net/publication/282855258
CITATIONS READS
0 10,317
1 author:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Queency Christie Wauran on 15 October 2015.
Pendahuluan
Pengajaran tentang Perjamuan Kudus didasarkan atas perintah Yesus sendiri dalam 1
Korintus 11:23-25; Matius 26:26-30; Markus 14:22-24; Lukas 22:29-20. Perjamuan ini sendiri
berasal dari Perjamuan yang diadakan Tuhan Yesus beserta murid-murid-Nya pada malam
sebelum Ia ditangkap untuk disalibkan (1 Kor. 11:23; Mrk, 14:22; Mat 26:26; Luk 22:14). Ketika
berkata: “Inilah tubuhku yang diserahkan bagi kamu, perbuatlah ini menjadi peringatan akan
Aku” (1Kor. 11:24). Iajuga berkata; “Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh
darah-Ku, perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku” (1 Kor. 11:25). Jadi, Perjamuan Kudus
menghadapkan diri kepada kematian Yesus dan kebangkitan-Nya yang telah nyata, bahwa
diperdebatkan sejak lama. Hingga saat ini, masih ada terdapat perbedaan yang tajam dan
dalam, baik mengenai pendapat maupun cara Ekaristi dalam Gereja Roma, dibandingkan
dengan perayaan Perjamuan Kudus di gereja-gereja Reformasi. Awal perbedaan pandangan ini
muncul ialah pekerjaan para reformator untuk menentang Gereja Katolik.Menarik karena pada
akhirnya perbedaan ini tidak hanya ada di antara Gereja Katolik dan para pemimpin reformasi
saja, bahkan dalam kubu reformasi pun terjadi perpecahan pada abad ke-16 sebagai akibat dari
perbedaan pendapat mengenai perjamuan kudus ini. Dan sampai saat ini juga masih
menimbulkan banyak kendala dalam upaya untuk mencari kesatuan antara kaum Lutheran dan
Calvinis.Bagaimana pun juga dapat dikatakan bahwa untuk banyak pemikiran teologi, baik
Luther, Zwingli, maupun Calvin mempunyai pandangan yang sama atau sepakat. Hanya dalam
pemikiran tentang sakramen Perjamuan Kudus inilah mereka jelas berbeda.Dan perbedaan itu
terlihat dan bisa dirasakan sampai saat ini.Secara umum yang diperdebatkan mengenai
sakramen perjamuan kudus ini adalah bagaimana mengartikan perkataan Tuhan Yesus “Inilah
tubuh-Ku” dan “Inilah darah-Ku”, dengan bagaimanakah cara Kristus hadir, apakah Kristus hadir
secara nyata, juga apakah roti dan anggur berubah atau tidak?Oleh karena itu, menarik untuk
dijelaskan perbedaan teologi perjamuan kudus ini baik menurut Gereja Katolik, Luther, Zwingli,
dan Calvin.
Kudus, maka harus dimulai dengan perbedaan pandangan yang dianut masing-masing tentang
sakramen. Karena berdasarkan pandangan masing-masing mengenai apa itu sakramenlah yang
jumlah sakramen seperti diketahui bahwa Gereja Katolik memercayai bahwa ada 7 sakramen
penebusan dosa, pengurapan orang sakit, penahbisan dan pernikahan.1Pandangan inilah yang
ditolak oleh para reformator.Dapat dikatakan persamaan para reformator akan pemikiran
sakramen ini adalah sama-sama menolak jumlah sakramen dalam Gereja Katolik. Mereka
1
Alister E. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), 242.
memercayai bahwa hanya ada dua sakramen saja dalam gereja yaitu sakramen baptisan dan
Perjamuan Kudus.Yang lainnya tidak dapat disebut sakramen.Tentunya ini dengan alasannya
masing-masing.
adalah akta-akta atau upacara-upacara yang ditetapkan oleh Allah, dengan maksud untuk
berfungsi sebagai tanda-tanda dari janji Allah, yang disampaikan-Nya kepada kita dalam firman-
Nya.2 Sedangkan Gereja Katolik Roma dalam Konsili Trente menyatakan bahwa sakramen
adalah sesuatu yang dinyatakan untuk dialami, yang memiliki kuasa, oleh penyelenggaraan
ilahi, bukan hanya menyatakan pentingnya anugerah, tetapi juga efisien membawa anugerah.3
Calvin dengan jelas menyadari akan perbedaan-perbedaan antara Luther dan Zwingli
dan ia berusaha untuk berada pada jalan tengah di antara pandangan mereka. Jadi Calvin
menjelaskan dua definisi tentang sakramen yaitu sebagai “simbol eksternal yaitu bahwa Tuhan
memeteraikan pada hati nurani kita janji-janji-Nya akan kehendak yang baik kepada kita demi
menopang kelemahan iman kita”, dan sebagai “tanda yang kelihatan dari perkara yang suci
atau bentuk yang dapat kelihatan dari anugerah yang tidak kelihatan.” Bagi Calvin, sakramen-
sakramen merupakan akomodasi (bantuan) yang penuh anugerah bagi kelemahan kita.4
Terdapat banyak perdebatan yang muncul mengenai sakramen perjamuan kudus ini,
pelaksanaannya, juga mengenai siapa yang layak mendapat bagian di dalamnya, dan bahkan
mengenai pantas tidaknya anak-anak turut dalam Perjamuan Kudus itu. Penjelasan yang
2
J. L. Ch. Abineno, Perjamuan Malam Menurut Ajaran Reformator (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1990), 4.
