Anda di halaman 1dari 23

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/282855258

Teologi Perjamuan Kudus: Suatu Perbandingan Pandangan Gereja Katholik,


Luther, Zwingli, dan Calvin

Research · October 2015


DOI: 10.13140/RG.2.1.2752.5844

CITATIONS READS

0 10,317

1 author:

Queency Christie Wauran


Sekolah Tinggi Theologia Jaffray, Makassar - Indonesia
16 PUBLICATIONS   1 CITATION   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Thesis View project

Khotbah Narasi View project

All content following this page was uploaded by Queency Christie Wauran on 15 October 2015.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


TEOLOGI PERJAMUAN KUDUS

MENURUT LUTHER, ZWINGLI, DAN CALVIN

Oleh: Queency Christie Wauran

Pendahuluan

Pengajaran tentang Perjamuan Kudus didasarkan atas perintah Yesus sendiri dalam 1

Korintus 11:23-25; Matius 26:26-30; Markus 14:22-24; Lukas 22:29-20. Perjamuan ini sendiri

berasal dari Perjamuan yang diadakan Tuhan Yesus beserta murid-murid-Nya pada malam

sebelum Ia ditangkap untuk disalibkan (1 Kor. 11:23; Mrk, 14:22; Mat 26:26; Luk 22:14). Ketika

Yesus mengambil roti memecahkannya serta memberikannya kepada murid-murid-Nya, sambil

berkata: “Inilah tubuhku yang diserahkan bagi kamu, perbuatlah ini menjadi peringatan akan

Aku” (1Kor. 11:24). Iajuga berkata; “Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh

darah-Ku, perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku” (1 Kor. 11:25). Jadi, Perjamuan Kudus

menghadapkan diri kepada kematian Yesus dan kebangkitan-Nya yang telah nyata, bahwa

kematian-Nya itu telah menghasilkan keselamatan bagi yang mempercayainya.

Di dalam sejarah gereja perbedaan pandangan dalam perjamuan kudustelah

diperdebatkan sejak lama. Hingga saat ini, masih ada terdapat perbedaan yang tajam dan

dalam, baik mengenai pendapat maupun cara Ekaristi dalam Gereja Roma, dibandingkan

dengan perayaan Perjamuan Kudus di gereja-gereja Reformasi. Awal perbedaan pandangan ini

muncul ialah pekerjaan para reformator untuk menentang Gereja Katolik.Menarik karena pada

akhirnya perbedaan ini tidak hanya ada di antara Gereja Katolik dan para pemimpin reformasi

saja, bahkan dalam kubu reformasi pun terjadi perpecahan pada abad ke-16 sebagai akibat dari
perbedaan pendapat mengenai perjamuan kudus ini. Dan sampai saat ini juga masih

menimbulkan banyak kendala dalam upaya untuk mencari kesatuan antara kaum Lutheran dan

Calvinis.Bagaimana pun juga dapat dikatakan bahwa untuk banyak pemikiran teologi, baik

Luther, Zwingli, maupun Calvin mempunyai pandangan yang sama atau sepakat. Hanya dalam

pemikiran tentang sakramen Perjamuan Kudus inilah mereka jelas berbeda.Dan perbedaan itu

terlihat dan bisa dirasakan sampai saat ini.Secara umum yang diperdebatkan mengenai

sakramen perjamuan kudus ini adalah bagaimana mengartikan perkataan Tuhan Yesus “Inilah

tubuh-Ku” dan “Inilah darah-Ku”, dengan bagaimanakah cara Kristus hadir, apakah Kristus hadir

secara nyata, juga apakah roti dan anggur berubah atau tidak?Oleh karena itu, menarik untuk

dijelaskan perbedaan teologi perjamuan kudus ini baik menurut Gereja Katolik, Luther, Zwingli,

dan Calvin.

Pandangan Mengenai Sakramen

Untuk memulai penjelasan panjang mengenai perdebatan dalam sakramen Perjamuan

Kudus, maka harus dimulai dengan perbedaan pandangan yang dianut masing-masing tentang

sakramen. Karena berdasarkan pandangan masing-masing mengenai apa itu sakramenlah yang

membentuk pandangan mereka secara khusus tentang sakramen perjamuan kudus.Dalam

jumlah sakramen seperti diketahui bahwa Gereja Katolik memercayai bahwa ada 7 sakramen

dalam gereja.Sakramen-sakramen itu adalah baptisan, konfirmasi (peneguhan), ekaristi,

penebusan dosa, pengurapan orang sakit, penahbisan dan pernikahan.1Pandangan inilah yang

ditolak oleh para reformator.Dapat dikatakan persamaan para reformator akan pemikiran

sakramen ini adalah sama-sama menolak jumlah sakramen dalam Gereja Katolik. Mereka

1
Alister E. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), 242.
memercayai bahwa hanya ada dua sakramen saja dalam gereja yaitu sakramen baptisan dan

Perjamuan Kudus.Yang lainnya tidak dapat disebut sakramen.Tentunya ini dengan alasannya

masing-masing.

Mengenai arti sakramen, dalam Katekismus Heidelberg dijelaskan bahwa sakramen

adalah akta-akta atau upacara-upacara yang ditetapkan oleh Allah, dengan maksud untuk

berfungsi sebagai tanda-tanda dari janji Allah, yang disampaikan-Nya kepada kita dalam firman-

Nya.2 Sedangkan Gereja Katolik Roma dalam Konsili Trente menyatakan bahwa sakramen

adalah sesuatu yang dinyatakan untuk dialami, yang memiliki kuasa, oleh penyelenggaraan

ilahi, bukan hanya menyatakan pentingnya anugerah, tetapi juga efisien membawa anugerah.3

