Laporan Akhir Praktikum Proses Produksi 2 PDF
Laporan Akhir Praktikum Proses Produksi 2 PDF
PROSES PRODUKSI II
Disusun Oleh :
NPM : 25413713
Kelas : 1IC03
Puji syukur sepantasnya saya haturkan kepada tuhan yang maha esa,atas
nikmat dan karunianya saya dapat menyelesaikan laporan akhir proses produksi 2
ini,dengan bantuan rekan rekan dan asisten lab mesin dasar.
Laporan ini di buat sebagai data laporan akhir dari berbagai kegiatan yang
pernah di jalankan selama praktikum regular di laboratorium teknik mesin
dasar,dalam melakukan penyelesaian laporan akhir ini penulis di bantu teman
teman dan asisten lab mesin.dalam hal ini penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran pembuatan
laporan tersebut.
i
Penyusun menyadari, bahwa dalam pembuatan dan penyusunan laporan
akhir praktikum ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu,
kekurangan yang ada akan menjadi sebuah pelajaran bagi penulis, maka dengan
senang hati penyusun menerima kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak.
Penyusun berharap, semoga laporan ini dapat membawa manfaat dan
menambah pengetahuan bagi penyusun khususnya dan pembaca pada umumnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman
Daftar Tabel...................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
iii
2.2.3 Kikir................................................................................... 7
iv
2.7.3 Keuntungan dan Kerugian Sambungan Ulir...................... 27
2.9.1 Pengertian.......................................................................... 34
2.10.1 Pengertian........................................................................ 42
v
3.2 Penyambungan Las Listrik dengan Posisi Sambungan Sudut 46
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
viii
Gambar 2.21 (a) Las-an Titik dan (b) Las-an Kampuh .................................... 25
Gambar 2.22 (a) Las-an Lekuk dan (b) Las-an Rata ........................................ 25
Gambar 3.4 Hasil Proses Pengelasan dengan Posisi Sambungan Sudut ........ 49
ix
x
DAFTAR TABEL
Halaman
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1. Studi Pustaka
Penulis mengumpulkan teori dan bahan dari modul Proses Produksi yang
menyangkut permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan.
2. Studi Lapangan
Penulis mengamati dan mengambil data yang telah dilakukan di
laboratorium teknik mesin dasar pada saat kegiatan praktikum.
3
3. Metode Gabungan
Yaitu penulisan menggunakan kedua metode tersebut di atas dalam
penyusunan laporan akhir.
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan saran, kesimpulan data tersebut
diperoleh dari proses selama praktikum di laboratorium,
sedangkan saran diperoleh dari praktikan itu sendiri yang
diberikan kepada asisten yang bersifat membangun untuk
kemajuan Laboratorium Teknik Mesin Dasar.
BAB II
LANDASAN TEORI
4
kartel (gerigi) agar tidak lincin pada waktu di pegang. Salah satu atau kedua ujungnya
dibuat runcing membentuk sudut ±30°.
Cara penggunaan alat gores adalah sebagai berikut: Untuk mendapatkan garis lurus di
atas benda kerja, penggores harus dimiringkan membentuk sudut 20° sampai 25°. Dan
Tekan penggores pada benda kerja. Condongkan penggores kearah maju. Untuk
mendapatkan garis lurus ataupun sudut siku, maka kita juga perlu menggunakan alat
bantu seperti mistar baja ataupun penggaris siku.
2.2.3 Kikir
Kikir terbuat dari baja karbon tinggi yang ditempa dan disesuaikan dengan
ukuran panjang, bentuk, jenis dan gigi pemotongnya. Adapun fungsi utama dari kikir
adalah untuk mengikir dan meratakan permukaan benda kerja, Ukuran panjang sebuah
kikir adalah panjang badan ditambah dengan tangkainya.
Derajat kekerasan kikir adalah kasar, setengah kasar dan sangat halus. Guratan
tunggal dipergunakan untuk mengikir logam lunak. Guratan ganda dipergunakan untuk
pekerjaan yang bersifat umum. Satu set guratan membuat sudut 45°, yang lain 70°,
kedua-duanya terhadap sumbu memanjang kikir. Guratan parut digunakan untuk
pekerjaan kasar pada bahan lunak, misalnya alumunium.
