Anda di halaman 1dari 10

PERCOBAAN VI

ANALISA SAMPAH

6.1.1 PENDAHULUAN
6.1.2 Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui komposisi
sampah, densitas sampah, kadar air dan kadar volatil sampah.

6.1.2 Latar Belakang


Limbah atau sampah yaitu limbah atau kotoran yang dihasilkan
karena pembuangan sampah atau zat kimia dari pabrik-pabrik. Limbah
atau sampah juga merupakan suatu bahan yang tidak berarti dan tidak
berharga, tapi kita tidak mengetahui bahwa limbah juga bisa menjadi
sesuatu yang berguna dan bermanfaat jika diperoses secara baik dan benar.
Limbah atau sampah juga bisa berarti sesuatu yang tidak berguna dan
dibuang oleh kebanyakan orang, mereka menganggapnya sebagai sesuatu
yang tidak berguna dan jika dibiarkan terlalu lama maka akan
menyebabkan penyakit padahal dengan pengolahan sampah secara benar
maka bisa menjadikan sampah menjadi benda ekonomis. (Pronowo, 2009)
Meski setiap hari manusia selalu menghasilkan sampah, manusia
pula yang paling menghindari sampah. Selama ini sampah dikelola dengan
konsep buang begitu saja (Open Dumping), buang bakar (dengan
insinerato/dibakar begitu saja), gali tutup (Sanitary Landfill), ternyata
tidak memberikan solusi yang baik apalagi jika pelaksanaannya tidak
disiplin. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika pada akhirnya warga
menolak kehadiran TPA (Tempat pembuangan akhir sampah). Penyebab
banjir umumnya sampah organik, plastik atau kaleng-kaleng yang sulit
terurai.
Dampak sosial yang timbul akibat pembuangan sampah-sampah
saat ini belum banyak mengubah pandangan para pengambil kebijakan dan
operatornya. Apabila sampah tidak dikelola dengan baik selain
menyebabkan kota menjadi kotor dan kumuh juga dapat menyebabkan
VI-2

pendangkalan sungai yang akan berakibat timbulnya bencana banjir.


Selain itu akan muncul lalat, penyakit, dan bau busuk. Sedangkan apabila
ditangani dengan baik dan professional, disamping membuat kota menjadi
bersih dan kondisi lingkungan menjadi lebih baik, sampah juga
mendatangkan lapangan pekerjaan baru yang cukup besar dan pendapatan.
(Hakim, 2006)

6.2 DASAR TEORI


Sampah adalah semua material yang dibuang dari kegiatan rumah
tangga, perdagangan, industri dan kegiatan pertanian. Sampah yang
berasal dari kegiatan rumah tangga dan tempat perdagangan dikenal
dengan limbah municipal yang tidak berbahaya (non hazardous).
(Departemen Kehutanan, 2004)
Soewedo (1983) dalam Departemen Kehutanan (2004)
menyatakan bahwa sampah adalah bagian dari sesuatu yang tidak dipakai,
tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal
dari kegiatan yang dilakukan manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi
bukan yang biologis.
Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber
hasil aktifitas manusia maupun alam yang belum memiliki nilai
ekonomis.Meningkatnya jumlah dan aktivitas penduduk di wilayah
perkotaan menghasilakan volume sampah yang semakin meningkat. Hal
ini menimbulkan berbagai masalah karena sampah dapat mencemari
lingkungan apabila tidak dikelola dengan baik.
Akibat adanya sampah yang tidak terkelola dengan baik antara lain
tempat berkembang dan sarang dari serangga dan tikus, menjadi sumber
polusi dan pencemaran tanah, air dan udara, sebab sampah menghasilkan
cairan lindi (leachate) dan bau busuk yang ditimbulkan akibat dari proses
dekomposisi yang menghasilkan gas CO2, methan dan sebagainya dan
apabila sampah merupakan sampah anorganik yang menyebabkan tanah
tidak dapat diolah, pemandangan yang tidak sehat, menyebabkan banjir
VI-3

