Anda di halaman 1dari 24

CONSTRUCTION METHOD

FONDASI CAKAR AYAM

I. UMUM

Dalam dekade-dekade terakhir ini , banyak sistem fondasi baru telah


dikembangkan dengan menggunakan berbagai ide dan jemis peralatan
baru .
Pengembangan teknologi dibidang fondasi bangunan , mempunyai tujuan
untuk memperoleh daya dukung yang lebih besar , pelaksanaan yang
cepat , dan mudah serta biaya yang lebih murah dalam pelaksanaannya .
Pada umumnya , pengembangan teknologi fondasi tetap berorientasi
terhadap lapisan tanah keras . Sehingga bila lapisan keras dari tanah
terletak dalam sekali , maka berkembang jenis fondasi dalam .
Tidak seperti halnya dengan teknologi fondasi cakar ayam , yang justru
memilih pengembangan kemampuan daya dukung fondasi pada tanah
dangkal yan kondisinya lunak / lembek , yang selama ini dihindari .

1. Sejarah singkat Fondasi Cakar Ayam


Fondasi sistem cakar ayam ini , ditemukan oleh ( Alm.) Professor Dr. Ir.
Sedijatmo ( baca: Sediyatmo ) di tahun 1961 . Pada waktu itu , beliau
sedang menangani pembangunan menara transmisi listrik tegangan
tinggi di daerah Ancol yang berupa rawa-rawa .
Waktu pelaksanaan begitu mendesak , sehingga beliau harus
menemukan cara baru , untuk mengganti fondasi dalam , berupa tiang
pancang yang dalam pelaksanannya sulit , karena harus memobilisasi
alat pancang pada daerah yang berawa . Bangunan menara tersebut ,
diperlukan untuk mentransfer aliran listrik dari Priok ke daerah
bangunan-bangunan Asian Games di Jakarta Selatan ( sekarang daerah
Senayan ) .

1
Konon kabarnya , ide tersebut ( fondasi cakar ayam ) , timbul dari
pemikiran ketika Professor Sedijatmo melihat pohon kelapa , yang
begitu tinggi dengan beban yang berat , tetapi mampu ditahan oleh akar-
akar yang kecil .
Rahasia alam ini , dianalisis oleh Professor Sedijatmo , kemudian ter-
ciptalah ide sistem fondasi yang akhirnya diberi nama “ Cakar Ayam “ .
Didalam bahasa Inggris , diterjemahkan menjadi “ Chiken feet
Foundation “ .
Pada awalnya sesuai dengan tujuan saat sistem ini ditemukan ,
pelaksanaannya cukup dilakukan dengan tenaga manusia , secara
manual . Tetapi sejak sistem ini digunakan untuk fondasi landasan pacu
Bandara Soekarno-Hatta di Cengkareng , ide penggunaan dengan
tenaga manusia secara manual ini , menjadi hambatan , karena
banyaknya pipa beton yang harus ditanam , yaitu berjumlah kurang lebih
200,000 buah . Bila mempertahankan metoda secara manual , dalam
pelaksanaan fondasi cakar ayam , maka akan memerlukan tenaga kerja
yang banyak dan memerlukan waktu yang cukup panjang . Oleh karena
itu timbullah ide baru untuk cara pelaksanaan fondasi ini dengan
menggunakan peralatan konstruksi yang merupakan modifikasi darai
Excavator . Ada dua jenis alat , yaitu alat yang digunakan untuk
menggali disebut dengan CHADU ( singkatan dari Cengkareng
Hydraulic Auger Unit ) , dan alat yang digunakan untuk memasukkan
pipa beton kedalam tanah , yang disebut CHUPP ( singkatan dari
Cengkareng Hydraulic Pipe Pressed ) .

2. Struktur fondasi Cakar Ayam


Struktur fondasi Cakar Ayam ini terdiri dari sebuah slab beton bertulang
dengan ketebalan 10 sampai 15 cm , tergantung dari beban yang harus
dipikul dan kondisi tanah tempat terletaknya fondasi . Dibawah beton
slab bertulang itu , dihubungkan dengan pipa-pipa beton secara monolit
pada jarak antar sumbunya sebesar 200 sampai 250 cm .

