Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

Tumor tulang merupakan kelainan pada sistem muskuloskeletal yang


bersifat neoplastik. Tumor dalam arti yang sempit berarti benjolan, sedangkan
setiap pertumbuhan yang baru dan abnormal disebut neoplasma. Tumor dapat
bersifat jinak atau ganas. Sel sel tumor menghasilkan faktor faktor yang dapat
merangsang fungsi osteoklas, sehingga menimbulkan resorbsi tulang yang dapat
terlihat pada radiogram. Juga ada beberapa tumor yang menyebabkan peningkatan
aktivitas oesteoblas dengan peningkatan densitas tulang yang juga dapat terlihat
pada radiogram. Pada umumnya tumor tumor tulang mudah dikenali dari adanya
massa pada jaringan lunak disekitar tulang, deformitas tulang, nyeri dan nyeri
tekan, atau fraktur patologis.
Sejak tahun 1992, World Health Organization (WHO) telah mengesahkan
istilah kista soliter tulang sebagai lesi awal yang juga telah dijelaskan oleh Lucas
pada tahun 1929 dan oleh Blum pada tahun 1932. Meskipun, kista hemorrhagic,
kista traumatik, pseudokista, kista tulang simple, kista ekstravasasi dan
kavitatulang idiopathic adalah terminologi yang menunjukan lesi yang sama. 1
Meskipun WHO merekomendasikan istilah kista tulang soliter, kista tulang
sederhana adalah istilah yang sering ditemukan dalam banyak literatur. Variasi
terminologi ini mencerminkan ketidakpastian dalam etiologi dan patogenesis dari
kista tulang traumatik.1

Dari seluruh kemungkinan etiologi yang berbeda, teori trauma hemoragik


adalah teori yang diterima oleh banyak peneliti. Teori ini menyatakan bahwa
trauma pada tulang dapat memprovokasi fraktur menghasilkan hematoma
intraosseous. Jika hematoma tidak sembuh dengan baik, maka hematom dapat
mencair, kemudian akan dapat membentuk defek kistik.
Simple bone cyst telah dilaporkan dapat terjadi pada semua jenis tulang di
tubuh, terutama tulang panjang seperti humerus dan femur.1 Kista ini terjadi pada
pasien yang berusia 10 dan 20 tahun. Prevalensi kista tulang sederhana lebih
banyak pada laki-laki dibandingkan perempuan dengan rasio 3:2. Kista tulang
sederhana normalnya tidak dapat menghasilkan gejala-gejala namun sering

1
ditemukan pada saat pemeriksaan radiologi untuk penyakit yang lain. Nyeri,
edema, parastesi, dan fraktur pathologis dilaporkan jarang terjadi.
Secara radiografi, kebanyakan lesi muncul sebagai defek yang dibatasi
gambaran radiolusen.2 Simple bone cyst memiliki diameter 1 sampai 10 cm. Kista
dapat menjadi radiopak seperti pada pembentukan tulang baru. 2 Perubahan ini
belum diamati pada pasien muda tetapi ditemukan pada akhir penyembuhan kista
tulang. Meskipun bukan mencirikan lesi ini, kista tulang sederhana kadang-
kadang muncul sebagai gambaran multilokular radiotransparency terkait dengan
ekspansi kortikal dan pertumbuhan tumor yang lambat. CT Scan juga merupakan
modalitas yang baik.1
Dinding defek dapat dibentuk oleh lapisan fibrosa vaskuler dari jaringan
ikat atau suatu proliferasi penebalan matriks myxofibromatous dan sering
bercampur dengan seluler dan reaksional trabekula tulang. Lapisan ini
menunjukan area vaskularisasi, fibrin, eritrosit dan giant cells yang berdekatan
dengan permukaan tulang. Tidak ada bukti yang menunjukan adanya lapisan
epitelial. Permukaan tulang menutup cavitas yang menunjukan area resorbsi
(Howship’s lacunae) yang menunjukan aktivitas osteoclastic sebelumnya.1 Sampai
saat ini penyebab dan patogenesis simple bone cyst belum diktehui pasti.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Struktur dan Fungsi Tulang3,4