dan merupakan sumber dan tempat hidup kuman-kuman yang


membahayakan kesehatan.
Sampah diholongkan dalam 4 (empat) kelompok antara lain
meliputi :
a. Human excreta, merupakan bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh
manusia, meliputi tinja (faeces), dan air kencing (urine).
b. Sewage, merupakan air limbah yang di buang oleh pabrik maupun rumah
tangga, contohnya adalah air bekas cucian pakaian yang masih
mengandung larutan deterjen.
c. Refuse, merupakan bahan pada sisa proses industri atau hasil sampingan
kegiatan rumah tangga. Refuse dalam kehidupan sehari-hari di sebut
sampah. Contoh : panci bekas, kertas bekas pembungkus bumbu dapur,
sendok kayu yang sudah tidak di pakai lagi dan dibuang, sisa sayuran, nasi
basi, daun-daun tanaman, dan masih banyak lagi.
d. Industrial waste, merupakan bahan-bahan buangan dari sisa-sisa proses
industry. (Mirmanto, 2005)

Komposisi Sampah
Komposisi sampah merupakan penggambaran dari masing-masing
komponen yang terdapat dalam buangan padat dan distribusinya. Biasanya
dinyatakan dalam persen berat (%). (Azkha, 2006)
Berdasarkan komposisinya, sampah dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Sampah Organik
Sampah organik yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa
makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat
diolah lebih lanjut menjadi kompos.
Sampah organik adalah merupakan barang yang dianggap sudah
tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi masih
bisa dipakai kalau dikelola dengan prosedur yang benar. Sampah organik
adalah sampah yang bisa mengalami pelapukan (dekomposisi) dan terurai
menjadi bahan yang lebih kecil dan tidak berbau (sering disebut dengan
kompos). Kompos merupakan hasil pelapukan bahan-bahan organik
seperti daun-daunan, jerami, alang-alang, sampah, rumput, dan bahan lain
VI-4

yang sejenis yang proses pelapukannya dipercepat oleh bantuan manusia.


Sampah pasar khusus seperti pasar sayur mayur, pasar buah, atau pasar
ikan, jenisnya relatif seragam, sebagian besar (95%) berupa sampah
organik sehingga lebih mudah ditangani. Sampah yang berasal dari
pemukiman umumnya sangat beragam, tetapi secara umum minimal 75%
terdiri dari sampah organik dan sisanya anorganik.
2. Sampah Anorganik
Sampah anorganik yaitu sampah yang tidak mudah membusuk,
seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol
dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah ini dapat
dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan
produk lainnya. Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual adalah
plastik wadah pembungkus makanan, botol dan gelas bekas minuman,
kaleng, kaca, dan kertas, baik kertas koran, HVS, maupun karton.
Di negara-negara berkembang komposisi sampah terbanyak adalah
sampah organik, sebesar 60 – 70%, dan sampah anorganik sebesar ± 30%.
(Departemen Kehutanan, 2004)

Densitas Sampah
Densitas dinyatakan dalam berat sampah per volume sampah.
Densitas sampah akan berubah pada setiap tahapan pengelolaan sampah
baik dari tahap penimbulan hingga pembuangan akhir. Densitas sampah
yang perlu mendapatkan perhatian dari pihak pengelola samapah kota
adalah densitas sampah pada kontainer penyimpanan sementara (karena
hal ini akan menentukan berapa banyak kendaraan angkut yang diperlukan
untuk mengumpulkan sampah pada suatu area tertentu) dan densitas pada
lahan urug (yang menentukan jumlah ruang yang diperlukan sebagai
tempat pembuangan akhir sehingga umur lahan urug dapat ditentukan).
(Ardan, 2008)

Kadar Air Sampah


Dengan mengetahui kelembaban atau kadar air sampah dapat
ditentukan frekuensi pengumpulan sampah. Frekuensi pengumpulan
sampah dipengaruhi oleh komposisi sampah yang dikandungnya.
VI-5

Perhitungan energi sangat diperlukan agar pembakaran dapat berlangsung


efektif dan efisien. Besarnya energi yang diperlukan terutama juga
tergantung pada besarnya kadar air sampah. Apabila kadar air sampah
tinggi, maka energi yang diperlukan untuk pengeringan dan pembakaran
juga tinggi. Selain tergantung pada kadar air sampah, besarnya energi yang
diperlukan juga tergantung pada kandungan energi sampah. Efektifitas
pengeringan dan pembakaran ditentukan oleh empat hal, yaitu (Soewedo
Hadiwiyoto, 1983 dalam Mirmanto, 2005):
a. Kecepatan dispersi uap dari sampah.
b. Tingginya diferensiasi suhu, yaitu kenaikan suhu bertahap yang
diperlukan.
c. Pengadukan, untuk mempercepat pemindahan panas.
d. Ukuran sampah. Bila ukuran sampah kecil (misalnya dirajang atau
digiling), berarti permukaannya menjadi lebih luas, akibatnya air yang
menguap lebih cepat.