2
Sedangkan pipa –pipa beton tersebut , berukuran standar sebagai
berikut :
 Panjang pipa antara 150 sampai 350 cm
 Diameter ( luar ) pipa adalah 120 sampai 150 cm
 Tebal dinding pipa adalah 8 cm
Tulangan pipa adalah tunggal dan tulangan slab adalah rangkap .
Fondasi sistem ini , paling ekonomis bila diterapkan pada tanah yang
mempunyai daya dukung antara 1,50 sampai 3,50 ton / m 2 .
Hubungan antara slab dan pipa dapat dilihat pada sket dibawah ini :

Slab O 12 mm - 15 cm

15

15
O 12 mm - 15 cm

Pipa beton
O 12 mm - 12,5 cm

120

O 8 mm - 15 cm

3
3. Ide dasar
Ide dasar dari fondasi cakar ayam ini adalah memanfaatkan sifat tanah
yang hingga sekarang belum banyak dimanfaatkan oleh jenis fondasi
yang lain , yaitu “ tekanan tanah pasif “ .
Slab beton yang tipis ini seolah-olah mengambang diatas tanah dan
kekuatannya diperoleh dari pipa-pipa yang ada dibagian bawah .
Pipa-pipa tersebut tetap tegak / vertikal , karena adanya tekanan tanah
pasif . Kombinasi ini membuat slab dan pipa didalam tanah , merupakan
suatu struktur yang kaku dan tidak mudah dibengkokkan .
Perbandingan coventional slab dan cakar ayam construction dapat
dilihat pada sket dibawah ini :

Conventional slab

Tanah lembek

Tanah lembek

4
Cakar ayam slab

Tekanan
tanah pasif

Tanah lembek

M P M

M1 M1

Tanah lembek

4. Prinsip perhitungan
Prinsip perhitungan ini dimaksudkan untuk menambah pengertian kita
pada fondasi sistem ini . Pada sket dibawah ini , menunjukkan dengan
jelas gaya dan momen-momen dibawah slab yang disebabkan oleh
muatan terpusat eksentris Q diatas slab .
Muatan eksentris Q dapat diganti dengan muatan terpusat Q 1 ditengah-
tengah slab dan momen M = Q2 x ½ L , dimana L adalah lebar dari slab
dan Q = Q1 .

5
Karena muatan Q1 terpusat , maka akan timbul tekanan reaksi yang
merata dari tanah sebesar q = Q 1 / L , sedangkan momen M , akan
diimbangi oleh momen m = 2/3 x P x h , dimana P yang ditimbulkan oleh
tekanan tanah pasif yang bekerja pada tiap-tiap pipa , sehingga M = m .
Atau dapat diperoleh persamaan sebagai berikut :

½ Q . L = 2/3 P . h

disini “ h “ adalah tingginya pipa .


Karena gaya dan momen-momen inilah salab tetap datar , sedangkan
dibawah slab ada tegangan tanah terbagi rata , sekalipun ada muatan Q
yang eksentris .
Pada sket dibawah uraian ini , menunjukkan bentuk dari tekanan reaksi
tanah yang disederhanakan berbentuk trapezium , yang disebabkan
oleh dua buah Truck yang berdampingan diatas jalan . Juga bentuk dari
tekanan tanah pasif terhadap pipa-pipa .
Trapezium q1 ( yang diarsir ), adalah tekanan reaksi dari tanah yang
disebabkan oleh dua buah Truck yang beratnya masing-masing 20 ton ,
sedang Trapezium q2 ( yang tidak diarsir ) adalah yang disebabkan oleh
dua Truck yang beratnya masing-masing 40 ton . Disini kelihatan ,
bahwa tambahnya beban tidak memperbesar tekanan reaksi tanah ,
tetapi melebar . Jadi , slab dihitung atas dasar q 1 , yang ditentukan
sebelumnya , misal 500 kg / m2 .
Keuntungan dari sistem ini , yang sangat penting adalah , bahwa
bertambahnya beban lalu lintas akan terbagi rata pada luas jalan yang
lebih besar .
Dapat disebutkan disini bahwa menurut perhitungan tebal slab pada
sistem ini , hanyalah 8 cm saja , sekalipun ia harus menahan beban
yang relatif sebesar 500 kg / m2 .

