Anda di halaman 1dari 6

Muhammad Zanu Rahmadhani

1403617127

Sejarah C 2017

“New Delhi : Jantung India Yang Terus Bersolek”

Abstrak

India adalah sebuah negara di Asia yang mempunyai jumlah penduduk terbanyak kedua di
dunia, dengan populasi lebih dari satu milyar jiwa, dan adalah negara terbesar ketujuh
berdasarkan ukuran wilayah geografis dengan luas wilayah 3.287.590 km². Jumlah penduduk
India tumbuh pesat sejak pertengahan 1980-an. Ekonomi India adalah terbesar keempat di
dunia dalam PDB, diukur dari segi paritas daya beli (PPP), dan salah satu pertumbuhan
ekonomi tercepat di dunia. India, negara dengan sistem demokrasi liberal terbesar di dunia,
juga telah muncul sebagai kekuatan regional yang penting, memiliki kekuatan militer terbesar
dan mempunyai kemampuan senjata nuklir. Sirjamaki, dalam bukunya The Sociology of Cities,
menjelaskan bahwa kota merupakan pusat-pusat komersial dan industri, kota-kota juga
merupakan sekumpulan penduduk dengan tingkat pemerintahan sendiri yang diatur oleh
pemerintah-pemerintah kota. Kota juga merupakan pusat-pusat untuk belajar belajar serta
tempat kemajuan peradaban. Dilihat dari segi sejarah, kota-kota merupakan tempat kelahiran
peradaban dunia, dan di kotalah menjadi tempat bagi pembentukan peradaban yang lebih
tinggi. Kota New Delhi adalah ibukota India. Disini menjadi pusat dari pemerintahan Negara.
Selain itu New Delhi juga terkenal sebagai pusat Industri Indiayang sangat berkembang dan
tingkat kepadatan penduduknya yang sangat tinggi. Sebagai salah satu kota besar di India,
New Delhi merefleksikan keanekaragaman budaya sekaligus tempat perpaduan berbagai
agama.

Pendahuluan

New Delhi, ibukota nasional India. Terletak di bagian utara-tengah negara di tepi barat Sungai
Yamuna, berbatasan dengan dan tepat di selatan kota Delhi (Old Delhi) dan di dalam wilayah
ibu kota nasional Delhi. Pada bulan Desember 1911 Raja George V dari Inggris memutuskan
bahwa ibukota India Britania akan dipindahkan dari Calcutta (sekarang Kolkata) ke Delhi.
Konstruksi dimulai pada tahun 1912 di sebuah lokasi sekitar 3 mil (5 km) selatan dari pusat
kota Delhi, dan ibu kota baru secara resmi didedikasikan pada tahun 1931. Pola lurus dan
diagonal dari jalan-jalan besar yang dilapisi pohon di New Delhi, dengan hijau yang luas ruang
dan pemandangan luas, sangat kontras dengan jalanan yang ramai, sempit, dan berkelok-kelok
di Old Delhi. Sumbu timur-barat utama New Delhi adalah Central Vista Park, yang diapit oleh
gedung-gedung pemerintah, museum, dan pusat penelitian dalam suasana seperti taman. Kota
ini diperintah oleh Dewan Kota New Delhi (NDMC) yang ditunjuk. Area kota, 16,5 mil persegi
(42,7 km persegi). Pop (2001) 302.363.

A. Sejarah Singkat Kota New Delhi

Lokasi kotanya yang strategis di antara Pegunungan Aravalli dan tepi barat Sungai Yamuna
membuat Delhi menjadi pusat kekuasaan dari berbagai dinasti. Lebih dari tujuh kota telah
didirikan oleh berbagai penguasa, di lokasi di mana ibukota India ini sekarang berdiri megah.
Karena itu kita akan menjumpai perpaduan yang unik antara peninggalan kuno dan kota
metropolitan modern di sini. Delhi adalah warisan kebudayaan yang telah berusia ratusan,
bahkan ribuan tahun.