Calvin dengan jelas menyadari akan perbedaan-perbedaan antara Luther dan Zwingli

dan ia berusaha untuk berada pada jalan tengah di antara pandangan mereka. Jadi Calvin

menjelaskan dua definisi tentang sakramen yaitu sebagai “simbol eksternal yaitu bahwa Tuhan

memeteraikan pada hati nurani kita janji-janji-Nya akan kehendak yang baik kepada kita demi

menopang kelemahan iman kita”, dan sebagai “tanda yang kelihatan dari perkara yang suci

atau bentuk yang dapat kelihatan dari anugerah yang tidak kelihatan.” Bagi Calvin, sakramen-

sakramen merupakan akomodasi (bantuan) yang penuh anugerah bagi kelemahan kita.4

Terdapat banyak perdebatan yang muncul mengenai sakramen perjamuan kudus ini,

mulai dari unsur di dalamnya, makna teologisnya, cara merayakannya, frekuensi

pelaksanaannya, juga mengenai siapa yang layak mendapat bagian di dalamnya, dan bahkan

mengenai pantas tidaknya anak-anak turut dalam Perjamuan Kudus itu. Penjelasan yang

2
J. L. Ch. Abineno, Perjamuan Malam Menurut Ajaran Reformator (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1990), 4.
3
Daniel Ronda, Dasar Teologi Yang Teguh Panduan Teologi Sistematika di Perguruan Tinggi (Makassar:
STT Jaffray, 2013), 133.
4
Alister E. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), 236.
panjang dibutuhkan untuk menjelaskan ini. Oleh karena itu, tidak semuanya akan dibahas

dalam makalah ini. Beberapa poin inti yang membedakannyalah yang akan dibahas.

Arti Sakramen Perjamuan Kudus

Menurut Katekismus menjelaskan bahwa Perjamuan Kudus adalah suatu sakramen, di

mana dengan memberi dan menerima roti dan anggur sesuai dengan ketetapan Kristus,

kematian-Nya diberitakan; dan orang-orang yang menerimanya dengan cara yang layak, bukan

secara jasmaniah atau kedagingan, melainkan melalui iman, dijadikan berbagian di dalam tubuh

dan darah-Nya, dengan semua berkat-berkat dari-Nya. Dengan demikian mereka mendapatkan

makanan rohani dan bertumbuh dalam anugerah.5

Pada masa reformasi sakramen dipandang sebagai akomodasi ilahi atas kelemahan

manusia.Inilah yang dijelaskan Calvin.Oleh karena mengetahui kesulitan kita dalam menerima

firman dan janji-Nya, Allah telah melengkapi firman-Nya dengan tanda-tanda yang dapat dilihat

dan diraba tentang anugerah-Nya. Luther mendefinisikan sakramen sebagai janji-janji dengan

tanda-tanda yang dilampirkan kepada mereka atau tanda-tanda ilahi yang ditetapkan dan janji

akan pengampunan dosa.6Sementara Zwingli melihat sakramen sebagai sumpah atau jaminan

di mana sakramen merupakan jaminan ketaatan dan kesetiaan. Sakramen adalah cara yang

memungkinkan seseorang dapat membuktikan dan mendemonstrasikan kepada gereja tentang

imannya.7 Dari penafsiran akan arti sakramen ini, para reformator menjelaskan teologi mereka

mengenai Perjamuan Kudus.

5
G. I. Williamson, Katekismus Singkat Westminster 2 (Surabaya: Momentum, 2008), 167.
6
Alister E. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi, 209-211.
7
Ibid., 222.
Selain arti sakramen, perlu dijelaskan juga tujuan dilaksanakannya sakramen Perjamuan

Kudus ialah seperti berikut:

Sebagai suatu peringatan akan kehidupan dan kematian Tuhan kita sebagai
pengorbanan-Nya untuk menggenapkan keadilan-Nya (Luk. 22:19). Di dalam Perjamuan
Kudus diproklamasikan fakta Injil (1 Kor. 11:26) juga untuk mempersiapkan diri pada
kedatangan-Nya kedua kali (1 Kor. 11:26).Perjamuan Kudus mengingatkan kita pada
kesatuan kita dengan sesama di dalam tubuh Kristus dan persekutuan yang kita bagikan
sebagai saudara di dalam anggota tubuh Kristus (1 Kor. 10:17).Perjamuan Kudus
berbicara tentang sumber hidup baru yaitu perjanjian baru (Luk. 22:20). Perjamuan
kudus menyatakan adanya berkat yang diberikan di bawah perjanjian yang baru lewat
pengudusan dan berkat kemuliaan pada masa yang akan datang (1 Kor. 11:26).8

Perjamuan Kudus menurut Gereja Roma Katolik

Gereja Katolik Roma memahami sakramen sebagai saluran anugerah Allah. Jadi mereka

menekankan arti perjamuan kudus sebagai sarana keselamatan bagi umat. Tidak cukup hanya

kesetiaan terhadap Gereja saja melainkan mengikuti sakramen juga untuk selamat.Gereja Roma

Katolik pada saat itu memercayai ajaran Perjamuan Kudus bahwa waktu imam yang melayani

Perjamuan Malam mengucapkan kata-kata penetapan – “Inilah tubuhku… Inilah darah-Ku…” –

substansi roti dan anggur (secara otomatis) berubah menjadi tubuh dan darah Kristus.9Ajaran

inilah yang dikenal dengan transustansiasi.Jadi Gereja Katolik mengatakan bahwa roti dan

anggur telah berubah menjadi tubuh dan darah Kristus (transsubstansiasi) pada saat

ditahbiskan (konsekrasi) dalam pelaksanaan Perjamuan Kudus.Setiap Perjamuan Kudus

dilakukan diyakini bahwa setiap kali Yesus mengorbankan ulang tubuh dan darah-Nya untuk

keselamatan manusia berdosa.

Oleh karena itu ketika perjamuan kudus, Gereja Katolik membagikan tubuh Kristus

dalam rupa roti yang disebut komuni. Makna penerimaan komuni adalah merujuk kepada
8
Daniel Ronda, Dasar Teologi Yang Teguh Panduan Teologi Sistematika di Perguruan Tinggi, 134-135.
9
J. L. Ch. Abineno, Perjamuan Malam Menurut Ajaran Reformator (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1990), 20.
partisipasi umat dalam persitiwa karya penebusan Tuhan yang dihadirkan pada waktu doa

syukur agung yang dibawakan oleh imam. Komuni yang umat terima akan menghubungkan dan

memasukkan umat ke dalam karya penebusan Tuhan itu.Itulah sebabnya, dalam Katolik juga

mereka sangat menghargai dan menjaga roti itu, jangan sampai jatuh ke lantai.Namun anggur

tidak dibagikan kepada jemaat.