2.1.1 Embriologi Tulang
Pada fase awal perkembangan tulang embrio (pada minggu ke-3 dan ke-4),
terbentuk 3 lapisan germinal yaitu ectoderm, mesoderm, dan endoderm. Lapisan
ini merupakan jaringan yang bersifat multipotensial dan akan membentuk

2
mesenkim yang kemudian berdiferensiasi membentuk jaringan tulang rawan. Pada
minggu ke-5 perkembangan embrio, terbentuk tonjolan anggota gerak (limb bud)
yang di dalamnya terdapat juga sel mesoderm yang kemudian akan berubah
menjadi mesenkim yang merupakan bakal terbentuknya tulang dan tulang rawan.
Perkembangan tulang terjadi melalui dua tahap, yaitu:
1. Pada minggu ke-5 perkembangan embrio, tulang rawan terbentuk melalui
dua cara yang terdiri atas tiga jenis tulang rawan, yaitu:
a. Tulang rawan hialin
b. Tulang rawan fibrin
c. Tulang rawan elastis
2. Setelah minggu ke-7 perkembangan embrio, tulang akan terbentuk melalui
dua cara, yaitu:
a. Secara langsung
Pada proses ini tulang akan terbentuk secara langsung dari membran tulang
dalam bentuk lembaran-lembaran, misalnya pada tulang wajah, pelvis,
scapula dan tulang tengkorak, dapat ditemukan satu atau lebih pusat-pusat
penulangan membran. Ditandai dengan terbentuknya osteoblast yang
merupakan rangka dari trabekula tulang yang penyebarannya secara radier.
b. Secara tidak langsung
Pada proses ini tulang terbentuk dari tulang rawan dimana proses
penulangan dari tulang rawan terjadi melalui dua cara, yaitu:
i. Osifikasi sentral: Pada keadaan ini osifikasi dari tulang terjadi melalui
osifikasi endokondral
ii. Osifikasi primer: Pada keadaan ini osifikasi terjadi di bawah
perikondrium/perikondrial atau osifikasi preiosteum/periosteal.
Mesenkim pada daerah perifer berdifirensiasi dalam bentuk lembaran
yang membentuk periosteum dimana osteoblast terbentuk di dalamnya.

2.1.2 Tulang sebagai Struktur dan Organ


Tulang mempunyai lima fungsi utama, yaitu:

1. Membentuk rangka badan


2. Sebagai pengumpli dan tempat melekat otot
3. Sebagai bagian dari tubuh untuk melindungi dan mempertahankan organ
dalam, seperti otak, sum-sum tulang belakang, jantung, dan paru-paru.
4. Sebagai tempat deposit kalsium, fosfor, magnesium, dan garam

3
5. Sebagai organ yang berfungsi sebagai jaringan hemopoetik untuk
memproduksi sel-sel darah merah, sel-sel darah putih dan trombosit.

2.1.3 Anatomi dan Histologi Tulang,3,4


Tulang dalam garis besarnya dibagi atas:

1. Tulang Panjang: tulang panjang terdiri atas epifisis, diafisis, metafisi.


Epifisis (ujung tulang) merupakan tempat menempelnya tendon dan
mempengaruhi kestabilan sendi. Diafisis adalah bagian utama dari tulang
panjang yang memberikan struktural tulang. Metafisis merupakan bagian
yang melebar dari tulang panjang antara epifisis dan diafisis. Metafisis ini
merupakan daerah pertumbuhan tulang selama masa pertumbuhan. Yang
termasuk tulang panjang misalnya femur, tibia, fibula, ulna, dan humerus.

Gambar 3.1 Struktur Tulang panjang

2. Tulang pendek: contohnya antara lain tulang vertebra dan tulang karpal.
3. Tulang Pipih: yang termasuk tulang pipih antara lain tulang iga, tulang
scapula, dan tulang pelvis.
Berdasarkan histologinya, dikenal:

a. Tulang imatur (non-lamellar bone, woven bone, fiber bone)


Tulang ini pertama-tama terbentuk dari osifikasi endokondral pada
perkembangan embrional dan kemudian secara berlahan-lahan menjadi
tulang yang matur dan pada umur satu tahun tulang imatur tidak terlihat

4
lagi.Tulang imatur ini mengandung jaringan kolagen dengan substansi
semen dan mineral yang lebih sedikit dibandingkan dengan tulang matur.

b. Tulang matur (mature bone, lamellar bone)


i. Tulang kortikal (cortical bone, dense bone, compacta bone); terlihat
padat tanpa rongga.
ii. Tulang trabekuler ( cancellous bone, trabecular bone, spongiosa);
terlihat banyak rongga yang saling berhubungan.