Kadar Volatil Sampah


Penentuan kadar volatil sampah bertujuan untuk memperkirakan
seberapa besar efektifitas pengurangan (reduksi) sampah menggunakan
metode pembakaran berteknologi tinggi (Incenerator). Kadar abu
merupakan sisa proses pembakaran pada suhu tinggi. Dengan penentuan
kadar abu ini dapat dilihat keefektifan kinerja proses pembakaran tersebut.
(Azkha, 2006)
Merupakan pengukuran materi yang akan menguap bila
dipanaskan pada suhu 600OC, dan dikonversi menjadi CO2. Materi volatil
pada sampah diukur dengan membakar sampel sampah kering pada
temperatur 600OC dimana bagian volatil sampah akan terpijar dan
menguap.
Data pengukuran kadar volatile ini juga diperlukan untuk
merencanakan teknologi pembakaran sampah untuk menentukan apakah
sampah dapat terbakar dengan sendirinya atau memerlukan bahan bakar
bantu seperti minyak dan gas untuk membuatnya terbakar seluruhnya.
(Ruslinda, 2006)
VI-6

6.3 METODOLOGI PERCOBAAN


6.3.1 Alat dan Bahan
6.3.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah gelas beaker,
oven, cawan krus porselin, neraca analitik dan timbangan.

6.3.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sampah
organik dan sampah anorganik.

6.3.2 Cara Kerja


A. Penentuan Komposisi Sampah
1. Menimbang berat sampah secara keseluruhan.
2. Memilah-milah sampah sesuai komponennya (organik dan anorganik).
3. Menimbang berat sampah yang sudah dipisahkan berdasarkan
komponen masing-masing.
4. Menghitung persentase komposisi masing-masing sampah tersebut.
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛 𝑜𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑘
% organik = x 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛 𝑜𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑘
% anorganik = x 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

B. Penentuan Densitas Sampah


1. Menyiapkan sampel sampah.
2. Menimbang berat kosong gelas beaker volume 600 mL.
3. Mengaduk sampah dan memasukkan sampah ke dalam gelas beaker
tanpa pemadatan hingga memenuhi wadah.
4. Memadatkan sampah dalam gelas beaker dan mengukur volumenya
(dalam satuan liter).
5. Menimbang berat sampah.
6. Menghitung besarnya densitas sampah.
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Densitas sampah = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
VI-7

C. Penentuan Kadar Air Sampah


1. Mencampur kembali sampah dari penentuan komposisi.
2. Membagi sampah menjadi 4 bagian dan mengambil masing-masing 1
sekop dari tiap bagiannya.
3. Mencampur bagian yang terpisah dan mengambil kira-kira 500 gr.
4. Menimbang cawan petri kosong yang sudah di oven.
5. Memasukkan sampel sampah dan menimbang berat sampel sampah.
6. Memasukkan cawan tersebut dalam oven selama 15 menit.
7. Mengeluarkan cawan dan membiarkannya agak dingin.
8. Menimbang berat sampel yang sudah di oven beserta cawan petri.
9. Menghitung kadar air sampah.
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑖𝑠𝑖 (𝑎) –𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑖𝑠𝑖 (𝑏)
% kadar air = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑖𝑠𝑖 (𝑎)− 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
x 100%

% kadar air = (100% - % kadar air)

D. Penentuan Kadar Volatil (Tingkat Penguapan) Sampah


1. Menggerus sampel sampah kering hasil penetapan kadar air.
2. Menimbang cawan yang sudah dipanaskan
3. Menimbang cawan setelah sampel digerus.
4. Menghitung kadar volatil sampah.

