disusun oleh :
Nama : DARSONO
No.Induk 011
proggram Paket C
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah ini dengan tepat waktu untuk menyelesaikannya yaitu makalah Sosiologi
yang berjudul “Masalah-masalah Sosial yang Terjadi pada Anak Remaja”
Makalah ini berisikan informasi tentang Pengertian Masalah Sosial atau yang
lebih khususnya membahas anak-anak atau remaja yang moralnya menjadi rendah,
faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta identifikasi dan contohnya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Penyusun
DAFTAR ISI
Sejak manusia mulai hidup bermasyarakat, maka sejak saat itu sebuah gejala yang
disebut masalah sosial berkutat didalamnya. Sebagaimana diketahui, dalam realitas sosial
memang tidak pernah dijumpai suatu kondisi masyarakat yang ideal. Dalam pengertian tidak
pernah dijumpai kondisi yang menggambarkan bahwa seluruh kebutuhan setiap warga
masyarakat terpenuhi, seluruh prilaku kehidupan sosial sesuai harapan atau seluruh warga
masyarakat dan komponen sistem sosial mampu menyesuaikan dengan tuntutan perubahan
yang terjadi. Dengan kata lain das sein selalu tidak sesuai das sollen.
Pada jalur yang searah, sejak tumbuhnya ilmu pengetahuan sosial yang mempunyai
obyek studi kehidupan masyarakat, maka sejak itu pula studi masalah sosial mulai dilakukan.
Dari masa ke masa para sosiolog mengumpulkan dan mengkomparasikan hasil studi melalui
beragam perspektif dan fokus perhatian yang berbeda-beda, hingga pada akhirnya semakin
memperlebar jalan untuk memperoleh pandangan yang komprehensif serta wawasan yang
luas dalam memahami dan menjelaskan fenomena sosial. Buku ini hadir dengan fokus studi
masalah sosial yang sekaligus memuat referensi dan rekomendasi bagi tindakan untuk
melakukan penanganan masalah. Di negara-negara berkembang, tindakan untuk melakukan
perubahan dan perbaikan dalam rangka penanganan masalah sosial menjadi perhatian yang
sangat serius demi kelangsungan serta kemajuan bangsanya menuju cita-cita kemakmuran
dan kesejahteraan. Terkait hal itu, pembahasan mengenai berbagai perspektif sosial,
identifikasi melalui serangkaian unit analisis serta pemecahan masalah yang berbasis negara
dan masyarakat menjadi tema-tema yang diulas secara teoritis dalam makalah ini.
Person blame approach merupakan suatu pendekatan untuk memahami masalah sosial
pada level individu. Diagnosis masalah menempatkan individu sebagai unit analisanya.
Sumber masalah sosial dilihat dari faktor-faktor yang melekat pada individu yang
menyandang masalah. Melalui diagnosis tersebut lantas bisa ditemukan faktor penyebabnya
yang mungkin berasal dari kondisi fisik, psikis maupun proses sosialisasinya. Sedang
pendekatan kedua system blame approach merupakan unit analisis untuk memahami sumber
masalah pada level sistem. Pendekatan ini mempunyai asumsi bahwa sistem dan struktur
sosial lebih dominan dalam kehidupan bermasyarakat. Individu sebagai warga masyarakat
tunduk dan dikontrol oleh sistem. Selaras dengan itu, masalah sosial terjadi oleh karena
sistem yang berlaku didalamnya kurang mampu dalam mengantisipasi perubahan-perubahan
yang terjadi, termasuk penyesuaian antar komponen dan unsur dalam sistem itu sendiri. Dari
kedua pendekatan tersebut dapat diketahui, bahwa sumber masalah dapat ditelusuri dari
”kesalahan" individu dan "kesalahan" sistem.
Dari hal tersebut dapat dimengerti apabila kalangan tertentu dapat memperoleh
manfaat yang lebih besar dari kondisi sosial yang ada sekaligus memungkinkan terpenuhinya
segala bentuk kebutuhan, sementara dipihak lain masih banyak yang kekurangan.Masalah
sosial sebagai kondisi yang dapat menghambat perwujudan kesejahteraan sosial pada
gilirannya selalu mendorong adanya tindakan untuk melakukan perubahan dan perbaikan.