3
Daniel Ronda, Dasar Teologi Yang Teguh Panduan Teologi Sistematika di Perguruan Tinggi (Makassar:
STT Jaffray, 2013), 133.
4
Alister E. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), 236.
panjang dibutuhkan untuk menjelaskan ini. Oleh karena itu, tidak semuanya akan dibahas
dalam makalah ini. Beberapa poin inti yang membedakannyalah yang akan dibahas.
mana dengan memberi dan menerima roti dan anggur sesuai dengan ketetapan Kristus,
kematian-Nya diberitakan; dan orang-orang yang menerimanya dengan cara yang layak, bukan
secara jasmaniah atau kedagingan, melainkan melalui iman, dijadikan berbagian di dalam tubuh
dan darah-Nya, dengan semua berkat-berkat dari-Nya. Dengan demikian mereka mendapatkan
Pada masa reformasi sakramen dipandang sebagai akomodasi ilahi atas kelemahan
manusia.Inilah yang dijelaskan Calvin.Oleh karena mengetahui kesulitan kita dalam menerima
firman dan janji-Nya, Allah telah melengkapi firman-Nya dengan tanda-tanda yang dapat dilihat
dan diraba tentang anugerah-Nya. Luther mendefinisikan sakramen sebagai janji-janji dengan
tanda-tanda yang dilampirkan kepada mereka atau tanda-tanda ilahi yang ditetapkan dan janji
akan pengampunan dosa.6Sementara Zwingli melihat sakramen sebagai sumpah atau jaminan
di mana sakramen merupakan jaminan ketaatan dan kesetiaan. Sakramen adalah cara yang
imannya.7 Dari penafsiran akan arti sakramen ini, para reformator menjelaskan teologi mereka
5
G. I. Williamson, Katekismus Singkat Westminster 2 (Surabaya: Momentum, 2008), 167.
6
Alister E. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi, 209-211.
7
Ibid., 222.
Selain arti sakramen, perlu dijelaskan juga tujuan dilaksanakannya sakramen Perjamuan
Sebagai suatu peringatan akan kehidupan dan kematian Tuhan kita sebagai
pengorbanan-Nya untuk menggenapkan keadilan-Nya (Luk. 22:19). Di dalam Perjamuan
Kudus diproklamasikan fakta Injil (1 Kor. 11:26) juga untuk mempersiapkan diri pada
kedatangan-Nya kedua kali (1 Kor. 11:26).Perjamuan Kudus mengingatkan kita pada
kesatuan kita dengan sesama di dalam tubuh Kristus dan persekutuan yang kita bagikan
sebagai saudara di dalam anggota tubuh Kristus (1 Kor. 10:17).Perjamuan Kudus
berbicara tentang sumber hidup baru yaitu perjanjian baru (Luk. 22:20). Perjamuan
kudus menyatakan adanya berkat yang diberikan di bawah perjanjian yang baru lewat
pengudusan dan berkat kemuliaan pada masa yang akan datang (1 Kor. 11:26).8
Gereja Katolik Roma memahami sakramen sebagai saluran anugerah Allah. Jadi mereka
menekankan arti perjamuan kudus sebagai sarana keselamatan bagi umat. Tidak cukup hanya
kesetiaan terhadap Gereja saja melainkan mengikuti sakramen juga untuk selamat.Gereja Roma
Katolik pada saat itu memercayai ajaran Perjamuan Kudus bahwa waktu imam yang melayani
substansi roti dan anggur (secara otomatis) berubah menjadi tubuh dan darah Kristus.9Ajaran
inilah yang dikenal dengan transustansiasi.Jadi Gereja Katolik mengatakan bahwa roti dan
anggur telah berubah menjadi tubuh dan darah Kristus (transsubstansiasi) pada saat
dilakukan diyakini bahwa setiap kali Yesus mengorbankan ulang tubuh dan darah-Nya untuk
Oleh karena itu ketika perjamuan kudus, Gereja Katolik membagikan tubuh Kristus
dalam rupa roti yang disebut komuni. Makna penerimaan komuni adalah merujuk kepada
8
Daniel Ronda, Dasar Teologi Yang Teguh Panduan Teologi Sistematika di Perguruan Tinggi, 134-135.