6.4 HASIL DAN PEMBAHASAN


6.4.1 Hasil
a. Penentuan Komposisi Sampah
Tabel 1. Hasil pengamatan penentuan komposisi sampah
No. Percobaan Hasil
1. Ditimbang berat sampah keseluruhan. W = 920 gram
2. Dipilih sampah
 Organik W = 880 gram
 Anorganik W = 40 gram
3. Dihitung persentasi komposisi
masing-masing sampah
VI-8

b. Penentuan Densitas Sampah


Tabel 2. Hasil pengamatan penentuan densitas sampah
No. Percobaan Hasil
1. Ditimbang gelas beaker kosong W = 220 gram
voleme 600 mL.
2. Dincampur sampah dan memasukan W = 830 gram
ke dalam beaker tanpa dipadatkan
3. Dipadatkan sampah dalam gelas V = 720 mL
beaker dan mengukur volumenya
4. Ditimbang berat sampah W = 830 gram

c. Penentuan Kadar Air Sampah


Tabel 3. Hasil pengamatan penentuan kadar air sampah
No. Percobaan Hasil
1. Ditimbang cawan petri kosong yang W = 44,1 gram
sudah di oven.
2. Ditimbang sampah beserta cawan W = 72,1 gram
petri sebelum di oven.
3. Ditimbang sampah beserta cawan
petri setelah di oven. W = 71,3 gram

d. Penentuan Kadar Volatil Sampah


Tabel 4. Hasil pengamatan penentuan kadar volatil sampah
No. Percobaan Hasil
1. Digerus sampah kering.
2. Ditimbang cawan kosong yang sudah
di oven. W = 44,1 gram
3. Ditimbang cawan yang sudah
dimasukan sampah yang sudah Wa = 71,3 gram
digerus tersebut Wb = 70,5 gram
VI-9

6.4.2 Pembahasan
Pada percobaan analisa sampah ini, sampel yang digunakan adalah
sampah organik yaitu berupa ampas tahu dan sampah anorganik yaitu
kertas dan plastik. Pada pengukuran komposisi sampah diperoleh hasil
sebesar 920 gram. Setelah itu diperoleh berat sampah organik adalah 880
gram dan berat sampah anorganik sebesar 40 gram. Dari berat sampah
yang telah diketahui, maka diperoleh komposisi sampah pada percobaan
ini adalah jenis sampah organik 95,6 % dan jenis sampah anorganik adalah
4,4 %. Dengan mengetahui kmponen-komponen yang terdapat pada
sampel maka dapat membantu dalam memilih alternatif pengolahan
sampah yang sesuai karena setiap jenis sampah memiliki karakteristik
yang berbeda dan perlakuan yang berbeda pula.
Pada pengukuran densitas sampah, wadah yang digunakan adalag
gelas beaker, berat gelas beaker yaitu 220 gram. Berat keseluruhan yaitu
830 gram, dan volumenya 720 mL. Analisa densitas sampah diperlukan
untuk merencanakan kapasiitas pengangkutan atau penampungan sampah
yang akan dibakar di incinerator.
Pada pengukuran kadar air sampah, digunakan ampas dari tahu.
Wadah yang digunakan adalah cawan petri kosong yang sudah dioven,
berat cawan petri adala 44,1 gram. Berat sampah beserta cawan petri yaitu
72,4 gram. Setelah dipanaskan diperoleh berat (cawan dan sampah)
sebesar 71,3 gram. Dari data yang diperoleh dapat diketahui kadar air pada
sampel sampah adalah 2,86 % dan kadar keringnya 97,14 %. Dalam
percobaan ini hasil tidak terlalu akurat. Hal ini dikarenakan ampas tahu
yang telah dioven tidak kering secara sempurna.
Pada pengukuran kadar volatil sampah, diperoleh berat cawan petri
yaitu 44,1 gram. Berat cawan petri + sampah ampas tahu didapatkan berat
yaitu 70,5 gram. Dari data yang diketahui kadar volatil sampah adalah
2,94 %.
VI-10

6.5 PENUTUP
6.5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan dapat diperoleh kesimpulan untuk komposisi
sampah pada percobaan ini adalah sampah organik berupa ampas tahu
sebesar 95,6 % dan sampah anorganik sebesar 4,4 %. Densitas sampel
sampah pada percobaan ini adalah 8,47 kg/l. Diketahui kadar air pada
sampah organik adalah 2,86 % dan kadar keringnya adalah 97,14 %.
Kadar volatil pada sampah orhanik adalah 2,94 % dan kadar abu adalah
97,06 %.

Anda mungkin juga menyukai