Secara histologik perbedaan tulang matur dan imatur terutama dalam


jumlah sel, jaringan kolagen, dan mukopolisakarida.Tulang matur ditandai dengan
sistem Haversian atau osteon yang memberikan kemudahan sirkulasi darah
melalui korteks yang tebal.Tulang matur kurang mengandung sel dan lebih
banyak substansi semen dan mineral dibanding dengan tulang imatur.Secara
Mikroskopis tulang terdiri dari:

a. Sistem Haversian: saluran yang berisi serabut saraf, pembuluh darah,


aliran limfe
b. Lamella: lempeng tulang yang tersusun konsentris
c. Lacuna: ruangan kecil yang terdapat di antara lempengan yang
mengandung sel tulang
d. Kanalikuli: memancar di antara lacuna dan tempat difusi makanan sampai
ke osteon.

Gambar 2.2 Struktur tulang

Sel-sel tulang dan fungsinya

5
1. Osteoblas: berfungsi dalam pembentukan tulang dengan mensekresikan
matrik tulang. Matrik tulang tersusun atas 98% kolagen dan 2% substansi
dasar (glukosaminoglikan/asam polisakarida dan proteoglikan). Matrik
tulang merupakan kerangka dimana garam garam mineral ditimbun
terutama calsium, fluor, magnesium dan phosphor.
2. Osteosit: sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai pemeliharaan
fungsi tulang dan terletak pada osteon (unit matrik tulang). Osteon yaitu
unit fungsional mikroskopik tulang dewasa yang di tengahnya terdapat
kapiler dan disekeliling kapiler tedapat matrik tulang yang disebut lamella.
Di dalam lamella terdapat osteosit, yang memperoleh nutrisi lewat
prosesus yang berlanjut kedalam kanalikuli yang halus (kanal yang
menghubungkan dengan pembuluh darah yang terletak kurang lebih 0,1
mm).
3. Osteoklas: sel-sel besar berinti banyak memungkinkan mineral dan matriks
tulang dapat diabsorpsi, penghancuran dan remodeling tulang. Tidak
seperti osteoblas dan osteosit, osteoklas mengikis tulang.

Gambar 2.3 Sel-sel tulang

2.1.4 Klasifikasi dan Jenis Sendi


Sendi merupakan pertemuan antara dua tulang atau lebih.Sendi
memberikan segmentasi pada rangka manusia dan kemungkinan variasi
pergerakan serta variasi pertumbuhan. Dikenal 5 jenis sendi dengan karakteristik
yang berbeda, yaitu:

a. Sindesmosis: sendi dimana dua tulang ditutupi hanya oleh jaringa fibrosa

6
b. Sinkondrosis: sendi dimana kedua tulang ditutupi oleh tulang rawan.
Lempeng epifisis merupakan suatu sinkondrosis yang bersifat sementara
yang menghubungkan antara epifisis dan metafisis serta memberikan
kemungkinan pertumbuhan memanjang pada tulang.
c. Sinostosis: bila sendi mengalami obliterasi dan terjadi penyambungan
antara keduanya, maka keadaan ini disebut sinostosis.
d. Simfisis: suatu jenis persendian dimana kedua permukaannya ditutupi oleh
tulang rawan hialin dan dihubungkan oleh fibrokartilago serta jaringan
fibrosa yang kuat.
e. Sendi synovial: sendi dimana permukaannya ditutupi oleh tulang rawan
hialin dan pinggirnya ditutupi oleh kapsul sendi berupa jaringan fibrosa
dan di dalamnya mengandung cairan synovial.

