Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Bakteri
Bakteri merupakan salah satu golongan organisme prokariotik (tidak
mempunyai selubung inti) namun bakteri memiliki informasi genetik berupa
DNA yang berbentuk sirkuler, panjang dan bisa disebut nucleoid. Tes bokimia
pewarnaan gram merupakan kriteria yang efektif untuk klasifikasi. Hasil
pewarnaan akan menunjukkan perbedaan dasar dan kompleks pada sel bakteri
(struktur dinding sel), sehingga dapat membagi bakteri menjadi 2 kelompok yaitu
bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif (Jawetz et al., 2004). Pada
pewarnaan Gram, golongan bakteri gram positif akan memberikan warna ungu
karena memiliki lapisan peptidoglikan setebal 20-80nm sedangkan Bakteri Gram
negatif memiliki lapisan peptidoglikan yang tipis yaitu 5-10 nm dengan
komposisi utama: lipoprotein, membran luar dan polisakarida. (Holderman, 2017
Vol.17 No.1)
Bakteri merupakan organisme uniseluler, prokariotik (nucleoid), tidak
berklorofil, saprofit atau parasite, peembelahan biner, termasuk Protista.Protista
dibagi 2 macam yaitu Prokaryot terdiri atas bakteri, alga biru hijau dan Eukaryot
yang terdiri atas jamur, ganggang, lumut dan Protozoa. Perbedaan mendasar dari
kedua sel tersebut antara lain organismenya termasuk bakteria dan Sianobakteria,
ukuran sel 1- 10 mikron, organelnya hanya ada beberapa bahkan hampir tidak
ada, DNA Prokaryot bersirkuler dalam sitoplasma, RNA dan proteinnya
disintesis dalam sitoplasma. Sedangkan pada Eukaryot organismenya termasuk
fungi, hewan dan manusia, ukuran sel 5- 100 mikron, organelnya terdapat inti,
mitokondria dan kloroplast, DNA terkemas dalam inti, RNA dalam inti dan
protein dalam sitoplasma (Hartati, 2012).
Bakteri berasal dari kata “ bakterion” yang berarti tongkat atau batang.
Istilah bakteri ini banyak digunakan untuk tiap mikroba yang bersel satu. Banyak
Negara didunia belum sepakat dalam klasifikasi bakteri demikian juga dengan
penggunaan istilah dalam mikrobiologi. Dalam bahasa pergaulan sehari-hari
dirumah sakit dan laboratorium dan didalam pembicaraan yang umum dipakai
terminology yang baru. ( Adam syamsir, 1992)
B. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri antara lain adalah pH,
temperatur dan kebutuhan akan oksigen. Dalam pertumbuhannya,
mikroorganisme memiliki pH optimum, yaitu pH dimana mereka tumbuh paling
baik. Berdasarkan pH optimum tersebut tersebut, terdapat mikroorganisme yang
dapat hidup pada pH rendah.Mikroorganisme ini dapat hidup pada PH yang
bahkan lebih rendah dari pH 2, yang disebut asidiphiles. Adapula
mikroorganisme yag dapat hidup pada pH yang sangat tinggi, bahkan diatas PH
10, dan mikroorganisme ini disebut dengan alkaliphes (Irianto, 2013).
Faktor yang juga mempengaruhi pertumbuhan bakteri adalah temperature.
Berdasarkan temperaturnya, dapat dibagi atas Psikofilik (temperatur optimum
yang rendah), Mesofilik (temperatur optimum yang sedang),
Temofilik(temperatur optimum yang tinggi) dan Hipertemofilik (temperature
optimum sangat tinggi) (Irianto, 2013).
C. Identifikasi Bakteri
Identifikasi mikroba adalah salah satu tugas yang lazim dilakukan
laboratorium mikrobiologi. Di laboratorium diagnostic penyakit, isolasi dan
pencirian mikroba yang berasal dari penderita penyakit harus dilaksanakan
dengan cepat dan tepat sehingga pengobatan dapat diberikan sedini
mungkin.Pencirian mikroorganisme yang diisolasi dari makanan atau minuman
yang terlibat dalam pencemaran makanan harus dilakukan secepat mungkin agar
wabah keracunan makanan atau minuman yang tercemar dapat dihentikan
(Bibiana, 1994).