Dalam ajaran Katolik Roma, peran iman atau percaya tidak banyak memainkan

peranan.Yang diutamakan di sini adalah objektivitas dari Perjamuan Kudus yaitu misa yang

dilayani atau dilakukan.Sehingga iman dari objek yang merasakannya hampir-hampir tidak

mendapat perhatian.Dalam ajaran ini misa dianggap sebagai pekerjaan yang dilakukan (opus

operatum).Ia adalah suatu “korban” yang dipersembahkan oleh imam atau gereja.10Jadi, misa

dipandang sebagai sesuatu pekerjaan yang baik yang dapat menghasilkan pahala, bahkan

keselamatan.Karena itu para imam menanggap bahwa jika mereka melayani misa, mereka

mempersembahkan Kristus sebagai korban kepada Allah.

Pada konsili ke-4 di Lateran (1215), ajaran transubstansiasi disahkan menjadi dogma

gereja.Ajaran ini kemudian dikembangkan oleh Thomas Aquino (1274).Di konsili Trente (1545-

1563) diteguhkan dan dikuatkan ajaran transsubstansiasi sebagai jawaban gereja Roma Katolik

atas Reformasi.11Konsili ini dengan kuat mempertahankan baik ajaran maupun terminologi

transubstansiasi.“Oleh penyucian atas roti dan anggur suatu perubahan terjadi atas

keseluruhan substansi dari roti itu menjadi substansi tubuh Kristus dan keseluruhan substansi

anggur itu menjadi darah Kristus.”12

10
J. L. Ch. Abineno, Perjamuan Malam Menurut Ajaran Reformator, 29-30.
11
G. C. van Niftrik - B. J. Boland, Dogmatika Masa Kini (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), 455.
12
Alister E. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi, 243.
Teologi Perjamuan Kudus menurut Luther

Salah satu hal yang ditolak oleh para reformator dalam pembaruan ajaran Gereja adalah

konsep Gereja Katolik seperti yang dijelaskan di atas yaitu doktrin transubstansiasi.Dapat

dikatakan bahwa Luther adalah orang pertama yang menentang ajaran ini.Ada banyak tulisan-

tulisan dan pemikiran Luther yang menguraikan tentang Perjamuan Kudus.Di mulai dari maksud

perjamuan Kudus, Luther mengartikan Perjamuan Kudus bertolak dari kata-kata penetapan

yaitu sebagai firman Allah, peraturan, dan perintah-Nya.Perjamuan Kudus ditetapkan oleh

Kristus sendiri, bukan hasil pikiran manusia.Jadi Perjamuan Kudus adalah tubuh dan darah yang

benar dari Kristus, yaitu tubuh dan darah yang diberikan kepada kita anggota-anggota jemaat di

dalam dan di bawah roti dan anggur untuk dimakan dan diminum menurut firman dan

penetapan Kristus. Firman itulah yang membuat Perjamuan Kudus menjadi Perjamuan Kudus

dan firman-lah yang membedakannya, supaya Perjamuan Kudus bukanlah roti dan anggur biasa

melainkan tubuh dan darah Kristus.13Ini untuk menolak kepercayaan Gereja Katolik yang

menanggap bahwa sakramen memiliki posisi yang tinggi dan dapat membawa keselamatan

dibanding firman.

Untuk merayakan Perjamuan Kudus, menurut Luther harus memerhatikan dua hal yaitu,

penyesalan dan percaya dan dia menekankan kesatuan orang-orang percaya.Kesatuan ini

disebut juga kesatuan hati.Oleh sebab itu Perjamuan Kudus disebut suatu persekutuan atau

commmunio.Bagi Luther, communion atau persekutuan ini sangat penting karena di dalamnya

13
J. L. Ch. Abineno, Perjamuan Malam Menurut Ajaran Reformator, 44-45.
tiap-tiap orang yang merayakan Perjamuan Kudus menerima segala pemberian rohani dari

Kristus. Dan sebaliknya juga mendapat bagian dalam penderitaan.14

Mengenai kehadiran Kristus dalam Perjamuan Kudus, Luther percaya berdasarkan

perkataan Yesus dalam kata-kata penetapan maka kita menerima (percaya), bahwa roti dan

anggur di sini adalah benar-benar tubuh dan darah Kristus.Luther menolak ajaran tentang

transubstansiasi Gereja Katolik. Tetapi ia tidak menolak kehadiran tubuh dan darah Kristus

dalam roti dan anggur.Ajaran Luther ini disebut dengan kon-substansiasi (kon=sama-sama): roti

dan anggur itu tidak berubah menjadi tubuh dan darah Kristus (trans-substansiasi). Tetapi

tubuh dan darah Kristus mendiami roti dan anggur itu sehingga ada 2 zat atau substansi yang

sama-sama terkandung dalam roti dan anggur itu.15

Untuk memperjelas hubungan antara tubuh dan darah Kristus pada satu pihak dan roti

dan anggur pada satu pihak, ia memakai suatu kiasan. Ia katakan: api dan besi adalah dua

substansi, tetapi kalau besi diletakkan di dalam api, maka kedua substansi itu bercampur baur

begitu rupa, sehingga tiap-tiap bagian adalah besi dan api.16

Jadi, Luther percaya bahwa roti dalam Perjamuan Kudus adalah benar-benar roti dan

anggur adalah benar-benar anggur. Dalam suatu cara yang tersembunyi tubuh dan darah

Kristus dalam Perjamuan Kudus berada dalam roti dan anggur. Luther mengatakan bahwa dia

percaya bukan saja tubuh Kristus berada di dalam roti dan anggur, tetapi juga bahwa roti dan

anggur adalah tubuh dan darah Kristus.17Luther mengatakan memang secara rasional mungkin

14
Abineno, Perjamuan Malam Menurut Ajaran Reformator, 21-22
15
H. Berkhof, dan IH Enklaar, Sejarah Gereja(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993), 131-132.
16
Abineno, Perjamuan Malam Menurut Ajaran Reformator, 32.
17
Ibid.,33.
kehadiran tubuh dan darah Kristus dalam Perjamuan Kudus tidak dapat dipahami.Sungguhpun

demikian kehadiran Kristus di situ tetap harus dipercayai.

