METODA PELAKSANAAN
PEMBANGUNAN TRESTLE/JEMBATAN PENGHUBUNG
PELABUHAN PANIPAHAN
KABUPATEN ROKAN HILIR
I. ASPEK UMUM
A. PENDAHULUAN
Sebagai upaya pengembangan sarana dan prasarana perhubungan laut Kab. Rokan Hilir T.A
2006, Pemerintah Daerah mengadakan Proyek Pembangunan Trestle/Jembatan Penghubung
Pelabuhan Panipahan yang berlokasi di Teluk Pulai – Riau.
Darat Laut
Dermaga
Dermaga 1 Trestle 1 Trestle 2 Dermaga 2 Trestle 3 Existing
B. LINGKUP PEKERJAAN
I. Pekerjaan Persiapan
Papan Nama Proyek
Direksi Keet, Gudang Bahan
Bangsal Kerja
Air Bersih dan P3K
Penerangan dan Keselamatan Kerja
Mobilisasi dan Demobilisasi Peralatan
Pengukuran dan Pas. Bouwplank
V. Pekerjaan Dermaga 1
Pekerjaan Pemancangan spun pile Ø 40 cm T = 8 cm
(pengadaan, pengangkutan, pemancangan, penyambungan, pemotongan)
Pekerjaan Beton Bertulang
(Pengisian beton tiang pancang, pile cap, balok, plat lantai, tangga beton)
Pekerjaan Pagar Bolder Dermaga
Pekerjaan Railling Tangga
Pekerjaan Deletasi
Pekerjaan Lampu Penerangan
Melihat kondisi lahan dan berdasarkan informasi lapangan, maka lahan yang tersedia akan
dimanfaatkan untuk lokasi sarana pelaksanaan lapangan.
Jalan kerja relatif tidak perlu dibuat khusus karena bisa memanfaatkan jalan yang ada,
hanya beberapa bagian masih perlu diperbaiki.
Penerangan akan menggunakan sambungan sementara dari PLN, namun demikian jika
sambungan terlalu jauh akan disediakan Generator set
Air kerja akan didatangkan dari luar, untuk keperluan sanitasi akan digunakan air tanah
setempat.
Barang-barang dan material yang tidak akan digunakan untuk kebutuhan langsung pada
pekerjaan sesegera mungkin akan dikeluarkan dari site.
D. MANAJEMEN PROYEK
Pengelolaan pelaksanaan pekerjaan di proyek ini ditangani oleh tenaga-tenaga terampil PT.
Waskita Karya yang sudah berpengalaman dalam penanganan proyek-proyek besar,
sehingga keberhasilan pelaksanaan pekerjaan akan benar-benar terjamin, sesuai dengan
apa yang diharapkan oleh semua pihak. Disamping itu, tenaga-tenaga kerja yang akan diikut
sertakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini merupakan tenaga-tenaga yang telah dibina
kemampuan dan produktifitasnya dalam pelaksanaan proyek-proyek besar serupa, yang
sebelum ini telah ditangani oleh PT. Waskita Karya.
1. Struktur Organisasi
Untuk melaksanakan seluruh aktivitas proyek dengan sasaran menyelesaikan proyek,
akan ditempatkan seorang Kepala Proyek (Project Manager) yang berkualifikasi dan
yang berpengalaman, dibantu dengan tenaga yang mempunyai pengalaman pekerjaan
di bidangnya masing-masing, antara lain berpengalaman dalam bidang pengelolaan
alat-alat berat, struktur dermaga, pekerjaan pemancangan di air, pekerjaan
perlengkapan dermaga seperti fender dan bollard, pekerjaan urugan, pengelolaan dan
pemantauan lingkungan dan bidang lainnya.
Kepala proyek memimpin seluruh kegiatan di proyek, baik di bidang administrasi, teknik
dan kegiatan lainnya dalam proses penyelesaian proyek antara lain lain-lain :
Masalah teknik (engineering) Kepala Proyek dibantu oleh Bagian Teknik beserta
engineer.
