Anda di halaman 1dari 9

KASUS RASISME PAPUA

 LATAR BELAKANG
 Terdapat aksi penistaan simbol Negara yang diduga
dilakukan oleh mamahasiswa Papua.
**Pengrusakan tiang bendera dan pembuangan bendera
merah putih ke selokan

 Sejumlah Oknum melakukan aksi didepan asrama sejak


pukul 16.00 – 21.00. **Sejumlah Oknum : Anggota TNI,
Satpol PP, Polisi dan sejumlah ormas

 Oknum tersebut menggedor pintu sambil mengucapkan


kata-kata tak pantas (rasisme) yang ditujukan terhadap
mahasiswa papua yang ada didalam Asrama.
**Mengucapkan kata “Monyet” kepada mahasiswa papua
yang ada didalam asrama

 KRONOLOGI KEJADIAN
 Versi Mahasiswa Papua
 Pada Jum’at 16/08/2019 Asrama mahasiswa Papua
Surabaya didatangi sejumlah Oknum (Anggota TNI,
Satpol PP, Polisi dan Sejumlah ormas)
**Kedatangannya berkaitan dengan dugaan adanya
pengrusakan tiang bendera dan pembuangan bendera
merah putih ke selokan
 Oknum anggota TNI sempat menggedor pintu gerbang
asrama sambil mengucapkan kata-kata tidak pantas
(Rasis)
**Mengucapkan kata “Monyet” kepada mahasiswa
papua yang ada didalam asrama

 Beberapa saat kemudian datang puluhan anggota


ormas lalu melempari asrama menggunakan batu &
menyanyikan yel-yel usir mahasiswa Papua

 Berdasarkan pantauan langsung dari LBH Surabaya,


sampai pukul 23.40 WIB, massa, polisi, TNI dan Satpol
PP terus bertahan didepan asrama
**Selain membawa senjata laras panjang, aparat
kepolisian juga membawa anjing pelacak. Hal ini
membuat Mahasiswa yang di dalam asrama tidak bisa
beraktivitas keluar asrama hanya untuk sekedar
membeli makanan

 Sekitar Pukul 02.00 WIB dini hari (17/08/2019) terdapat


2 orang mahasiswa yang mengantarkan makanan ke
Asrama ditangkap oleh Aparat Polisi dibawa ke
Mapolrestabes Surabaya
 Sabtu 17/08/2019, sekitar pukul 14.40 aparat kepolisian
menangkap semua orang yang ada didalam Asrama
Mahasiswa
**Sebelum aparat kepolisian masuk ke dalam Asrama,
terlebih dahulu aparat kepolisian puluhan kali
menembakkan gas air mata ke dalam Asrama

 Pada saat penangkapan, terdapat beberapa orang


mengalami tindakan kekerasan dari oknum polisi yang
mengakibatkan 3 orang mengalami luka-luka
**Padahal pada saat itu semua orang yang ada didalam
Asrama sudah berjalan jongkok dan tangannya semua
sudah diangkat. Bahkan 1 diantara 3 orang yang
mengalami luka adalah penyandang disabilitas mental

 Sekitar pukul 15.30 WIB, mahasiswa papua sebanyak


43 orang dibawa ke Mapolrestabes Surabaya untuk
dilakukan pemeriksaan
**Diperiksa terkait dugaan pengrusakan tiang bendera
dan pembuangan bendera

 Setelah pemeriksaan selesai pukul 23.30 WIB


mahasiswa baru dikembalikan ke Asrama Papua

 Versi Kepolisian
Menurut Kepala Polrestabes Surabaya Kombes Pol Sandi
Nugroho
 Jum’at (16/08/2019) Kelompok ormas melakukan aksi di
depan asrama sejak pukul 16.00 – 21.00
**Namun, aksi massa tersebut dapat dihentikan setelah
polisi berhasil membubarkan massa. Pihaknya
mengimbau ormas yang berdemonstrasi dan bersedia
membubarkan diri, sementara polisi tetap melakukan
pengamanan di asrama tersebut untuk menghindari
adanya bentrokan

 Perwakilan massa yang melakukan aksi kemudian


diberikan saluran dengan meminta mereka melaporkan
bila benar terdapat dugaan yang maksud
**Dugaan adanya perusakan dan pembuangan bendera
Merah Putih ke dalam Selokan
 Pada Jum’at (16/08/2019) malam, massa ormas datang
ke kantor polisi dan membuat laporan
**Kemudian Polisi BAP Saksi-saksinya dan mulai
melengkapi alat buktinya

 Pada sabtu (17/08/2019) sekitar pukul 10.00 WIB Polisi


mencoba berkomunikasi dengan mahasiswa papua
karena ada laporan tentang penistaan lambang Negara
**Harapannya laporan tersebut dapat dijawab dan
diklarifikasi oleh mahasiswa papua atau Aliansi
Mahasiswa Papua (AMP) di Surabaya sebagai pihak
Terlapor
 Upaya negoisasi untuk mengkomunikasikan masalah
laporan tersebut belum mendapat tanggapan

 Kemudian kepolisian meminta bantuan kepada pihak


RT, RW, Lurah, Camat, hingga Perkumpulan warga
papua di Surabaya
**Meminta bantuan untuk mengimbau mahasiswa asal
papua keluar dari asrama dan mengadakan dialog
dengan kepolisian

 Disisi lain, kepolisian mendapat informasi dari


gabungan ormas yang melayangkan laporan ke
Polrestabes Surabaya
**Informasi bahwa apabila tidak ada jawaban mengenai
penyebab pembuangan bendera, massa tersebut akan
kembali mendatangi asrama mahasiswa

 Setelah Upaya Negoisasi mengalami kebuntuan polisi


juga sudah mengeluarkan peringatan sebanyak 3x
sebelum akhirnya melakukan penindakan dan
mengeluarkan surat perintah
**Surat perintah tugas dan surat penggeledahan

 Kemudian mahasiswa papua ditindak dengan


mengangkut paksa ke Polrestabes Surabaya
**Polisi menilai ini meruoakan upaya terakhir yang
dilakukan polisi karena upaya dialog untuk bernegosiasi
tidak membuahkan hasil

 Sebenarnya hanya ada 15 mahasiswa yang akan


dibawa untuk dimintai keterangan soal perusakan dan
pembuangan bendera
**Namun, ada sekitar 30 mahasiswa tambahan asal
papua yang datang ke asrama siang harinya dan
mereka bilang “Kalau mau dibawa teman kami, bawa
kami semua” yang akhirnya semua dibawa ke kantor
dan diperiksa marathon

 Polisi menyediakan 10 penyidik agar proses


pemeriksaan tidak memakan waktu panjang
**Polisi mengambil keterangan 42 mahasiswa asal
papua tersebut dan hanya ada satu yang tidak
diperiksa lantaran tidak bisa berbahasa Indonesia

 Usai diperiksa, 43 mahasiswa papua langsung


dipulangkan pada Minggu (18/08/2019) dini hari pukul
00.00
 PERKEMBANGAN KASUS
 Polri didesak untuk periksa anggota yang salahi aturan
terkait pengepungan
**Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan
(KontraS) dan sejumlah elemen masyarakat lainnya
mendesak polri menindak (Secara etika maupun Pidana)
anggotanya yang diduga menyalahi aturan dalam
peristiwa pengepungan Asrama Mahasiswa Papua di
Surabaya

 5 orang TNI telah diskors terkait terlibat dalam


pengepungan asrama mahasiswa papua
**Menurut Kepala Penerangan Kodam Brawijaya Letnan
Kolonel Imam Haryadi anggota TNI tersebut sudah diskors
karena melanggar perintah untuk melakukan metode
komunikasi sosial saat pengepungan asrama mahasiswa
papua

 Polisi sudah tetapkan 3 Tersangka dalam Kasus Rasisme


terhadap mahasiswa papua ini
**3 Tersangka tersebut adalah Tri Susanti, Syamsul Arifin,
dan Veronica Koman

