Anda di halaman 1dari 13

GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DALAM AL-QURAN

Kalau kita cari perkataan gempa bumi dalam Al Quran, perkataan gempa bumi secara
tegas dinyatakan sebanyak 4 kali, iaitu pada Surah Al A’raaf (ayat; 78, 91 dan 155) dan
Surah Al-Ankabut ayat 37. Dalam Surah Al An’aam ayat 65 kalimat gempa bumi hanya
ditemui dalam penjelasan.
Seterusnya kalau dikembangkan lagi dengan perkataan “Bumi bergoncang”, maka akan
ditemui sebanyak 4 kali juga, yaitu pada Surah Ar Ra’d ayat 31, Al Waaqi’ah ayat 4, Surah
Al Fajr ayat 21 dan Surah Al Zalzalah ayat 1.
Seterusnya dari laporan Integreted Tsunami Database for the Pacific menjelaskan bahwa
gempa bumi bumi telah tercatat pada tahun 416 sehingga sekarang.
Keadaan ini menunjukkan bhawa jauh sebelum itu,Al Quran telah menjelaskan tentang
peristiwa gempa bumi.
Secara etimologi,definisi gempa bumi adalah merupakan peristiwa alam, terjadi secara
mendadak, karena pelepasan energi, akibat pergeseran relatif batuan/lempeng
tektonik/kerak bumi.
Merujuk kepada definisi tersebut, maka dalam Al Quran dalam Surah Al Zalzalah ayat 1
dan 2, secara jelas dikatakan "Apabila bumi digoncangkan dengan goncangannya (yang
dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung) nya",
Berkenaan dengan Tsunami pula, sudah pasti perkataan Tsunami tidak akan kita temui
dalam Al Quran, karena tsunami berasal dari bahasa Jepang yaitu (tsu = pelabuhan, nami
= gelombang laut), tetapi kalau dihubungkan dengan definisi tsunami itu sendiri adalah
sebagai gelombang laut dengan jangka masa panjang yang ditimbulkan oleh gangguan
impulsif dari dasar laut, tsunami ini menimbulkan gelombang besar ke kawasan pantai.
Memperhatikan definisi dari tsunami tersebut, maka dalam Al Quran akan ditemui 2 ayat
iaitu dalam Surah Al Infithar ayat 3,”dan apabila lautan menjadi meluap” dan Surah At
Takwiir ayat 6 “dan apabila laut dipanaskan”. Makna kedua Surah tersebut, adalah
menegaskan, dimana laut akan meluap karena kerana adanya proses pemanasan didasar
bumi.
Menurut teori, gangguan implusif adalah seperti gempa bumi tektonik, erupsi vulkanik,
dan longsor (land slide). Tsunami menyebabkan terjadinya bencana di darat dan dilaut,
sebagaimana yang dijelaskan pada Surah Al An’am ayat 63, dimana Allah menanyakan
kepada manusia Yaitu,
Katakanlah: “Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan di
laut?".
Fenomena terjadinya patahan, dan terbentuknya gunung-gunung akibat pergerakan kerak
bumi ini dapat ditemui dalam Al Quran pada
1).Surah Ar Ra’du ayat 41 :
“dan apakah mereka tidak melihat bahawa sesungguhnya Kami mendatangkan daerah-
daerah, lalu Kami kurangi daerah-daerah itu (sedikit demi sedikit) dari tepi-tepinya? Dan
Allah menetapkan hukum (menurut kehendakNya), tidak ada yang dapat menolak
ketetapanNya; dan Dia-lah Yang Maha cepat hisabNya”.
2) Surah An Naba ayat 6 dan 7, iaitu
“Bukankah kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan? Dan gunung-gunung
sebagai pasak"
Manusia diperingatkan dalam Surah Thaha ayat 81, iaitu
“Makanlah di antara rezeki yang baik yang telah Kami berikan kepadamu, dan janganlah
melampaui batas padanya, yang menyebabkan kemurkaanKu menimpamu. Dan
barangsiapa ditimpa oleh kemurkaanKu, maka sesungguhnya binasalah ia”.
Pesanan Allah ini selalu diabaikan oleh manusia, sehingga terjadinya eksploitasi sumber
daya alam yang berlebihan, contohnya pengeluaran minyak bumi, gas cair dan sebagainya,
sehingga telah menimbulkan kesan kepada generasi berikutnya.
Bukan saja eksploitasi terhadap sumberdaya yang dilakukan oleh manusia, manusia itu
sendiri juga telah mengeksploitasi dirinya sendiri, sehingga telah menimbulkan kehidupan
yang tidak harmonis antara manusia dengan lingkungan, dan manusia dengan manusia,
apalagi manusia dengan Sang Khaliq, seperti yang digambarkan dalam Surah Ar-Ruum
ayat 41 iaitu
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.
Semua bencana ini tidak akan terjadi, apabila semua manusia itu tunduk dan patuh untuk
melaksanakan seluruh perintah dan menghentikan semua larangan yang telah ditetapkan
oleh Allah SWT, sebagaimana yang disampaikan pada Surah Al Hadid ayat 22, iaitu
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri
melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya.
Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah”.
Dari berbagai tinjauan yang disampaikan di atas, terjawablah bahawa gempa bumi bumi
dan tsunami merupakan proses dari Allah untuk penyempurnaan ciptaan-Nya.
CiptaanNya yang sempurna ini, bukan hanya berlaku kepada bumi, tetapi juga kepada
penghuninya.
Wallahua'lam
(FHI/love is Islam)