2.2.6 Palu
Palu dipergunakan untuk memukul benda kerja pada pekerjaan memahat,
mengeling, membengkok, dan sebagainya.
1. Mesin Bor Meja, digunakan untuk membuat lubang benda kerja dengan
diameter kecil (terbatas sampai dengan diameter 16mm).
2. Mesin Bor Tangan (Pistol), digunakan untuk melubangi kayu, tembok
maupun pelat logam.
3. Mesin Bor Radial, digunakan untuk pengeboran benda-benda kerja yang
besar dan berat.
4. Mesin Bor Tegak (Vertical Drilling Machine), digunakan untuk
mengerjakan benda kerja dengan ukuran yang lebih besar, dimana proses
pemakanan dari mata bor dapat dikendalikan secara otomatis naik turun.
5. Mesin Bor Koordinat, digunakan untuk membuat/membesarkan lubang
dengan jarak titik pusat dan diameter lubang antara masing-masingnya
memiliki ukuran dan ketelitian yang tinggi.
Hal-hal yang harus diperhatikan pada waktu menggunakan mesin bor:
1. Kelengkapan mesin bor
2. Jenis bahan yang akan di Bor
3. Pelumasan
4. Ukuran garis tengah bor
5. Arah putaran dan kecepatan putaran mesin bor
6. Pencegahan kecelakaan
Hasil pemotongan pelat yang baik dan sesuai menurut kelonggarannya yang
diizinkan dapat dilihat pada gambar berikut. Hasil pemotongan ini menurut pengujian
feeler gauges.
Pada Gambar posisi tuas penekuk diangkat ke atas sampai membentuk sudut
melebihi sudut pembentukan yang dinginkan. Besarnya kelebihan sudut pembengkokan
ini dapat dihitung berdasarkan tebal pelat, kekerasan bahan pelat dan panjang bidang
membengkokkan / penekukan.
Gambar 2.12 Penekuk Plat
C. Proses Pengerolan
Pengerolan merupakan proses pembentukan yang dilakukan dengan menjepit
pelat diantara dua rol. Rol tekan dan rol utama berputar berlawanan arah sehingga dapat
menggerakan pelat. Pelat bergerak linear melewati rol pembentuk. Posisi rol pembentuk
berada di bawah garis gerakkan pelat, sehingga pelat tertekan dan mengalami
pembengkokan. Akibat penekanan dari rol pembentuk dengan putaran rol penjepit ini
maka terjadilah proses pengerolan. Pada saat pelat bergerak melewati rol pembentuk
dengan kondisi pembenkokan yang sama maka akan menhasilkan radius pengerolan
yang merata. Lihat gambar.
Gambar 2.16 Mesin Roll
Contohnya :
Sambungan mur-baut / ulir (screwed join) dan sambungan pasak (keys joint).
2.6.1 Pengertian
Pengelasan adalah suatu proses penyambungan logam menjadi satu akibat panas
dengan atau tanpa pengaruh tekanan atau dapat juga didefinisikan sebagai ikatan
metalurgi yang ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara atom. Mengelas adalah
menyambung dua bagian logam dengan cara memanaskan sampai suhu lebur dengan
memakai bahan pengisi atau tanpa bahan pengisi. Sistem sambungan las ini termasuk
jenis sambungan tetap dimana pada konstruksi dan alat permesinan, sambungan las ini
sangat banyak digunakan.