Uji yang digunakan dalam identifikasi bakteri tidaklah sama untuk semua
kelompok. Sifat memfermentasikan laktosa merupakan ciri utama dalam
identifikasi Entero-bacteriaceae. Namun demikian ciri ini tidak dapat digunakan
untuk identifikasi Staphylococcus atau Streptococcus.Untuk kedua kelompok
kokus tersebut digunakan uji katalase.Untuk identifikasi Bacillus digunakan ciri
motilitas dan uji- uji lainnya (Bibiana, 1994).
D. Penjelasan cairan otak
Cairan serebrospinal (CSF) terdapat pada (a) ventrikel otak, (b) sisterna di
sekitar otak, dan (c) ruang subaraknoid di sekitar otak dan sumsum tulang
belakang (Gambar 3-23). Cairan serebrospinal memiliki volume sekitar 150 mL
dan memiliki specific gravity 1.002 hingga 1.009. Fungsi utama cairan
serebrospinal adalah untuk melindungi otak di rongga tengkorak. Jika terjadi
pukulan di kepala yang menggerakkan seluruh bagian otak secara simultan,
biasanya tidak ada bagian otak yang terkompresi oleh pukulan secara langsung.
Ketika pukulan pada kepala sangat parah, biasanya tidak akan merusak bagian
otak pada sisi ipsilateral, melainkan pada sisi yang berlawanan. Fenomena ini
dikenal dengan contrecoup dan menggambarkan ruang antara otak dan tengkorak
yang berlawanan dari arah pukulan lalu menyebabkan pergerakan mendadak dari
otak. Ketika tengkorak tidak lagi dipengaruhi oleh pukulan, ruang tersebut akan
hancur dan akan terjadi benturan otak dengan bagian dalam tengkorak. (Meilani,
2015)
Cairan serebrospinal yang berada di ruang subarakhnoid merupakan salah
satu proteksi untuk melindungi jaringan otak dan medula spinalis terhadap
trauma atau gangguan dari luar. Pada orang dewasa volume intrakranial kurang
lebih 1700 ml, volume otak sekitar 1400 ml, volume cairan serebrospinal 52-162
ml (rata-rata 104 ml) dan darah sekitar 150 ml. 80% dari jaringan otak terdiri dari
cairan, baik ekstra sel maupun intra sel. Rata-rata cairan serebrospinal dibentuk
sebanyak 0,35 ml/menit atau 500 ml/hari, sedangkan total volume cairan
serebrospinal berkisar 75-150 ml dalam sewaktu. Ini merupakan suatu kegiatan
dinamis, berupa pembentukan, sirkulasi dan absorpsi. Untuk mempertahankan
jumlah cairan serebrospinal tetap dalam sewaktu, maka cairan serebrospinal
diganti 4-5 kali dalam sehari. Perubahan dalam cairan serebrospinal dapat
merupakan proses dasar patologi suatu kelainan klinik. Pemeriksaan cairan
serebrospinal sangat membantu dalam mendiagnosa penyakit-penyakit neurologi.
Selain itu juga untuk evaluasi pengobatan dan perjalanan penyakit, serta
menentukan prognosa penyakit. Pemeriksaan cairan serebrospinal adalah suatu
tindakan yang aman, tidak mahal dan cepat untuk menetapkan diagnosa,
mengidentifikasi organisme penyebab serta dapat untuk melakukan test
sensitivitas antibiotika. (Japardi, 2002)
Meningitis adalah radang pada selaput otak yang dapat disebabkan oleh
bakteri, virus, parasit, jamur, dan keadaan non infeksi seperti neoplasma.