Alquran dan sains tidak bisa dipisahkan saat ditemukan fenomena yang terjadi di alam
semesta. Tidak hanya terkait penciptaan alam semesta, Alquran juga menjelaskan Bumi
beserta isinya, termasuk fenomena gunung api dan gempa Bumi.
“Dan telah Kami jadikan di Bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu
(tidak) goncang bersama mereka, dan telah Kami jadikan (pula) di Bumi itu jalan-jalan
yang luas, agar mereka mendapat petunjuk,” bunyi Surah Al-Anbiya Ayat 31.
Dalam ayat yang lain, Allah berfirman bahwa gunung yang ada di Bumi berperan
sebagai penstabil agar Bumi tidak guncang. “Dan Dia menancapkan gunung-gunung di
bumi supaya bumi itu tidak guncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-
sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk,” bunyi Surah An Nahl Ayat 15.
Menurut hasil survei geologi, di daerah pegunungan lebih banyak terjadi gempa Bumi,
baik gempa Bumi vulkanik maupun gempa bumi tektonik. Penyebab gempa Bumi ialah
karena banyaknya gunung-gunung berapi yang masih aktif seperti di pulau Sumatera dan
Jawa.
Bukti sains menunjukkan bahwa lapisan bumi mengandung 20 padatan, yaitu lapisan
Litosfir (kedalaman sekira 100 km), lapisan kerak dan selubung (ketebalan 500 hingga
1.000 km), dan 80 persen sisanya adalah air dan magma yang panas.
Lapisan padat atau lapisan teratas Bumi bagaikan lempengan tipis yang terapung di atas
lapisan magma. Sehingga, lempeng ini akan selalu bergerak dan mengalami berbagai
tekanan menghasilkan tabrakan, patahan, getaran maupun guncangan.
Meskipun patahan hanya beberapa sentimeter saja, akan dapat menghasilkan getaran
hebat dipermukaan Bumi.
Gunung berapi seperti tiang yang dipancangkan dengan dasar yang sangat kokoh
menjulang ke dasar Bumi. Dengan kokohnya kedudukan gunung ini, sehingga sebesar
apapun sungai yang ada tidak mungkin sanggup menggesar gunung agar bergeser ke
laut.
“Bukankah Dia (Allah) yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang
menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung
untuk (mengokohkan)nya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah di
samping Allah ada tuhan (yang lain)? Sebenarnya kebanyakan dari mereka tidak
mengetahui,” bunyi Surah An-Naml Ayat 61.
(ahl)

Dalam beberapa waktu belakangan ini tersebar isu yang banyak tersebar dan menarik untuk dicermati. Bahwa,
ternyata waktu kejadian persis waktu gempa ada di dalam ayat suci al Quran. SMS, facebook, twitter, dan emailpun
marak di isi oleh berita tersebut. Benarkah gempa bumi ini adalah hukuman Tuhan atau hanya sekedar fenomena
alam biasa?

Gempa bumi yang beruntun mengguncang berbagai daerah di Indonesia ternyata membuat manusia sibuk
menganalisa dan berusaha menangkap tanda-tanda alam ini. Bagi para ilmuwan khususnya dengan minat
seismologi bencana gempa yang beruntun ini adalah adalah informasi dan data ilmiah yang paling berguna untuk
mengungkapkan berbagai misteri bencana alam yang menakutkan ini.

Sedangkan bagi kelompok manusia yang bijak dan beriman maka gempa akan di analisa apakah gempa adalah
suatu tanda alam untuk menyampaikan pesan dari kemurkaan Tuhan terhadap ulah manusia. Sedangkan bagi
kelompok manusia yang kurang peduli maka analisa yang terucap adalah, biasa saja kematian akan ada di mana
saja, ngga usah pusing-pusing untuk memikirkannya. Toh, orang main caturpun akan bisa mati sakit jantung, nah
loh.. Pada kelompok orang yang bijak akan senantiasa mencoba mengaitkan tanda alam ini dengan perbuatan
manusia sendiri.