9
J. L. Ch. Abineno, Perjamuan Malam Menurut Ajaran Reformator (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1990), 20.
partisipasi umat dalam persitiwa karya penebusan Tuhan yang dihadirkan pada waktu doa
syukur agung yang dibawakan oleh imam. Komuni yang umat terima akan menghubungkan dan
memasukkan umat ke dalam karya penebusan Tuhan itu.Itulah sebabnya, dalam Katolik juga
mereka sangat menghargai dan menjaga roti itu, jangan sampai jatuh ke lantai.Namun anggur
Dalam ajaran Katolik Roma, peran iman atau percaya tidak banyak memainkan
peranan.Yang diutamakan di sini adalah objektivitas dari Perjamuan Kudus yaitu misa yang
dilayani atau dilakukan.Sehingga iman dari objek yang merasakannya hampir-hampir tidak
mendapat perhatian.Dalam ajaran ini misa dianggap sebagai pekerjaan yang dilakukan (opus
operatum).Ia adalah suatu “korban” yang dipersembahkan oleh imam atau gereja.10Jadi, misa
dipandang sebagai sesuatu pekerjaan yang baik yang dapat menghasilkan pahala, bahkan
keselamatan.Karena itu para imam menanggap bahwa jika mereka melayani misa, mereka
Pada konsili ke-4 di Lateran (1215), ajaran transubstansiasi disahkan menjadi dogma
gereja.Ajaran ini kemudian dikembangkan oleh Thomas Aquino (1274).Di konsili Trente (1545-
1563) diteguhkan dan dikuatkan ajaran transsubstansiasi sebagai jawaban gereja Roma Katolik
atas Reformasi.11Konsili ini dengan kuat mempertahankan baik ajaran maupun terminologi
transubstansiasi.“Oleh penyucian atas roti dan anggur suatu perubahan terjadi atas
keseluruhan substansi dari roti itu menjadi substansi tubuh Kristus dan keseluruhan substansi
10
J. L. Ch. Abineno, Perjamuan Malam Menurut Ajaran Reformator, 29-30.
11
G. C. van Niftrik - B. J. Boland, Dogmatika Masa Kini (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), 455.
12
Alister E. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi, 243.
Teologi Perjamuan Kudus menurut Luther
Salah satu hal yang ditolak oleh para reformator dalam pembaruan ajaran Gereja adalah
konsep Gereja Katolik seperti yang dijelaskan di atas yaitu doktrin transubstansiasi.Dapat
dikatakan bahwa Luther adalah orang pertama yang menentang ajaran ini.Ada banyak tulisan-
tulisan dan pemikiran Luther yang menguraikan tentang Perjamuan Kudus.Di mulai dari maksud
perjamuan Kudus, Luther mengartikan Perjamuan Kudus bertolak dari kata-kata penetapan
yaitu sebagai firman Allah, peraturan, dan perintah-Nya.Perjamuan Kudus ditetapkan oleh
Kristus sendiri, bukan hasil pikiran manusia.Jadi Perjamuan Kudus adalah tubuh dan darah yang
benar dari Kristus, yaitu tubuh dan darah yang diberikan kepada kita anggota-anggota jemaat di
dalam dan di bawah roti dan anggur untuk dimakan dan diminum menurut firman dan
penetapan Kristus. Firman itulah yang membuat Perjamuan Kudus menjadi Perjamuan Kudus
dan firman-lah yang membedakannya, supaya Perjamuan Kudus bukanlah roti dan anggur biasa
melainkan tubuh dan darah Kristus.13Ini untuk menolak kepercayaan Gereja Katolik yang
menanggap bahwa sakramen memiliki posisi yang tinggi dan dapat membawa keselamatan
dibanding firman.
Untuk merayakan Perjamuan Kudus, menurut Luther harus memerhatikan dua hal yaitu,
penyesalan dan percaya dan dia menekankan kesatuan orang-orang percaya.Kesatuan ini
disebut juga kesatuan hati.Oleh sebab itu Perjamuan Kudus disebut suatu persekutuan atau
commmunio.Bagi Luther, communion atau persekutuan ini sangat penting karena di dalamnya
13
J. L. Ch. Abineno, Perjamuan Malam Menurut Ajaran Reformator, 44-45.
tiap-tiap orang yang merayakan Perjamuan Kudus menerima segala pemberian rohani dari
perkataan Yesus dalam kata-kata penetapan maka kita menerima (percaya), bahwa roti dan
anggur di sini adalah benar-benar tubuh dan darah Kristus.Luther menolak ajaran tentang
transubstansiasi Gereja Katolik. Tetapi ia tidak menolak kehadiran tubuh dan darah Kristus
dalam roti dan anggur.Ajaran Luther ini disebut dengan kon-substansiasi (kon=sama-sama): roti
dan anggur itu tidak berubah menjadi tubuh dan darah Kristus (trans-substansiasi). Tetapi
tubuh dan darah Kristus mendiami roti dan anggur itu sehingga ada 2 zat atau substansi yang
Untuk memperjelas hubungan antara tubuh dan darah Kristus pada satu pihak dan roti
dan anggur pada satu pihak, ia memakai suatu kiasan. Ia katakan: api dan besi adalah dua
substansi, tetapi kalau besi diletakkan di dalam api, maka kedua substansi itu bercampur baur
Jadi, Luther percaya bahwa roti dalam Perjamuan Kudus adalah benar-benar roti dan
anggur adalah benar-benar anggur. Dalam suatu cara yang tersembunyi tubuh dan darah
Kristus dalam Perjamuan Kudus berada dalam roti dan anggur. Luther mengatakan bahwa dia
percaya bukan saja tubuh Kristus berada di dalam roti dan anggur, tetapi juga bahwa roti dan
anggur adalah tubuh dan darah Kristus.17Luther mengatakan memang secara rasional mungkin
14
Abineno, Perjamuan Malam Menurut Ajaran Reformator, 21-22
15
H. Berkhof, dan IH Enklaar, Sejarah Gereja(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993), 131-132.
16
Abineno, Perjamuan Malam Menurut Ajaran Reformator, 32.