2.1.5 Pertumbuhan dan Remodelling Tulang


2.1.5.1 Pertumbuhan Memanjang Tulang
Pertumbuhan intertisial tidak dapat terjadi di dalam tulang, oleh karena itu
pertumbuhan intertisial terjadi melalui proses osifikasi endokondral pada tulang
rawan. Ada dua lokasi pertumbuhan tulang rawan pada tulang panjang, yaitu :
1. Tulang rawan artikuler, terjadi pada daerah tulang rawan artikuler dan
merupakan tempat satu-satunya bagi tulang untuk bertumbuh pada daerah
epifisis. Pada tulang pendek, pertumbuhan tulang dapat terjadi pada seluruh
daerah tulang
2. Tulang rawan lempeng epifisis, tulang rawan lempeng epifisis memberikan
kemungkinan metafisis dan diafisis untuk bertumbuh memanjang.Pada daerah
pertumbuhan ini, terjadi keseimbangan antara dua proses, yaitu:
a. Proses pertumbuhan, yaitu adanya pertumbuhan intertisial tulang rawan
dari lempeng epifisis memungkinkan terjadinya penebalan tulang.
b. Proses kalsifikasi, yaitu kematian dan penggantian tulang rawan pada
daerah permukaan metafisis terjadi melalui proses osifikasi endokondral

Dikenal tiga zona lempeng epifisis (Gambar 2.4)

a. Zona petumbuhan, pada zona ini terdapat lapisan germinal yang merupakan
daerah intertisial, yang melekat pada epifisis dengan sel-sel kondrosit muda

7
serta pembuluh darah halus. Juga terdapat lapisan proliferasi yang
merupakan daerah intertisial yang paling aktif dalam zona ini dan lapisan
palisade di sebelah dalam dari lapisan proliferasi.
b. Zona transformasi tulang rawan, pada zona ini terdapat lapisan hipertofi,
kalsifikasi dan degenerasi yang merupakan daerah tulang rawan yang
mengalami maturasi.
c. Zona osifikasi, daerah yang tipis dengan sel-sel kondrosit yang telah mati
akibat kalsifikasi matriks

Gambar 2.4 Zona lempeng epifisis

2.1.5.2 Pertumbuhan Melebar Tulang


Pertumbuhan melebar terjadi akibat pertumbuhan aposisi osteoblas pada
lapisan dalam periosteum dan merupakan suatu jenis osifikasi intramembran.

2.1.5.3 Remodelling Tulang


Selama pertumbuhan memanjang tulang, maka daerah metafisis
mengalami remodeling (pembentukan) dan pada saat yang bersamaan epifisis
menjauhi batang tulang secara progresif. Remodeling tulang terjadi sebagai hasil
proses antara deposisi dan resoprsi osteoblastik secara bersamaan.

8
Proses remodeling tulang berlangsung sepanjang hidup, dimana anak-anak
dalam masa pertumbuhan terjadi keseimbangan yang positif sedangkan pada
orang dewasa terjadi keseimbangan yang negative. Remodeling juga terjadi
setelah penyembuhan suatu fraktur.
2.2 Definisi Simple Bone Cyst
Simple bone cyst/ solitary bone cyst/unilateral bone cyst merupakan suatu
rongga didalam tulang yang dibatasi oleh membrane yang tipis dan berisi
cairan.3m Simple bone cyst merupakan lesi menyerupai tumor yang bersifat jinak,
berisi cairan yang dikelilingi oleh fibrosa, sering terjadi pada anak-anak dan tidak
diketahui asalnya.5(11) Dari keseluruhan klasifikasi tumor, simple bone cyst
merupakan tumor-like lesion. Cavitas kista biasanya berisi sejumlah kecil cairan
bening serous. Pada fraktur patologis kista berisi darah.Kista dapat meluas tetapi
tidak pernah penetrasi pada korteks tulang.6 kista ini biasanya terjadi pada tulang
panjang anak yang sedang tumbuhterutama pada bagian tasa tulang humerus (50-
60%) atau bagian atas femur (25-30%). Pada orang dewasa cenderung pada tulang
pipih (seperti panggul, rahang, tengkorak, atau tulang rusuk), tulang calcaneus.7
Kista tulang soliter diklasfikaskan menjadi dua yaitu ; aktif dan laten.
Kista aktif adalah kista yang berada dekat dengan lempeng epifisis dan cenderung
tumbuh hingga mengisi keseluruhan diafisis dan corpus tulang, tergantung pada
tingkat invasif kista, ini dapat menyebabkan fraktur patologis atau dapat
menghancurkan lempeng epifisis dan menimbulkan pemendekan tulang
permanen. Sedangkan kista laten berlokasi jauh dari lempeng epifisis dan lebih
mudah sembuh dengan terapi.8,9,
2.3 Epidemiologi
Simple bone cyst biasanya muncul pada dekade satu dan dua yaitu pada
anak-anak yang belum mengalami maturitas tulang. Kista sering terjadi pada anak
usia 5-15 tahun, dengan rata-rata umur adalah 9 tahun. Simple bone cyst
menyerang pada laki-laki 2 kali lebih sering dibandingkan wanita. Lesi ini
merupakan 3% dari seluruh jenis tumor tulang. Lebih sering terjadi pada tulang
panjang, proksimal humerus dan proksimal femur.Kista biasanya berada di regio
metafisis dan di tengah kanalis medularis tulang panjang.Pasien > 20 tahun sering