Dalam kisah Mahabharata yang ditulis sekitar 900 tahun sebelum Masehi, tersebutlah negara
Indraprastha yang didirikan oleh para Pandawa dan terletak di tepi Sungai Yamuna. Tetapi
catatan otentik pertama tentang Delhi berasal dari abad kesebelas, ketika Rajput Anangpal dari
Kanauja mendirikan Lal Kot sebagai ibukota, di daerah selatan Delhi sekarang, di sekitar
monumen Qutab Minar. Penerus-penerus Anangpal berkuasa selama hampir satu abad sampai
mereka dikalahkan Visal Deva dari Ajmer, Rajasthan. Pada abad keduabelas. Prithiviraj
Chauhan mendirikan benteng Qila Rai Pithora di seputar Lal Kot. Menjelang akhir abad
keduabelas, terjadi pergantian kekuasaan oleh Allauddin Khilji dari Afghanistan yang
kemudian tetap memerintah dari Lal Kot sebagai ibukota. Barulah pada tahun 1303 dibangun
ibukota baru, Siri, masih di wilayah selatan Delhi.

Pada masa dinasti Tughlaq (1320-1412) dibangunlah kota ketiga, keempat dan kelima di Delhi,
yaitu Tughlaqabad, Jahanpanah dan Firozabad. Penguasa dari dinasti Mughal, Humayun
membangun Dinpanah di tepi Sungai Yamuna pada abad keenambelas yang kemudian
dilanjutkan oleh Sher Shah Suri dan diganti namanya menjadi Purana Qila. Di kawasan ini
juga ditemukan gerabah dari masa 1000 tahun sebelum Masehi, yang memperkuat dugaan
bahwa di sinilah dulu Indraprastha berdiri.

Shah jahan abad yang sekarang dikenal sebagai Old Delhi dibangun oleh Shah Jahan pada
abad ketujuhbelas, yang merupakan kota ketujuh di Delhi. Di kawasan yang terletak di Delhi
Utara ini dapat dijumpai peninggalan-peninggalan seperti Red Fort (Lal Qila) dan Jama Masjid.
Kota kedelapan dan terakhir di Delhi adalah yang disebut sebagai New Delhi, yang diresmikan
tahun 1931. Kawasan ini dibangun tahun 1911 karena pemerintah kolonial Inggris memutuskan
untuk memindahkan ibukota dari Kolkatta (Calcutta). Kawasan ini didesain oleh dua orang
arsitek Inggris, Sir Edwin Lutyens dan Sir Herbert Baker. New Delhi sampai saat ini menjadi
ibukota India.

B. Muslim New Delhi: Suatu Komunitas Keagamaan, Meski Bukan Mayoritas

Masyarakat Muslim memang tidak mayoritas di India. Tapi, tidak di Ibu Kota New Delhi yang
merupakan kota dengan populasi Muslim tinggi di India. New Delhi sudah menjadi pusat Islam
Kerajaan Moghul. Hingga kini, Islam tumbuh dan berkembang dengan baik disana. Bahkan di
pemerintahan profesional, Muslim juga tampil sebagai pejabat maupun anggota dewan. Tak
hanya itu, para cendikiawan di New Delhi juga mayoritas Muslim jebolan dari perguruan-
perguruan tinggi Islam. Hampir semua golongan di Kota New Delhi menerima kehadiran
Islam. Islam yang selalu dipandang radikal oleh Barat, tidak tergambar di New Delhi.
Pemerintah India bahkan memberlakukan hari libur saat perayaan hari besar agama Islam.
Sementara dari sisi pakaian, meski tak berjilbab, para muslimah di New Delhi tetap
menggunakan baju panjang yang relatif tertutup. New Delhi juga menjadi tempat
berkumpulnya komunitas Muslim. Meski beragam, tapi komunitas itu cenderung seragam
yakni menganut mahzab Hanafi. Dan hanya beberapa saja yang bermahzab Syiah.