Tanpa diketahui siapa yang memulai atau berusaha untuk menganalisa setelah paska bencana beruntun itu timbul
cerita yang hangat beredar di masyarakat bahwa ternyata waktu peristiwa gempa dikaitkan dengan ayat suci al
Quran. Entah memang kebetulan atau memang hal itu adalah isyarat Ilahi ternyata pesan-pesan yang terungkapun
secara persis sama dengan kejadiannya. Gempa susulan di Padang pukul 17.58 WIB. Ternyata dalam kitab suci
Alquran, surat 17 (Al Israa') ayat 58 tertuilis bahwa: "Tak ada suatu negeri pun (yang durhaka penduduknya),
melainkan Kami membinasakannya sebelum hari kiamat atau Kami azab (penduduknya) dengan azab yang sangat
keras. Yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab (Lauh Mahfuz)". Bahkan gempa susulan di Padang pada pukul
17.58 WIB, bila ditilik dalam ayat suci al Quran surat 17 (Al Israa') ayat 58, yang tertulis adalah : "Tak ada suatu
negeri pun (yang durhaka penduduknya), melainkan Kami membinasakannya sebelum hari kiamat atau Kami azab
(penduduknya) dengan azab yang sangat keras. Yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab (Lauh Mahfuz)".
Sedangkan gempa bumi di Jambi yang terjadi tanggal 1 Oktober 2009 pukul 08.52 WIB. Surat 8 (Al Anfaal) ayat 52 :
"(Keadaan mereka) serupa dengan keadaan Fir'aun dan pengikut-pengikutnya serta orang-orang sebelumnya.
Mereka mengingkari ayat-ayat Allah, maka Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosanya. Sesungguhnya Allah
Maha Kuat lagi Amat Keras siksaan-Nya". Hanya Allah yang tahu
Bila dilihat dari berbagai sudut pandang baik ilmiah, budaya, sosial atau agama maka penyebab bencana alam atau
gempa selalu diinterpretasikan hal yang berbeda. Tetapi bila dilihat lebih bijak bisa saja berbagai analisa sudut
pandang tersebut akan bertautan. Berbagai sudut pandang itu bila disinergiskan akan terjadi analisa umum bahwa
terjadi dua hal penyebab utama gempa. Faktor pertama adalah fenomena alam di mana karena kondisi alam
Indonesia yang terjadi pertemuan lempeng besar dunia ada di daerah rawan tertentu di Indonesia. Sebagai manusia
beriman, bagaimanapun bencana alam terjadi karena atas ijin Allah. Kekuatan Pencipta adalah sutradara tunggal
dalam segala kejadian dalam kehidupan di alam ini, termasuk bencana alam.

Dari pemikiran manusia bijak lainnya maka bencana yang terjadi di dunia bisa karena ulah manusia itu sendiri.
Seperti yang tersabda : “Dan apa musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu
sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (Q.S. 42 : Asy Syuura : 30). Alquran
diketahui mengelompokkan bencana alam ke dalam bencana yang menjadi siksa dan berkait dengan perilaku tidak
beriman. Sedangkan di dalam al Quran dijelaskan pula bahwa ada faktor bencana alam yang terjadi disebabkan
karena perbuatan dosa atau maksiat sekelompok , Misalnya ketika Allah mendatangkan adzab kepada kaum Nabi
Luth yang melakukan perbuatan dosa (homo seks) ; (Q.S. 8 : Al A’raaf : 80 – 84) : Dan (Kami juga telah mengutus)
Lut (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada kaumnya: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan
faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun (di dunia ini) sebelummu?". Sesungguhnya kamu
mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum
yang melampaui batas. Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan: "Usirlah mereka (Lut dan pengikut-
pengikutnya) dari kotamu ini; sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura menyucikan diri."
Kemudian Kami selamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali istrinya; dia termasuk orang-orang yang tertinggal
(dibinasakan). Dan Kami turunkan kepada mereka hujan (batu); maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-
orang yang berdosa itu. Ada lima bencana alam yang disinggung dalam Alquran: gempa, banjir, angin topan, petir,
hujan batu, dan paceklik.