9
menderita kista tulang sederhana pada pelvis dan kalkaneus. Pasien jarang
mengalami multiple lesi.10
Pada tumor jinak tulang, Simple bone cyst menempati urutan ketiga atau
keempat pada anak setelah osteochondroma dan fibroma. Lesi ini bisa terjadi
bersamaan dengan tumor jinak lain seperti fibroma non-osifikasi.8

2.4 Etiologi dan Patofisiologi


Penyebab Simple bone cyst masih belum diketahui. suatu teori menyatakan
bahwa kista muncul dari growth palatae yang berlebihan atau kantong yang
abnormal dari jaringan synovial yang melindungi sendi. Menurut penelitian
Cohen bahwa penyebab Simple bone cyst adalah blokade dari drainase cairan
intersisial pada wilayah tulang yang mengalami pertumbuhan dan remodelling
cepat.8 Tetapi beberapa penelitian menyatakan adanya hubungan dengan trauma. 1
Teori trauma hemoragik telah didemonstrasikan bahwa trauma pada tulang tidak
mampu menyebabkan fraktur sehingga terbentuk hematom intraosseous. Jika
hematome ini tidak pulih ia dapat mencair, dengan akibat terbentuknya defek
kistik.1 Teori lainnya menyebutkan adanya iskemia nekrosis sumsum tulang dan
perubahan metabolisme tulang menyebabkan osteolisis, deformitas vaskular
intraosseous, lesi neoplastk degeneratif jinak, perubahan metabolisme kalsium,
infeksi low-grade, obstruksi vena dan tumor tulang dapat menimbulkan
degenerasi kistik.1 Teori lain menyatakan adanya perbedaan tekanan parsial
oksigen(PaO2) di arteri dan vena pada kista tulang sehingga menyebabkan
obstruksi vena.3
Patogenesis Simple bone cyst masih belum diketahui. Pada pemeriksaan
secara umum, kista mengekspansi korteks tulang. Periiosteum yang intak
terbungkus dengan lapisan kortikal tipis. Kista biasanya berisi cairan serous
jernih, pada beberapa kasus produk darah dapat ditemukan dalam cairan bila
sebelumnya telah didahului oleh fraktur. Membran dengan ketebalan yang
berbeda membatasi dinding dalam kista tersebut. Septum fibrosa dapat terbentuk
bila sebelumnya terdapat fraktur , sehingga menghasilkan gambaran kista yang
multilokuler.9
2.5 Gejala Klinis

10
Kebanyakan Simple bone cyst tidak menimbulkan gejala dan ditemukan
secara kebetulan. Beberapa kista ditemukan setelah tulang patah, katena tidak
menimbulkan gejala. Pasien mungkin menyadari adanya pembengkakan yang
sedikit nyeri pada area tulang jika kista menyebabkan tulang melebar. Gambaran
klinis yang sering dijumpai pada kelaiann ini adalah adanya fraktur
patologis.Kelainan ini sering terjadi pada tulang panjang, terutama pada bagian
atas tulang panjang.Kebanyakan kista tulang sederhana bersifat asimptomatik.Lesi
yang besar menimbulkan penipisan tulang dan menjadi fraktur sehingga dapat
muncul nyeri ringan atau keterbatasan gerak.9