6
Q Q Q1
L ½L ½L

2/3 h
h m m P m P m P

b b b b
a a a a
M = ½ .Q.L m = 2/3 P . h
Section A -- A
M= Σ m Q1 / L = q

A C

B B

A C

q2 q1 q1 q2

Section B -- B

Section C-- C

7
II. CONSTRUCTION METHOD

Seperti dijelaskan pada Bab I , pada mulanya , cara pelaksanaan fondasi


cakar ayam ini dilakukan secara manual , tanpa melibatkan peralatan
konstruksi yang besar . Tetapi sejak ditemukannya methode pelaksanaan
secara masinal dengan menggunakan peralatan konstruksi , yaitu pada
saat pelaksanaan fondasi cakar ayam di Landasan Soekarno – Hatta ,
maka sejak itu , untuk pekerjaan fondasi cakar ayam dengan skala besar ,
menggunakan cara masinal . Untuk pekerjaan kecil , masih lebih cocok
menggunakan metode secara manual . Apalagi kalau lokasi pekerjaan
terletak ditempat yang sulit ditempuh oleh alat-alat berat , seperti dirawa-
rawa , atau dipegunungan tinggi .

1. Cara manual
Untuk bangunan-bangunan yang menggunakan fondasi sistem ini , yang
terletak didaerah terpencil atau pada daerah rawa-rawa yang sulit
dijangkau oleh peralatan besar konstruksi , seperti menara transmisi
tegangan tinggi yang terletak dirawa-rawa , atau di persawahan basah ,
atau dipegunungan yang tinggi , maka cara manual akan lebih sesuai
karena lebih murah .
Cara manual cukup dilayani oleh peralatan konstruksi yang sederhana ,
misal beton molen ( concrte mixer ukuran kecil ) , dan tukang batu biasa
Urut-urutan pelaksanaan secara manual , dapat dijelaskan sebagai
berikut :
 Daerah letak fondasi dibersihkan dari tanah humus dan bila perlu
ditimbun pasir serta diratakan .
 Pasang titik-tititk pengukuran , untuk menetapkan posisi letak
masing-masing pipa
 Dicor lean concrete setebal 10 cm , dengan mengosongkan
bagian-bagian yang akan dipasang pipa , dengan menggunakan
bekisting yang berbentuk kerucut terpancung

8
Permukaan lean concrete

Timbunan pasir

 Diatas lobang lean concrete , didirikan bekisting ( formwork ) pipa


cakar ayam bagian dalam , dan dicheck kembali apakah posisi
pipa sudah benar .

Bekisting
dalam

Lean concrete

Timbunan pasir

9
 Dipasang penulangan pipa ( sediakan besi untuk stater bar
penyambung dengan slab natinya , baru kemudian ditutup
dengan bekisting pipa bagian luar. Bekisting diperkuat agar
selama pengecoran tidak berubah bentuk dan berubah posisi .
Pembuatan bekisting sebaiknya menggunakan sistem knock
down , karena akan dipakai berulang kali .

Tulangan pipa

Bekisting
luar
Perkuatan

Timbunan pasir

 Dicor beton pipa , dengan melakukan penggetaran seperlunya


agar tidak terjadi honey comb ( kropos ) . Perhatikan Mix Design
untuk mencapai kualitas pipa beton yang diminta .
 Setelah beton cukup keras , bekisting dibongkar . Bila diperlukan
perbaiki mutu pipa sebelum diturunkan kedalam tanah .
Tulangan pipa

Timbunan pasir

10
 Pipa beton diturunkan kedalam tanah dengan cara menggali
tanah bagian dalam pipa , sehingga karena beratnya sendiri dari
pipa , maka pipa akan bergerak turun kebawah . Usahakan agara
pipa turun dengan posisi tetap tegak . Toleransi kemiringan
adalah 1 : 20 dan toleransi pergeseran as kurang dari 10 cm .