Mengenai kata-kata penetapan, bagi Luther, kata-kata penetapan Perjamuan Kudus

adalah kata-kata kehidupan.Ini dianggap sebagai kata-kata yang paling utama dari seluruh

Injil.Bahkan lebih penting dari perjamuan itu sendiri.Luther bahkan berkata, “kata-kata

penetapan harus dipercayai, kata-kata itu menyelamatkan.” Itulah sebabnya ia menolak

interpretasi yang mengatakan bahwa ucapan Yesus, “Ini adalah daging-Ku” berarti “Ini

menandai daging-Ku”.18Inilah perbedaan besar antara Luther dan Zwingli.

Luther menolak kepercayaan yang menekankan bahwa Perjamuan Kudus dirayakan

bukan karena Allah membutuhkannya, tetapi kitalah yang membutuhkannya.Perjamuan Kudus

adalah karunia Allah untuk kita. Oleh sebab itu Perjamuan Kudus harus diterima dengan

percaya dan merayakannya dengan cara yang benar. Karena itu ganti “opus operatum”

(pekerjaan yang dilakukan) Luther menggunakan “opus operatis” (pekerjaan yang dilakukan

oleh dia yang percaya).Jadi, Luther menekankan percaya itu.19 Luther juga menentang Gereja

Katolik bahwa anggota jemaat yang merayakan Perjamuan Kudus harus menerima baik roti

maupun anggur, sesuai dengan perintah Yesus dalam Matius 26:27. Darah Kristus dicurahkan

juga untuk anggota-anggota jemaat karena itu gereja tidak berhak melarang mereka minum

anggur perjamuan.

Sehingga bagi Luther misa bukanlah pekerjaan dan bukanlah korban seperti yang

dipercaya Gereja Katolik.Perjamuan Kudus baginya bukanlah suatu “sacrificum” melainkan

“testamentum”.Bahkan Luther menolak ajaran Gereja Katolik yang menganggap misa sebagai

18
Abineno, Perjamuan Malam Menurut Ajaran Reformator, 36.
19
Ibid., 30.
suatu pekerjaan yang baik yang menghasilkan pahala melainkan Perjamuan Kudus adalah

anugerah Allah.Perjamuan Kudus adalah janji tentang pengampunan dosa yang dikokohkan

oleh kematian Anak Allah.Oleh sebab itu janji ini harus diteruskan dan dibagikan kepada orang-

orang percaya lainnya.Itulah sebabnya Luther sangat menekankan “percaya”.Karena Perjamuan

Kudus adalah suatu janji maka itu hanya dapat diterima dengan percaya.Janji ini didengar dari

firman yang diucapkan melalui kata-kata penetapan dalam perjamuan kudus.Jadi, bagi Luther

hanya oleh percaya (sola fide) kita dapat pergi ke Perjamuan Kudus.20

Menurut Luther, dalam Perjamuan Kudus Allah tidak saja memberikan suatu “jaminan”

dan suatu “tanda”, tetapi lebih daripada itu Ia memberikan “karunia-Nya” sendiri, yaitu karunia

yang dijamin dan ditandai dalam Perjamuan Kudus. Ini diberikan untuk menjadi makanan setiap

hari, agar supaya iman dapat pulih kembali dan menjadi kuat.Dari sini muncul pertanyaan,

apakah roti dan anggur dapat mengampuni dosa dan menguatkan iman?Maka Luther

menjawab bahwa pengampunan dosa pada satu pihak hanya terkandung dalam firman

Tuhan.tetapi pada lain pihak pengampunan dosa juga terikat pada tubuh dan darah Kristus

dalam Perjamuan Kudus.21

Teologi Perjamuan Kudus menurut Zwingli

Zwingli tidak setuju dengan pengertian sakramen yang dijelaskan Luther. Menurut

Zwingli, sakramen bukanlah sesuatu yang suci, yang membebaskan hati nurani manusia dari

dosa oleh karena kuasa sakramen. Ia mengingatkan bahwa sakramen berarti jaminan, atau

janji, atau sumpah. Sakramen tidak pernah mempunyai arti, yang mengandung sesuatu yang

20
Ibid., 34-35.
21
Ibid., 46-47.
suci atau sakral.Sakramen lebih banyak mengandung arti “kewajiban”.Siapa yang menerima

sakramen, mewajibkan dirinya untuk melayani.22

Bagi Zwingli, Perjamuan Kudus adalah “perjamuan-peringatan” yang gembira dan

pengucapan syukur umum atas segala pemberian yang Kristus berikan kepada kita.Bagian

Alkitab yang Zwingli gunakan sebagai dasar dari ajarannya ialah Yohanes 6.Ia mengatakan

bahwa Kristus adalah keselamatan kita, bukan karena Ia dilahirkan oleh anak dara Maria, tetapi

karena Ia turun dari sorga dan karena Ia adalah Allah. Karena itu “roti” dipahaminya sebagai

Injil, dan “makan” dipahami sebagai percaya.Jadi yang penting dalam Perjamuan Kudus ialah

bukan Yesus yang dilahirkan sebagai manusia, tetapi Kristus yang disalibkan.23

Dalam ajaran Zwingli tentang Perjamuan Kudus, kenaikan Kristus ke sorga memainkan

peranan yang penting.Oleh karena kenaikan Kristus ke sorga meniadakan kehadiran-Nya secara

fisik atau badaniah dalam Perjamuan Kudus.Karena itu, Yesus Kristus sebagai manusia tidak

dapat serentak hadir di dalam sorga dan di dalam roti dan anggur dari Perjamuan Kudus.Jadi

dalam Perjamuan Kudus, tubuh alamiah Kristus tidak dimakan secara alamiah dan secara

substansial, tetapi hanya secara rohani.24

Selain itu, bagi Zwingli yang menentukan dalam kata-kata penetapan ialah kata “adalah”

yang mempunyai arti yang sama dengan “menandai”. Jadi, roti yang diberikan kepada kita

untuk dimakan adalah “simbol” dari tubuh-Nya. Kata-kata “perbuatlah ini menjadi peringatan

akan Aku” menyatakan bahwa Perjamuan Kudus adalah perjamuan peringatan. Demikian pula

dengan anggur.Cawan merupakan simbol dari warisan yang sebenarnya.Dengan pengertian