Masalah keuangan, administrasi umum dan personalia, dibantu oleh Bagian
Personalia dan Keuangan beserta stafnya.
Masalah logistik dan peralatan, dibantu oleh Bagian Logistik dan Peralatan.
Masalah K3, dibantu oleh Bagian K3,
Masalah mutu akan dibantu Bagian Mutu,
Masalah aktivitas lapangan, dibantu oleh Site Manager yang dibantu oleh beberapa
pelaksana yang masing-masing mempunyai tanggung jawab berdasarkan jenis
pekerjaan atau daerah pekerjaan.
Sesuai standar operasi perusahaan, Kepala Proyek bertanggung jawab langsung kepada
Kepala Divisi II yang bertindak sebagai pengelola operasional Perusahaan di bidangnya,
Kepala Divisi bertanggung jawab langsung kepada Direksi PT. Waskita Karya. Garis
komando dan garis koordinasi antar unsur pendukung proyek dapat dilihat di bagan
Struktur Organisasi .
Kepala proyek mempunyai jaminan Dukungan Penuh dari Divisi dalam hal kecukupan
SDM, pendanaan, dan Logistik & Peralatan. Kepala proyek mempunyai otoritas penuh
untuk semua aktivitas yang ada di proyek termasuk berhubungan dengan pihak lain.
Perusahaan kami menerapkan sistem kesatuan Likuiditas, sehingga sumberdaya
perusahaan benar-benar dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin
Kepala proyek bertanggung jawab langsung kepada Kepala Divisi, dan Kepala Divisi akan
mempertanggungjawabkan semua proyek yang ada dibawah komandonya kepada
Direksi perusahaan.
2. Koordinasi
Dengan sistim organisasi dan koordinasi yang baik antar bagian, maka pelaksanaan
proyek akan berjalan dengan lancar, dan penyelesaian pekerjaan akan dapat tercapai
dalam waktu yang ditentukan dan dengan mutu yang diharapkan. Hal tersebut benar-
benar menjadi perhatian dan semboyan kami, sebab apabila terjadi keterlambatan
didalam penyelesaian proyek ini, akan mengakibatkan kerugian moril maupun material,
bagi PT. Waskita Karya sebagai Pelaksana.
Disamping koordinasi internal antar bagian dan lapangan, kami akan melakukan
koordinasi dengan pihak lain yang berkepentingan dengan aktivitas pelaksanaan Proyek,
terutama untuk pendatangan material, dan keamanan proyek dan instansi yang
berhubungan dengan operasional dermaga.
Koordinasi dengan pihak perencanaan dan pengawas serta pemilik akan selalu dilakukan
agar diperoleh hasil kerja maksimal yaitu biaya hemat, mutu tepat waktu cepat. Dengan
melakukan koordinasi diharapkan tidak terjadi komunikasi yang putus sehingga segala
permasalahan dapat segera diputuskan. Dengan keputusan yang tidak tertunda maka :
tidak ada waktu terbuang
pekerjaan sekali proses tidak ada pekerjaan ulang
proses mutu dapat direncanakan dan dilaksanakan lebih akurat
Untuk menjamin sistem manajemen dapat berlangsung dengan baik, PT Persero Waskita
Karya telah mengeluarkan Kebijakan Mutu, sesuai prosedur mutu ISO 9002 (lihat Diagram
Quality Assurance Process Control ISO 9002 PT WASKITA KARYA). Sistim manajemen
tersebut di atas, dalam pelaksanaannya ditunjang dengan sarana-sarana lain, berupa
perangkat lunak (software) sebagai sarana pengendali, dan perangkat keras ( hardware)
yang berupa peralatan-peralatan sebagai sarana penunjang pelaksanaan pekerjaan.
2. Pemilihan Alat
Pemilihan peralatan yang tepat baik dari segi jenis, jumlah maupun kapasitasnya serta
sesuai dengan kondisi lapangan akan menjamin tercapainya sasaran pelaksanaan
pekerjaan yakni tepat biaya, tepat mutu dan tepat waktu.