Keterangan :
a. Sambungan tumpu (butt joint); kedua bagian benda yang akan disambung
diletakkan pada bidang datar yang sama dan disambung pada kedua ujungnya.
b. Sambungan sudut (corner joint); kedua bagian benda yang akan disambung
membentuk sudut siku-siku dan disambung pada ujung sudut tersebut.
c. Sambungan tumpang (lap joint); bagian benda yang akan disambung saling
menumpang (overlapping) satu sama lainnya.
d. Sambungan T (tee joint); satu bagian diletakkan tegak lurus pada bagian yang
lain dan membentuk huruf T yang terbalik.
e. Sambungan tekuk (edge joint); sisi-sisi yang ditekuk dari ke dua bagian yang
akan disambung sejajar, dan sambungan dibuat pada kedua ujung bagian
tekukan yang sejajar tersebut.
a. Las jalur (fillet weld), digunakan untuk mengisi tepi pelat pada sambungan
sudut, sambungan tumpang, dan sambungan T dalam gambar berikut, logam
pengisi digunakan untuk menyambung sisi melintang bagian yang membentuk
segitiga siku-siku.
b. Las alur (groove welds), ujung bagian yang akan disambung dibuat alur
dalam bentuk persegi, serong (bevel), V, U, dan J pada sisi tunggal atau ganda,
seperti dapat dilihat dalam gambar di bawah, pengisi digunakan untuk
mengisi sambungan, yang biasanya dilakukan dengan pengelasan busur dan
pengelasan gas.
c. Las Sumbat dan Las Slot (plug and slot welds), digunakan untuk menyambung
pelat datar seperti dapat dilihat dalam gambar di bawah, dengan membuat satu
lubang atau lebih atau slot pada bagian pelat yang diletakkan paling atas, dan
kemudian mengisi lubang tersebut dengan logam pengisi sehingga kedua bagian
pelat melumer menjadi satu.
Gambar 2.20 (a) Las Sumbat dan (b) Las Slot
d. Las Titik dan Las Kampuh (spot and seam welds), digunakan untuk
sambungan tumpang seperti dapat dilihat dalam gambar di bawah. Las-an titik
adalah manik las yang kecil antara permukaan lembaran atau pelat. Las-an
titik diperoleh dari hasil pengelasan resistansi listrik. Las-an kampuh
hampir sama dengan las-an titik, tetapi las-an kampuh lebih kontinu
dibandingkan dengan las-an titik.
e. Las Lekuk dan Las-an Rata (flange and surfacing welds), Las-an lekuk
dibuat pada ujung dua atau lebih bagian yang akan disambung, biasanya
merupakan lembaran logam atau pelat tipis, paling sedikit satu bagian ditekuk.
Las-an datar tidak digunakan untuk menyambung bagian benda, tetapi
merupakan lapisan penyakang (ganjal) logam pada permukaan bagian dasar.
Keterangan :
1. Daerah lebur, terdiri dari campuran antara logam pengisi dengan logam dasar
yang telah melebur secara keseluruhan. Daerah ini memiliki derajat homogenitas
yang paling tinggi diantara daerah-daerah lainnya. Struktur yang dihasilkan pada
daerah ini berbentuk butir kolumnar yang kasar seperti ditunjukkan dalam
gambar.
2. Daerah antarmuka las, merupakan daerah sempit berbentuk pita (band) yang
memisahkan antara daerah lebur dengan Haz. Daerah ini terdiri dari logam dasar
yang melebur secara keseluruhan atau sebagian, yang segera menjadi padat
kembali sebelumterjadi proses pencampuran.
3. HAZ (Heat Affected Zone), logam pada daerah ini mendapat pengaruh panas
dengan suhu di bawah titik lebur, tetapi cukup tinggi untuk merubah
mikrostruktur logam padat. Komposisi kimia pada HAZ sama dengan logam
dasar, tetapi akibat panas yang dialami telah merubah mikrostrukturnya,
sehingga sifat mekaniknya mengalami perubahan pula dan pada umumnya
merupakan pengaruh yang negatif karena pada daerah ini sering terjadi
kerusakan (mudah patah/retak).