22
Ibid., 66.
23
Ibid., 68.
24
Ibid., 69.
symbol, ia ingin mengatakan bahwa keselamatan kita tidak diperoleh dari roti tetapi hanya dari

korban Kristus.25

Zwingli berpendapat bahwa maksud dari Perjamuan Kudus adalah supaya jelas bagi

orang-orang Kristen bahwa mereka adalah anggota-anggota dari tubuh Kristus dan bahwa

sebagai anggota-anggota dari tubuh Kristus mereka saling berhubungan sebagai

saudara.Berkaitan dengan gereja, bagi Zwingli sakramen Perjamuan Kudus berfungsi sebagai

suatu elemen yang konstitutif dari gereja yaitu gereja sebagai suatu realitas yang

kelihatan.26Itulah sebabnya ini penting bagi gereja.

Satu hal yang penting lagi dalam ajaran Zwingli tentang perjamuan kudus adalah

pengucapan syukur yang mendapat tempat yang sentral. Sebagai jawaban atas pekerjaan

Kristus, jemaat bersyukur.Hal ini sebenarnya menunjukkan usaha Zwingli untuk mengadakan

pengalihan dari misa Gereja Katolik kepada Perjamuan Kudus reformatoris.Transubstansiasi

sebenarnya tidak terjadi pada roti dan anggur, tetapi pada jemaat. Tubuh Kristus adalah

jemaat.Zwingli memahami “praesentia realis”(kehadiran Kristus yang sesungguhnya) bukan

pada roti dan anggur, tetapi di dalam orang-orang percaya secara keseluruhan, yaitu orang-

orang percaya yang memakan roti dan meminum anggur. Jadi, melakukan perjamuan kudus

menyatakan kita adalah anggota gereja, tubuh Kristus.27 Sehingga sebagai orang yang

mengambil bagian dalam perjamuan kudus sebagai bagian dari tubuh Kristus, maka seseorang

diwajibkan untuk hidup menurut kehendak Tuhan dan untuk hidup sama seperti apa yang telah

dibuat oleh Kristus (1 Yoh. 2:6). Kalau ia tidak berbuat demikian maka ia memisahkan dirinya

25
Ibid., 71.
26
Ibid., 73.
27
Ibid.,74-75.
dari Gereja dan dari orang Kristen yang lain. Di sinilah disiplin gerejawi sebagai perintah Kristus

penting.28

Secara singkat, Zwingli menjelaskan bahwa dalam Perjamuan Kudus roti dan anggur

adalah kiasan, simbol, tetapi perjamuan sendiri tidak.Pengampunan dosa terjadi oleh kematian

Kristus, bukan oleh peringatan ini.Jika kita sebagai orang percaya merayakan Perjamuan Kudus

untuk memperingati Kristus, maka kita memberitakan kematian-Nya sampai ia datang kembali

(1 Kor. 11:26). Itu berarti merayakannya dengan gembira dan puji-pujian.Itulah sebabnya

perayaan ini disebut ekaristi (pengucapan syukur).29

Dapat dilihat bahwa Zwingli mengartikan perkataan Kristus secara figuratif.Bahwa roti

dan anggur bukanlah tubuh dan darah Kristus secara identik.Namun roti dan anggur adalah

(simbol) dari pengorbanan Kristus.Allah sendiri tidak hadir secara fisik dalam roti dan anggur.

Justru dengan logika pembalikan, Zwingli yakin bahwa perayaan ekaristi merupakan peringatan

akan ketidakhadiran Kristus secara fisik. Sebagaimana Kristus pernah mengatakan,

"...perbuatlah ini sebagai peringatan akan Aku." Secara implisit, Kristus justru mau mengatakan

bahwa ketika Dia sudah tidak lagi hadir secara fisik, maka orang beriman wajib memperingati-

Nya melalui ekaristi.

Luther dan Zwingli tidak dapat sepakat mengenai arti dari ungkapan-ungkapan seperti,

“inilah tubuhku” (yang ditafsirkan Luther secara harfiah dan oleh Zwingli secara metaforis) dan

“di sebelah kanan Allah” (kedua belah pihak nyata-nyata tidak konsisten: Luther menafsirkan

secara metaforis dan Zwingli secara harfiah).

28
Ibid, 76.
29
“Welcome to Enjoy the Lord’s Supper” Diakses 16 April 2015, http://www.seabs.ac.id/journal/oktober
2007/WELCOME%20TO%20ENJOY%20THE%20LORD's%20Supper.pdf
Perbedaan pandangan antara Zwingli dan Luther yang sangat besar dan jauh ini

membuat keduanya saling menulis untuk mempertanyakan dan mempertahankan ajarannya

masing-masing.Perdebatan keduanya juga dilihat mengancam keharmonisan gerakan

Reformasi.Oleh karena itu, atas prakarsa bangsawan Philip dari Hesse, Luther dipertemukan

dengan Zwingli di Marburg pada tahun 1529.Hadir pula tokoh Reformator seperti Martin Bucer,

Melanchthon dan Oecolampadius.Kemudian pertemuan ini dikenal dengan Percakapan

Marburg (Marburg Colloquy) dan dipercaya sebagai konsili Protestan pertama. Setelah

beberapa minggu berdebat, kedua Reformator besar itu menyepakati banyak hal seperti yang

tertuang dalam 15 artikel, antara lain tentang doktrin Trinitas, inkarnasi Kristus, sifat Allah dan

kemanusiaan Kristus, dosa asal, doktrin pembenaran karena iman, karya Roh Kudus, sakramen

pembabtisan, peran perbuatan baik dalam kehidupan Kristiani, dan sebagainya. Hanya pada

artikel terakhir, jurang perbedaan mereka sama sekali tidak bisa dijembatani yaitu perihal