17
Ibid.,33.
kehadiran tubuh dan darah Kristus dalam Perjamuan Kudus tidak dapat dipahami.Sungguhpun
adalah kata-kata kehidupan.Ini dianggap sebagai kata-kata yang paling utama dari seluruh
Injil.Bahkan lebih penting dari perjamuan itu sendiri.Luther bahkan berkata, “kata-kata
interpretasi yang mengatakan bahwa ucapan Yesus, “Ini adalah daging-Ku” berarti “Ini
adalah karunia Allah untuk kita. Oleh sebab itu Perjamuan Kudus harus diterima dengan
percaya dan merayakannya dengan cara yang benar. Karena itu ganti “opus operatum”
(pekerjaan yang dilakukan) Luther menggunakan “opus operatis” (pekerjaan yang dilakukan
oleh dia yang percaya).Jadi, Luther menekankan percaya itu.19 Luther juga menentang Gereja
Katolik bahwa anggota jemaat yang merayakan Perjamuan Kudus harus menerima baik roti
maupun anggur, sesuai dengan perintah Yesus dalam Matius 26:27. Darah Kristus dicurahkan
juga untuk anggota-anggota jemaat karena itu gereja tidak berhak melarang mereka minum
anggur perjamuan.
Sehingga bagi Luther misa bukanlah pekerjaan dan bukanlah korban seperti yang
“testamentum”.Bahkan Luther menolak ajaran Gereja Katolik yang menganggap misa sebagai
18
Abineno, Perjamuan Malam Menurut Ajaran Reformator, 36.
19
Ibid., 30.
suatu pekerjaan yang baik yang menghasilkan pahala melainkan Perjamuan Kudus adalah
anugerah Allah.Perjamuan Kudus adalah janji tentang pengampunan dosa yang dikokohkan
oleh kematian Anak Allah.Oleh sebab itu janji ini harus diteruskan dan dibagikan kepada orang-
Kudus adalah suatu janji maka itu hanya dapat diterima dengan percaya.Janji ini didengar dari
firman yang diucapkan melalui kata-kata penetapan dalam perjamuan kudus.Jadi, bagi Luther
hanya oleh percaya (sola fide) kita dapat pergi ke Perjamuan Kudus.20
Menurut Luther, dalam Perjamuan Kudus Allah tidak saja memberikan suatu “jaminan”
dan suatu “tanda”, tetapi lebih daripada itu Ia memberikan “karunia-Nya” sendiri, yaitu karunia
yang dijamin dan ditandai dalam Perjamuan Kudus. Ini diberikan untuk menjadi makanan setiap
hari, agar supaya iman dapat pulih kembali dan menjadi kuat.Dari sini muncul pertanyaan,
apakah roti dan anggur dapat mengampuni dosa dan menguatkan iman?Maka Luther
menjawab bahwa pengampunan dosa pada satu pihak hanya terkandung dalam firman
Tuhan.tetapi pada lain pihak pengampunan dosa juga terikat pada tubuh dan darah Kristus
Zwingli tidak setuju dengan pengertian sakramen yang dijelaskan Luther. Menurut
Zwingli, sakramen bukanlah sesuatu yang suci, yang membebaskan hati nurani manusia dari
dosa oleh karena kuasa sakramen. Ia mengingatkan bahwa sakramen berarti jaminan, atau
janji, atau sumpah. Sakramen tidak pernah mempunyai arti, yang mengandung sesuatu yang
20
Ibid., 34-35.
21
Ibid., 46-47.
suci atau sakral.Sakramen lebih banyak mengandung arti “kewajiban”.Siapa yang menerima
pengucapan syukur umum atas segala pemberian yang Kristus berikan kepada kita.Bagian
Alkitab yang Zwingli gunakan sebagai dasar dari ajarannya ialah Yohanes 6.Ia mengatakan
bahwa Kristus adalah keselamatan kita, bukan karena Ia dilahirkan oleh anak dara Maria, tetapi
karena Ia turun dari sorga dan karena Ia adalah Allah. Karena itu “roti” dipahaminya sebagai
Injil, dan “makan” dipahami sebagai percaya.Jadi yang penting dalam Perjamuan Kudus ialah
bukan Yesus yang dilahirkan sebagai manusia, tetapi Kristus yang disalibkan.23
Dalam ajaran Zwingli tentang Perjamuan Kudus, kenaikan Kristus ke sorga memainkan
peranan yang penting.Oleh karena kenaikan Kristus ke sorga meniadakan kehadiran-Nya secara
fisik atau badaniah dalam Perjamuan Kudus.Karena itu, Yesus Kristus sebagai manusia tidak
dapat serentak hadir di dalam sorga dan di dalam roti dan anggur dari Perjamuan Kudus.Jadi
dalam Perjamuan Kudus, tubuh alamiah Kristus tidak dimakan secara alamiah dan secara
Selain itu, bagi Zwingli yang menentukan dalam kata-kata penetapan ialah kata “adalah”
yang mempunyai arti yang sama dengan “menandai”. Jadi, roti yang diberikan kepada kita
untuk dimakan adalah “simbol” dari tubuh-Nya. Kata-kata “perbuatlah ini menjadi peringatan
akan Aku” menyatakan bahwa Perjamuan Kudus adalah perjamuan peringatan. Demikian pula
22
Ibid., 66.