4. Daerah logam dasar tanpa pengaruh panas, daerah ini tidak menagalami
perubahan metalurgi, tetapi karena dikelilingi oleh Haz maka daerah ini
memiliki tegangan sisa yang besar akibat adanya penyusutan dalam daerah
lebur, sehingga mengurangi kekuatannya. Untuk menghilangkan tegangan sisa
tersebut biasa dilakukan perlakuan panas (heat treatment) yaitu memanaskan
kembali daerah las-an tersebut hingga temperatur tertentu, kemudian temperatur
dipertahankan dalam beberapa waktu tertentu, selanjutnya didinginkan secara
perlahan.
Keterangan :
a. Major diameter
Diameter terbesar pada bagian ulir luar atau bagian ulir dalam dari sebuah
sekrup. Sekrup dispesifikasikan oleh diameter ini, juga disebut diameter luar
atau diameter nominal.
b. Minor diameter
Bagian terkecil dari bagian ulir dalam atau bagian ulir luar, disebut juga sebagai
core atau diameter root
c. Pitch diameter
Disebut juga diameter efektif, merupakan bagian yang berhubungan antara baut
dan mur.
d. Pitch
Jarak dari satu ujung ulir ke ujung ulir berikutnya. Juga dapat diartikan jarak
yang ditempuh ulir dalam satu kali putaran.
b. Penyolderan Keras
Penyolderan keras lebih sering digunakan untuk penyambungan pelat-pelat dari
logam berat dan menerima beban yang besar.
Contoh pemakaian:
1. Flens pada pipa.
2. Instalasi pipa tekanan besar.
3. Penyangga dan rangka kendaraan.
4. Tangki uap.
5. Peralatan dari logam keras.
6. Konstruksi dari alat-alat ringan.
3. Penyolderan Celup
Untuk penyolderan lunak atau keras. Bahan tambah dalam bentuk cair
ditempatkan pada sebuah bak. Bisa juga bahan tambahnya berupa larutan garam
yang dipanaskan. Logam yang akan disolder dicelupkan kedalam bak.
2.9 Brazing
2.9.1 Pengertian
Brazing adalah penyambungan dua buah logam atau lebih, baik itu logam sejenis
maupun tidak sejenis dengan menggunakan bahan tambah yang titik cairnya jauh lebih
rendah dibanding dengan titik cair logam yang akan disambung dengan menggunakan
temperature yang rendah. Brasing dapat pula disebut soldering. Welding adalah
penyambungan dua buah logam atau lebih baik itu logam sejenis maupun yang tidak
sejenis dengan menggunakan alat pemanas yang temperaturnya sangat tinggi sehingga
dapat mencairkan kedua logam tersebut dan dapat menyatukan kedua logam tersebut.
b. Silinder Oksigen
Silinder oksigen terbuat dari bahan baja. Bentuknya tinggi langsing. Mempunyai
tekanan isi maksimum 150 kg/cm. Baut serta mur pengikatnya adalah ulir kanan. Botol
ini berisi zat asam (O2) sekitar 40 – 60 liter. Warna botol biru atau hitam.
d. Brander las
Brander las adalah alat untuk mencampur gas asetilin dengan zat asam serta alat
pengatur pengeluaran hasil campuran gas tersebut ke mulut brander.
1. Nyala Karburasi
Nyala karburasi adalah nyala api las yang berlebihan asetilinnya. Nyala api ini
dipergunakan pada proses pengelasan batang- batang permukaan yang keras.
2. Nyala Netral
Nyala api dimana pengaturan pengeluaran oksigen dan asetilin seimbang. Nyala
api ini sering dipergunakan pada pengelasan : baja, baja tahan karat, aluminium dan
tembaga.
3. Nyala Oksidasi
Nyala api las yang berlebihan zat asamnya. Nyala oksidasi ini dapat terjadi
dengan mengurangi pengeluaran asetilin setelah nyala netral. Nyala api ini biasa
dipergunakan untuk pengelasan kuningan atau perunggu.