Meningitis akut pada anak umumnya merupakan meningitis aseptik dan tidak
memerlukan pengobatan spesifik. Namun, 4%-6% kasus meningitis akut
merupakan meningitis bakteri.2 Karena sulit membedakan antara meningitis
bakterialis dan meningitis aseptik pada awal perjalanan penyakitnya, maka setiap
anak dengan gejala klinis meningitis akut, diberikan antibiotik sampai kultur
tersedia, kira-kira 48 sampai 72 jam kemudian. Akibatnya banyak didapatkan
hospitalisasi dan pengunaan antibiotik pada anak dengan meningitis aseptik yang
dikaitkan dengan kematian dan mempunyai dampak ekonomi.2,3 Bacterial
meningeal score adalah suatu sistem skoring yang dapat digunakan untuk
membedakan meningitis bakteri dengan meningitis aseptik, dan memiliki nilai
prediksi negatif 100% dan sensitivitas 100%.4 Bacterial meningeal score terdiri
dari pengecatan gram cairan serebrospinal positif, protein cairan serebrospinal
≥80 mg/dL, neutrofil darah tepi ≥10.000 sel/mm3 , riwayat kejang, neutrofil
absolut cairan serebrospinal ≥1000 sel/ mm3 . 2,5,6 Masingmasing skor memiliki
nilai tersendiri. (Tabel 1) Bacterial meningeal score telah diteliti pada beberapa
negara, tetapi belum pernah di teliti di Indonesia. Kultur sebagai baku emas pada
meningitis dari beberapa penelitian hanya positif 6%-50% kasus meningitis.7
Sensitivitas kultur menurun 30% apabila telah diberikan antibiotik sebelum
lumbal pungsi dilakukan.8 Bacterial meningeal score sebenarnya dapat
diterapkan di fasilitas kesehatan yang terbatas, misalnya di rumah sakit daerah
atau Puskesmas yang belum memungkinkan dilakukan kultur. (Arydina, 2014
Vol.15 No.5)
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai
piameter (lapisan dalam selaput otak) dan arakhnoid serta dalam derajat yang
lebih ringan mengenai jaringan otak dan medula spinalis yang superfisial.
Meningitis ditandai dengan adanya gejala – gejala seperti panas mendadak,
letargi, muntah dan kejang. Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan
cairan serebrospinal (CSS) melalui fungsi lumbal. Bakteri penyebab meningitis
bermacam – macam antara lain yaitu Neisseria meningitidis, Streptococcus
pneumoniae, Haemophilus influenzae, Listeria monocytogenes, bakteri batang
gram negative (E.coli, Pseudomonas aeruginosa), dan lain-lain [1]. Kurangnya
informasi mengenai gejala – gejala dan diagnosa awal dari penyakit meningitis
menjadi permasalahan di masyarakat sehingga sering terjadi keterlambatan
penanganan terhadap penyakit tersebut. Penyakit meningitis memiliki gejala
yang hampir mirip dengan penyakit infeksi virus lainnya seperti influenza,
peradangan hati, demam dengue, demam berdarah dan demam virus lainnya.
(Ratniasih, 2015)
E. Pewarnaan Gram
Teknik pewarnaan pada bakteri dapat dibedakan menjadi empat macam
yaitu pengecatan sederhana, pengecatan negatif, pengecatan diferensial dan
pengecatan struktural.Pemberian warna pada bakteri atau jasad- jasad renik lain
dengan menggunakan larutan tunggal suatu pewarna pada lapisan tipis, atau
olesan, yang sudah difiksasi, dinamakan pewarnaan sederhana.Prosedur
pewarnaan yang menampilkan perbedaan di antara sel-sel bakteri atau bagian-
bagian sel bakteri disebut teknik pewarnaan diferensial. Sedangkan pengecatan
struktural hanya mewarnai satu bagian dari sel sehingga dapat membedakan
bagian-bagian dari sel. Termasuk dalam pengecatan ini adalah pengecatan
endospora, flagella dan pengecatan kapsul .Bakteri sulit dilihat dengan
mikroskop cahaya, karena tidak mengadsorbsi ataupun membiaskan cahaya
(Yunan dkk, 2016).