23
Ibid., 68.
24
Ibid., 69.
symbol, ia ingin mengatakan bahwa keselamatan kita tidak diperoleh dari roti tetapi hanya dari
korban Kristus.25
Zwingli berpendapat bahwa maksud dari Perjamuan Kudus adalah supaya jelas bagi
orang-orang Kristen bahwa mereka adalah anggota-anggota dari tubuh Kristus dan bahwa
saudara.Berkaitan dengan gereja, bagi Zwingli sakramen Perjamuan Kudus berfungsi sebagai
suatu elemen yang konstitutif dari gereja yaitu gereja sebagai suatu realitas yang
Satu hal yang penting lagi dalam ajaran Zwingli tentang perjamuan kudus adalah
pengucapan syukur yang mendapat tempat yang sentral. Sebagai jawaban atas pekerjaan
Kristus, jemaat bersyukur.Hal ini sebenarnya menunjukkan usaha Zwingli untuk mengadakan
sebenarnya tidak terjadi pada roti dan anggur, tetapi pada jemaat. Tubuh Kristus adalah
pada roti dan anggur, tetapi di dalam orang-orang percaya secara keseluruhan, yaitu orang-
orang percaya yang memakan roti dan meminum anggur. Jadi, melakukan perjamuan kudus
menyatakan kita adalah anggota gereja, tubuh Kristus.27 Sehingga sebagai orang yang
mengambil bagian dalam perjamuan kudus sebagai bagian dari tubuh Kristus, maka seseorang
diwajibkan untuk hidup menurut kehendak Tuhan dan untuk hidup sama seperti apa yang telah
dibuat oleh Kristus (1 Yoh. 2:6). Kalau ia tidak berbuat demikian maka ia memisahkan dirinya
25
Ibid., 71.
26
Ibid., 73.
27
Ibid.,74-75.
dari Gereja dan dari orang Kristen yang lain. Di sinilah disiplin gerejawi sebagai perintah Kristus
penting.28
Secara singkat, Zwingli menjelaskan bahwa dalam Perjamuan Kudus roti dan anggur
adalah kiasan, simbol, tetapi perjamuan sendiri tidak.Pengampunan dosa terjadi oleh kematian
Kristus, bukan oleh peringatan ini.Jika kita sebagai orang percaya merayakan Perjamuan Kudus
untuk memperingati Kristus, maka kita memberitakan kematian-Nya sampai ia datang kembali
(1 Kor. 11:26). Itu berarti merayakannya dengan gembira dan puji-pujian.Itulah sebabnya
Dapat dilihat bahwa Zwingli mengartikan perkataan Kristus secara figuratif.Bahwa roti
dan anggur bukanlah tubuh dan darah Kristus secara identik.Namun roti dan anggur adalah
(simbol) dari pengorbanan Kristus.Allah sendiri tidak hadir secara fisik dalam roti dan anggur.
Justru dengan logika pembalikan, Zwingli yakin bahwa perayaan ekaristi merupakan peringatan
"...perbuatlah ini sebagai peringatan akan Aku." Secara implisit, Kristus justru mau mengatakan
bahwa ketika Dia sudah tidak lagi hadir secara fisik, maka orang beriman wajib memperingati-
Luther dan Zwingli tidak dapat sepakat mengenai arti dari ungkapan-ungkapan seperti,
“inilah tubuhku” (yang ditafsirkan Luther secara harfiah dan oleh Zwingli secara metaforis) dan
“di sebelah kanan Allah” (kedua belah pihak nyata-nyata tidak konsisten: Luther menafsirkan
28
Ibid, 76.