2.6 Diagnosis Banding


1. Aneurisma bone cyst
2. Tumor sel raksasa (giant cell tumor)
3. Displasia monostotik fibrosa2

2.7 Diagnosis
Dari anamnesis diketahui adanya riwayat trauma. Pemeriksaan rontgen
menunjukan lesi radiolusen di regio metadiafisis tulang panjang.Lesi memiliki
pinggir yang jelas dan meluas, menipis pada permukaan endosteum dari
korteks.Bagian lesi memiliki pinggir tulang sklerotik.Lesi terpusat pada kanalis
medularis dan berada disepanjang aksis longitudinal batang humerus.Tidak
terdapat perluasan ke arah lempeng epifisis atau adanya reaksi periosteum.Juga
tidak terdapat soft tissue swelling. Adanya fraktur patologis membuat pasien
mengeluh rasa nyeri.10
Pada gambaran rontgen juga dapat ditemukan fraktur fragmen kortikal.
Fragmen ini telah menetap pada dasar lesi yang mengindikasikan keberadaan
ruang cairan dan bukan tumor yang solid yang disebut "fallen fragment" yang
merupakan tanda dari kista tulang sederhana.4,10

11
Gambaran rontgen os tibia, kista tulang sederhana pada regio distal diametafisis
tibia
Ct scan dan MRI tidak rutin diperlukan, pemeriksaan ini digunakan hanya
untuk evaluasi spinal dan pelvis.Karena area ini sulit dievaluasi menggunakan
film biasa. Selain itu CT Scan dan MRI dibutuhkan untuk menilai komplikasi
berupa fraktur.3CT scansuntuk mendapatkan potongan axial, coronal, and
sagittalsecara akurat. Selain itu juga untuk menilai kelainan lemak, otot, dan
beberapa organ lainnya.8,9 Magnetic resonance imagingdigunakan untuk
menentukan dengan tepat lokasi kista, untuk menilai seberapa afgresif penyakit
ini, dan menentukan dengan baik bentuk serta ukuran kista.
Beberapa peneliti menganjurkan menilai indeks kista untuk memprediksi
risiko fraktur patologis di masa mendatang. Indeks kista adalah dimensi terluas
kista dibagi dengan diameter diafisis pada tulang yang sama.3
2.8 Tatalaksana
Tujuan terapi adalah untuk mencegah fraktur patologis, mengurangi
morbiditas, dan mengembalikan ke gaya hidup normal. 3 Terapi berupa konservatif
ataupun operasi. Untuk lesi yang asimptomatik terapi yang dilakukan adalah
konservatif dan observasi radiologi.Fraktur pada ekstremitas atas dapat diterapi
secara konservatif.Lesi yang besar dan terletak di ekstremitas bawah dan lesi
simptomatik, diterapi dengan kuretase (dengan atau tanpa cangkok atau internal
fiksasi) atau dengan aspirasi dan injeksi (sering menggunakan steroid, aspirasi
sumsum tulang, demineralisasai matriks tulang).Indikasi operasi adalah ; nyeri

12
dan ada fraktur patologik atau adanya risiko fraktur seperi kista yang besar dengan
weight-bearing area.
Tujuan intervensi operasi pasien dengan simple bone cyst bersifat
individualis.Lesi asimptomatik dengan perawatan yang baik pada penebalan
kortek hanya membutuhkan observasi.Lesi dengan penipisan korteks (dengan atau
tanpa nyeri) membutuhkan intervensi bedah. Selain itu ekstremitas atas vs
ekstremitas bawah pada anak yang lebih muda (lebih banyak membutuhkan
imobilisasi) dan anak yang lebih dewasa (lebih sedikit membutuhkan imobilisasi)
membutuhkan pertimbangan operasi.3
Injeksi steroid, kuretase dan cangkok tulang merupakan terapi definitif kista
tulang soliter.Kuretase memiliki risiko tinggi untuk fraktur berulang. Injeksi
kortikosteroid memberikan hasil penyembuhan yang memuaskan pada 67%
hingga 96% pasien, tetapi penyembuhan lengkap membutuhkan injkesi yang
multiple. Namun demikian baik operasi terbuka ataupun injeksi steroid
menunjukan 100 % keberhasilan. Jika kuretase dilakukan, cangkok atau substitusi
tulang juga harus dilakukan.7