F. Media yang digunakan
Media agar darah (BAP) digunakan untuk menumbuhkan dan mengisolasi
mikroorganisme patogen terutama mikroorganisme yang untuk pertumbuhannya
membutuhkan darah seperti Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenza
dan Neisseria sp. Agar darah juga digunakan untuk mendeteksi dan membedakan
kemampuan hemolisa bakteri seperti Streptococcus sp. (Mims, 1982; Carter,
1986; Cheesbrough, 1991). Daya lisis Streptococcus terhadap darah merupakan
salah satu cara pengelompokan untuk melakukan uji biokimia lainnya, karena
daya hemolisis merupakan tes pendugaan terhadap kelompok tertentu
Streptococcus. Disamping itu strain Streptococcus yang menyebabkan hemolisis
selalu dihubungkan dengan kemampuan kuman menyebabkan infeksi. Media
agar darah dibuat dari medium basal dengan penambahan darah 5-10%
(defibrinasi) pada suhu 50-600C. Darah yang biasa digunakan untuk mengisolasi
dan menumbuhkan mikroorganisme patogen adalah darah kuda, domba, kambing
dan kelinci yang mengalami proses defibrinasi. (Djanatun, 2016 Vol.1 No.1)
media Triple Sugar Iron Agar (TSIA) bakteri genus Enterobacter dan
Acinetobacter menunjukan reaksi positif, hal ini menandakan bahwa bakteri
genus Enterobacter dan Acinetobacter mampu memfermentasikan laktosa dan
sukrosa. Sedangkan bakteri genus Bacillus menunjukan reaksi negatif, hal ini
menandakan bakteri genus Bacillus tidak mampu memfermentasi glukosa
maupun laktosa dan sukrosa. Hasil uji biokimia pada media Simon Citrat Agar
(SCA) bakteri genus Enterobacter dan Acinetobacter menunjukan reaksi positif,
hal ini menandakan bahwa bakteri genus Enterobacter dan Acinetobacter mampu
menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon dan energi. Sedangkan
bakteri genus Bacillus menunjukan reaksi negatif, hal ini menandakan bakteri
genus Bacillus tidak mampu menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber
karbon dan energi. Hasil uji biokimia pada media Sulphite Indole Motility (SIM)
ketiga genus bakteri menunjukan reaksi positif, hal ini menandakan ketiga genus
bakteri bersifat motil. (Sayuti, 2015 Vol.2 No.1)
G. Teknik Goresan
Menurut Misbachul Moenir, 2014 mengemukakan bahwa ada beberapa
teknik penggoresan yaitu:
a. Goresan Sinambung
Prosedur kerjanya adalah inokulum loop (ose) disentuhkan pada koloni
bakteri dan gores secara kontinyu sampai setengah permukaan agar. Lalu
petridish diputar 180o dan dilanjutkan goresan sampai habis. Goresan
sinambung umumnya digunakan bukan untuk mendapatkan koloni tunggal,
melainkan untuk peremajaan ke cawan atau medium baru.
b. Goresan T
Prosedur kerjanya adalah petridish dibagi menjadi 3 bagian
menggunakan spidol dan daerah tersebut diinokulasi dengan streak zig-zag.
Ose dipanaskan dan didinginkan, lalu distreak zig-zag pada daerah berikutnya.
c. Goresan Kuadran (Streak quadrant)
Hampir sama dengan goresan T, namun berpola goresan yang berbeda
yaitu dibagi empat. Daerah 1 merupakan goresan awal sehingga masih
mengandung banyak sel mikroorganisma. Goresan selanjutnya dipotongkan
atau disilangkan dari goresan pertama sehingga jumlah semakin sedikit dan
akhirnya terpisah-pisah menjadi koloni tunggal.

Anda mungkin juga menyukai