Terkait dengan gempa, Alquran menginformasikan pada beberapa ayat berikut: "Katakanlah, 'Dialah yang berkuasa
untuk mengirimkan siksa kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu," (QS Al-An'am [6]: 65). "Karena itu
mereka ditimpa gempa, lalu mereka menjadi mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat tinggal mereka," (QS. Al-
A'raf [7]: 78). "Musa memilih tujuh puluh orang dari kaumnya untuk (memohonkan tobat kepada Kami) pada waktu
yang telah Kami tentukan. Lalu, ketika mereka digoncang gempa bumi, Musa berkata, 'Ya Tuhanku, kalau Engkau
kehendaki, tentulah Engkau membinasakan mereka dan aku sebelum ini. Apakah Engkau membinasakan kami
karena perbuatan orang-orang yang kurang akal di antara kami? Itu hanyalah cobaan dari Engkau, Engkau sesatkan
dengan cobaan itu siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau beri petunjuk kepada siapa yang Engkau kehendaki.
Engkaulah Yang memimpin kami, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkaulah Pemberi ampun
yang sebaik-baiknya,"(QS Al-A'raf [7]: 155). "Mereka tidak mengimani Syuaib, lalu mereka ditimpa gempa yang
dahsyat, dan jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat-tempat tinggal mereka,"(QS Al-Ankabut
[29]: 37).

Namun manusia adalah mahluk yang terbatas, hanya Allah yang tahu. Tidak ada daya upaya manusia untuk
mengetahui apapun yang telah di kehendaki oleh Pencipta. Manusia tidak akan pernah tahu mengapa Allah memberi
bencana gempa tersebut pada sekelompok manusia lainnya. Sehingga manusia tidak akan pernah tahu bahwa
peristiwa gempa bumi tersebut apakah karena peringatan Tuhan atau karena sekedar fenomena biasa.

Tampaknya lagi Ebit G Ade yang selalu terngingang-ngingang berulang kali saat bencana terjadi di Indonesia, dapat
menjadi kunci utama untuk menyikapi berbagai cerita heboh yang beredar tersebut. INI BUKAN HUKUMAN, HANYA
SATU ISYARAT BAHWA KITA HARUS BANYAK BERBENAH. Bahwa kita jangan hanya mereka-reka dan
termenung dengan berbagai bencana gempa ini. Tetapi segera setiap manusia Indonesia harus introspeksi diri
masalah hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan alam atau manusia dengan Penciptanya. Bukankah
Allah akan merubah nasib manusia bila manusia bisa merubah dan berusaha. Manusia tidak harus sekedar berdoa
saja, tetapi harus berusaha untuk mencegah atau meminimalkan korban atas kehidupan
alam yang kadang berubah ganas.

kiriman . sdri Faizah Iza

NASIHAT SEPUTAR GEMPA DAN BENCANA ALAM

Oleh
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz

‫الحمد هلل و الصالة و السالم على رسول هللا و على آله وصحابته و من اهتدى بهـداه … أما بعد‬

Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui


terhadap semua yang dilaksanakan dan ditetapkan. Sebagaimana juga Allah
Azza wa Jalla Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui terhadap semua syari’at
dan semua yang diperintahkan. Allah Azza wa Jalla menciptakan tanda-tanda
apa saja yang dikehendakiNya, dan menetapkannya untuk menakuti-nakuti
hambaNya. Mengingatkan terhadap kewajiban mereka, yang merupakan hak
Allah Azza wa Jalla. Mengingatkan mereka dari perbuatan syirik dan melanggar
perintah serta melakukan yang dilarang.

Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla :

ِ ‫َو َما نُ ْر ِس ُل بِ ْاْليَا‬


‫ت إِ اَّل ت َْخ ِويفًا‬

“Dan tidaklah Kami memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakut-nakuti”.[al


Israa/17 : 59].

FirmanNya :
‫ش ِهيد‬
َ ٍ‫َيء‬ ِ ‫ق َوفِي أَنفُ ِس ِه ْم َحت ا ٰى يَتَبَيانَ لَ ُه ْم أَناهُ ْال َح ُّق ۗ أ َ َولَ ْم يَ ْك‬
ْ ‫ف بِ َربِِّكَ أَناهُ َعلَ ٰى ُك ِِّل ش‬ ِ ‫سنُ ِري ِه ْم آيَاتِنَا فِي ْاْلفَا‬
َ

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di


segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka
bahwa al Qur`an itu benar. Dan apakah Rabb-mu tidak cukup (bagi kamu),
bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu”. [Fushilat/41 : 53].

