Anda di halaman 1dari 3

APA ITU MA’NENE

Ritual Ma'nene adalah ritual tradisional di Tana Toraja dimana jenazah leluhur keluarga Toraja
akan dibersihkan, digantikan baju dan kainnya.[1][2]
Ma' Nene' merupakan sebuah ritual adat dalam budaya suku Toraja. Ritual ini merupakan sebuah
ritual di mana mayat yang berusia puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu dikeluarkan dari dalam
liang kuburan untuk dibersihkan dan diganti baju dan kainnya. Ritual adat ini termasuk dalam
upacara adat Rambu Solo' (kematian).

Prosedur
Ritual ini diawali dengan datangnya para anggota keluarga ke Patane untuk
mengambil jasad sanak saudara yang telah meninggal dunia. Patane adalah
kuburan berbentuk rumah tempat menyimpan mayat.
Sebelum membuka peti dan mengangkat jenazah, Ne'tomina akan membacakan
doa dalam Bahasa Toraja kuno serta memohon izin kepada leluhur agar
masyarakat mendapat rahmat dan keberkahan setiap musim tanam hingga
panen.[3] Ne'tomina sendiri merupakan gelar adat yang diberikan kepada orang
yang dituakan atau tetua, dapat juga berarti imam atau pendeta.
Kemudian jasad tersebut dibersihkan menggunakan kuas setelah dikeluarkan dari
Patane dan pakaiannya diganti dengan kain atau pakaian baru. Setelah pakaian
baru terpasang, jenazah tersebut dimasukkan kembali ke Patane. Rangkaian acara
Ma'nene ditutup dengan berkumpulnya anggota keluarga di rumah adat
Tongkonan untuk beribadah bersama.[4]
Biasanya ritual Ma'nene dilakukan serempak satu keluarga atau bahkan satu desa,
sehingga tradisi ini berlangsung cukup lama. Waktu pelaksanaan Ma'nene
berdasarkan kesepakatan bersama keluarga dan Ne'tomina melalui Musyawarah
Desa. Tradisi ini digelar sekali dalam kurun waktu tiga sampai empat tahun untuk
mempererat silaturahmi sehingga keluarga yang berada di perantauan bisa
menjenguk orang tua atau Nene To'dolo (nenek moyang).[5]
SEJARAH
Dikisahkan, seorang pemburu bernama Pong Rumasek menemukan sesosok mayat tergeletak
di tengah jalan dengan kondisi memprihatinkan. Hati Pong Rumasek tergerak. Dilepaskan
bajunya untuk dikenakan kepada jasad yang tinggal menyisakan tulang-belulang itu. Lalu
dipindahkannya ke tempat yang layak.

Ketika pulang ke rumahnya, Pong Rumasek terkejut karena mendapati lahan pertaniannya
sudah siap panen, padahal seharusnya belum waktunya. Tak hanya itu, keberuntungan demi
keberuntungan senantiasa menyertai hidup Pong Rumasek.

Berangkat dari cerita rakyat itulah tradisi Ma'nene dilestarikan. Ritual ini biasanya dilakukan
setelah panen atau sebelum memulai masa tanam. Harapannya, apa yang dialami Pong
Rumasek setelah memuliakan mayat akan kembali terjadi.

Ma'nene juga menjadi momen bagi seluruh keluarga untuk berkumpul. Anggota
keluarga yang merantau ke tempat-tempat yang jauh pun akan sebisa mungkin
berusaha pulang demi menghadiri upacara sakral itu sekaligus untuk melepas
kerinduan dan ingat kampung halaman.

Ma'nene sendiri punya dua makna. Yang percaya, seperti keyakinan orang Toraja pada
umumnya, istilah Ma'nene dipahami dari kata nene’ alias "nenek" atau leluhur/orang
yang sudah tua.

Ada yang juga yang memaknainya dengan arti yang sedikit berbeda. Nene’ artinya
orang yang sudah meninggal dunia. Baik mati tua maupun mati muda sama-sama
disebut nene’. Kata nene’ kemudian diberi awalan “ma” yang jika digabung dapat
diartikan sebagai “merawat mayat”.

Bukan Upacara Biasa

Tidak semua orang mampu menggelar Ma'nene karena biaya yang dibutuhkan sangat
besar. Biasanya, yang menyelenggarakan ritual ini adalah mereka yang berstatus
sebagai kalangan bangsawan.

Ma'nene pada umumnya dilakukan sebelum musim tanam dan menggunakan dana dari
hasil panen sebelumnya. Namun, ada kalanya pula orang mengusahakan dana dengan
cara lain, misalnya menjual tanah atau bahkan meminjam agar dapat
mengadakan Ma'nene. Begitu pentingnya ritual ini bagi sebagian orang Toraja dan
sudah menjadi aturan tak tertulis yang sebisa mungkin dipenuhi.
Salah satu prinsip yang diyakini adalah, jika ada salah satu pasangan meninggal dunia,
maka suami atau istri yang ditinggalkan tidak boleh menikah lagi sebelum
menggelar Ma'nene. Hubungan suami-istri dianggap tidak akan terputus
selama Ma'nene belum dilakukan.

Ma'nene adalah bagian dari upacara Rambu Solo' atau upacara kematian dalam tradisi
suku Toraja yang memang berlangsung panjang. Pada hari yang telah ditentukan,
keluarga datang ke lokasi persemayaman jenazah. Mayat telah diawetkan dan
tersimpan rapi di dalam peti kemudian dibersihkan lalu diganti pakaiannya.

Pakaian yang dikenakan kepada mayat merupakan pakaian kebanggaan atau


kesukaan ketika masih hidup. Semisal dia dulu berprofesi sebagai polisi, maka yang
dipakaikan bisa seragam polisi, lengkap dengan atributnya. Namun pada umumnya
pakaian yang disiapkan adalah pakaian yang sebagus mungkin.

Berpesta dalam Ritual Kematian

Prosesi mengganti pakaian jenazah sebenarnya tidak lama, hanya butuh waktu sekitar
setengah jam saja. Setelah itu, jenazah biasanya diarak bersama keluarga keliling
kampung, meskipun tidak selalu begitu.

Jika sudah sampai tahap ini, Ma'nene bukan lagi upacara kematian yang disikapi
dengan rasa duka, justru berubah menjadi ajang keceriaan karena seluruh keluarga
berkumpul dan “bertemu” dengan orang yang disayangi. Mayat yang didandani
memang diperlakukan seperti saat ia masih hidup.

Selain itu, masyarakat setempat dan warga sekitar juga turut terlibat dalam perayaan
Ma'nene. Apalagi Ma'nene kini sudah menjadi bagian dari pariwisata yang digandrungi
turis asing karena keunikannya. Ma'nene ibarat pesta rakyat. Keluarga yang
menyelenggarakan telah bersiap jauh-jauh hari. Sapi, babi, dan bahan-bahan makanan lainnya
sudah disiapkan dalam jumlah besar karena tahap terakhir ritual ini adalah makan bersama
dengan seluruh orang yang hadir di situ.

Usai makan, acara dilanjutkan dengan temu kangen antar anggota keluarga besar yang pada
hari-hari biasa terpisah-pisah. Terkadang, jenazah juga “dilibatkan” dalam acara reuni keluarga
ini. Didudukkan bersama, diajak berbincang, berfoto bareng, dan seterusnya.

Bagi mereka tidak ada kematian yang benar-benar memisahkan. Selalu ada harapan untuk
bertemu kembali dengan orang terkasih meskipun dalam wujud jasad tanpa nyawa.

Anda mungkin juga menyukai