Anda di halaman 1dari 3

Maureen Pricilla (20179320017) Tugas Agama

Hospitaliti & Pariwisata 2017 Film “AGORA” (2009)

Pertanyaan :

1. Temukan dialog/narasi yang menggambarkan relasi antara filsafat, sains, dan agama, jelaskan!
2. Bagaimana hubungan antara agama dan politik yang digambarkan dalam film tersebut? Berikan
satu “scene” yang dapat membantu menjelaskannya!
3. Jelaskan relevansi kisah dalam film tersebut dengan fakta relasi agama, sains, dan filsafat dalam
kehidupan sehari-hari kita (Indonesia)!
4. Apa kritik anda terhadap film tersebut?
5. Jelaskan isu gender yang ada dalam film tersebut dan temukan dialognya!

Jawaban :

1. Menit ke 13:11 – 14:00


Saat Davus selesai menjelaskan gambaran rasio perputaran tata surya (Ptolemy) di kelas
Hypatia, Orestes mengacuhkannya dan mengatakan:
Orestes: “I tell you the Gods should have consulted me before they created anything”
“Saya mengatakan kepada Anda bahwa Dewa seharusnya berkonsultasi dengan saya sebelum
mereka menciptakan sesuatu”
Hypatia: “why do you say that, Orestes?”
“kenapa kamu berkata begitu, Orestes?”
Orestes: “it all seems so whimsical! why the joint effect of two circles? wouldn’t it be more
perfect if the wanderers didn’t wander, and a single circle gave sense to everything?”
“semuanya terlihat sangat aneh! mengapa efek gabungan dari dua lingkaran? bukankah akan
lebih sempurna jika para pengembara itu tidak berkeliaran, dan satu lingkaran memberi
pengertian pada semuanya?”
Lalu Synesius merasa tersinggung karena Orestes menyambungkannya dengan Tuhan, dan
berkata:
Synesius: “Orestes, by what authority do you judge the work of God?”
“Orestes, oleh otoritas apa Anda menilai pekerjaan Tuhan?”
Orestes: “What is wrong with you, Christians? Can a man no longer open his mouth in this city?”
“Apa yang salah denganmu, orang Kristen? Bisakah seorang pria tidak lagi membuka mulutnya
di kota ini?”
Synesius: “If you criticize creation, you criticize our Lord and you offend us”
“Jika Anda mengkritik penciptaan, Anda mengkritik Tuhan kita dan Anda menyinggung kita”

2. Bapa Gereja, St. Cyril dari Alexandria (380-444) adalah keponakan dari uskup Alexandria
sebelumnya Theophilus. Sosok Cyril digambarkan sebagai seorang yang haus kekuasaan, terlihat
dari ketika ia melepas cincin dan topi keuskupan dari pamannya pada saat meninggal dan
kemudian mengangkat dirinya menjadi uskup selanjutnya. Di bawah kepemimpinannya,
kelompok Kristen tidak hanya mengambil hati orang golongan bawah saja, lama kelamaan
mereka mempengaruhi orang-orang di pemerintahan, banyak pejabat pemerintahan yang
kemudian menjadi Kristen. Kemudian juga adanya suatu keputusan di Alexandria bahwa segala
bentuk penyembahan paganisme dilarang, hanya agama Kristen dan agama Yahudi yang
diperbolehkan. Tetapi lama kelamaan kekuatan Kristen semakin menjadi, Cyril sang Uskup
berambisi untuk membersihkan Alexandria dari segala bentuk kepercayaan lain, dan termasuk
kemudian memusuhi kaum Yahudi. Kaum Yahudi kemudian mengadakan strategi perlawanan
yaitu jebakan yang menyebabkan banyak Parabolani mati dalam keadaan ditimpuki batu.

3. Di film ini, kita diajarkan untuk memiliki kepercayaan terhadap agama kita sendiri, tetapi filsafat
merupakan orang yang mencari suatu sumber dimana sebuah teori kebenarannya dapat
memecah belah suatu kepercayaan dalam agama itu sendiri sehingga jaman dulu banyaknya
filsafat yang tidak memiliki agama seperti tokoh Hypatia. Sains pun juga mengajarkan bahwa
agama adalah hal lain, tidak termasuk dalam penciptaan manusia sedari dulu. Relevansinya
dengan kehidupan sehari-hari adalah di Indonesia sudah banyak tokoh agama yang mengajak
masyarakat luas untuk mengikuti jejaknya namun dengan cara menggunakan kekuasaan, seperti
uang suap agar rakyat golongan bawah tetap memilihnya sebagai pemimpin Negara juga
pemimpin agama di Indonesia, dan dengan teori-teori yang mengatakan bahwa agama lain
selain agama miliknya adalah seorang kafir (terutama dalam agama muslim) merupakan suatu
tindakan yang tidak seharusnya dilakukan dalam kehidupan berpolitik di Indonesia.

4. Menurut saya sebaliknya film ini baik ditonton orang-orang Kristen, sebagai suatu otokritik dan
pembelajaran, supaya kita mengerti bahwa ajaran yang kasih sempurna dari Tuhan Yesus Kristus
pernah dibelokkan berkali-kali oleh orang-orang Kristen sendiri, sehingga kasih berubah menjadi
kebencian dan anarki, seperti yang diangkat pada film AGORA ini. Kita bergereja dan belajar
Maureen Pricilla (20179320017) Tugas Agama
Hospitaliti & Pariwisata 2017 Film “AGORA” (2009)

Firman Tuhan adalah dikarenakan kita haus akan kebenaran. Namun hal ini tentu saja tidak
cukup, karena rasa kehausan itu jika tidak dilakukan dengan kasih akan juga berbelok arahnya.
Sebab, ketika manusia merasa tahu akan kebenaran dan merasa di dalam kebenaran, hal-hal ini
pun dapat menyebabkan arogansi.

5. Isu gender pada film ini ada terdapat pada scene ketika Hypatia melawan kaum parabolani
karena tindakan pembunuhan mereka yang sadis terhadap warga-warganya. Sehingga kaum
parabolani menghina Hypatia dengan mengatakan “Buat apa mendengarkan kata-kata orang
yang tidak percaya?” dan Hypatia menjawab bahwa ia percaya hanya pada filsafat. Kalimat
tersebut membuat Cyril menyinggung Hypatia dengan kitab yang ia percaya yang mengatakan
bahwa pria tidak seharusnya mendengarkan wanita. Yang secara tidak langsung menyatakan
bahwa wanita itu lebih rendah dari pria. Akhirnya Hypatia ditangkap dan dibunuh karena pada
jaman itu, orang yang tidak percaya akan adanya Tuhan harus dibunuh.

Anda mungkin juga menyukai