Perjamuan Kudus. Memang ada beberapa aspek Perjamuan Kudus yang mereka sepaham

seperti pemberian roti dan anggur kepada jemaat.Tapi Zwingli tidak menerima kehadiran fisik

Kristus dalam ekaristi sebagaimana diyakini Luther.Untuk artikel terakhir ini, mereka "sepakat

untuk tidak sepakat".30

Teologi Perjamuan Kudus menurut Calvin

Lain lagi dengan pandangan Calvin.Teologi Calvin mengenai Perjamuan Kudus dapat

dikatakan berada di antara Luther dan Zwingli.Calvin mendefinisikan sakramen dalam

tulisannya Institutes of the Christian Religion, sebagai:

30
Martin Luther. Diakses 14 April 2015, http://www.sarapanpagi.org/martin-luther-vt69.html
It seems to me that a simple and proper definition would be to say that it is, anoutward
sign by which the Lord seals on our consciences the promises of his good will toward us
in order to sustain the weakness of our faith; and we in turn attest our piety toward him
in the presence of the Lord and of his angels and before men. Here is another briefer
definition: one may call it a testimony of divine grace toward us, confirmed by an
outward sign, with mutual attestation of our piety toward him. Whichever of these
definitions you may choose, it does not differ in meaning from that of Augustine, who
teaches that a sacrament is “a visible sign of sacred thing,” or “a visible form of an
invisible grace,” but it better and more clearly explains the thingitself.31

Bagi Calvin, sakramen merupakan sesuatu yang menguatkan iman. Dalampenjelasannya

mengenai Perjamuan Kudus, Calvin mengambil Yohanes 6:26-65 yang membahas mengenai

Roti Hidup. Gambaran yang diambil oleh Calvin, seperti roti yang kita makan memberi energi

bagi kehidupan kita, demikian pula Roti Hidup yang kita terima dalam Perjamuan Kudus

memberi kekuatan rohani dalam perjalanan iman kita.32

Calvin juga menekankan keterkaitan Perjamuan Kudus dengan Firman Tuhan.Gereja

Roma Katolik lebih menekankan sakramenketimbang Firman, sehingga mereka melihat Firman

sebagai sesuatu yang berlebihan, karenasakramen saja sebenarnya cukup membawa orang

pada keselamatan penuh. Di pihak lain,gereja Reformasi menekankan firman sebagai alat kasih

karunia, dan mempertanyakan tempat sakramen dalam pertumbuhan iman orang Kristen.

Namun, Calvin menekankan keterkaitan keduanya.Firman tidak dapat dilepaskan dari

sakramen.Sebaliknya, sakramenpun tidak dapat dilaksanakan terlepas dari Firman.Itu

sebabnya, dalam definisi di atas, sakramen meneguhkan janji-janji Allah dalam hati kita untuk

memperkuat iman kita.33

31
John Calvin, Institutes of the Christian Religion, ed. John T. McNeill, trans. Ford Lewis Battles, Library of
Christian Classics (Philadelphis: Westminster, 1960), IV.14.1
32
“Welcome to Enjoy the Lord’s Supper” Diakses 16 April 2015, http://www.seabs.ac.id/journal/oktober
2007/WELCOME%20TO%20ENJOY%20THE%20LORD's%20Supper.pdf
33
Ibid.
Menurut Calvin, sakramen dan janji Allah erat hubungannya. Sakramen adalah tanda

yang ditetapkan oleh Allah untuk memeteraikan janji-Nya kepada kita.Sakramen adalah

apendiks, tambahan dari janji itu.Ia diberikan kepada kita untuk menguatkan iman kita yang

lemah dan penguatan itu dilakukan oleh Roh Kudus. Jadi, pemikiran yang penting tentang

sakramen bagi Calvin adalah tanda dan meterai yang menguatkan atau mengokohkan, tanda

dan meterai yang menjamin dan menyaksikan.Dibanding dengan firman, sakramen adalah

apendiksnya.Lebih daripada itu, bagi Calvin, sakramen itu bukan saja tanda dan meterai yang

kognitif saja, tetapi lebih.Dalam sakramen anugerah Allah bukan hanya ditandai dan dilukiskan,

di situ anugerah diberikan kepada kita.

Jadi, Calvin menekankan kepada Gereja Katolik bahwa kehadiran Kristus ini bukanlah

sekedar kehadiran fisik atau badaniah, tetapi kehadiran oleh Roh Kudus.Kristus tidak dapat

dikurung dalam sakramen.Sama seperti Zwingli, Calvin menolak kehadiran Kristus secara fisik

dalam Perjamuan Kudus.Namun Calvin tidak mau penolakan itu dibawa kepada anggapan

simbolis yang kosong. Karena itu, dengan kuat ia menekankan kehadiran Kristus oleh Roh

Kudus, dan kehadiran itu adalah sungguh. Sama seperti Luther, Calvin mengajar bahwa Kristus

benar-benar hadir dalam Perjamuan Kudus.Melalui roti dan anggur dalam Perjamuan Kudus,

Kristus sungguh-sungguh hadir.Sekalipun demikian, kita tidak bisa mengatakan bahwa roti itu

adalah “tubuh Kristus.”NamunCalvin tidak menerima pandangan kehadiran fisik dari Kristus

seperti halnya denganLuther. Bagi Calvin, kehadiran fisik Kristus tidak diperlukan. Namun, juga

bukan berarti kehadiran Kristus cuma sekedar simbol seperti dikatakan oleh Zwingli.Calvin

menekankan bahwa tubuh Kristus ada di sorga, di sebelah kanan Allah Bapa. Maksud Calvin

adalah bahwa dalam Perjamuan Kudus Kristus tidak turun dari sorga dan datang kepada kita di
bumi tetapi Ia hadir oleh Roh Kudus. Kehadiran-Nya oleh Roh Kudus ini bukanlah sesuatu yang

pasif tetapi aktif, kehadiran sebagai suatu perbuatan anugerah yaitu Kristus memberi diri-Nya

sendiri sehingga kita menjadi satu dengan Dia.34Ia menulis:

“But the sacraments properly fulfill their office only when the Spirit, that inward
teacher, comes to them, by whose power alone hearts are penetrated and affections
moved and our souls opened for the sacraments to enter in. If the Spirit be lacking, the
sacraments can accomplish nothing more in our minds than the splendor of the sun
shining upon blind eyes, or a voice sounding in deaf ears.”35