Dalam konteks tersebut, upaya pemecahan sosial dapat dibedakan antara upaya pemecahan
berbasis negara dan berbasis masyarakat. Negara merupakan pihak yang sepatutnya responsif
terhadap keberadaan masalah sosial. Perwujudan kesejahteraan setiap warganya merupakan
tanggung jawab sekaligus peran vital bagi keberlangsungan negara.
Upaya pemecahan sosial sebagai muara penanganan sosial juga dapat berupa suatu
tindakan bersama oleh masyarakat untuk mewujudkan suatu perubahan yang sesuai yang
diharapkan. Dalam teorinya Kotler mengatakan, bahwa manusia dapat memperbaiki kondisi
kehidupan sosialnya dengan jalan mengorganisir tindakan kolektif. Tindakan kolektif dapat
dilakukan oleh masyarakat untuk melakukan perubahan menuju kondisi yang lebih sejahtera.
Kebermaknaan suatu studi termasuk studi masalah sosial disamping ditentukan oleh wawasan
teoritik dalam menjelaskan gejala dan alur penalaran dari berbagai proposisi yang dihasilkan,
juga sangat ditentukan oleh bagaimana studi itu dapat memberikan manfaat bagi kehidupan.
Setidaknya seperti itulah muatan optimisme yang di kehendaki penulis makalah ini.
1.2.Rumusan Masalah
1.3.Tujuan
1.4.Manfaat
Perspektif Sosiologi
Masalah Sosial adalah situasi yang tidak sesuai dengan nilai-nilai perlu diatasi
(dipemecahankan). Pandangan pekerja sosial adalah terganggunya fungsi sosial, sehingga
mempengaruhi kemampuan memenuhi kebutuhan, dan peranan-peranannya di masyarakat.
Kondisi yang dipandang orang atau masyarakat sebagai situasi yang tidak diharapkan.
Zastrow, 2000
Masalah sosial adalah suatu kondisi sosial yang mempengaruhi sejumlah besar orang
yang memerlukan perbaikan segera dengan sekumpulan tindakan-tindakan.
Masalah sosial adalah suatu situasi atau kondisi sosial yang dievaluasi oleh orang-
orang sebagai suatu situasi atau kondisi yang tidak mengenakkan atau situasi problematic.
Masalah sosial merupakan suatu gejala (fenomena) sosial yang mempunyai dimensi
atau aspek kajian yang sangat luas atau kompleks, dan dapat ditinjau dari berbagai perspektif
(sudut pandang atau teori). Suatu fenomena atau gejala kehidupan dikatakan sebagai masalah
sosial (social problems) adalah apabila:
1. Sesuatu yang dilakukan seseorang itu telah melanggar atau tidak sesuai dengan nilai-norma
yang dijunjung tinggi oleh kelompok;
2. Sesuatu yang dilakukan individu atau kelompok itu telah menyebabkan terjadinya
disintegrasi kehidupan dalam kelompok; dan
3. Sesuatu yang dilakukan inidividu atau kelompok itu telah memunculkan kegelisahan,
ketidakbahagiaan individu lain dalam kelompok.
Adanya sekelompok orang yang mengevaluasi situasi atau kondisi sosial tersebut;
Adanya evaluasi terhadap situasi atau kondisi sosial tersebut sebagai tidak mengenakkan;
Adanya alasan-alasan mengapa situasi atau kondisi tersebut sebagai tidak mengenakkan.
Seperti yang telah kita ketahui, kualitas pendidikan di Indonesia semakin memburuk.
Hal ini terbukti dari kualitas guru, sarana belajar, dan murid-muridnya. Guru-guru tentuya
punya harapan terpendam yang tidak dapat mereka sampaikan kepada siswanya. Memang,
guru-guru saat ini kurang kompeten. Banyak orang yang menjadi guru karena tidak diterima
di jurusan lain atau kekurangan dana. Kecuali guru-guru lama yang sudah lama
mendedikasikan dirinya menjadi guru. Selain berpengalaman mengajar murid, mereka
memiliki pengalaman yang dalam mengenai pelajaran yang mereka ajarkan. Belum lagi
masalah gaji guru. Jika fenomena ini dibiarkan berlanjut, tidak lama lagi pendidikan di
Indonesia akan hancur mengingat banyak guru-guru berpengalaman yang pensiun.