Digali

 Setelah pipa diturunkan sesuai elevasinya , maka pipa bagian


dalam diiisi kembali dengan tanah bekas galian dengan
dipadatkan seperlunya ( lapis demi lapis ) . Bagian atas timbunan
kembali tersebut ditutup lean concrete , dengan elevasi 15 cm
dibawah lean concrete slab . Bila terjadi rongga antara pipa
dengan tanah bagian luar , harus diisi dengan pasir .

Timbunan
kembali

11
 Setelah semua pipa tertanam dengan baik , dipasang tulangan
untuk slab ( perhatikan bila ada embeded part yang harus
tertanam dalam beton ) , termasuk memasang strater bar untuk
kolom , maka dilakukan pengecoran slab , dengan menjaga posisi
starter bar kolom .

Slab C.A

Pipa C.A

Karena tekanan tanah pasif adalah sangat penting untuk menjaga


kekakuan slab , maka harus dijaga agar tanah diluar pipa tidak
terganggu ( undisturb ) , sehingga kontak langsung antara dinding luar
pipa dengan tanah tetap dapat terpelihara .
Untuk tanah yang lembek , hal ini tidak sulit .

12
2. Cara masinal
Yang dimaksud dengan cara masinal adalah , bila proses
pelaksanaannya di dominasi oelh penggunaan mesin / peralatan .
Untuk proyek dengan skala besar dan memerlukan waktu yang singkat ,
cara manual jelas tidak dapat diharapkan . Karena disamping banyak
memerlukan tenaga kerja juga akan berakibat tidak terjaminnya kualitas
pekerjaan . Oleh karena itu , untuyk proyek yang seperti itu , lebih tepat
menggunakan cara masinal .
Peralatan yang digunakan untuk pelaksanaan fondasi cakar ayam ini
adalah merupakan hasil inovasi teknologi dibidang peralatan konstruksi ,
yaitu pada saat pelaksanaan Bandara International Soekarno- Hatta , di
Cengkareng , tahun 1990 , yang menggunaklan pipa cakar ayam
sebanyak 200,000 buah .
Ada dua alat khusus , yang merupakan modifikasi dari Excavator , yang
diberi nama CHADU dan CHUPP .
Chadu , adalah alat yang mempunyai fungsi untuk membuat lobang
dalam tanah yang berbentuk seperti cincin , dengan ketebalan kurang
lebih 8 cm , dan sedalam panjang pipa yang akan ditanam . Lobang ini
dimaksudkan untuk memasukkan pipa cakar ayam . Sedangkan Chupp
adalah alat yang mempunyai fungsi untuk memasukkan / menancapkan
pipa cakar ayam ke dalam lobang yang telah dibuat oleh Chadu .
Dengan demikian kedua alat ini bekerja secara bersama-sama.
Sepasang alat ini dapat memasang kurang lebih 200 pipa dalam satu
hari.
Urut-urutan pelaksanaan pekerjaan secara masinal , dapat diuraikan
sebagai berikut :
 Diselesaikan pekerjaan persiapan , antara lain drainage lingkung-
an , acces road , site facilities .
 Daerah letak fondasi dibersihkan dari humus dan digali seper-
lunya ( bila perlu untuk mencapai elevasi ) , dan ditimbun dengan
pasir setebal rata-rata 40 cm , serta diratakan .

13
 Pada setiap titik pusat letak pipa , ditancapkan besi beton sebagai
pemegang dan sekaligus untuk pedoman letak forwork yang
berupa kerucut terpancung , untuk persiapan pengecoran lean
concrete . Dengan dipandu oleh juru ukur .
 Formwork yang berupa kerucut terpancung ( dibuat dari baja ,
yang dibagian tengahnya disediakan lobang ) tersebut dipasang
pada batang-batang besi yang telah ditancapkan .