Berikut ini penjelasan tentangketiga jenis operasi :8,9


 Kuratase :
Operasi dengan insisi atau membuka tulang untuk mendrainase cairan di dalam
kista.Sekali cairan telah di drainase, kuretase kemudian dilakukan dan garis
jaringan di kikis dari lesi, menggunakan kuret.8,9
 Bone Grafting:

13
Cangkok tulang dilakukan setelah kuretase, ruang kosong ditransplantasi
dengan donor jaringan tulang, potongan tulang diambil dari tulang lain atau
dari materil buatan. 8,9
 Steroid injection:
Injeksi methylprednisolone acetate ke dalam lesi menolong mengurangi kadar
prostaglandin. Prostaglandin adalah asam lemak yang mengurangi kemampuan
kista intuk direabsorbsi ke dalam tulang.Untuk memulai operasi menggunakan
steroid, jarum biopsi diletakkan ke dalam kista dan cairan intersisial di
drainase.Kista kemudian diisi dengan kontras radiografi untuk menentukan
volume dan bentuk kista. Jika kista dapat diisi, injeksi methylprednisolone
acetate dilakukan untuk beberapa interval selama masa 6 – 12 bulan. Sekali
tingkat prostaglandin menurun, maka kista akan direabsorbsi ke dalam tulang
dan menghilang. Terapi menggunalan injeksi steroid lebih disukai dari pada
kuretase, tetapi terdapat risiko dari tindakan ini, diantaranya adalah fraktur dan
kekambuhan kista.8,9

14
15
2.9 Prognosis
Hasil pengobatan bervariasi dengan lokasi atau ukuran kista dan usia pasien.
Kekambuhan tingkat kekambuhan lebih tinggi bila kista terjadi di humerus
proksimal daripada di tulang paha atau tibia.Bila kista terjadi pada tulang pipih,
kekambuhan jarang terjadi.Kista kecil memiliki tingkat kekambuhan yang lebih
rendah dibandingkan kista lebih besar. Kista yang terjadi pada pasien dalam
dekade 1 memiliki tingkat kekambuhan lebih tinggi.Tidak terjadi degenerasi ke
arah ganas pada kista tulang sederhana.
Risiko kekambuhan adalah 17-50%, tergantung pada lokasi kista dan terapi
yang diberikan.Proksimal humerus memiliki kekambuhan tertinggi dibandingkan
dengan sisi lainnya.Faktor predisposisi dari kekambuhan adalah umur, kista di sisi
kanan, kista yang besar, kista multilokuler, dan fraktur.Kekambuhan sering terjadi
pada pasien yang berusia < 10 tahun. Kista tulang soliter menghilang pada usia>
25 tahun. Kekambuhan lebih sering pada perempaun dibandingkan laki-laki (30%
vs. 12.5%). Kista pada sisi kanan lebh sering kambuh mungkin karena

16
penggunaan tangan yang dominan. Kista aktif di dekat epifisis lebih sering
kambuh daripada kista laten yang tersebar dari epifisis. Kista multilokuler lebih
sering kambuh setelah kurtease karena dapat meninggalkan beberapa area di
belakang owing untuk penyembuhan garis fraktur lebih awal. Fraktur impacted
jarang kambuh karena kista akan obliterasi dengan kerusakan struktur kista
melalui penyembuhan tulang yang dipercepat. Pada fraktur unimpacted, kista
cenderung mempertahankan volume kista dan berisiko untuk fraktur ulang.1,8,9