“Pendidikan ini menjadi tanggung jawab pemerintah sepenuhnya,” kata Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono usai rapat kabinet terbatas di Gedung Depdiknas, Jl Jenderal Sudirman,
Jakarta, Senin (12/3/2007).
Pengertian perilaku menyimpang (deviasi sosial) adalah semua bentuk perilaku yang
tidak sesuai dengan norma-norma sosial yang ada. Jadi, perilaku menyimpang remaja adalah
semua bentuk perilaku remaja yang tidak sesuai dengan nilai dan norma sosial yang berlaku
di masyarakat.
c. Alkoholisme;
Kenakalan remaja pada umumnya diawali dari munculnya gejala-gejala, antara lain:
e. Sikap takut yang berlebihan terhadap sesuatu yang dianggap merugikan dirinya; dan
f. Ketidakmampuan untuk berperan dalam kelompok atau sikap ‘manja’ yang berlebihan
(Sudarsono, 1995).
Problem atau masalah lingkungan hidup harus menjadi perhatian yang sangat serius,
karena persoalan lingkungan adalah:
b. Kegagalan dalam menangani persoalan lingkungan akan membawa dampak negatif disemu
sektor kehidupan, baik dalam level lokal, nasional dan bahkan dunia, misalnya: terjadinya
bencana banjir, pemanasan global; tanah longsor dan sebagainya.
Masalah konflik Suku, Agama, Ras dan Antarkelompok (SARA), bagi negara-negara
berkembang yang multikultural (termasuk Indonesia) adalah problem yang sewaktu-waktu
bisa muncul, dan dapat mengganggu kelancaran proses pembangunan. Oleh karena setiap
desain pembangunan dan pelaksanaan pembangunan harus betul-betul meminimalkan
terjadinya konflik SARA (Warnaen, S. 2002; Nugroho, F, (eds). 2004). Unsur-unsur konflik
SARA adalah:
b. Ada tujuan yang menjadi sasaran konflik, dan tujuan tersebut sebagai sumber konflik; dan
c. Ada perbedaan pikiran, perasaan dan tindakan untuk meraih tujuan yang saling memaksakan
atau menghancurkan.
a. Bersifat alamiah;
b. Anggota suku, agama, ras, antar kelompok yang terlibat konflik cenderung lebih terdorong
untuk melakukan konflik berikutnya untuk kepentingan kelompoknya;
d. Sering diiringi dengan kekerasan yang berlangsung dalam ruang dan waktu tertentu;
e. Mereka yang terlibat konflik merasa belum puas karena kebutuhan mereka belum terpenuhi;
dan
f. Konflik melibatkan dua kelompok kepentingan yang saling memperebutkan kebutuhan hidup
(Suryadinata, L., dkk. 2003; ; Liliweri, A.. 2005).
Aksi protes, pergolakan daerah dan pelanggaran HAM, merupakan masalah sosial yang
cukup kompleks, dan menuntut adanya perhatian khusus dalam pemecahannya. Telebih
kondisi sosial budaya masyarakat yang multikultural, seperti di Indonesia. Hampir setiap hari
terjadi aksi protes dan demonstrasi di daerah-daerah. Hal ini tentu dapat mengganggu proses
perubahan atau pembangunan masyarakat.
Masalah sosial atau masalah sosial timbul akibat adanya gejala-gejala abnormal
yang timbul di masyarakat. Hal tersebut terjadi karena unsur-unsur masyarakat
tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sehingga menyebabkan kekecewaan-
kekecewaan dan penderitaan, yang selanjutnya disebut masalah sosial.
Masalah sosial ini berhubungan erat dengan nilai-nilai sosial dan lembaga-
lembaga kemasyarakatan. Untuk itu terjadi sedikit saja pergeseran diantara nilai-
nilai sosial dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan, maka hubungan
antarmanusia yang terdapat di dalam kerangka bagian kebudayaan yang normatif
akan ikut terganggu.