Perlengkapan Las
Perlengkapan las Oxy – Acetylene tekanan tinggi yang terdiri dari :
1. Tabung asetilin.
2. Tabung Okigen.
3. Pipa hembus dengan pipa pancarnya.
4. Regulator tekanan asetilin.
5. Regulator tekanan oksigen.
6. Pipa karet atau selang (house).
7. Satu set kunci ring/kunci sok.
8. Kaca mata alas.
9. Pemantik/penyulut api (flint lighter).
10. Batang kawat las.
11. Borak (Fluks).
12. Roda dorong (Trolly)
2. Ujung pipa yang telah dibersihkan tadi taburlah dengan borak/fluks yang sesuai
dengan jenis bahan tambah/kawat las yang akan dipergunakan.
3. Masukanlah ujung pipa yang telah dilabur tadi ke dalam lubang pipa yang satunya
(socket) secara tepat dan benarbenar lurus seperti yang diperlihatkan pada gambar
berikut.
5.Setelah selesai pengelasan dinginkan pipa dengan menggunakan kain basah dan
bersihkanlah dengan menggunakan kain lap seperti halnya diperlihatkan
dibawah ini.
Ditemukan pada tahun 1991, proses pengelasan adukan gesek (Friction Stir
Welding) dikembangkan, dan dipatenkan oleh The Welding Institute (TWI) di
Cambridge, kerajaan Inggris.
PROSES KERJA
a. Jangka Sorong
Untuk mengukur diameter, panjang, ketebalan benda kerja.
b. Kikir
Untuk menghaluskan dan meratakan bagian ujung benda kerja agar tidak
tajam.
c. Warepack
Sebagai Standard Operasional Pekerjaan (SOP) di bengkel.
d. Mesin Las
Mesin yang digunakan untuk mengelas benda kerja.
e. Topeng/Kacamata las
Untuk melindungi mata dari radiasi cahaya api las yang bisa merusak
mata, serta melindungi wajah dari percikan bunga api ketika mengelas.
f. Tang
Untuk menjepit benda kerja ketika suhu benda kerja panas.
g. Sarung Tangan
Untuk melindungi tangan dari percikan api dan dari sayatan pisau gerinda
ketika menggerinda.
44
45
h. Meja pengelasan
Sebagai tempat dudukan pada saat proses pengelasan
i. Palu
Untuk memukul benda yang permukaannya kurang rata dan juga untuk
memukul bagian yang sudah dilas sehingga hasil las lebih bersih.
j. Ragum Tangan
Untuk menjepit benda kerja yang akan dikikir, digerinda, digergaji, dan
dipukul dengan palu.
k. Mesin gerinda
Untuk memotong, meratakan permukaan, dan menghaluskan permukaan
benda kerja.
l. Penggaris siku-siku
Untuk membuat posisi plat menjadi siku sehingga hasil yang didapatkan
lebih presisi.
m. Meteran
Untuk mengukur panjang benda kerja yang akan digunakan.
3.2.1 Bahan
1. Plat Besi
Sebagai bahan dasar pembuatan benda kerja.
3.2.2 Alat
1. Jangka Sorong
47
3.3.1 Bahan
Bahan yang harus di persiapkan adalah plat besi yang berukuran P : 100
mm dan L : 27 mm dan persiapkan pula media penyambungan yaitu filler metal.
3.3.2 Alat
1. Kaca mata las
Berfungsi untuk melindungi mata dari kontak langsung dengan proses
pengerjaan las.
2. Sarung tangan
Berfungsi melindungi tangan dari panasnya ketika proses pengerjaan
pengelasan.
3. Mistar
Berfungsi untuk mengukur plat yang akan dip roses (di las) baik panjang
maupun lebar untuk data di laporan.
4. Tang
Berfungsi untuk mengambil benda kerja yang dalam keadaan panas untuk
di dinginkan maupun di pindahkan posisinya.
5. Gerinda
50
4. Letakan benda kerja pada meja pengelasan dengan posisi yang di inginkan
praktikan.
5. Buka katup regulator agar gas dapat mengalir ke brander las
Setel banyaknya campuran pada brander las tersebut,dengan nyala api
yang sesuai untuk peyambungan.
6. Setelah mesin las menyalala siapkan pula filler metal sebagai media
penyambung,panaskan plat dan filler steel secara bersamaan sampai filler
steel meleleh dan menutupi permukaan sambungan kedua plat.