Rencana Lean concrete Form work

Timbunan pasir

Batang besi pengatur


letak formwork

 Dicor lean concrete setebal 15 cm , dengan mutu beton yang


cukup , agar dapat berfungsi sebagai jalan kerja bagi Chadu ,
Chupp , dan Dump Truck , yang bekerja diatasnya .
 Setelah semua form work di check kembali posisinya , maka
dilakukan pengecoran lean concrete seluas slab fondasi dan
diratakan . Lean concrete tetap dipelihara sampai dapat dilewati
alat .
 Bila lean concrete telah cukup keras , formwork dilepas dan
meninggalkan daerah berlobang ( tanpa lean concrete ) untuk
tempat masuknya pipa .
Lean concrete

Timbunan pasir

14
 Alat Chadu mulai dioperasikan untuk membuat lobang yang
berbentuk cincin . Tanah-tanah bekas galian segera diangkut
keluar , agar tempat tetap bersih .

CHADU

Lobang yg
dihasilkan
( cincin)

 Arah operasi Chadu berjalan mundur dan selalu diikuti dengan


alat Chupp , yang segera menancapkan pipa beton kedalam
lobang yang selesai dikerjakan oleh Chadu . Dengan demikian
alat Chupp juga selalu dilayani oleh Flat Truck pengangkut pipa .

Penjepit CHUPP
Pipa C.A

Pipa C.A
Pipa C.A
terpasang

15
 Chupp , mengambil pipa dengan cara dijepit , kemudian
dimasukkan kedalam lobang , dengan cara menekan sampai ke
elevasi yang direncanakan . Pada kenyataannya sering pipa tidak
perlu ditekan , tetapi dilepaskan dari ketinggian tertentu , dengan
cara melepaskan jepitannya .
 Rongga antara pipa dengan lobang galian Chadu yang ada diisi
dengan pasir ( di grout dengan pasir ) , untuk menjamin kontak
yang sempurna antara tanah dengan pipa cakar ayam .
 Kemudian areal kerja dibersihkan dari sisa-sisa tanah , untuk
persiapan pengecoran slab .

Bersamaan / sebelum proses kegiatan dilapangan , dilakukan fabrikasi


pipa beton di pabrik pipa yang Plantnya terletak tidak jauh dari lokasi ,
untuk menjamin pemasokan pipa . Tiap Line pada pabrik pipa , terdiri
dari dua pipa , dan pembuatan tiap pipa beton diperlukan total waktu
kurang lebih 15 menit .
Pabrik pipa dapat terdiri dari empat line produksi .
Urut-urutan produksi pipa beton , dapat diuaraikan sebagai berikut :
 Penulangan pipa dari wire mesh yang sudah disiapkan ,
dimasukkan ke cetakan yang telah siap di line produksi .
 Cetakan luar dimasukkan dari atas , kemudian pengecoran
dilakukan dengan bantuan conveyor dan hoper yang dapat
digerakkan keatas cetakan pipa . Beton dicampur dengan slump
nol
 Pemadatan beton dilakukan dengan cara menggetarkan cetakan ,
sambil melepas cetakan luarnya .
 Pipa dengan cetakan dalamnya segra diangkat dengan Forklift ,
dan dipindahkan ketempat pengeringan .
 Di line produksi , dipasang kembali cetakan dalam , untuk proses
produksi berikutnya .

16
 Bila pipa beton sudah cukup keras ( selama pengeringan selalu
dipelihara dengan penyiraman air ) , pipa diangkat dan
dipindahkan ketempat stock yard untuk kemudian dimasukkan ke
atas Flat Truck untuk diangkut ke site penancapan .
Pipa cakar ayam

Urut-urutan pelaksanaan pekerjaan pengecoran slab , dapat diuraikan


sebagai berikut :
 Setelah areal kerja dibersihkan , dipasang penulangan slab
dengan menggunakan wire mesh dua lapis ( penulangan kurang
lebih 60 kg / m3 beton ) . Starter bar dari pipa beton ditekuk ,
sampai dibawah tulangan atas slab .