Oleh sebab itu, ajaran Calvin mengenai kehadiran Kristus dalam Perjamuan Kudus

adalah ajaran yang seluruhnya bersifat pnemautologis.36Dalam ajarannya, Calvin sangat kuat

menekankan pekerjaan Roh Kudus: tanpa pekerjaan Roh Kudus sakramen itu sia-sia saja dan

tak mempunyai arti. Sebaliknya, oleh pekerjaan Roh Kudus sakramen dipenuhi dengan

kekuatan sehingga kita yang menerimanya dimungkinkan untuk mendapat bagian dalam Kristus

yang adalah materi atau substansi sakramen.37 Dengan demikian fungsi sakramen ialah

memperlihatkan Kristus, lebih dari pada itu, ia memberikannya kepada kita.

Karena itu menurut Calvin, kehadiran Kristus mestilah bersifat “nonfisik”.Calvin

menggunakan analogi untuk “sign” (tanda) dan “the thing signified” (yang ditandai). Dengan

menggunakan istilah Kristologis, Calvin mengatakan, bahwa sign dan the thing signified

berbeda, namun tidak dapat dipisahkan. Kehadiran Kristus bukan bersifat fisik.Tubuh Kristus

sendiri tetap tinggal di sorga.Dengan konsep ini Calvin menolak doctrine of the ubiquity, yaitu

34
Abineno, Perjamuan Malam Menurut Ajaran Reformator, 121-122.
35
Calvin, Institutes, IV.14.9
36
Abineno, Perjamuan Malam Menurut Ajaran Reformator,123.
37
Ibid., 117.
doktrin yang menyatakan bahwa tubuh Kristus dapat hadir dimana-mana pada suatu

saat.Konsep tubuh yang demikian adalah mustahil bagi Calvin.38

Mengenai berkat Perjamuan Kudus bagi orang percaya, Calvin menulis Ia menulis:

“It is that we are quickened by the true partaking of him; and he has therefore
designated this partaking by thewords "eating" and "drinking", in order that no one
should think that the life that we receivefrom him is received by mere knowledge. As it
is not the seeing but the eating of bread thatsuffices to feed the body, so the soul must
truly and deeply become partaker of Christ that itmay be quickened to spiritual life by
his power.”39

Bagi Calvin, bila kita mengambil bagian dalam Perjamuan Kudus secara benar, kita akan

bertumbuh dalam kerohanian kita. Perjamuan Kudus adalah makanan rohani bagi jiwakita.

Makanan rohani ini akan menumbuhkan iman kita dan medorong kita untuk lebih lagihidup

kudus dan menjadi lebih serupa dengan Kristus. Sehingga ketika seseorang mengikuti

Perjamuan Kudus dengan benar maka akanada perubahan dalam kerohaniannya.

Yang penting diingat adalah dalam Perjamuan Kudus adalah Kristus bukan hanya

memberikan kepada kita pemberian-pemberian-Nya, tetapi pertama-tama diri-Nya sendiri, dan

dengan diri-Nya sendiri Ia juga memberikan kepada kita pengampunan dosa, pendamaian,

hidup dan kegembiraan. Menerima Perjamuan Kudus ialah menerima Kristus sendiri.Ia bukan

saja adalah isi, makna dan kekuatan dari Perjamuan Kudus, Ia juga adalah Pemberi dan

pemberian dari padanya. Dengan demikian ini disebut dengan ekaristi yaitu suatu perbuatan

pengucapan syukur, sebagai suatu tanda kegembiraan, bukan saja karena segala sesuatu yang

telah Kristus kerjakan untuk kita oleh sengsara, kematian, dan kebangkitan-Nya, tetapi juga

karena keselamatan yang sekarang juga ia berikan kepada kita di dalam Perjamuan Kudus dan
38
“Welcome to Enjoy the Lord’s Supper” Diakses 16 April 2015,
http://www.seabs.ac.id/journal/oktober2007/WELCOME%20TO%20ENJOY%20THE%20LORD's%20Supper.pdf
39
Calvin, Institutes, IV.17.1
karena keyakinan dan pengharapan akan apa yang Ia janjikan kepada kita menjelang hari,

dimana kita akan merayakan Perjamuan Agung bersama-sama dengan Dia dalam kerajaan

Bapa-Nya. Pengharapan ini adalah satu bagian aspek eskatologis yang dijelaskan Jimmy

Setiawan bahwa,

Dalam Perjamuan Kudus, sebagaimana yang dipahami oleh Reformator seperti Calvin
dan Luther, Kristus sepenuhnya hadir.Namun, indera kita mengatakan bahwa Kristus
tidaklah hadir secara ragawi dalam Perjamuan Kudus kita. “Ketidakhadiran” Kristus ini
seharusnya memicu sikap kerinduan kita akan kegenapan kehadiran Kristus kelak dalam
dunia yang baru.40

Kesimpulan dan Penutup

Dari penjelasan di atas mengenai pandangan atau teologi tentang Perjamuan Kudus baik

dari Gereja Katolik, Luther, Zwingli, dan Calvin, dapat dilihat bahwa masing-masing memiliki

alasan Alkitab yang kuat dengan penafsirannya masing-masing.Gereja Katolik mengajarkan

ajaran transubstansiasi; Luther mengajarkan ajaran konsubstansiasi; Zwingli mengajarkan

ajaran memorialisme bahwa roti dan anggur dalam perjamuan kudus hanyalah simbol saja; dan

Calvin mengajarkan ajaran bahwa roti dan anggur dalam perjamuan Kudus adalah simbol

sekaligus tanda Kristus hadir pada saat itu secara rohani. Oleh karena perbedaan ini, muncul

banyak perdebatan-perdebatan mengenai pandangan mana yang paling benar atau pandangan

mana yang salah;saya kira perdebatan ini tidak akan selesai. Salah satu buktinya,ialah telah

lewat beberapa masa sejak masa reformasi dan sampai sekarang perbedaan dan perdebatan itu

pun masih tetap ada. Dan mungkin masih akan tetap seperti ini sampai beberapa masa ke

depan. Maksud saya dalam bagian ini adalah berdebat tidak akan selesai tetapi ada satu hal