3. Material
Kebutuhan pokok bahan bangunan proyek ini antara lain pipa pancang beton (spun pile)
Ø 40 cm T = 8 cm, Bolard, beton ready mix, besi tulangan, dll. Disamping itu ada
material penunjang untuk pasangan seperti : pasir, split, batu kali, dll. Untuk menjamin
kelancaran dalam mendapatkan material pokok kami akan bekerja sama dengan
Perusahaan yang ada di daerah setempat.
Karena pekerjaan di laut dimana segala aktivitas pekerjaan akan lebih lambat dibanding
di darat, maka untuk menjaga workability, maupun untuk keperluan memperlambat
pengerasan (setting-time) beton, jika diperlukan akan digunakan bahan tambahan
(additive) yang sesuai.
Sebelum digunakan material harus diperiksa dulu dan jika dipersyaratkan untuk uji
laboratorium maka harus dilakukan misalnya material baja tulangan harus ditest terlebih
dahulu di laboratorium, kecuali jika pabrikan mampu menunjukkan sertifikat jaminan
mutu, untuk menjamin persyaratan sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan.
4. Tenaga kerja
Tenaga kerja yang digunakan dalam penanganan proyek ini terdiri atas;
Tenaga pimpinan dan staf manajemen proyek.
Tenaga operasional lapangan terdiri dari pelaksana, pengawas, mekanik dan
operator.
Pekerja (labour) diusahakan mengambil tenaga lokal.
Tenaga inti yang digunakan, merupakan tenaga pilihan yang sering menangani proyek-
proyek besar dan pekerjaan-pekerjaan yang sejenis.
5. Pengamanan (security)
Untuk pengawasan dan pengamanan proyek, PT. Waskita Karya akan menyediakan
tenaga keamanan sesuai dengan kebutuhan, yang bertugas dalam hal:
a. Pengawasan terhadap para pekerja
b. Pengawasan terhadap bahan-bahan dan peralatan untuk mencegah pencurian.
Untuk menjaga keselamatan kerja seluruh staf dan pekerja yang terlibat dalam kegiatan
proyek, akan dibentuk unit K-3 yang akan membuat program seperti tersebut di atas
dan akan diawasi oleh tenaga satpam. Dalam menanggulangi hal-hal yang mungkin
akan terjadi, maka unit K-3 akan bekerja sama dengan Puskesmas, Klinik, Rumah Sakit,
maupun instansi-instansi lain yang terkait.
Sebagai sarana komuniksi di proyek, digunakan handy talky (HT) atau walky talky, baik
oleh para petugas keamanan, para pelaksana ( supervisor) dan petugas-petugas lain
yang memerlukan.
Alat-alat ukur secara berkala dikalibrasi agar selalu dapat berfungsi dengan akurat.
Peralatan yang lain setiap selesai digunakan dibersihkan dan bagian-bagian yang perlu
secara berkala dilumasi. Setiap bagian diperiksa barangkali ada suku cadang yang perlu
atau sudah waktunya diganti agar peralatan tersebut dapat beroperasi dengan baik
selama digunakan dan tidak mengalami kerusakan secara tiba-tiba ditengah-tengah
pelaksanaan pekerjaan.
Meskipun untuk hal-hal tersebut di atas sudah ada penanggung jawabnya langsung,
kiranya perlu ditunjuk petugas khusus quality control yang dikoordinasi oleh bagian
teknik.
menerapkan standar pengendalian mutu dalam bagan alir pengendalian mutu. Bagan alir
pengendalian mutu ini mengacu pada ISO 9002:2000, bagan alir tersebut dapat dilihat
seperti berikut ini.
Flow chart 1
Pengendalian Mutu
PROYEK PERUSAHAAN
Rencana Mutu terdiri dari: EKSTERNAL
- Manual/prosedur
Methode Konstruksi Standard Peraturan Keppres,
Administrasi
Instruksi Kerja Kepmen, Perda, dll
Prosedur
Jadwal Waktu Pelaksanaan Organisasi
Prosedur Kerja dll Personal
Keuangan
SUPERVISI
INPUT OUPUT
- Bahan - Tenaga Kerja CONSTRUCTION PROCESS Produk akhir BMW
- Alat (Biaya, Mutu, Waktu)
EVALUASI
KRITERIA KEBERTERIMAAN
Dokumen tender PELAPORAN &
Peraturan terkait MONITORING
Proses pengendalian mutu mencakup segala bidang yang terlibat dalam proses produksi baik
SDM, material, peralatan, proses, sarana kerja dan subkontraktor.
a. SDM
Memilih SDM yang bermoral baik dan mempunyai pengalaman sejenis.
Pengarahan, pembinaan
Monitor dan pelaporan
b. Material
Pengujian sample bahan.
Pemilihan sumber material (kuantitas dan kualitas) yang memadai.
Pemilihan suplier.
Jadwal kebutuhan material
Cara penyimpanan
Cara handling
8. Rencana Mutu
A. Material
No Material Jenis Test Periode Test Referensi
1 Pasir Gradasi, Kadar limpur Pengajuan Sampel,
Random
2 Aggregate Abrasi, gradasi Random
3 Semen Copy Sertificate Pabrik Jika diperlukan
4 Besi tulangan Ukuran, Uji tarik Sampel dan Random
5 Bata Ukuran, kuat desak Sampel, penglihatan
rutin
6 Aspal Viscositas, Titik Bakar Sampel
7 Aggregate A, B Gradasi Sampel and Random
B. Proses
No Proses Test Periode Test Referensi
1 Aspal Job mix, Temperature Trial mix, Rutin
2 Welding X ray Random
3 Pembesian Jarak tulangan, ikatan, Rutin
Jumlah
4 Bekisting Penyangga, rapat Rutin
5 Pengecoran Slump, pemadatan, Rutin
sambungan cor,
pemberhentian cor,
Pengambilan sampel
6 Timbunan dan Aggregate A,B Percobaan pemadatan, Rutin
Kepadatan
7
C. Hasil Pekerjaan
No Pekerjaan Test Periode Test Referensi
1 Beton Silinder / kubus sesuai Rutin
umur
2 Perkerasan aspal Core drill Rutin
3
D. Peralatan
No Uraian Test Period test Referensi
1 Semua peralatan Surat-surat kendaraan, Rutin
Kalibrasi, prosedure
Operasi, Pemeliharaan
2
9. Schedule Pekerjaan
Schedule kerja dibuat berdasarkan asumsi dan logika yang benar dan berdasarkan data-
data pada gambar dan spesifikasi teknis. Schedule dan urutan kerja dalam bentuk
barchart, network planing, dan S-Curve planning dapat dilihat pada lampiran
tersendiri.
Metode dan cara pemantauan serta pengelolaan lingkungan agar tetap memenuhi
kualitas lingkungan tetap memenuhi kualitas yang diharapkan akan ditentukan pada
waktu pelaksanaan pekerjaan minimal untuk memenuhi standar yang ditentukan.
a. Perencanaan
b. Pelaksanaan
c. Pemanta
uan
Proses Pendukung :
Dengan memperhatikan peta konfigurasi dasar laut pada kolam, ketersediaan sumber daya
alam, biaya pembangunan, dan mempertimbangkan segi teknis lainnya maka Pelabuhan
Panipahan desainnya sebagai berikut :
1. Ukuran Dermaga
Dalam merencanakan dermaga, lebar dermaga ditentukan oleh kegunaannya secara
fungsional dengan mempertimbangkan jenis dan volume barang yang akan ditampung
oleh pelabuhan / dermaga tersebut. Lebar dermaga yang direncanakan 8 m dengan
panjang 41 m. Lebar trestle 5.28 m dengan panjang trestle 1 = 33.5 m, trestle 2 = 75
m, dan trestle 3 = 34 m. Dermaga dan Trestle dibangun menyambung dengan dermaga
lama.
3. Sistem Fender
Untuk melindungi dermaga maupun kapal dari kerusakan, setiap kali kapal menambat,
maka dermaga perlu dilengkapi dengan fender. Benturan antara kapal dan dermaga,
sebagian energi akan diserap oleh fender dan sisanya akan ditahan oleh konstruksi.
Sistem fender yang digunakan adalah fender tumbuk (Impact Fender) dari
jenis Ban Ø 80 cm sitem ini dipakai untuk menyerap energi yang ditimbulkan oleh
benturan kapal pada dermaga.
B. MATERIAL KONSTRUKSI
Dari hasil rancangan yang ada dalam dokumen tender maka bahan konstruksi yang dominan
dipakai untuk konstruksi dermaga di pelabuhan Panipahan, adalah: Beton Bertulang
C. ASPEK TEKNIS
Lokasi yang akan dibangun merupakan dermaga baru (perluasan) di laut lepas.
Jalan akses untuk angkutan material, mobilisasi dan demobilisasi alat menuju lokasi proyek
sudah ada, tetapi untuk angkutan tiang pancang yang harus didatangkan dari luar kota bisa
menggunakan transpotasi laut dengan menggunakan LCT langsung ke lokasi pekerjaan.
Dilihat dari kedalaman laut yang ada, maka seluruh aktivitas harus dilakukan dari arah laut,
termasuk pemancangan harus menggunakan pontoon, begitu pula untuk pekerjaan lainnya.
D. LINGKUP PEKERJAAN
A. Trestle 1
- Panjang : 33.5 m
- Lebar : 5.0 m
- Pancang tiang pancang beton dia 400 mm
- Pemancangan tiang pancang beton 18 titik
- Railling pagar pipa Galvanis Ø 2”
B. Trestle 2
- Panjang : 75.0 m
- Lebar : 5.0 m
- Pancang tiang pancang beton dia 400 mm
- Pemancangan tiang pancang beton 38 titik
- Railling pagar pipa Galvanis Ø 2”
C. Trestle 3
- Panjang : 34.0 m
- Lebar : 5.0 m
- Pancang tiang pancang beton dia 400 mm
- Pemancangan tiang pancang beton 18 titik
- Railling pagar pipa Galvanis Ø 2”
D. Dermaga 1
- Panjang : 41.0 m
- Lebar : 8.0 m
- Pancang tiang pancang beton dia. 400 mm
- Pancang tiang pancang kayu dia. 200 mm
- Pemancangan tiang pancang beton 34 titik
- Pemancangan tiang pancang kayu tegak 20 titik
- Pemancangan tiang pancang kayu miring 20 titik
- Railling tangga pipa Galvanis Ø 2.5”
- Tiang Railling tangga pipa Galvanis Ø 2.5”
- Pender Band Ø 80 cm : 80 buah
E. Dermaga 2
- Panjang : 41.0 m
- Lebar : 8.0 m
- Pancang tiang pancang beton dia. 400 mm
- Pancang tiang pancang kayu dia. 200 mm
- Pemancangan tiang pancang beton 34 titik
- Pemancangan tiang pancang kayu tegak 20 titik
- Pemancangan tiang pancang kayu miring 20 titik
- Railling tangga pipa Galvanis Ø 2.5”
- Tiang Railling tangga pipa Galvanis Ø 2.5”
- Pender Band Ø 80 cm : 80 buah
Pengukuran Elevasi
A
½D
B
P2
Dimana :
½D = Seperdua diameter tiang pancang (jarak pergeseran
garis bidik vertical)
A = Jarak langsung didarat
P1 = Posisi berdiri alat ukur theodolit pertama atau posisi bidik
Pesawat theodolit - 1
P2 = Posisi berdiri alat ukur theodolit kedua atau posisi bidik
Pesawat theodolit - 2.
Setelah posisi tiang pancang sesuai maka langsung dilakukan pemancangan,
demikian seterusnya untuk tiap titik pancang.
Setting awal pemancangan akan memerlukan waktu lebih lama dibandingkan
setting awal pemancangan darat.
2. Pekerjaan Pemancangan
Pemancangan dilakukan dari sisi air.
Pekerjaan pancang akan dilakukan dengan pontoon pancang yang dibantu oleh pontoon
service (stok pile)
2.1 Penumpukan tiang pancang disusun sedemikian rupa membentuk segi tiga
dengan ketentuan setiap dasar tiang tersusun, diberi landasan dari balok kayu
5/10 atau jenis lain yang tidak mudah patah. Susunan tiang harus
memperhitungkan agar :
Tidak mengganggu aktivitas lain selama berlangsungnya kegiatan
pelaksanaan pembangunan dermaga.
Dikelompokkan per jenis panjang tiang pancang sehingga memudahkan
pengambilan.
2.2 Handling tiang pancang dari Kapal Pengangkut tiang pancang (dari pabrik) ke
ponton service menggunakan Crawler Crane, yang selanjutnya dilakukan
penyambungan dan pengelasan tiang pancang pada ponton service sampai
panjang rencana ± 45 m. Dari ponton service baru tiang pancang dihandling ke
alat pancang yang berada diatas ponton pancang.
1 Setting tiang
pancang, alat
Supply tiang pancang dan
Selesai
pancang dari Pabrik Stok habis koordinat
8 pemancangan
7
2 6 10
Lokasi
Penumpukan Pekerjaan
Tiang Pancang Pemancangan
termasuk
penyambungan
ke 2 & ke 3
Darat Laut
Dermaga
Dermaga 1 Trestle 1 Trestle 2 Dermaga 2 Trestle 3 Existing
Urutan
5 4 3 2 1 Pemancangan
3m
3.5 m – 4 m
2.5 m
3m
2.5 m
3.5 m
Tahapan Pemancangan
1. Cek alur pemancangan selebar pontoon dari arah laut.
Kedalaman draft 2 meter (draft pontoon dengan beban alat pancang)
2. Pemancangan dimulai dari titik arah laut dilanjutkan kearah darat.
Karena dermaga dibangun didaerah pantai, maka mayoritas pekerjaan berada di
air dan laut lepas, sehingga pelaksanaan pekerjaan yang kami tempuh adalah :
Mayoritas aktifitas dikerjakan dari laut
Metode pengecoran yang dipakai adalah sistem precast untuk struktur tiang
pancang dan balok, cast in site untuk konstruksi pile cap, dan kombinasi
precast dan cast in site untuk konstruksi lantai trestle & dermaga.
Pancang dilaksanakan dari atas pontoon pancang yang dibantu oleh pontoon
service no.1 sebagai stok pile.
Setelah pemancangan sampai pada Dermaga 2 didatangkan pontoon service
no.2 untuk akses pelaksanaan pilecap, dan pembuatan precast balok pada
Trestle 3. Precast balok yang telah siap, diangkat ke dermaga existing
sehingga ruang kosong di pontoon service no. 2 dapat dimanfaatkan untuk
melanjutkan pembuatan precast balok dan precast lantai.
Setelah pekerjaan pancang selesai seluruhnya, pontoon service no. 1
ditempatkan untuk meneruskan akses pelaksanaan pile cap, balok dan lantai.
Pontoon service no2 melanjutkan sisa trestle/dermaga berikutnya.
Setiap pontoon service akan dibuatkan 4 buah jangkar dari besi siku yang dicor
± 1-2 m3 dan diberi sling ke atas.
untuk membantu kelurusan dibuat stoper 4 buah setiap sambungan dari plat tebal
12 mm, plat penyambung Pengujian keutuhan sambungan pengelasan dapat
dikerjakan dengan penetran test yang dilaburkan pada permukaan pengelasan.
Setelah selang antara waktu 5 menit, jika pada pelaburan penetran terlihat adanya
garis hitam (alur rambut) menandakan bahwa pada daerah pengelasan tersebut
terdapat keretakan sehingga perlu dilakukan pengelasan ulang.
Peralatan yang digunakan adalah mesin las listrik yang kapasitasnya memadai
untuk menghasilkan kualitas pengelasan yang ditentukan.
Elektroda yang digunakan adalah kawat las dengan tipe yang telah dipersyaratkan
dalam spesifikasi teknik.
Stek
Tulangan
Besi beton
penggantung
3. Pembangunan Trestle
Pekerjaan beton bertulang
Mutu beton pada pembangunan Dermaga Panipahan di Rokan Hilir adalah beton
mutu K-300 untuk pekerjaan struktural.
a. Pile cap
Pile cap akan dilaksanakan dengan cara Cast Insitu.
Bekisting dibuat di luar dan dengan bantuan crane akan diletakan diatas klem besi yang
menjepit pipa pancang beton sesuai posisinya.
Bekisting pile cap dipasang dengan memperhatikan posisi balok melintang dan
memanjang.
Pembesian pile cap dipasang, selesai pembesian, pada posisi pilecap yang ada
bouldernya, angker boldnya harus dipasang dengan urutan :
Buat mal posisi lubang baut dari triplex tebal 9 mm dengan rangka kayu 5/7
Pasang baut dan mur Boulder pada mal yang telah disediakan
Letakkan mal yang telah dipasang mur baut pada posisi dan elevasi yang telah
ditentukan
Ukur kerataan bidang mal dengan waterpass batang
Perkuat angker baut Boulder dengan cara pengelasan kepada tulangan besi
pilecap/lantai/balok dermaga
Cor angker Boulder
Pengecoran dilakukan dengan bantuan concrete pump sampai pada posisi balok,
selebihnya akan dicor bersamaan dengan balok.
e. Curring beton
Perawatan beton sejak pengikatan awal (setting time), tidak dapat berlangsung dengan
baik, sehingga sangat berpengaruh terhadap kualitas beton yang diharapkan. Curing
akan dilakukan dengan penutupan permukaan beton dengan karung yang dibasahi.
3. Pekerjaan Fender.
Tahapan pemasangan fender:
Pancang Tiang Pancang Kayu Dolken 3 Ø 7.5 cm (pancang tegak dan pancang
miring) pada sisi dermaga sebagai tiang tumpuan fender. Digunakannya 3 kayu
dolken Ø 7.5 cm sebagai pengganti 1 kayu dolken Ø 20 cm. Penggunaan 3 kayu
dolken akan lebih memperkuat struktur dan menstabilkan sambungan.
Pasang Kayu Skor ukuran 12/15 sebagai pengikat kayu dolken. Kayu skor
dipasang secara horizontal dan menyilang.
Pasang fender yaitu ban mobil Ø 80 cm pada titik pertemuan antara kayu skor
horizontal, kayu skor melintang, dan kayu dolken.
Alat yang digunakan :
Ponton pancang
Hydraulic Hammer
Alat-alat bantu
Kayu 12/15
Dolken 1
Dolken 2
Ban Ø 80 cm
4. Pekerjaan Bollard
Pemasangan angker bollard 8 Ø 32 dilakukan bersamaan dengan pembesian lantai pada
lokasi bollard. Cara ini akan menjamin pemasangan angker lebih kuat jika dibanding
pemasangan dengan cara bor. Bollard kapasitas 25 ton dipasang dengan pemasangan
baut angker. Setelah itu di clamp dengan besi cor
IV. PENUTUP
Metode precast pada metode ini sudah berhasil kami laksanakan di beberapa proyek seperti di
Dermaga Multi Purpose Tanjung Intan Cilacap, Dermaga Pelabuhan Ikan Muara Angke
Jakarta, dan Dermaga Meulaboh yang sedang kami laksanakan, beberapa kekurangan yang
kami temui pada proyek yang lalu sudah kami lakukan penyempurnaan dalam metode
pelaksanaan untuk proyek ini.
Perhitungan konstruksi untuk precast balok, plat serta metode pergerakan alat dan urutan
kerja akan kami tunjukkan pada saat klarifikasi tender dimana PT. Waskita Karya akan
ditunjuk sebagai pemenang tender.
Selanjutnya dalam pelaksanaan nanti kami akan membuat metode lebih detail untuk setiap
pekerjaan, tentunya dengan data yang lebih detail dari hasil survey secara detail.
Demikian metode pelaksanaan secara garis besar untuk proyek ini, mudah-mudahan uraian ini
dapat memberikan gambaran yang cukup jelas tentang langkah-langkah yang akan dilakukan
dalam pelaksanaan proyek ini.