Masalah sosial dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) jenis faktor, yakni antara lain :
Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara lain adalah masalah efektifitas,
efisiensi dan standardisasi pengajaran. Hal tersebut masih menjadi masalah pendidikan di
Indonesia pada umumnya. Adapun permasalahan khusus dalam dunia pendidikan yaitu:
Secara sosiologis, kemiskian merupakan salah satu problem sosial yang paling serius
dialami oleh negara-negara berkembang. Secara umum kajian tentang kemiskinan dapat
ditinjau dari dua perspektif, yaitu yang pertama perspektif kultural (cultural perspective).
Dan kedua adalah perspektif struktural atau situasional (situational perspective). Kedua
perspektif tersebut mempunyai asumsi, metode dan pendekatan yang berbeda dalam
menganalisis tentang kemiskinan.
g. Globalisasi ekonomi dan pasar bebas. Jadi, menurut perspektif struktural kemiskinan itu
terjadi karena faktor ekternal, sedangkan menurut perspektif kultural kemiskinan itu terjadi
karena mentalitas individu atau kelompok (Usman, S. 1998; Tjokrowinoto, W. 2004).
Ada beberapa faktor kekuatan sosial (perilaku manusia) yang menyebabkan terjadinya
penceran dan ancaman kelestarian lingkungan, antara lain:
d. Aktivitas dan mekanisme pasar, bekerja tanpa pertimbangan keselamatan atau kelestarian
lingkungan hidup.
2.3.5. Faktor-faktor yang Menyebabkan Masalah Konflik SARA (Suku, Agama, Ras dan
Antarkelompok)
b. Tertutupnya pintu komunikasi antar masing-masing pihak sehingga tidak bisa saling
memahami pola budaya;
f. Terjadinya perubahan sosial budaya yang bersifat revolusioner, sehingga terjadi disintegrasi
sosial-budaya;
h. Kesenjangan sosial-ekonomi
a. Terjadinya perubahan sosial, politik, ekonomi yang bersifat revolusi, misalnya terjadi
peperangan;
b. Terjadinya kesenjangan sosial ekonomi di masyarakat yang begitu besar, sebagai akibat
kesalahan strategi atau perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan;
c. Adanya peluang atau kesempatan untuk terjadinya tindakan kriminal, karena alat-alat
penegak hukum tidak tegas atau tidak ada kepastian hukum di masyarakat;
d. Pemerintah yang lemah (tidak bersih) dan aparat pemerintah yang korup, atau banyak
muncul penjahat kerah putih (white collar crime) di setiap departemen pemerintah atau
lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga ekonomi;
e. Meningkatnya jumlah penduduk yang tidak terkendali, sehingga jumlah pengangguran dan
urbanisasi meningkat;
Diantara sebab terjadinya aksi protes, pergolakan daerah dan pelanggaran HAM, antara
lain:
d. Adanya pemaksaan ideologi kelompok satu kepada kelompok lainnya (berkembangnya sikap
eksklusifisme/ primordialisme); dan
e. Adanya tradisi masa lalu sebagai warisan sejarah tentang konflik antar kelompok atau antar
ethnik.
Pertama, solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang
berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan sangat berkaitan
dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan di Indonesia sekarang ini,
diterapkan dalam konteks sistem ekonomi kapitalisme (mazhab neoliberalisme), yang
berprinsip antara lain meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam urusan publik,
termasuk pendanaan pendidikan.
Kedua, solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung
dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas guru dan
prestasi siswa.
c. Meningkatkan kualitas layanan pendidikan secara maksimal sesuai dengan amanat UUD
1945;
f. Meningkatkan peran serta lembaga-lembaga swadaya masyarakat dan media massa dalam
proses pembangunan.