Allah Azza wa Jalla berfirman :

‫ض‬ َ ْ ‫ض ُكم َبأ‬


ٍ ‫س َب ْع‬ َ ‫ت أ َ ْر ُج ِل ُك ْم أ َ ْو َي ْل ِب‬
َ ‫س ُك ْم ِش َي ًعا َويُذِيقَ َب ْع‬ َ ‫قُ ْل ه َُو ْالقَاد ُِر َعلَ ٰى أَن َي ْب َع‬
ِ ْ‫ث َع َل ْي ُك ْم َع َذابًا ِِّمن فَ ْوقِ ُك ْم أ َ ْو ِمن تَح‬

“Katakanlah (Wahai Muhammad) : “Dia (Allah) Maha Berkuasa untuk


mengirimkan adzab kepada kalian, dari atas kalian atau dari bawah kaki kalian,
atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling
bertentangan), dan merasakan kepada sebagian kalian keganasan sebahagian
yang lain”. [al-An’am/6 : 65].

Diriwayatkan oleh Imam Bukhari di dalam Shahih-nya dari Jabir bin Abdullah
Radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dia (Jabir) berkata
َ ‫ قُ ْل ه َُو ْالقَاد ُِر َعلَى أ َ ْن َي ْب َع‬turun,
: “Saat firman Allah Azza wa Jalla ‫ث َعلَ ْي ُك ْم َع َذابًا ِم ْن فَ ْو ِق ُك ْم‬
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa,’Aku berlindung dengan
wajahMu,’ lalu beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan (membaca) ‫أ َ ْو ِم ْن‬
‫ت أ َ ْر ُج ِل ُك ْم‬
ِ ْ‫ تَح‬, Rasulullah berdo’a lagi,’Aku berlindung dengan wajahMu”. [1]

Diriwayatkan oleh Abu Syaikh al Ashbahani dari Mujahid tentang tafsir ayat ini :

َ ‫قُ ْل ه َُو ْالقَاد ُِر َعلَى أ َ ْن َي ْب َع‬


‫ث َع َل ْي ُك ْم َع َذابًا ِم ْن فَ ْوقِ ُك ْم‬

Beliau mengatakan, yaitu halilintar, hujan batu dan angin topan. (‫ت أ َ ْر ُج ِل ُك ْم‬
ِ ْ‫أ َ ْو ِم ْن تَح‬
), gempa dan tanah longsor.

Jelaslah, gempa yang terjadi pada masa-masa ini di beberapa tempat termasuk
ayat-ayat (tanda-tanda) kekuasaan yang digunakan untuk menakut-nakuti para
hambaNya. Semua yang terjadi di alam ini, (yakni) berupa gempa dan peristiwa
lain yang menimbulkan bahaya bagi para hamba serta menimbulkan berbagai
macam penderitaan, disebabkan oleh perbuatan syirik dan maksiat.

Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla :


ٍ ‫ت أ َ ْيدِي ُك ْم َويَ ْعفُو َعن َك ِث‬
‫ير‬ َ ‫صيبَ ٍة فَبِ َما َك‬
ْ َ‫سب‬ َ َ ‫َو َما أ‬
ِ ‫صابَ ُكم ِِّمن ُّم‬

“Dan musibah apa saja yang menimpa kalian, maka disebabkan oleh perbuatan
tangan kalian sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-
kesalahanmu)”. [asy Syuura/42 : 30].

Allah Azza wa Jalla berfirman :

َ َ ‫ّللاِ ۖ َو َما أ‬
َ‫صابَكَ ِمن َسيِِّئ َ ٍة فَ ِمن ان ْفسِك‬ َ َ ‫اما أ‬
َ ‫صابَكَ ِم ْن َح‬
‫سنَ ٍة فَ ِمنَ ا‬

“Nikmat apapun yang kamu terima, maka itu dari Allah, dan bencana apa saja
yang menimpamu, maka itu karena (kesalahan) dirimu sendiri”. [an Nisaa/4 : 79].

Tentang umat-umat terdahulu, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

‫ض‬َ ‫ص ْي َحةُ َو ِم ْن ُهم ام ْن َخ َس ْفنَا بِ ِه ْاْل َ ْر‬‫اصبًا َو ِم ْن ُهم ام ْن أَ َخذَتْهُ ال ا‬ِ ‫س ْلنَا َعلَ ْي ِه َح‬
َ ‫فَ ُك اًّل أ َ َخ ْذنَا ِبذَنبِ ِه ۖ فَ ِم ْن ُهم ام ْن أ َ ْر‬
ْ ‫س ُه ْم َي‬
َ‫ظ ِل ُمون‬ ٰ
َ ُ‫ظ ِل َم ُه ْم َولَ ِكن كَانُوا أَنف‬ْ َ‫ّللاُ ِلي‬
‫َو ِم ْن ُهم ام ْن أ َ ْغ َر ْقنَا ۚ َو َما َكانَ ا‬

“Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di


antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil, dan di
antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur (halilintar), dan di
antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka
ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya
mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri”. [al-
Ankabut/29 : 40].