29
“Welcome to Enjoy the Lord’s Supper” Diakses 16 April 2015, http://www.seabs.ac.id/journal/oktober
2007/WELCOME%20TO%20ENJOY%20THE%20LORD's%20Supper.pdf
Perbedaan pandangan antara Zwingli dan Luther yang sangat besar dan jauh ini
Reformasi.Oleh karena itu, atas prakarsa bangsawan Philip dari Hesse, Luther dipertemukan
dengan Zwingli di Marburg pada tahun 1529.Hadir pula tokoh Reformator seperti Martin Bucer,
Marburg (Marburg Colloquy) dan dipercaya sebagai konsili Protestan pertama. Setelah
beberapa minggu berdebat, kedua Reformator besar itu menyepakati banyak hal seperti yang
tertuang dalam 15 artikel, antara lain tentang doktrin Trinitas, inkarnasi Kristus, sifat Allah dan
kemanusiaan Kristus, dosa asal, doktrin pembenaran karena iman, karya Roh Kudus, sakramen
pembabtisan, peran perbuatan baik dalam kehidupan Kristiani, dan sebagainya. Hanya pada
artikel terakhir, jurang perbedaan mereka sama sekali tidak bisa dijembatani yaitu perihal
Perjamuan Kudus. Memang ada beberapa aspek Perjamuan Kudus yang mereka sepaham
seperti pemberian roti dan anggur kepada jemaat.Tapi Zwingli tidak menerima kehadiran fisik
Kristus dalam ekaristi sebagaimana diyakini Luther.Untuk artikel terakhir ini, mereka "sepakat
Lain lagi dengan pandangan Calvin.Teologi Calvin mengenai Perjamuan Kudus dapat
30
Martin Luther. Diakses 14 April 2015, http://www.sarapanpagi.org/martin-luther-vt69.html
It seems to me that a simple and proper definition would be to say that it is, anoutward
sign by which the Lord seals on our consciences the promises of his good will toward us
in order to sustain the weakness of our faith; and we in turn attest our piety toward him
in the presence of the Lord and of his angels and before men. Here is another briefer
definition: one may call it a testimony of divine grace toward us, confirmed by an
outward sign, with mutual attestation of our piety toward him. Whichever of these
definitions you may choose, it does not differ in meaning from that of Augustine, who
teaches that a sacrament is “a visible sign of sacred thing,” or “a visible form of an
invisible grace,” but it better and more clearly explains the thingitself.31
mengenai Perjamuan Kudus, Calvin mengambil Yohanes 6:26-65 yang membahas mengenai
Roti Hidup. Gambaran yang diambil oleh Calvin, seperti roti yang kita makan memberi energi
bagi kehidupan kita, demikian pula Roti Hidup yang kita terima dalam Perjamuan Kudus
Roma Katolik lebih menekankan sakramenketimbang Firman, sehingga mereka melihat Firman
sebagai sesuatu yang berlebihan, karenasakramen saja sebenarnya cukup membawa orang
pada keselamatan penuh. Di pihak lain,gereja Reformasi menekankan firman sebagai alat kasih
karunia, dan mempertanyakan tempat sakramen dalam pertumbuhan iman orang Kristen.
sebabnya, dalam definisi di atas, sakramen meneguhkan janji-janji Allah dalam hati kita untuk
31
John Calvin, Institutes of the Christian Religion, ed. John T. McNeill, trans. Ford Lewis Battles, Library of
Christian Classics (Philadelphis: Westminster, 1960), IV.14.1
32
“Welcome to Enjoy the Lord’s Supper” Diakses 16 April 2015, http://www.seabs.ac.id/journal/oktober
2007/WELCOME%20TO%20ENJOY%20THE%20LORD's%20Supper.pdf
33
Ibid.
Menurut Calvin, sakramen dan janji Allah erat hubungannya. Sakramen adalah tanda
yang ditetapkan oleh Allah untuk memeteraikan janji-Nya kepada kita.Sakramen adalah
apendiks, tambahan dari janji itu.Ia diberikan kepada kita untuk menguatkan iman kita yang
lemah dan penguatan itu dilakukan oleh Roh Kudus. Jadi, pemikiran yang penting tentang
sakramen bagi Calvin adalah tanda dan meterai yang menguatkan atau mengokohkan, tanda
dan meterai yang menjamin dan menyaksikan.Dibanding dengan firman, sakramen adalah
apendiksnya.Lebih daripada itu, bagi Calvin, sakramen itu bukan saja tanda dan meterai yang
kognitif saja, tetapi lebih.Dalam sakramen anugerah Allah bukan hanya ditandai dan dilukiskan,
Jadi, Calvin menekankan kepada Gereja Katolik bahwa kehadiran Kristus ini bukanlah
sekedar kehadiran fisik atau badaniah, tetapi kehadiran oleh Roh Kudus.Kristus tidak dapat
dikurung dalam sakramen.Sama seperti Zwingli, Calvin menolak kehadiran Kristus secara fisik
dalam Perjamuan Kudus.Namun Calvin tidak mau penolakan itu dibawa kepada anggapan
simbolis yang kosong. Karena itu, dengan kuat ia menekankan kehadiran Kristus oleh Roh
Kudus, dan kehadiran itu adalah sungguh. Sama seperti Luther, Calvin mengajar bahwa Kristus
benar-benar hadir dalam Perjamuan Kudus.Melalui roti dan anggur dalam Perjamuan Kudus,
Kristus sungguh-sungguh hadir.Sekalipun demikian, kita tidak bisa mengatakan bahwa roti itu
adalah “tubuh Kristus.”NamunCalvin tidak menerima pandangan kehadiran fisik dari Kristus
seperti halnya denganLuther. Bagi Calvin, kehadiran fisik Kristus tidak diperlukan. Namun, juga
bukan berarti kehadiran Kristus cuma sekedar simbol seperti dikatakan oleh Zwingli.Calvin
menekankan bahwa tubuh Kristus ada di sorga, di sebelah kanan Allah Bapa. Maksud Calvin
adalah bahwa dalam Perjamuan Kudus Kristus tidak turun dari sorga dan datang kepada kita di
bumi tetapi Ia hadir oleh Roh Kudus. Kehadiran-Nya oleh Roh Kudus ini bukanlah sesuatu yang
pasif tetapi aktif, kehadiran sebagai suatu perbuatan anugerah yaitu Kristus memberi diri-Nya
“But the sacraments properly fulfill their office only when the Spirit, that inward
teacher, comes to them, by whose power alone hearts are penetrated and affections
moved and our souls opened for the sacraments to enter in. If the Spirit be lacking, the
sacraments can accomplish nothing more in our minds than the splendor of the sun
shining upon blind eyes, or a voice sounding in deaf ears.”35
Oleh sebab itu, ajaran Calvin mengenai kehadiran Kristus dalam Perjamuan Kudus
adalah ajaran yang seluruhnya bersifat pnemautologis.36Dalam ajarannya, Calvin sangat kuat
menekankan pekerjaan Roh Kudus: tanpa pekerjaan Roh Kudus sakramen itu sia-sia saja dan
tak mempunyai arti. Sebaliknya, oleh pekerjaan Roh Kudus sakramen dipenuhi dengan
kekuatan sehingga kita yang menerimanya dimungkinkan untuk mendapat bagian dalam Kristus
yang adalah materi atau substansi sakramen.37 Dengan demikian fungsi sakramen ialah
menggunakan analogi untuk “sign” (tanda) dan “the thing signified” (yang ditandai). Dengan
menggunakan istilah Kristologis, Calvin mengatakan, bahwa sign dan the thing signified
berbeda, namun tidak dapat dipisahkan. Kehadiran Kristus bukan bersifat fisik.Tubuh Kristus
sendiri tetap tinggal di sorga.Dengan konsep ini Calvin menolak doctrine of the ubiquity, yaitu
34
Abineno, Perjamuan Malam Menurut Ajaran Reformator, 121-122.
35
Calvin, Institutes, IV.14.9
36
Abineno, Perjamuan Malam Menurut Ajaran Reformator,123.
37
Ibid., 117.
doktrin yang menyatakan bahwa tubuh Kristus dapat hadir dimana-mana pada suatu
Mengenai berkat Perjamuan Kudus bagi orang percaya, Calvin menulis Ia menulis:
“It is that we are quickened by the true partaking of him; and he has therefore
designated this partaking by thewords "eating" and "drinking", in order that no one
should think that the life that we receivefrom him is received by mere knowledge. As it
is not the seeing but the eating of bread thatsuffices to feed the body, so the soul must
truly and deeply become partaker of Christ that itmay be quickened to spiritual life by
his power.”39
Bagi Calvin, bila kita mengambil bagian dalam Perjamuan Kudus secara benar, kita akan
bertumbuh dalam kerohanian kita. Perjamuan Kudus adalah makanan rohani bagi jiwakita.
Makanan rohani ini akan menumbuhkan iman kita dan medorong kita untuk lebih lagihidup
kudus dan menjadi lebih serupa dengan Kristus. Sehingga ketika seseorang mengikuti
Yang penting diingat adalah dalam Perjamuan Kudus adalah Kristus bukan hanya
dengan diri-Nya sendiri Ia juga memberikan kepada kita pengampunan dosa, pendamaian,
hidup dan kegembiraan. Menerima Perjamuan Kudus ialah menerima Kristus sendiri.Ia bukan
saja adalah isi, makna dan kekuatan dari Perjamuan Kudus, Ia juga adalah Pemberi dan
pemberian dari padanya. Dengan demikian ini disebut dengan ekaristi yaitu suatu perbuatan
pengucapan syukur, sebagai suatu tanda kegembiraan, bukan saja karena segala sesuatu yang
telah Kristus kerjakan untuk kita oleh sengsara, kematian, dan kebangkitan-Nya, tetapi juga
karena keselamatan yang sekarang juga ia berikan kepada kita di dalam Perjamuan Kudus dan
38
“Welcome to Enjoy the Lord’s Supper” Diakses 16 April 2015,
http://www.seabs.ac.id/journal/oktober2007/WELCOME%20TO%20ENJOY%20THE%20LORD's%20Supper.pdf
39
Calvin, Institutes, IV.17.1
karena keyakinan dan pengharapan akan apa yang Ia janjikan kepada kita menjelang hari,
dimana kita akan merayakan Perjamuan Agung bersama-sama dengan Dia dalam kerajaan
Bapa-Nya. Pengharapan ini adalah satu bagian aspek eskatologis yang dijelaskan Jimmy
Setiawan bahwa,
Dalam Perjamuan Kudus, sebagaimana yang dipahami oleh Reformator seperti Calvin
dan Luther, Kristus sepenuhnya hadir.Namun, indera kita mengatakan bahwa Kristus
tidaklah hadir secara ragawi dalam Perjamuan Kudus kita. “Ketidakhadiran” Kristus ini
seharusnya memicu sikap kerinduan kita akan kegenapan kehadiran Kristus kelak dalam
dunia yang baru.40
Dari penjelasan di atas mengenai pandangan atau teologi tentang Perjamuan Kudus baik
dari Gereja Katolik, Luther, Zwingli, dan Calvin, dapat dilihat bahwa masing-masing memiliki
ajaran memorialisme bahwa roti dan anggur dalam perjamuan kudus hanyalah simbol saja; dan
Calvin mengajarkan ajaran bahwa roti dan anggur dalam perjamuan Kudus adalah simbol
sekaligus tanda Kristus hadir pada saat itu secara rohani. Oleh karena perbedaan ini, muncul
banyak perdebatan-perdebatan mengenai pandangan mana yang paling benar atau pandangan
mana yang salah;saya kira perdebatan ini tidak akan selesai. Salah satu buktinya,ialah telah
lewat beberapa masa sejak masa reformasi dan sampai sekarang perbedaan dan perdebatan itu
pun masih tetap ada. Dan mungkin masih akan tetap seperti ini sampai beberapa masa ke
depan. Maksud saya dalam bagian ini adalah berdebat tidak akan selesai tetapi ada satu hal
40
Jimmy Setiawan. “Yang Terlupakan dan Terabaikan: Dimensi Eskatologis Perjamuan Kudus.” Jurnal
Veritas 12/1 (April 2011), 6.