 Tri Susanti
“Telah ditetapkan 1 tersangka dengan inisial TS (Tri
Susanti)” kata Karo Penmas Divisi Humas Polri ‘Brigjen
Dedi Prasetyo’ pada Rabu (28/08/2019)
Penetapan tersangka terhadap TS dilakukan setelah
polisi memeriksa 16 saksi dan 7 saksi ahli. Polisi juga
telah mengajukan permohonan pencegahan TS untuk
bepergian ke luar Negri
TS merupakan korlap aksi yang mendatangi asrama
mahasiswa Papua di JL.Kalasan, Surabaya dia juga
pernah diperiksa di Polda Jatim sebagai saksi
sebelumnya
Ada sejumlah bukti yang dijadikan dasar polisi
menetaplan tersangka (Salah satunya Rekam Jejak
Digital berupa Konten Video hingga berbagai narasi yang
tersebar di medsos.
TS dijerat dengan pasal 45A ayat 2 juncto Pasal 28 ayat
2 UU 19 Tahun 2016 tentang perubahan atas UU 11
tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
(ITE)
Pasal 4 UU 40 Tahun 2008 tentang penghapusan Rasis
dan etnis
Pasal 160 KUHP
Pasal 14 ayat 1 dan/atau ayat 2
Pasal 15 KUHP

 Syamsul Arifin
Menurut Wakapolda Jatim ‘Brigjen Pol Toni Harmanto’
pada Selasa (03/09/20190 mengatakan bahwa SA
(Syamsul Arifin) terbukti melakukan aksi rasis yang
akhirnya memicu kerusuhan di Papua dan dikenakan
masalah perbedaan suku, agama, dan ras.
Menurut hasil pemeriksaan SA merupakan pegawai
disebuah kecamatan yang bertugas sebagai tramtib.
SA melakukan aksi menyampaikan kata-kata yang
bernada rasis, atas aksinya SA disangkalkan pasal yang
sama dengan Susi ditambah dengan UU Nomor 40 Tahun
2008 tentang penghapusan Rasis dan Etnis dengan
ancaman pidana penjara paling lama 5 Tahun dan denda
paling banyak 500 Juta
Penahanan SA dilakukan setelah pemeriksaan selama 12
jam oleh Subdit V Cyber Crime Ditreskrimsus Polda Jatim
pada Senin (02/09/2019)
Setelah ditahan SA juga menuliskan surat permohonan
maaf ke warga papua pada selasa (03/09/2019)

 Veronica Koman
Menurut Kapolda Jatim ‘Irjen Luki Hermawan’ dalam
jumpa pers Rabu(4/9/2019) mengatakan bahwa “Dari
hasil pemeriksaan 6 saksi (3 saksi, 3 saksi ahli) akhirnya
VK ditetapkan sebagai tersangka”
Penetapan tersangka dilakukan setelah gelar perkara.
Sebelumnya VK sudah dipanggil sebagai saksi namun ia
tak memenuhi panggilan.
“Setelah pendalaman dari media, hasil dari HP dan
pengaduan dari masyarakat, VK memang tidak ada
ditempat tetapi sangat aktif di Twitter membuat
provokasi didalam maupun diluar negeri untuk
menyebarkan hoax dan juga provokasi dimana ada
seruan mobilisasi aksi monyet.” Kata Irjen Luki
Polisi akan bekerjasama dengan BIN dan Interpol untuk
melacak keberadaan VK di luar negeri, dan VK disangka-
kan dengan pasal 160 KUHP serta UU ITE

 Kasus Rasisme bukan penyebab utama Kerusuhan di


Papua, namun PEMICU kerusuhan di papua
**

 SIKAP PRESIDEN RI TERKAIT KASUS RASISME


MAHASISWA PAPUA
 Tindak Tegas Pelaku Anarkisme
 Masyarakat Papua Diminta Tenang
 Lakukan pertemuan dengan tokoh papua
 Evaluasi Penanganan Papua

Anda mungkin juga menyukai