Diantara langkah strategis untuk meminimalkan terjadinya kenakalan remaja antara lain:
a. Menciptakan kehidupan rumah tangga yang beragama (menunjung tinggi nilai spiritual);
b. Menciptakan kehidupan keluarga yang harmonis (hubungan antara ayah, ibu dan anak
terjalin dengan baik);
c. Mewujudkan kesamaan nilai, norma yang dipegang antara ayah dan ibu dalam mendidik
anak;
d. Memberikan kasih sayang secara wajar atau proporsional (tidak memanjakan anak);
g. Memberikan contoh tauladan yang terbaik pada anak, dan setiap pemberian layanan pada aak
diarahkan pada upaya membentuk karakter atau mentalitas positif.
Ada beberapa langkah strategis dalam menangani masalah pencemaran lingkungan hidup,
yaitu:
a. Menerapkan sistem hukum secara tegas dan berkeadilan terhadap setiap pelaku
penceramaran lingkungan;
b. Melakukan gerakan perlawanan terhadap pencemaran lingkungan hidup pada semua lapiran
masyarakat, misalnya gerakan reboisasi, menjalankan konservasi, dan melakukan daur ulang;
e. Membudayakan gaya hidup masyarakat yang konsumeris dan mekanis (orientasi kekinian)
berubah pada orientasi hidup pada kelangsungan generasi mendatang (orientasi masa depan);
dan
2.4.5. Langkah Strategis Menanggulangi Masalah Konflik SARA (Suku, Agama, Ras dan
Antarkelompok)
Semua konflik tidak mungkin dihilangkan sama sekali, yang bisa hanya diminimalkan.
Kedua, melakukan analisis konflik, yaitu melakukan penelitian tentang pola budaya antar
etnik atau kelompok yang sedang konflik. Tujuan penelitian ini adalah:
a. Akan dapat melacak sejarah etnik, karena sejarah budaya etnik sangat menentukan karakter
etnik masing-masing;
d. Mengelaborasi nasionalisme etnik dan peranannya dalam eskalasi konflik sosial; dan
e. Menggambarkan situasi khusus yang terjadi dalam kondisi kekinian dan meprediksi kondisi
keakanan;
Pendekatan atau metode yang dapat ditempuh untuk mencegah terjadinya tindakan
kriminal adalah:
b. Metode represif, yaitu cara pencegahan melalui pemberian hukuman, penangkapan dan
pemenjaraan sampai pada penembakan. Metode terbaik dalam menangani tindak kriminal
adalah metode preventif (Wilis,S. 1994).
2.4.7. Langkah Strategis Menanggulangi Masalah Aksi Protes, Pergolakan Daerah, dan
Pelanggaran HAM
Ada beberapa langkah strategis yang dapat dilakukan dalam proses pembangunan
masyarakat Indonesia, untuk meminimalkan terjadinya aksi protes, demonstrasi, tindak
kriminal, dan pelanggaran HAM, antara lain:
2. Pembangunan harus memanfaatkan secara baik sumber daya masyarakat dan meningkatan
partisipasi peran masyarakatnya;
d. Proses pembangunan sosial, ekonomi dan politik masyarakat, harus lebih meningkatkan
kearah otonomi daerah dan otonomi masyarakat yang lebih berkualitas;
f. Karena basis ekonomi masyarakat Indonesia adalah pertanian, maka program pembangunan
harus berbasis pada pembangunan teknologi pertanian di pedesaan.
B. Kesimpulan
2. Meningkatnya kualitas pendidikan berarti sumber daya manusia yang terlahir akan semakin
baik mutunya dan akan mampu membawa bangsa ini bersaing secara sehat dalam segala
bidang di dunia internasional.
3. Kita semua harus bekerja sama dalam mengatasi masalah sosial yang sudah menjadi sorotan
bagi kita. Dengan bersama, masalah akan lebih cepat selesai. Apalagi dengan disertai prakek-
praktek yang nyata, akan semakin banyak orang sadar akan kehidupan sosial ini.
4. Melakukan perubahan dan perbaikan dimulai dari diri sendiri dan lingkungan yang kondusif,
setelah itu mengajak orang terdekat kita.
DAFTAR PUSTAKA
Pidarta, Prof. Dr. Made. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Soedijar, Z.A, 1990, penelitian Profil Anak Jalanan di DKI Jakarta, badan Penelitian dan Pengembangan
Sosial, Departeman Sosial.