2.
1. Batang
2. Daun
Jumlah daun pinang bervariasi antara 7-10 helai. Daun pinang
berbentuk menyirip majemuk dengan panjang antara 1-1,5 m,
memiliki anak daun (leaflet) berjumlah antara 30-50 pinak daun
(Gambar 2).
6 Biologi Pinang
a b
Gambar 1. Jarak antar nodus (ruas batang) pohon pinang; a). jarak antar nodus jarang;
b). jarak antar nodus lebih rapat.
a
c
Gambar 2. a). tangkai daun/petiole; b). helaian daun; c). pinak daun.
3. Bunga
Bunga pinang berumah satu, bunga jantan dan bunga betina berada
dalam satu rangkaian bunga (inflorescence). Bunga betina terletak
pada bagian dasar dari tangkai rangkaian bunga (spikelet),
Teknologi Budidaya dan Pasca Panen Pinang 7
sedangkan bunga jantan ukurannya lebih kecil, jumlahnya banyak
dan terletak menyebar meluas dari bagian luar sampai bagian ujung
tangkai rangkaian bunga (Gambar 3). Baik bunga jantan maupun
bunga betina memiliki 6 petal, tetapi tidak memiliki tangkai bunga
dan berwarna putih susu. Bunga jantan memiliki 6 benang sari
(stamen). Bunga betina berukuran panjang 1.3 – 2.0 cm dan lebih
besar dari bunga jantan, memiliki 6 benang sari yang steril dan 3
indung telur (ovary) yang memiliki stigma berbentuk segi tiga.
a b c
Gambar 3. a). Rangkaian bunga pinang; b). bunga betina yang sedang reseptif;
c). bunga jantan yang sedang mekar.
4. Buah
8 Biologi Pinang
atau elip, dengan bagian dasar biji rata. Embrio terletak pada bagian
dasar biji (Gambar 4). Pembungaan dimulai saat tanaman berumur
4-6 tahun, mulai produksi buah saat berumur 7-8 tahun. Puncak
produksi sampai umur 10-15 tahun dan berlanjut sampai umur 40
tahun, kemudian menjadi steril sampai tanaman mati.
a b c
Gambar 4. Buah pinang muda dan buah matang (a); penampang melintang buah
(b); penampang membujur buah (c).
10 Biologi Pinang
3
SUMBERDAYA GENETIK DAN VARIETAS
UNGGUL PINANG
Keragaman karakter dalam koleksi sumberdaya genetik pinang
cukup luas. Beberapa karakter yang dapat dijadikan sebagai pembeda
antar varietas antara lain, tinggi batang, warna buah, ukuran buah, dan
produksi buahnya (Gambar 5 dan 6). Di India terdapat 5 varietas
unggulan yang didasarkan pada produksi buah matang/pohon/tahun.
Kelima varietas tersebut adalah: a). Mangala 10 kg buah matang/
pohon/ tahun; b). Sumangala 17,25 kg buah matang/pohon/tahun;
c). Sree Mangala 15,63 kg buah matang/pohon/ tahun; d). Mohitnagar
15,8 kg buah matang/pohon/tahun; dan e.) Calicut 18,89 kg buah
matang/ pohon/tahun.
Sejak tahun 1980-an Balai Penelitian Tanaman Palma telah
melakukan eksplorasi pinang unggul di berbagai daerah di Indonesia,
dan berhasil mengoleksi 41 aksesi pinang. Dalam koleksi tersebut, 24
Teknologi Budidaya dan Pasca Panen Pinang 11
aksesi diantaranya memiliki keunggulan produksi. Karakteristik ke 24
aksesi pinang Indonesia tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.
c d
Gambar 5. a). Pinang Betara-1 warna buah muda hijau kehitaman; b). warna buah
matang oranye; c). Pinang Mongkonai, warna buah muda hijau kekuningan;
d). warna buah matang kuning.
Gambar 6. Tinggi tanaman sebagai karakter pembeda varietas pinang; a). Pinang
16 Perbanyakan Tanaman
3. Jarak antar nodus (ruas batang) pendek
4. Jumlah daun banyak (minimal 7, tergantung varietas)
5. Produksi tandan minimal 4 tandan per tahun
6. Produksi buah per tandan minimal di atas 50 butir.
Disarankan untuk tidak memilih pohon induk yang berasal dari
blok pertanaman yang telah berumur lebih dari 25 tahun, karena
cenderung menurun produktivitasnya.
Iklim
A. Persiapan Benih
1. Jumlah Benih
20 Teknik Budidaya
2. Kriteria Buah untuk Benih
3. Persiapan Lahan
4. Perkecambahan
Tahapan perkecambahan biji adalah sebagai berikut:
a. Menyusun buah pinang terpilih pada bedengan dengan posisi
horizontal. Penyusunan harus rapat agar daya tampung
bedengan maksimal.
b. Menutup buah pinang tersebut dengan tanah berpasir.
c. Bedengan diberi naungan agar kelembaban terjaga dan ter-
hindar dari teriknya penyinaran matahari langsung.
d. Bedengan diberi pagar agar terhindar dari gangguan hewan.