Maka wajib bagi setiap kaum Muslimin yang mukallaf dan yang lainnya, agar
bertaubat kepada Allah Azza wa Jalla, konsisten di atas din (agama)nya, serta
waspada terhadap semua yang dilarang, yaitu berupa perbuatan syirik dan
maksiat. Sehingga, mereka selamat dari seluruh bahaya di dunia dan akhirat,
serta Allah menolak semua adzab dari mereka, dan menganugerahkan kepada
mereka segala jenis kebaikan.

Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla :

َ‫ض َو ٰلَ ِكن َكذابُوا فَأ َ َخ ْذنَاهُم بِ َما كَانُوا يَ ْك ِسبُون‬


ِ ‫اء َو ْاْل َ ْر‬
ِ ‫س َم‬ ٍ ‫َولَ ْو أ َ ان أ َ ْه َل ْالقُ َر ٰى آ َمنُوا َواتاقَ ْوا لَفَتَحْ نَا َعلَ ْي ِهم بَ َركَا‬
‫ت ِِّمنَ ال ا‬

“Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan


melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya”. [al A’raaf/7 : 96].

Allah Azza wa Jalla berfirman tentang Ahli Kitab :

‫ت أ َ ْر ُج ِل ِهم‬ ِ ُ ‫نجي َل َو َما أ‬


ِ ْ‫نز َل إِلَ ْي ِهم ِِّمن اربِِّ ِه ْم َْل َ َكلُوا ِمن فَ ْوقِ ِه ْم َو ِمن ت َح‬ ِ ْ ‫َولَ ْو أَنا ُه ْم أَقَا ُموا الت ا ْو َراة َ َو‬
ِ ‫اْل‬

“Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat, Injil dan


(al Qur`an) yang diturunkan kepada mereka dari Rabb-nya, niscaya mereka akan
mendapat makanan dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka”. [al-Maidah/5
: 66].

Allah Azza wa Jalla berfirman :

‫ض ًحى َو ُه ْم يَ ْلعَبُونَ أَفَأ َ ِمنُوا‬ُ ‫سنَا‬ ُ ْ‫سنَا بَيَاتًا َو ُه ْم نَائِ ُمونَ أ َ َوأ َ ِمنَ أ َ ْه ُل ْالقُ َر ٰى أَن يَأْتِيَ ُهم بَأ‬
ُ ْ‫أَفَأ َ ِمنَ أ َ ْه ُل ْالقُ َر ٰى أَن يَأْتِيَ ُهم بَأ‬
َ‫ّللا ِإ اَّل ْالقَ ْو ُم ْالخَا ِس ُرون‬ ْ
ِ ‫ّللا ۚ فَ ًَّل َيأ َمنُ َم ْك َر ا‬
ِ ‫َم ْك َر ا‬

“Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan


siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur? Atau
apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami
kepada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang
bermain? Maka apakah mereka merasa aman dari adzab Allah (yang tidak
terduga-duga)? Tiadalah yang merasa aman dari adzab Allah kecuali orang-
orang yang merugi”. [al A’raaf/7 : 97-99].

Al Allamah Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan : “Pada sebagian waktu,


Allah Azza wa Jalla memberikan ijin kepada bumi untuk bernafas, lalu terjadilah
gempa yang dahsyat. Dari peristiwa itu, lalu timbul rasa takut pada diri hamba-
hamba Allah Azza wa Jalla, rasa taubat dan berhenti dari perbuatan maksiat,
tunduk kepada Allah Azza wa Jalla dan penyesalan. Sebagaimana perkataan
sebagian ulama Salaf, pasca gempa,’Sesungguhnya Rabb kalian mencela
kalian’. Umar bin Khaththab Radhiyallahu ‘anhu, pasca gempa di Madinah
menyampaikan khutbah dan nasihat; beliau Radhiyallahu ‘anhu
mengatakan,’Jika terjadi gempa lagi, saya tidak akan mengijinkan kalian tinggal
di Madinah’.” Selesai – perkataan Ibnul Qayyim rahimahullah.

Atsar-atsar dari Salaf tentang hal ini sangat banyak. Maka saat terjadi gempa
atau peristiwa lain, seperti gerhana, angin ribut atau banjir, wajib segera
bertaubat kepada Allah Azza wa Jalla, merendahkan diri kepadaNya dan
memohon ‘afiyah kepadaNya, memperbanyak dzikir dan istighfar.
Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika terjadi
gerhana :

ِ ‫فَإِذَا َرأَ ْيت ُ ْم َش ْيئًا ِم ْن ذَلِكَ فَا ْفزَ ُعوا ِإلَى ِذ ْك ِر ِه َو ُد َعائِ ِه َوا ْستِ ْغف‬
‫َار ِه‬

“Jika kalian melihat hal itu, maka segeralah berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla,
berdo’a dan beristighfar kepadaNya”.[2]

Disunnahkan juga menyayangi fakir miskin dan bershadaqah kepada mereka.

Berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

‫ار َح ُموا ت ُ ْر َح ُموا‬


ْ

“Kasihanilah, niscaya kalian akan dikasihani” [3].

Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

‫اء‬
ِ ‫س َم‬ ِ ‫ار َح ُموا َم ْن فِي ْاْل َ ْر‬
‫ض يَ ْر َح ْم ُك ْم َم ْن فِي ال ا‬ ْ ُ‫الرحْ َمن‬
‫اح ُمونَ يَ ْر َح ُم ُه ْم ا‬
ِ ‫الر‬
‫ا‬

“Orang yang menebar kasih-sayang akan disayang oleh Dzat Yang Maha
Penyayang. Kasihanilah yang di muka bumi, kalian pasti akan dikasihani oleh
yang di langit”.[4]

Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

‫َم ْن ََّل يَ ْر َح ُم ََّل ي ُْر َح ُم‬

“Orang yang tidak memiliki kasih-sayang, pasti tidak akan disayang”. [5].

Diriwayatkan dari ‘Umar bin Abdul ‘Aziz rahimahullah, bahwa saat terjadi gempa,
dia menulis surat kepada pemerintah daerah agar bershadaqah.

Diantara faktor terselamatkan dari segala keburukan, yaitu pemerintah segera


memegang kendali rakyat dan mengharuskan agar konsisten dengan al haq,
menerapkan hukum Allah Azza wa Jalla di tengah-tengah mereka,
memerintahkan kepada yang ma’ruf serta mencegah kemungkaran.
Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla :

‫وف َو َي ْن َه ْونَ َع ِن ْال ُمنك َِر َويُ ِقي ُمونَ ال ا‬


َ‫ص ًَّلة َ َويُؤْ تُون‬ ِ ‫ض ۚ َيأ ْ ُم ُرونَ ِب ْال َم ْع ُر‬ ُ ‫َو ْال ُمؤْ ِمنُونَ َو ْال ُمؤْ ِمنَاتُ َب ْع‬
ٍ ‫ض ُه ْم أ َ ْو ِل َيا ُء َب ْع‬
ٰ ُ
َ َ‫سولَهُ ۚ أولَئِك‬ ‫ا‬
‫ّللا َع ِزيز َح ِكيم‬ َ ‫ّللاُ ۗ ِإ ان ا‬
‫سيَ ْر َح ُم ُه ُم ا‬ َ ‫الزكَاة َ َوي ُِطيعُونَ ا‬
ُ ‫ّللا َو َر‬

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka


(adalah) menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan)
yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat
dan mereka ta’at kepada Allah dan RasulNya. Mereka itu akan diberi rahmat
oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. [at-
Taubah/9 :71].

Allah Azza wa Jalla berfirman :

‫الزكَاة َ َوأ َ َم ُروا‬


‫ص ًَّلةَ َوآت َُوا ا‬ ‫ض أَقَا ُموا ال ا‬ ِ ‫ي َع ِزيز االذِينَ ِإن ام اكناا ُه ْم فِي ْاْل َ ْر‬
ٌّ ‫ّللا لَقَ ِو‬
َ ‫ص ُرهُ ۗ ِإ ان ا‬ ُ ‫َولَ َين‬
‫ص َر ان ا‬
ُ ‫ّللاُ َمن َين‬
ُ ُ
ِ ‫ّلِل َعاقِبَة ْاْل ُم‬
‫ور‬ ْ
ِ ‫وف َونَ َه ْوا َع ِن ال ُمنك َِر ۗ َو ِ ا‬ ْ
ِ ‫بِال َم ْع ُر‬

“Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)Nya.


Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa, (yaitu)orang-
orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya
mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma’ruf
dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali
segala urusan”. [al Hajj : 40-41].

Allah Azza wa Jalla berfirman :

ِ ‫ب ۚ َو َمن َيت ََو اك ْل َعلَى ا‬


ُ‫ّللا فَ ُه َو َح ْسبُه‬ ُ ‫ّللا َيجْ َعل لاهُ َم ْخ َر ًجا َو َي ْر ُز ْقهُ ِم ْن َحي‬
ُ ‫ْث ََّل َيحْ تَ ِس‬ َ‫ق ا‬ ِ ‫َو َمن َيت ا‬

“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan


baginya jalan ke luar. Dan memberinya rizki dari arah yang tidada disangka-
sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah
akan mencukupkan (keperluan)nya”. [ath Thalaaq/65 : 2-3].