7. Jika proses pengelasan telah selaesai,dingikan benda kerja dengan air
keran.
8. Setelah dingin benda kerja di gerinda bagian permukaannya agar di dapat
hasil yang maksimal
9. Jika praktikum sudah selesai bersihkan area kerja dan bereakan semua
peralatan kemudian melapor pada asisten lab.
3.4.1 Bahan
1. Plat aluminium
Sebagai benda kerja yang akan disambung dengan ukuran P : 60 mm dn L
: 25 mm di buat sebanyak dua buah dengan ukuran yang sama.
3.4.2 Alat
1. Jangka Sorong
Untuk mengukur diameter, panjang, ketebalan benda kerja.
2. Gergaji besi
Untuk memotong benda kerja.
52
3. Kikir
Untuk menghaluskan dan meratakan bagian ujung benda kerja agar tidak
tajam.
4. Warepak
Sebagai Standard Operasional Pekerjaan (SOP) di bengkel.
5. Mesin CNC milling
Mesin yang digunakan untuk memutar PIN yang akan memakan dan
meluluhkan bagian yang akan dilas
6. Jig
Sebagai dudukan bahan
7. Holder
Sebagai penjepit / rumah ragum
8. PIN
Untuk memakan benda kerja
9. Kunci pas 10mm
Untuk mengunci dan melonggarkan baut yang mengunci benda kerja di jig
10. Tang tangan
Untuk menjepit benda kerja ketika suhu benda kerja panas.
11. Sarung Tangan
Untuk melindungi tangan dari percikan api dan dari sayatan pisau gerinda
ketika menggerinda.
12. Palu
Untuk memukul benda yang permukaannya kurang rata .
13. Ragum Tangan
Untuk menjepit benda kerja yang akan dikikir, digerinda, digergaji, dan
dipukul dengan palu.
14. Mesin gerinda
Untuk memotong, meratakan permukaan, dan menghaluskan permukaan
benda kerja.
15. Kacamata
53
Pada proses las brazing benda kerja yang di butuhkan bukan berupa plat
lagi melainkan dengan menggunakan pipa tembaga,bahan yang di perlukan untuk
melakukan proses las brazing adalh pipa dengan D : 15 mm dan, P : 45 mm
3.5.1 Bahan
Bahan yang perlu di persiakan adalah dua potong pipa kecil dengan
panjang seperti di atas dan filler metal sebagai media penyambungnnya.
3.5.2 Alat
1. Sarung tangan
Berfungsi untuk melindungi tangan dari kontak langsung dengan proses
pengerjaan las brazing.
2. Ragum
Berfungsi untuk menjepit benda kerja yang berupa pipa tersebut.
55
3. Tang jepit
Berfungsi untuk menjepit benda kerja yang akan di sambungkan tersebut
4. Filler metal
Berfungsi sebagai media penyambungan plat.
5. Korek api
Berfungsi sebagat start nyala api pertama pada proses pengelasan ini
6. Mesin gerinda
Berfungsi sebagai finishing dari benda kerja yang kita buat.
7. 1 unit mesin Las brazing
a. Torch
Berfungsi sebagai kepala pengatur besar kecilnya nyala api yang
akan di gunakan dalam pengelasan.
b. Regulator
Berfungsi mengatur banyaknya gas yang di keluarkan dalam poses
pengelasan.
c. Tabung las brazing
Berfungsi menampung gas dalam proses pengelasan ini.
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
57
58
1. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan waktu yang tepat maka
diperlukan alat-alat yang lebih lengkap dan gunakan peralatan yang
masih dalam kondisi baik.
2. Kebersihan laboratorium harus tetap terjaga dengan baik, guna
menjadikan laboratorium teknik mesin dasar yang aman dan nyaman
untuk kepentingan bersama.
3. Untuk yang terlibat dalam praktikum baik praktikan maupun asisten
dosen harus menjalin komunikasi yang baik, apabila ada kesulitan
dalam praktikum bisa saling membantu.
DAFTAR PUSTAKA