C. Sistem Pengangkutan Masal Kota (Delhi Metro)

Transportasi masal berupa kereta bawah tanah ini mampu mengangkut 80.000 penumpang tiap
jamnya atau setara dengan 10.000 bus. Mulai dibangun tahun 1998, dinamakan Metro Delhi
yang sekarang telah terbangun tiga jalur dari delapan jalur yang direncanakan. Ketiga jalur
yang sekarang sudah dioperasikan adalah Jalur Merah (Sadhara-Rithala) panjangnya 22
kilometer , Jalur Kuning (Vishwavidlaya-Central Secretariat) panjangnya 11 kilometer
dan Jalur Biru (Barakhamba Road-Dwarka) panjangnya 32,1 kilometer.

Dalam membangun infrastruktur transportasi massal itu, India tidak menyerahkannya kepada
swasta. Pembangunan megaproyek tersebut didanai bersama-sama pemerintah pusat dan
pemerintah New Delhi. Tarif penumpang Delhi Metro sangat murah, 6 Rupee (Rp.1200)
hingga 22 Rupee (Rp.4400). Dengan Metro Delhi ini manfaat yang diperoleh antara lain :
Pengurangan subsidi bahan bakar 110 juta dollar AS per tahun, menurunkan tingkat kecelakaan
sampai tiga puluh persen, penghematan perjalanan masyarakat, peningkatan produktivitas dan
perbaikan kualitas hidup masyarakat dan juga mengurangi polusi di kota New Delhi

D. New Delhi : Dulu Kota Terpolutif Nomor Dua, Sekarang Ramah Lingkungan

Salah satu berita negatif yang sering menjadi bahan pemberitaan adalah polusi di kota New
Delhi. Disebut-sebut bahwa kota New Delhi merupakan wilayah terpolutif di dunia. Namun,
sekarang dunia terkagum-kagum dengan kota yang besar ini. New Delhi yang dulunya polutif,
sekarang udaranya relative bersih dengan taman luas dan pepohonan hijau hampir di seluruh
pelosok kota. Lalu lintas kini tidak macet lagi meskipun bus-bus kota mengangkut puluhan
ribu penumpang setiap harinya. Kebijakan pemerintah yang “memaksa” semua kendaraan
umum menggunakan bahan bakar gas jenis compressed natural gasmemberi sumbangan besar
pada kebersihan udara New Delhi. Selain itu, pengoperasian angkutan massal berbasis rel yang
sebagian besar melintas di bawah tanah (subway) juga sangat membantu terciptanya kebersihan
udara.

E. Kiat Kota New Delhi Dalam Meraih Keseimbangan Alam

Penetapan tata ruang wilayah bagi berbagai peruntukan sering kali menjadi dilematis bila
jumlah penduduk terus membengkak. Membuka kawasan permukiman artinya akan
menciutkan kawasan vegatasi, termasuk lahan untuk hutan dan pertanian. Padahal, penduduk
harus terpenuhi juga kebutuhan pangannya yang dihasilkan dari pertanian. Di banyak Negara
berkembang yang penduduknya padat seperti Indonesia, kebutuhan pemukiman sering kali
mengalahkan sektor lain, terutama pertanian dan kehutanan.