Perkecambahan berlangsung sekitar 1,5-3 bulan. Saat itu akar atau
tunas dari buah sudah bermunculan. Daya kecambah buah pinang
dapat mencapai 90 persen.
5. Pembibitan
22 Teknik Budidaya
bedengan diberi dinding keliling dari papan setinggi polybag
(15 cm). Tujuannya agar polybag dapat disusun tegak dan rapi.
Polybag yang digunakan berukuran 25 cm x 25 cm atau volume
1 kg media tanam. Polybag harus memiliki lubang di bagian
bawahnya agar drainasenya baik. Polybag dengan tanah hingga
setinggi 3/4 bagian, lalu dipadatkan. Biji pinang yang sudah
berkecambah ditanam didalam polibag pada kedalaman 4 cm
atau posisi rata dengan tanah. Setiap polybag diisi satu
kecambah. Selanjutnya kecambah ditutup dengan tanah
secukupnya agar kelihatan rapi.
Bedengan diberi naungan dengan tinggi tiang naungan
sekitar 2,5 m. Naungan terbuat dari daun kelapa, nipah dan
alang-alang. Naungan mulai dikurangi setelah bibit berumur 2
bulan. Pengurangan ini dilakukan hingga bibit akan dipindahkan
pada pembibitan kedua atau sudah berumur 5 bulan. Selama
dalam pembibitan, bibit perlu dipelihara dengan cara sebagai
berikut:
a. Penyiraman dilakukan setiap pagi atau sore hari sebanyak
0,25 l/polybag, atau kondisi tanah dalam polybag sudah
jenuh air.
b. Penyiangan gulma dilakukan bila di dalam dan disekitar
polybag tumbuh gulma.
c. Pemberian pupuk majemuk NPK dilakukan dengan dosis
4 g/polybag.
24 Teknik Budidaya
Pemeliharaan pembibitan tahap kedua ini dilakukan selama 12
bulan sebelum dipindahkan ke lapang.
3. Seleksi Bibit
1. Pembukaan Lahan
26 Teknik Budidaya
5. Dari titik yang sama, ditarik meteran ke arah samping (kiri
atau kanan) sepanjang 6 meter tegak lurus dengan baris
pertama dan menghubungkan titik pada ujung titik 6 meter
dengan ujung dari titik 8 meter pada baris pertama, sehingga
membentuk segi tiga siku-siku. Penarikan garis ini harus
diatur sampai membentuk sisi dengan panjang 10 meter
mengikuti Rumus Pitagoras.
6. Setelah diperoleh segitiga siku-sikunya, maka tarik garis
lurus pada sisi 6 meter dari segitiga siku-siku tersebut, diper-
oleh baris kedua.
7. Pembuatan baris ketiga dilakukan pada bagian sebelah dari
baris pertama atau baris kedua dengan cara yang sama
seperti point 4 sampai point 6.
8. Selanjutnya dengan menggunakan tali nilon panjang yang
telah diberi simpul berjarak 2.7 meter, baris pertama, kedua
dan ketiga dihubungkan sambil memancangkan tiang ajir
sampai seluruh lahan terisi dengan tiang ajir (Gambar 7).
Baris I
10 m
8m
6m Baris III
Baris II
28 Teknik Budidaya
pupuk NPK sebanyak 50-75 g/lubang. Tanah tercampur pupuk
tersebut dimasukan ke lubang hingga 2/3 bagian.
C. Sistim Penanaman
D. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman pinang dilakukan agar tanaman lebih
vigor pada pertumbuhan awalnya. Tanaman yang vigor pertum-
buhannya baik biasanya berkorelasi dengan pembungaan yang lebih
cepat.
Teknologi Budidaya dan Pasca Panen Pinang 29
1. Penyulaman
Penyulaman dilakukan untuk tanaman-tanaman yang mati atau
rusak. Sebaiknya dalam penyediaan bibit untuk dipindahkan ke
lapang, disisihkan sebanyak 25 persen dari total kebutuhan
tanaman untuk satu hektar lahan yang akan ditanami sebagai
tanaman sulaman.
2. Pemupukan
Pemupukan tanaman dilakukan dua kali dalam 1 tahun, yaitu
pada awal musim penghujan dan pada akhir musim penghujan.
Dosis pupuk untuk tanaman muda dan tanaman yang mulai
berbunga disajikan pada Tabel 3.
3. Penyiangan Gulma
a. Pembersihan blok pertanaman
Pembersihan blok sebaiknya dilakukan tergantung keadaan
gulma minimal 4 kali setahun. Penyiangan dapat dilakukan
secara mekanik atau dengan menggunakan herbisida.
30 Teknik Budidaya
b. Ring Weeding
Gulma di sekeliling pohon pinang pada radius 1,5 m disiang
secara mekanik atau menggunakan herbisida, dilakukan
sebelum dilakukan pemupukan.
4. Pengairan
Tanaman pinang sangat peka terhadap kekeringan, oleh sebab
itu pengairan penting dilakukan pada daerah yang memiliki
musim kering panjang. Tanaman perlu diairi sekali dalam 4
sampai 7 hari tergantung jenis tanah dan iklim.
A. Hama
1. Bagworms (Ulat kantung)
Penyebabnya adalah Manatha albipes Moore. Ditemukan pada
bagian bawah pelepah daun dan membuat lubang-lubang kecil.
Apabila serangan ulat kantung cukup parah dapat menyebabkan
pelepah daun tersisa lidi. Pengendalian ulat kantung dapat
dilakukan dengan menyemprotkan larutan insektisida yang
mengandung bahan aktif acephate dengan dosis 10 g/250 ml air,
takaran ini untuk diaplikasikan pada 10 pohon.
4. Kutu
15. Tupai
Tupai merusak buah pinang dengan cara mengikis buah pada
bagian kelopak bunga (perianth), melubangi dan memakan buah
pinang muda dan tua. Pengendalian dapat dilakukan dengan
sanitasi lahan, perangkap untuk menjebak tupai ataupun dengan
musuh alami seperti burung elang, ular dan anjing.
Gambar 22. a). Panen buah muda umur 3- 4 bulan; b). Buah muda yang direbus untuk
diekspor (di India disebut Kali).
C
C
c d
Gambar 23. Pasca panen pinang di Kecamatan Betara, Kabupaten Tanjung Jabung
Barat, Jambi; a). Buah pinang dikemas dalam karung setelah dipanen;
b). Buah dibelah dengan alat belah tradisional; c). Penjemuran buah;
d). proses pencungkilan buah yang telah kering dari sabut.
c d
Gambar 24. a). Pengeringan biji pinang secara tradisonal; b). Pengeringan lanjutan
oleh perusahaan eksportir dengan menggunakan tungku pemanas;
c,d). penyortiran biji pinang kering.
54 Daftar Pustaka
INDEKS
A Budidaya, 21
Adaka, 2 Busuk akar, 43
Adeka, 2 Busuk buah, 43
Aksesi, 4, 6, 15, 16, 18 Busuk kaki, 45
Alba, 6 Busuk pucuk, 44
Alkaloid, 3, 11, 12
C
Areca, 1, 2, 5
Cacho, 2
Arecoline, 3, 11
Clay loam, 13
Areca catechu, 1, 2, 5, 6, 55, 56
Catechu, 2
B
D
Bacterial leaf stope, 46
Daun mengecil, 47
Batang berdarah, 47
Daun menguning, 44
Belalang, 35
Die back, 46
Bengkulu-1, 6, 16, 18, 19
Drupe, 9
Bengkulu-2, 6, 16, 18
Benih, 21 E
BPT, 57 Embrio, 9
Bercak daun menguning, 42 Ex situ, 6, 16
Betara, 4, 16, 18
Betara-1, 6, 17 F
Betara-2, 6 Flavonoid, 11
Bibit, 26 Fruit set, 20
Buah retak, 48, 49
L R
Leaflet, 7 Rayap, 35
Leaflet blight, 43
S
M Seleksi, 20
Molinow, 4 Seleksi blok, 57
Molinow-1, 16 Seleksi pohon induk, 57
Molinow-2, 6, 16, 19 Species, 1
58 Indeks
Spikelet, 8 U
Sumut-1, 16, 18, 19 Ulat bunga, 38
Sumut-2, 16, 18, 19 Ulat kantung, 34
Sumbar, 16, 18, 19 Ulat tanduk, 40
Sumbar-1, 16
V
Sumbar-2, 6, 16, 19
Varietas, 15, 19, 23
Sumbar-3, 16
Stamen, 9
Sumber benih, 20
T
Tanin, 11
Tempayak akar, 37
Tupai, 41, 42
Tumpangsari, 31
v
Buku Pinang
vi
Buku Pinang
vii
Buku Pinang
viii
Buku Pinang
TIM PENYUSUN
Penanggung Jawab:
Kepala Balai Penelitian Tanaman Palma
Penyusun:
Ir. Miftahorrachman
Yulianus R. Matana, SP, M.Si
Salim, SP
Penyunting:
Prof.Dr.Ir. Novarianto Hengky, MS
Prof.Dr.Ir. Supriadi, M.Sc
Ir. Lay Abner, MS
Ir. Elsje T. Tenda, MS
Pelaksana:
Djunaid Akuba, S.Sos
Fandy Fardian, ST
ix