Penulangan slab

 Pengecoran slab dilakukan dengan peralatan yang disebut


“Concrete Train “ atau “ Concrete Paver “ . Selama proses

17
pengecoran beton dipadatkan dengan peralatan yang menyatu
dengan Concrete Paver yang bersangkutan .

 Menjelang beton slab keras , dilakukan pembuatan textrure


permukaan dengan persyaratan skid tertentu ( tidak terlalu halus ,
tetapi juga tidak terlalu kasar )
 Untuk pemeliharaan beton slab , sesudah pengecoran permu-
kaan beton dilindungi dengan cairan kimia yang disemprotkan .
 Untuk melokalisasi terjadinya keretakan slab , dibuat “ dummy
contraction joint “ , setelah beton keras , dengan cara mengger-
gaji ( kurang lebih 15 m x 15 m ) . Kemudian lobang gergajian
tersebut ditutup dengan sealent .
Dummy joint Dummy joint diisi sealent

Slab Slab

Lean concrete Lean concrete

Flow chart proses konstruksi , cakar ayam dapat digambarkan ,


sebagai berikut :

18
Lean
Sand Working access / Plat concrete
Form
Survey
Location C.F Pipe
factory
CHADU :
Ring Excavation
Chicken
feet Pipe
CHUPP :
C.F instalation
Survey Sand
Levelling
Sand fill

Steel Bar

Install Slab
reinforcement
Concrete

Concrete pouring

III. FUL SCALE TEST

19
Pada saat akan dilaksanakannya fondasi cakar ayam untuk landasan pacu
Soekarno – Hatta di Cengkareng , dilakukan pengetesan lebih dahulu
terhadap struktur fondasi cakar ayam . Percobaan full scale test ini dilaku-
kan untuk dapat meyakinkan , pihak Asing ( dalam hal ini pihak Perancis ) ,
yang memang belum mengenal struktur ini .
Untuk itu , dibuat test laboratorium khusus , persis seperti gambar design
struktur sebenarnya ( dengan skala 1 : 1 ) . Sejumlah gauges dan alat-alat
ukur dipasang didalam dan dibawah slab untuk memungkinkan memonitor
perilaku dari bagian-bagian struktur ini .
Juga dipasang test muatan dengan menggunakan hydraulic jack pada
empat plat yang menggambarkan tapak roda ( tire print ) dari sebuah
pesawat Boeing B- 747 . Ini meniru ( menstimulate ) sebuah landing gear
dari Jumbo Jet tersebut . Dipasang dua set Jacks semacam ini , pada jarak
yang sama dengan jarak landing sebenarnya .
Hasil test dapat disimpulkan sebagai berilkut :
 Arah dari komposisi muatan sehubungan dengan posisi pipa-pipa
cakar ayam , tidak menjadi masalah .
 Muatan statis pada dua buah landing gear yang sebesar 90 ton
masing-masing ( ini sama dengan muatan penuh dari pesawat
Boeing B- 747 ) , memberikan defleksi tidak lebih dari 2,54 milimeter
 Beban berulang pada dua landing gear @ 90 ton masing-masing
dengan repetisi 1000 ( seribu ) kali per menit , memberikan defleksi
2,348 mili meter ( ± 0,64 mm ) .
 Beban statis pada satu roda ( ¼ dari satu landing gear ) sebesar 150
ton , memberikan defleksi pada slab 10 mm tanpa terjadi keretakan .
Beban ini , dapat disamakan dengan 1 main gear dengan beban
±450 ton .
 Test beban ini , menyimpulkan bahwa perkerasan konstruksi sistem
cakar ayam dapat dibebani muatan tiga kali berat Full loaded B – 747
atau lebih , dengan tanpa masalah .
IV. DAFTAR PENERAPAN CAKAR AYAM

20
Suatu inovasi teknologi , seperti contohnya fondasi cakar ayam , baru akan
bermanfaat bagi manusia bila telah melalui beberapa proses , yang berakhir
dengan bukti bahwa teknologi tersebut dibutuhkan oleh manusia .
Oleh karena itu , bukti bahwa teknologi fondasi cakar ayam telah menjadi
kebutuhan dari manusia adalah adanya bangunan-bangunan yang
menggunakan fondasi cakar ayam dengan sukses .