Namun, di kota New Delhi sebagai ibu kota Negara dengan jumlah penduduk terbanyak di
dunia ini, pemerintah kota tetap mempertahankan daerah terbuka hijau, bukan hanya taman
kota, tetapi juga hutan-hutan lebat lengkap dengan satwa endemiknya yang bebas berkeliaran.
Di daerah New Delhi selatan, dekat Universitas Jawaharlal Nehru misalnya, kita jumpai hutan
lebat di kawasan kampus itu dengan satwa khas, yaitu kuda kecil bertanduk (blue bull). Di
taman kota, di pelataran gedung-gedung pemerintah dan gedung parlemen, ribuan burung-
burung merpati bertengger dan bertebangan dengan bebasnya. Dan di salah satu sudut kota,
tampak sekumpulan monyet berkeliaran di tepian kota di bawah pepohonan yang cukup
rimbun.
Adanya upaya dari pemerintah kota New Delhi, yang bekerja sama dengan pemerintah pusat
untuk menjaga satwa, maka dikeluarkannya Undang-Undang Konservasi tahun 1980 yang
melarang penebangan hutan sebagai material untuk pekerjaan sipil atau umum tanpa
persetujuan pemerintah. Pelanggaran terhadap peraturan ini akan dikenai sanksi berat, baik
denda maupun kurungan. Dalam hal satwa, pemerintah kota mengharuskan kepada pemilik
ternak untuk mengandangkan hewan ternaknya. Jika kedapatan ternak itu berkeliaran, petugas
patroli kota akan menangkapnya. Hewan lain yang menimbulkan gangguan adalah anjing yang
dapat menimbulkan penyakit rabies, menghadapi kasus ini, pemerintah kota melakukan razia
anjing liar dan disuntik vaksin rabies atau disterilsasi.

F. Penataan Kota, adakah PKL dan Pemukiman liar di New Delhi ?

Di India, khususnya New Delhi, pedagang kaki lima hanya diizinkan menggelar dagangannya
di lokasi-lokasi yang sudah ditentukan. Itupun jam operasinya dibatasi. Tidak boleh sepanjang
hari, apalagi sampai membangun gerobak atau tempat semipermanen untuk tidur pada malam
hari. Menurut Direktur Program Kerjasama Pemerintah Kota New Delhi yang mengurusi PKL
dan pemukim liar, New Delhi sebagai kota besar juga mempunyai problem besar urbanisasi
dengan segala dampaknya. Untuk menghadapi masalah ini bukanlah perkara mudah. Secara
fisik, penyediaan rumah, dilakukan dengan cara melepaskan tanah Negara untuk perumahan
murah untuk pendatang. Sedangkan secara ekonomis, pemerintah bersama lembaga swadaya
masyarakat dan perbankan memberikan pelatihan dan pembinaan usaha kecil.

Penutup

New Delhi telah berdiri dan dihuni ribuan tahun oleh manusia. Ia seolah menjadi saksi bisu
jatuh bangunnya berbagai peradaban yang pernah berkuasa di India, mulai sejak Zaman
Mahabharata, Masa Kejayaan Islam hingga Kolonialisme Inggris. Ditengah gemerlapnya
hingar bingar dunia modern ditambah meledaknya jumlah populasi India, New Delhi yang
terdiri dari beberapa bagian kota kecil dan sebagai ibukota administrasi Negara tak henti
hentinya memperbaiki segala fasilitas dan ruang hidup kotanya sebagaimana terus
berkembangnya jumlah populasinya. Meskipun bukan kota terbesar di India akan tetapi New
Delhi kota yang sangat majemuk juga sebagai tempat tinggal dari berbagai latar belakang etnik
dan agama, membuatnya terkenal sebagai kota yang sangat toleransi. Terkenal sebagai kota
industry di India dan dikepung oleh lahan pertanian disekitarnya membuat New Delhi mesti
menghadapi perubahan lingkungan yang terjadi dan kota itu terus berbenah dan berusaha
menjadi kota yang ramah lingkungan.

Daftar Pustaka

1. Purnawan, Basundoro. Pengantar Sejarah Kota, Yogyakarta, Penerbit : Ombak 2012


2. Irwan Suhanda (Editor), India : “Bangkitnya Raksasa Baru Asia”. Jakarta. Kompas,
2007
3. Liddle, Swapna. “Connaught Place and The Making of New Delhi”, India, English,
Speaking Tiger Publishing Pvt Ltd, 2018
4. Safvi, Rana, The Forgotten Cities of Delhi, India, English, Harper Collins India
Publishing, 2018

Anda mungkin juga menyukai