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Simple bone cyst/ solitary bone cyst/unilateral bone cyst merupakan suatu
rongga didalam tulang yang dibatasi oleh membrane yang tipis dan berisi
cairan.3m Simple bone cyst merupakan lesi menyerupai tumor yang bersifat jinak,
berisi cairan yang dikelilingi oleh fibrosa, sering terjadi pada anak-anak dan tidak
diketahui asalnya. Simple bone cyst biasanya muncul pada dekade satu dan dua
yaitu pada anak-anak yang belum mengalami maturitas tulang. Kista sering terjadi
pada anak usia 5-15 tahun, dengan rata-rata umur adalah 9 tahun. Simple bone

17
cyst menyerang pada laki-laki 2 kali lebih sering dibandingkan wanita. Lesi ini
merupakan 3% dari seluruh jenis tumor tulang. Lebih sering terjadi pada tulang
panjang, proksimal humerus dan proksimal femur.Kista biasanya berada di regio
metafisis dan di tengah kanalis medularis tulang panjang.Pasien > 20 tahun sering
menderita kista tulang sederhana pada pelvis dan kalkaneus. Pasien jarang
mengalami multiple lesi. Kebanyakan Simple bone cyst tidak menimbulkan gejala
dan ditemukan secara kebetulan. Beberapa kista ditemukan setelah tulang patah,
katena tidak menimbulkan gejala. Pasien mungkin menyadari adanya
pembengkakan yang sedikit nyeri pada area tulang jika kista menyebabkan tulang
melebar. Gambaran klinis yang sering dijumpai pada kelaiann ini adalah adanya
fraktur patologis. Terapi berupa konservatif ataupun operasi. Untuk lesi yang
asimptomatik terapi yang dilakukan adalah konservatif dan observasi radiologi.
Tujuan intervensi operasi pasien dengan simple bone cyst bersifat
individualis.Lesi asimptomatik dengan perawatan yang baik pada penebalan
kortek hanya membutuhkan observasi.Lesi dengan penipisan korteks (dengan atau
tanpa nyeri) membutuhkan intervensi bedah. Risiko kekambuhan adalah 17-50%,
tergantung pada lokasi kista dan terapi yang diberikan

DAFTAR PUSTAKA

1. J Health Sci Inst. 2012;30(3):295-8 Simple bone cyst: a case report and
review 297 of the literature.
2. Chairuddin Rasjad. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Edisi ke-tiga. 2009.
Jakarta:PT. Yarsif Watampone.
3. Harvey Teo, Eu-Leong. Felix S Chew. Simple Bone Cyst. Diakses dari
URL: http://reference.medscape.com/article/395783-overview
4. F. Lokiec, E. Ezra, O. Khermosh, S. Wientroub. Simple Bone Cysts Treated
By Percutaneous Autologous Marrow Grafting.J Bone Joint Surg .1996;78-
B:934-7.

18
5. Myles margolis, michael k. Mclennan. Radiology rounds. Diakses dari
URL:http//:www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2380282/pdf/canfamph
ys00103-0055.pdf
6. Milan Kokavec, Martina Frištakova, Peter Polan, Gadi M. Bialik. Surgical
Options for the Treatment of Simple Bone Cyst in Children and
Adolescents.IMAJ VOL 12. Februari 2010. Diakses dari URL:
http://www.ima.org.il/FilesUpload/IMAJ/0/38/19447.pdf
7. Maheswari J. Essential orthopaedic. Edisi ke-3. University hospital, Queen’s
medical centre, United kingdom
8. Kar Hao Teoh, Adam C Watts, Yu-Han Chee, Robin Reid, Daniel Edward
Porter, Predictive factors for recurrence of simple bone cyst of the proximal
humerus. Journal of Orthopaedic Surgery 2010;18(2):215-9
9. Mehlman, Charles T. "Unicameral Bone Cyst". Medscape Reference.
10. Hou, Hsien-Yang; Karl Wu, Chen-Ti Wang, Shun-Min Chang, Wei-Hsin
Lei, and Rong-Sen Yang (2011). "Treatment of Unicameral Bone Cyst:
Surgical Technique". The Journal of Bone and Joint Surgery-American
Volume93: 92–99. doi:10.2106/JBJS.J.01123.

19

Anda mungkin juga menyukai