(STIMULASI SENSORIK)
A. Latar Belakang
Seiring dengan meningkatnya umur harapan hidup yang ditandai dengan banyaknya
lanjut usia (lansia) yang hidup di tahun 2000 sebanyak 9,99 % dari 22.277.700 jiwa
penduduk Indonesia dan diperkirakannya umur harapan hidup tersebut akan meningkat
pada tahun 2020 bagi kelompok umur 65 -70 tahun menjadi 11,09 % dari 29.120.000 jiwa
penduduk Indonesia. Sesuai dengan program pemerintah yang menetapkan umur harapan
hidup yaitu 65 tahun diharapkan lansia dapat tetap mempertahankan kesehatannya agar
tetap produktif dalam kehidupannya. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi
proses penuaan secara alamiah. Hal ini tentu saja menimbulkan masalah fisik, mental,
sosial, ekonomi, terutama psikologis (Anonim, 2011).
Panti sosial tresna werdha merupakan salah satu tempat pengasuhan lansia yang
memerlukan perhatian khusus, karena lansia mengalami penurunan fungsi, terutama fungsi
panca indra. Selain itu penghuni panti ini juga jauh dari keluarga dan kerabat dekat. Oleh
karena itu perlu adanya kegiatan yang dapat memicu semangat penghuni panti sehingga
jauh dari kesepian dan dapat menstimulasi panca indera lansia, salah alah satu contoh
kegiatan yang dapat dilakukan adalah kegiatan permainan sehingga lansia dapat menikmati
kehidupan senja yang lebih bermakna dan lebih berarti. Dengan adanya terapi aktivitas
kelompok ini diharapkan semua penghuni panti dapat meningkatkan rasa kebersamaan dan
meningkatkan rerspon sensorik terhadap stimulus yang diberikan (Semium, Yustinus,
2010).
1
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
C. Landasan Teori
Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan satu dengan yang
lainnya serta mempunyai norma yang sama. Fungsi kelompok secara umum diantaranya
setiap anggota kelompok dapat bertukar pengalaman, memberikan pengalaman dan
penjelasan kepada anggota yang lain dan merupakan proses menerima umpan balik
(Gunawan S, Nardho, 2010).
Terapi aktivitas kelompok adalah metode yang efektif dalam menyelesaikan suatu
masalah serta memiliki keuntungan diantaranya mendapat dukungan, pendidikan dan
meningkatkan kamampuan dalam menyelesaikan masalah. Penggunaan kelompok dalam
praktek keperawatan gerontik memberi dampak positif dalam pencegahan, pengobatan dan
terapi pemulihan kesehatan lansia melalui terapi aktifitas kelompok. Salah satu bentuk dari
terapi aktivitas kelompok adalah dengan stimulus sensorik. Perawat sebagai pimpinan
kelompok dapat menilai respon klien selama berada dalam kelompok.
Pada dasarnya terapi aktivitas kelompok telah dipergunakan dalam praktek kesehatan
gerontik yang juga merupakan bagian terpenting dari keterampilan terapeutik dalam
keperawatan. Terapi aktivitas kelompok sebagai metode yang efektif dan efisien untuk
menyelesaikan masalah. Terapi aktifitas kelompok pada klien yang menghuni wisma
adalah sangat penting untuk merangsang respon sensorik klien terhadap stimulus yang
diberikan yang akan berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari (Sunaryo, Wijayanti
Rahayu, Maisje Marlin Kuhu dkk, 2016).
2
D. Kriteria Klien
E. Proses Seleksi
Orientasi
a. Salam teraupetik
3
3. Menanyakan nama dan panggilan memperhatikan
semua klien Menjawab pertanyanan
dan memperhatikan
b. Evaluasi / validasi
4
5. Setelah semua klien selesai menggambar Mengungkapkan
terapis meminta masing-masing klien pendapat
untuk memperlihatkan dan menceritakan
gambar yang telah dibuatnya kepada
klien lain.
6. Setiap kali klien selesai menceritakan Mendengarkan dan
gambarnya, terapis mengajak klien lain tepuk tangan
bertepuk tangan.
7. Memberikan reinforcement positif Mendengarkan
3 5 menit Terminasi
G. Penggornisasian Kelompok
5
Observer :
1. Febri Annesa
2. Dwita Ayunda Syama
3. Enggi Prasetyo
4. Mona Andini
Fasilitator :
1. Putri Gusman
2. Melenia Gusnita
3. Arna Prita
4. Atika Sukma
5. Febria Nofita
6. Resti Okvi Wahyuni
7. Witra Sofiana
8. Taufik Muslim
6
2. Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang.
3. Menjelaskan aturan kegiatan yang akan dilakukan.
1. Mengobservasi persiapan dan pelaksanaan terapi aktivitas kelompok dari awal sampai
akhir.
2. Mencatat semua aktivitas dalam terapi aktivitas kelompok.
3. Mengobservasi perilaku pasien baik verbal maupun non verbal.
1. Menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam kegiatan terapi aktivitas
kelompok.
2. Mengatur teknik kegiatan terapi aktivitas kelompok.
3. Memotivasi peserta dalam terapi aktivitas kelompok.
4. Membimbing peserta selama permainan diskusi.
5. Menjadi contoh dalam kegiatan.
1. Kertas gambar
2. Krayon
3. Pulpen
I. Setting Tempat
7
Keterangan :
Leader :
Co-Leader :
Observer :
Fasilitator :
Peserta :
J. Proses Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
b. Evaluasi Proses
1. Tepat waktu
2. Terapis berfungsi sesuai dengan tugas dan peranan masing-masing
3. Terapis mengantisipasi hal yang tidak dikehendaki selama terapi berlangsung
4. Terapi dilaksanakan sesuai dengan susunan kegiatan yang telah di tentukan
5. Klien dapat melaksanakan atau mengikuti terapi dengan baik
c. Evaluasi Hasil
K. Penutup
Demikianlah proposal ini kami ajukan dalam rangka memenuhi tugas Praktek
Keperawatan Gerontik di Panti Tresna Werdha. Atas perhatian dan kesempatan yang
diberikan kami ucapkan terimakasih.
8
Padang, 26 Desember 2019
Ketua Kelompok
(….....……………..)
Disetujui Oleh :