penting yang perlu diingat dan diperhatikan dalam perdebatan mengenai sakramen Perjamuan
Kudus ini yaitu bahwa sakramen tidak membawa keselamatan. Melakukan sakramen
Perjamuan Kudus bukan untuk memperoleh keselamatan, seperti yang dipercaya Gereja
Katolik.Oleh sebab itu, pandangan ini ditolak.Para reformator sepakat untuk hal
mengajarkan Perjamuan Kudus dilakukan untuk menjadi peringatan akan karya pengorbanan-
Nya di kayu salib yaitu keselamatan yang dianugerahkan kepada setiap orang percaya.Jadi,
perjamuan Kudus menjadi deklarasi akan karya penebusan Kristus. Semua tindakan liturgikal
dan kesatuan komunitas anak Allah di meja Perjamuan merupakan kesaksian akan postur hati
Allah yang berbelas kasih dan merangkul orang berdosa ke dalam persekutuan dengan-Nya
Oleh sebab itu, pandangan mana yang dipercaya seseorang selama ia tidak beranggapan
bahwa keselamatan diperoleh karena sakramen, maka seharusnya kita tidak lantas membenci
dan menghakiminya dan menganggap bahwa kitalah yang paling suci karena pandangan kita
yang paling benar.Berarti dia ke neraka dan saya ke surga, tidak! Saya tidak merendahkan atau
melebihkan satu pandangan apapun, tetapi yang menjadi poin di sini adalah sikap yang benar
terhadap perjamuan kudus itu: bukan memperdebatkan atau bahkan saling menghakimi. G. C.
The correct appreciation of the Lord’s Supper is not a matter of theology. Theology can
ponder the meaning of the words and the meaning of the Supper as instituted by Christ.
Only the believing of use it, however, will lead to the true fruit of the Lord’s Supper.42
41
Jimmy Setiawan. “Yang Terlupakan dan Terabaikan: Dimensi Eskatologis Perjamuan Kudus.” Jurnal
Veritas 12/1 (April 2011), 12.
42
G. C. Berkouwer, Studies In Dogmatics The Sacraments (GrandRapids, Michigan: William B. Eerdmans
Publishing Company, 1981), 218.
Jadi, untuk menikmati berkat Perjamuan Kudus itu maka hal penting yang menurut saya
harus diperhatikan oleh setiap orang percaya setiap kali melaksanakan Perjamuan Kudus adalah
mengingat pengorbanan Yesus, mengucap syukur atasnya dan percaya kepada janji Yesus
bahwa ia akan datang kembali dan menjalani hidup yang kudus sebagai orang beriman.
Sekalipun berbeda pandangan, Allah tetap mengasihi umat-Nya.Terlepas dari pendapat masing-
masing tentang roti dan anggur apakah sekedar simbol atau bukan, tubuh dan darah Yesus
tetaplah berkuasa.Kalau roti itu dimakan dan air anggur itu diminum dengan iman, dan dengan
cara rohani, maka hal itu membawa hubungan yang erat dengan Tuhan dan lebih menguatkan
sakramennya.Zwingli menekankan pengucapan syukur atas karya Yesus itu dan penegasan
jemaat sebagai bagian dari tubuh Kristus.Demikian juga Calvin menekankan bagaimana
kehadiran Kristus itu seharusnya mengubah kita.Maka sebagai kesimpulannya, saya kira
Perjamuan Kudus adalah respons syukur kita terhadap keselamatan dan mendorong kita untuk
tetap setia kepada Kristus. Di samping itu, kita diingatkan untuk berefleksi sejauh mana
kehidupan kita layak dan kudus di hadapan Allah sebagai tubuh Kristus dan seberapa banyak
kita membagikan karya Yesus itu kepada orang lain sehingga mereka akhirnya bisa mengambil
bagian juga dalam Perjamuan Kudus ini, sambil kita juga menantikan janji kedatangan Kristus
untuk pada akhirnya sama-sama dalam Perjamuan dengan Tuhan di surga nanti.
Daftar Pustaka
Abineno, J. L. Ch.Perjamuan Malam Menurut Ajaran Reformator. Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1990.
Berkhof, H dan IH Enklaar, Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993.
Calvin, John.Institutes of the Christian Religion, ed. John T. McNeill, trans. Ford Lewis Battles,
Library of Christian Classics.Philadelphis: Westminster, 1960.
Niftrik, G. C. van - B. J. Boland, Dogmatika Masa Kini.Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001.
Ronda, Daniel. Dasar Teologi Yang Teguh Panduan Teologi Sistematika di Perguruan
Tinggi.Makassar: STT Jaffray, 2013.
Setiawan, Jimmy. “Yang Terlupakan dan Terabaikan: Dimensi Eskatologis Perjamuan Kudus.”
Jurnal Veritas 12/1 (April 2011), 1-18.