Ayat-ayat tentang hal ini sangat banyak.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

‫َم ْن َكانَ فِي َحا َج ِة أ َ ِخي ِه َكانَ ا‬


‫ّللاُ فِي َحا َجتِ ِه‬
“Barangsiapa menolong saudaranya, maka Allah Azza wa Jalla akan
menolongnya” [6]. [Muttafaq ‘alaih].

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

‫ب يَ ْو ِم ْال ِقيَا َم ِة َو َم ْن يَس َار َعلَى ُم ْع ِس ٍر يَس َار ا‬


ُ‫ّللا‬ ِ ‫ّللاُ َع ْنهُ ُك ْربَةً ِم ْن ُك َر‬
‫س ا‬ ِ ‫س َع ْن ُمؤْ ِم ٍن ُك ْربَةً ِم ْن ُك َر‬
َ ‫ب ال ُّد ْنيَا نَفا‬ َ ‫َم ْن نَفا‬
ْ ْ
‫ّللاُ فِي َع ْو ِن العَ ْب ِد َما َكانَ العَ ْب ُد فِي َع ْو ِن‬ ْ ْ
‫ّللاُ فِي ال ُّدنيَا َواْل ِخ َرةِ َو ا‬ ْ ْ
‫َعلَ ْي ِه فِي ال ُّدنيَا َواْل ِخ َرةِ َو َمن َست ََر ُم ْس ِل ًما َست ََرهُ ا‬
ْ
‫أ َ ِخي ِه‬

“Barangsiapa yang membebaskan satu kesusahan seorang mukmin dari


kesusahan-kesusahan dunia, maka Allah Azza wa Jalla akan melepaskannya
dari satu kesusahan di antara kesusahan-kesusahan akhirat. Barangsiapa
memberikan kemudahan kepada orang yang kesulitan, maka Allah Azza wa Jalla
akan memudahkan dia di dunia dan akhirat. Barangsiapa yang menutup aib
seorang muslim, maka Allah Azza wa Jalla akan menutupi aibnya di dunia dan
akhirat. Dan Allah Azza wa Jalla akan selalu menolong seorang hamba selama
hamba itu menolong saudaranya [7]. [Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam
Shahih-nya].

Hadits-hadits yang semakna ini banyak.

Hanya kepada Allah kita memohon agar memperbaiki kondisi kaum Muslimin,
memberikan pemahaman agama dan menganugerahkan kekuatan untuk
istiqamah, segera bertaubat kepada Allah Azza wa Jalla dari semua perbuatan
dosa. Semoga Allah memperbaiki kondisi para penguasa kaum Muslimin;
semoga Allah menolong al haq melalui mereka serta menghinakan kebathilan,
membimbing mereka untuk menerapkan syari’at Allah Azza wa Jalla atas para
hamba. Dan semoga Allah melindungi mereka dan seluruh kaum Muslimin dari
fitnah dan jebakan setan yang menyesatkan.

Sesungguhnya Allah Maha Berkuasa untuk hal itu.

‫وصلى هللا على نبينا محمد و آله و صحبه و من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين‬

(Majmu’ Fatawa wa Maqaalaat Mutanawwi’ah, IX/148-152)

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 04/Tahun X/1427H/2006M. Diterbitkan


Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton
Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
_______
Footnote
[1]. Dikeluarkan Imam al Bukhari dalam kitab Tafsir Al Qur`anil ‘Azhim, no. 4262,
dan diriwayatkan Imam Tirmidzi, no. 2991.
[2]. Diriwayatkan Imam Bukhari di dalam al Jum’ah, no. 999 dan Imam Muslim
dalam al Kusuf, no. 1518.
[3]. Diriwayatkan Imam Ahmad, no. 6255.
[4]. Diriwayatkan Imam Tirmidzi di dalam al Birr wash Shilah, no. 1847.
[5]. Diriwayatkan Imam Bukhari di dalam al Adab, no. 5538, dan Imam Tirmidzi di
dalam al Birr wash Shilah, no. 1834.
[6]. Diriwayatkan Imam al Bukhari dalam al Mazhalim wal Ghasab, no. 2262 dan
Muslim dalam al Birr wash Shilah wal Adab, no. 4677.
[7]. Diriwayatkan Imam Muslim, no. 4867 dan Imam Tirmidzi dalam al Birr wash
Shilah, no. 1853.

Read more https://almanhaj.or.id/2877-nasihat-seputar-gempa-dan-bencana-


alam.html

Anda mungkin juga menyukai