Bangunan- bangunan tersebut sampai dengan saat ini didaftar sebagai


berikut :
1. Ratusan Menara Transmisi Tegangan Tinggi di
beberapa kota yaitu : Jakarta , Palembang , Medan , Banjarmasin ,
Pontianak , dan kota-kota kecil di Jawa Tengah dan Jawa Timur .
2. Beberapa Menara Air dengan kapasitas dari 40 m 3
sampai dengan 100 m3
3. Gereja Katholik setinggi 35 m , di Jakarta
4. Bank Indonesia empat lantai di Pekanbaru
5. Kantor P.L.N tiga lantai seluas 2,800 m2 di Jakarta
6. Hanggar Pesawat Terbang di Jakarta dan Surabaya
seluas 4 x 5,120 m2
7. Slipway di Tanjung Priok , Jakarta seluas 1,200 m 2
8. PLTG di Palembang , seluas 900 m2
9. Gedung Kantor Pajak di Semarang seluas 2,500 m 2
10. Dua buah Warehouses di Tanjung Priok , Jakarta
seluas 2 x 2,800 m2
11. Gedungf Departemen Kehakiman di Jakarta seluas
2,600 m2
12. Perkerasan perluasan Apron Air port Juanda di
Surabaya seluas 12,000 m2
13. Gedung Cipta Karya empat lantai di Surabaya
selauas 1,900 m2

21
14. Perkerasan perluasan Runway Airport Polonia di
Medan selauas 30,000 m2
15. Kolam renang di Samarinda beserta bangunan
Tibune seluas 1,600 m2
16. Gedung Bea Cukai tiga lantai di Surabaya seluas
3,000 m2
17. Gedung Kantor Gubernur enam lantai di Samarinda
seluas 8,400 m2
18. Kolam renang KONI , di Surabaya seluas 1,000 m 2
19. Gedung Pabrik Rokok Jarum , lima lantai di Kudus
seluas 4,800 m2
20. Rental Office , empat lantai di Jakarta seluas 3,000
m2
21. Runway , Taxiway , dan Apron Jakarta International
Soekarno – Hatta di Cengkareng , seluas 1,750,000 m 2
22. Jalan Toll sepanjang 13,500 m, menuju ke Airport
Soekarno-Hatta , Jakarta .
23. Perkerasan Apron Garuda Maintenance Facilities di
Areal Soekarno-Hatta , seluas 270,000 m2

22
V. KESIMPULAN

Penggunaan teknologi fondasi cakar ayam untuk perkerasan jalan dapat


disimpulkan memiliki beberapa keuntungan utama , yaitu :
 Daya dukung yang tinggi dan juga keawetan yang cukup lama akan
memberikan dampak besar pada segi ekonomi transportasi pada
jalan raya , misalnya menurunkan biaya per kilometer .
 Bahaya settlement dan genangan air pada permukaan jalan
disebabkan oleh beban lalu lintas , tidak ada . Tanah dibawah slab
dan didalam pipa menjadi makin padat disebabkan oleh getaran-
getaran lalu lintas .
 Dapat meniadakan pemeliharaan yang sulit dan mahal pada
sambungan – sambungan konstruksi , seperti pada rigid pavement
biasa
 Dapat diterapkan pada setiap keadaan tanah , kecuali tanah padas
dan batu-batuan .

Jakarta , 20 Oktober 1995


Ir. Asiyanto, MBA , IPM

Referensi :
1. Cakar Ayam Construction system and
Application
Ir. Rijanto P.Hadmodjo ( 1994 )
2. Pengalaman sendiri

23
LAMPIRAN
GAMBAR - GAMBAR FONDASI SISTEM
CAKAR AYAM

24

Anda mungkin juga menyukai