40
Jimmy Setiawan. “Yang Terlupakan dan Terabaikan: Dimensi Eskatologis Perjamuan Kudus.” Jurnal
Veritas 12/1 (April 2011), 6.
penting yang perlu diingat dan diperhatikan dalam perdebatan mengenai sakramen Perjamuan

Kudus ini yaitu bahwa sakramen tidak membawa keselamatan. Melakukan sakramen

Perjamuan Kudus bukan untuk memperoleh keselamatan, seperti yang dipercaya Gereja

Katolik.Oleh sebab itu, pandangan ini ditolak.Para reformator sepakat untuk hal

ini.Keselamatan sudah kita peroleh.Kita mengingatnya dalam Perjamuan Kudus.Yesus Kristus

mengajarkan Perjamuan Kudus dilakukan untuk menjadi peringatan akan karya pengorbanan-

Nya di kayu salib yaitu keselamatan yang dianugerahkan kepada setiap orang percaya.Jadi,

perjamuan Kudus menjadi deklarasi akan karya penebusan Kristus. Semua tindakan liturgikal

dan kesatuan komunitas anak Allah di meja Perjamuan merupakan kesaksian akan postur hati

Allah yang berbelas kasih dan merangkul orang berdosa ke dalam persekutuan dengan-Nya

(God’s love and hospitality).41

Oleh sebab itu, pandangan mana yang dipercaya seseorang selama ia tidak beranggapan

bahwa keselamatan diperoleh karena sakramen, maka seharusnya kita tidak lantas membenci

dan menghakiminya dan menganggap bahwa kitalah yang paling suci karena pandangan kita

yang paling benar.Berarti dia ke neraka dan saya ke surga, tidak! Saya tidak merendahkan atau

melebihkan satu pandangan apapun, tetapi yang menjadi poin di sini adalah sikap yang benar

terhadap perjamuan kudus itu: bukan memperdebatkan atau bahkan saling menghakimi. G. C.

Berkouwer membahasakannya dengan:

The correct appreciation of the Lord’s Supper is not a matter of theology. Theology can
ponder the meaning of the words and the meaning of the Supper as instituted by Christ.
Only the believing of use it, however, will lead to the true fruit of the Lord’s Supper.42

41
Jimmy Setiawan. “Yang Terlupakan dan Terabaikan: Dimensi Eskatologis Perjamuan Kudus.” Jurnal
Veritas 12/1 (April 2011), 12.
42
G. C. Berkouwer, Studies In Dogmatics The Sacraments (GrandRapids, Michigan: William B. Eerdmans
Publishing Company, 1981), 218.
Jadi, untuk menikmati berkat Perjamuan Kudus itu maka hal penting yang menurut saya

harus diperhatikan oleh setiap orang percaya setiap kali melaksanakan Perjamuan Kudus adalah

mengingat pengorbanan Yesus, mengucap syukur atasnya dan percaya kepada janji Yesus

bahwa ia akan datang kembali dan menjalani hidup yang kudus sebagai orang beriman.

Sekalipun berbeda pandangan, Allah tetap mengasihi umat-Nya.Terlepas dari pendapat masing-

masing tentang roti dan anggur apakah sekedar simbol atau bukan, tubuh dan darah Yesus

tetaplah berkuasa.Kalau roti itu dimakan dan air anggur itu diminum dengan iman, dan dengan

cara rohani, maka hal itu membawa hubungan yang erat dengan Tuhan dan lebih menguatkan

persatuan dengan Dia.

Sebagaimana Luther menekankan kepercayaan itu (sola fide) bukan pada

sakramennya.Zwingli menekankan pengucapan syukur atas karya Yesus itu dan penegasan

jemaat sebagai bagian dari tubuh Kristus.Demikian juga Calvin menekankan bagaimana

kehadiran Kristus itu seharusnya mengubah kita.Maka sebagai kesimpulannya, saya kira

Perjamuan Kudus adalah respons syukur kita terhadap keselamatan dan mendorong kita untuk

tetap setia kepada Kristus. Di samping itu, kita diingatkan untuk berefleksi sejauh mana

kehidupan kita layak dan kudus di hadapan Allah sebagai tubuh Kristus dan seberapa banyak

kita membagikan karya Yesus itu kepada orang lain sehingga mereka akhirnya bisa mengambil

bagian juga dalam Perjamuan Kudus ini, sambil kita juga menantikan janji kedatangan Kristus

untuk pada akhirnya sama-sama dalam Perjamuan dengan Tuhan di surga nanti.
Daftar Pustaka

Abineno, J. L. Ch.Perjamuan Malam Menurut Ajaran Reformator. Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1990.

Berkhof, H dan IH Enklaar, Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993.

Berkouwer, G. C.Studies In Dogmatics The Sacraments. Grand Rapids, Michigan: William B.


Eerdmans Publishing Company, 1981.

Calvin, John.Institutes of the Christian Religion, ed. John T. McNeill, trans. Ford Lewis Battles,
Library of Christian Classics.Philadelphis: Westminster, 1960.

“Martin Luther” Diakses 14 April 2015, http://www.sarapanpagi.org/martin-luther-vt69.html

McGrath,Alister E. Sejarah Pemikiran Reformasi. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006.

Niftrik, G. C. van - B. J. Boland, Dogmatika Masa Kini.Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001.

Ronda, Daniel. Dasar Teologi Yang Teguh Panduan Teologi Sistematika di Perguruan
Tinggi.Makassar: STT Jaffray, 2013.

Setiawan, Jimmy. “Yang Terlupakan dan Terabaikan: Dimensi Eskatologis Perjamuan Kudus.”
Jurnal Veritas 12/1 (April 2011), 1-18.

“Welcome to Enjoy the Lord’s Supper” Diakses 16 April 2015,


http://www.seabs.ac.id/journal/oktober2007/WELCOME%20TO%20ENJOY%20THE%2
0LORD's%20Supper.pdf

Williamson, G. I.Katekismus Singkat Westminster 2. Surabaya: Momentum, 2008.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai