Anda di halaman 1dari 29

Peranan Foreman Di Perusahaan

Tugas, fungsi dan peranan foreman atau pengawas mengefektifkan biaya


pengeluaran atau cost yang akan atau telah dikeluarkan oleh perusahaan
pertambangan. Informasi ini berisi tentang peranan foreman atau pengawas
tambang yang berhubungan dengan biaya atau cost suatu perusahaan. Tidak
bisa dipungkiri bahwa pertambangan adalah pekerjaan yang memerlukan
investasi yang sangat besar, mulai dari pembelian alat berat yang sangat mahal,
biaya selama alat tersebut beroperasi dari pemakaian fuel atau bahan bakar,
biaya untuk sumber daya manusia yang digunakan, biaya perawatan dan
pembelian sparepart unit, dan biaya lainnya yang harus dikeluarkan perusahaan
pertambangan.

Selain memerlukan investasi yang besar dalam kegiatan operasional nya, dunia
pertambangan juga memiliki potensi bahaya yang tinggi yang bisa
menimbulkan kecelakaan. Dan ini juga adalah salah satu peranan foreman atau
pengawas tambang berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pekerja.

Mengefektifkan biaya atau cost yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam


kegiatan usaha pertambangan tanpa mengurangi nilai-nilai Keselamatan
Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH) karyawan dan lingkungan
pertambangan tersebut adalah salah satu faktor penting yang harus diperhatikan
jika perusahaan ingin bertahan dan bersaing dalam dunia pertambangan. Oleh
karena itu, perusahaan memerlukan foreman atau pengawas tambang yang bisa
membantu perusahaan dalam mengefektifkan pengeluaran biaya atau cost
tersebut.
Namun foreman juga harus menyadari bahwa mengendalikan cost perusahaan
tidak hanya menekan pengeluaran biaya selama kegiatan operasional. Beberapa
langkah penting lainnya yang bisa dilakukan foreman atau pengawas tambang
untuk mengefektifkan cost perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Memaksimalkan Utilisasi (Eu) Atau Penggunaan Alat Muat Atau Unit


Angkut Di Tambang.

Langkah yang bisa diambil foreman atau pengawas tambang dalam


mengefektifkan cost atau pengeluaran perusahaan adalah dengan
mengoptimalkan penggunaan alat muat atau unit angkut di tambang.
Semaksimal mungkin mencarikan job untuk alat muat dan unit angkut yang
tidak sedang breakdown atau rusak agar alat muat dan unit angkut tersebut bisa
lebih produktif. Terlebih lagi jika alat muat dan unit angkut dibeli perusahaan
tambang dengan cara leasing atau kredit di bank. Tentu perusahaan tidak ingin
melihat alat muat dan unit angkut tersebut nganggur, sedang kondisi alat muat
dan unit angkut dalam kondisi ready untuk kerja.

Selain itu, langkah foreman atau pengawas tambang ini juga bisa
menghindarkan perusahaan dari membayar operator atau driver nganggur
dikarenakan alat muat dan unit angkut nya tidak dimaksimal kan penggunaan
nya padahal alat tersebut dalam kondisi ready.

Jika anda adalah pemilik perusahaan, di antara dua dibawah ini, foreman mana
yang anda pilih dalam mengefektifkan cost perusahaan anda:

a. Foreman yang pintar mencarikan job untuk alat muat dan unit angkut yang
ready milik anda. Dengan begitu anda dapat pemasukan dari pekerjaan alat
muat dan unit angkut tersebut. Sehingga ada anggaran untuk membayar leasing
atau kreditan alat angkut atau unit angkut milik anda tersebut. Dan anda bisa
membayar operator atau driver dari pemasukan yang dihasilkan, atau;

b. Foreman yang tidak pintar dan membiarkan alat muat dan unit angkut yang
ready dalam keadaaan nganggur di tambang. Anda tetap harus membayar
leasing atau kreditan alat tersebut, anda tetap harus membayar operator dan
driver dari alat muat dan unit angkut yang nganggur tersebut.

2. Memaksimalkan Availability Atau Ketersediaan Alat Muat Dan Unit Angkut


Di Tambang.

Selain mengoptimalkan penggunaan atau utilisasi alat muat dan unit angkut di
tambang di atas, langkah selanjutnya yang bisa diambil foreman atau pengawas
tambang dalam mengefektifkan biaya pengeluaran atau cost perusahaan adalah
dengan memaksimalkan ketersediaan alat muat dan unit angkut di tambang.
Berikut ini beberapa hal yang bisa dilakukan pengawas atau foreman tambang
dalam memaksimalkan availability alat muat atau unit angkut.

a. Mempertahankan dan meningkatkan mechanical availability (Ma) alat muat


dan unit angkut di tambang.
Sebisa mungkin tetap mempertahankan dan meningkatkan ketersediaan alat
secara mekanis. Semaksimal mungkin menghindarkan alat muat dan unit angkut
dari kerusakan atau breakdown yang tidak perlu, misalkan unit angkut
breakdown patah spring dan patah baut roda di sebabkan oleh kondisi jalan
yang tidak baik, maka langkah yang bisa diambil adalah memperbaiki titik-titik
jalan rusak yang mungkin menyebabkan unit angkut tersebut breakdown.

b . Mempertahankan dan meningkatkan Physical availability (Pa) alat muat dan


unit angkut di tambang.
Sebisa mungkin foreman mempertahankan dan meningkatkan ketersediaan alat
muat dan unit angkut secara fisik. Langkah yang bisa diambil misalnya secepat
mungkin memastikan alat muat dan unit angkut bisa beroperasi kembali setelah
hujan. Segera scraft jalan jika memungkinkan untuk menghindari kondisi jalan
licin saat dilalui unit angkut. Segera pastikan kondisi loading front dan kondisi
disposal aman saat operator dan driver beraktivitas kembali di area tersebut.

Meminimalkan waktu yang terbuang dari hal-hal yang seharusnya bisa


dihindari, bisa juga menjadi langkah untuk mengefektifkan pengeluaran biaya
atau cost perusahaan dalam suatu pertambangan.

3. Mempertahankan Dan Meningkatkan Produktivitas Alat Muat Dan Unit


Angkut Di Tambang.

Langkah berikutnya yang bisa dilakukan foreman dalam mengefektifkan biaya


pengeluaran atau cost perusahaan pertambangan adalah dengan
mempertahankan dan meningkatkan produktivitas alat muat dan unit angkut di
tambang. Foreman diharapkan bisa mengetahui productivity setiap alat muat
dan unit angkut yang berada dalam pengawasan nya. Dengan begitu, foreman
bisa memantau berapa hasil produksi yang diperoleh setiap alat muat dan unit
angkut di tambang tersebut. Tindakan apa saja yang bisa diambil jika
produktivitas alat muat atau unit angkut tersebut menurun. Semakin tinggi
produktivitas alat muat dan angkut di tambang, semakin efektif cost atau
pengeluaran biaya perusahaan di pertambangan.
4. Meminimalisir Potensi Bahaya Yang Menyebabkan Terjadinya Kecelakaan
Di Tambang.

Langkah yang bisa diambil foreman dalam mengefektifkan pengeluaran biaya


atau cost perusahaan adalah dengan menekan angka kecekalaan di tambang.
Sebisa mungkin mengenali sedini mungkin potensi bahaya yang mungkin
terjadi. Jika potensi bahaya sudah diketahui, diharapkan bisa menentukan
langkah-langkah bagaimana cara untuk meminimalisir potensi bahaya tersebut.
Misalkan jalan licin sehabis hujan, licin nya jalan merupakan potensi bahaya
yang mungkin menyebabkan unit tergelincir dan saling bertabrakan jika
berpapasan. Untuk menghilangkan potensi bahaya ini adalah dengan scraft jalan
yang licin tersebut menggunakan Greader untuk menghilangkan lapisan
permukaan jalan yang licin karena adanya lumpur di permukaan jalan tersebut.

Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan akibat kecelakaan yang terjadi di


tambang baik itu biaya pengobatan, biaya penggantian sparepart unit, waktu
yang terbuang karena unit rusak yang sama dengan pemasukan yang hilang
tidak mengefektifkan cost perusahaan. Di samping itu, semakin banyaknya
angka kecelakaan tambang yang terjadi di perusahaan tersebut akan
mempengaruhi citra dan nama baik perusahaan pertambangan di mata
pemerintah, dan ini sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan perusahaan
tersebut di dunia pertambangan. Foreman atau pengawas tambang diharapkan
memahami hal ini.

5. Meminimalkan Waktu Yang Terbuang Dari Hal-Hal Yang Seharusnya Tidak


Perlu Terjadi.
Peranan foreman untuk mengefektifkan cost perusahaan berikutnya adalah
meminimalisir atau menghilangkan waktu yang terbuang dari hal-hal yang
seharusnya bisa dihindari. Beberapa contoh kecil waktu terbuang padahal
seharusnya bisa di hindari adalah:

▪ Keterlambatan unit LV (Light Vehicle) atau mobil sarana antar jemput


karyawan saat awal shift kerja dan ketepatan waktu saat akhir shift kerja.

▪ Masalah refueling pengisian bahan bakar alat muat dan unit angkut saat jam
operasional.

▪ Karyawan mengambil jam istirahat terlalu awal saat masih jam operasional.
▪ Karyawan masuk kembali terlalu lama setelah jam istirahat.

▪ Dan lain-lain.

6. Menjalin Kerjasama Dan Komunikasi Yang Baik Dengan Pekerja Atau Anak
Buah Pengawas Tersebut.

Langkah yang bisa diambil foreman untuk mengefektifkan biaya pengeluaran


atau cost perusahaan lainnya adalah foreman menjalin kerjasama dan
komunikasi yang baik dengan anak buahnya atau pekerja tambang. Kerjasama
dan komunikasi yang baik akan membuat pekerjaaan yang dilakukan akan lebih
kompak, solid dan bersinergi. Pekerjaaan yang dilakukan dengan solid akan
menghasilkan produksi yang lebih daripada pekerjaan yang dilakukan oleh team
yang tidak bersinergi. Membuat pekerja merasa aman dan nyaman saat bekerja
dan menciptakan suasana kekeluargaan dalam bekerja.
Tugas Pengawas Yang Berkaitan Dengan K3

Tugas Pengawas yang Berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3.
Ada beberapa tugas yang harus dilaksanakan oleh seorang pengawas tambang
agar visi dan misi perusahaan nya bisa tercapai. Diantaranya ada tugas yang
berhubungan dengan nilai-nilai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3),
berhubungan dengan pencapaian hasil produksi, dan beberapa hal lainnya.

Ada banyak tugas pengawas yang berkaitan dengan K3, seperti memastikan
karyawan memakai Alat Pelindung Diri (APD) saat bekerja, membuat Job
Safety Analysis di setiap bidang pekerjaan, dan lain sebagainya. Namun saya
lebih memilih 3 tugas di bawah ini karena mungkin tugas ini lebih penting
untuk diperhatikan dan dilakukan seorang pengawas.

Berikut ini adalah beberapa tugas yang dilakukan oleh seorang pengawas
(foreman) tambang yang berhubungan dengan K3.

1. Melakukan Safety Talk.

Pemahaman saya tentang safety talk sendiri adalah pembicaraan dua arah antara
pengawas (atau level supervisory) dengan anak buahnya (operator, driver, dll)
yang diadakan di suatu tempat yang telah di tetapkan sebelumnya (di areal
tambang, atau bisa juga di area berkumpul sekitar office) dan di lakukan secara
periodik (per 3 hari, per minggu, dll) pada umumnya dilakukan awal shift kerja
(ada juga perusahaan tambang yang mengadakan safety talk saat akhir shft
kerja). Pada umumnya safety talk berlangsung selama 10 sampai 20 menit.
Selain pengawas dan anak buah nya, safety talk juga dihadiri oleh perwakilan
dari divisi safety (OSHE Dept.). Dan biasanya kegiatan ini di awali dengan
penyampaian dari OSHE Dept. kemudian pengawas tambang, dan sesi tanya
jawab antara karyawan dengan pengawas atau safety.

Berikut ini adalah hal-hal apa saja yang sebaiknya di sampaikan kegiatan safety
talk:

1) Menyampaikan informasi dan pemahaman tentang penting nya Keselamatan


dan Kesehatan Kerja kepada audience. Hal ini bertujuan untuk mengurangi
potensi dan resiko bahaya yang mungkin terjadi pada karyawan.

2) Review tentang temuan-temuan kondisi tidak aman (lokasi yang berpotensi


menimbulkan bahaya, seperti jalan berlubang, jalan berdebu, licin sehabis
hujan, dll) dan tindakan tidak aman anak buahnya (mengemudikan unit
dengan mengebut atau ugal-ugal an di jalan tambang, mengemudikan unit
dan hampir bertabrakan dengan unit lain, dll) selama periode sebelumnya.

3) Menyampaikan tindakan perbaikan apa saja yang sudah dilakukan nya dari
semua temuan yang ada. Sebagai contoh jika jalan tambang berdebu maka
tindakan perbaikan apa yang sudah dilakukan pengawas untuk mengurangi
intensitas debu, misalnya pengendalian debu dengan penyiraman jalan
tambang secara intensif.

4) Menyampaikan Safety alert , informasi terkini tentang kejadian-kejadian,


accident, bahkan sampai fatality (kecelakaan yang menyebabkan karyawan
meninggal dalam kurun 1 x 24 jam setelah kejadian) yang terjadi di
pertambangan lain dengan tujuan agar kejadian serupa tidak terulang
kembali.

5) Sesi tanya jawab antara karyawan atau anak buah kepada pengawas dan
perwakilan dari OSHE Dept. Di sesi ini, karyawan bisa mengajukan
pertanyaan yang berhubungan dengan pekerjaannya, atau bisa juga
memberikan informasi temuan tentang kondisi area kerja yang berpotensi
bahaya agar dilakukan tindakan perbaikan oleh pihak terkait.

2. Mengadakan Pertemuan 5 Menit (P5M) Sebelum Memulai Pekerjaan.

P5M biasanya diadakan pada setiap awal shift kerja di area pertambangan dan
dihadiri oleh seluruh pengawas, perwakilan dari safety, dan karyawan shift kerja
tersebut. Sesuai dengan namanya, P5M hanya berlangsung selama kurang lebih
5 menit, dan lebih membahas tentang teknik kerja yang akan dimulai, beberapa
spot area yang kemungkinan menimbulkan potensi bahaya, dan juga di sisipi
pesan K3 di dalamnya agar karyawan bisa memulai dan mengakhiri pekerjaas
tersebut dengan aman tanpa kurang satu apapun.

3. Mengikuti Panitia Pembinaan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (P2K3) -


Safety Committee.

Banyak manfaat yang bisa diperoleh pengawas dengan mengikuti P2K3 ini
(beberapa perusahaan mengadakan meeting P2K3 per bulan). P2K3 sendiri
diikuti oleh OSHE Dept. beserta seluruh jajaran pengawas yang ada di suatu
perusahaan (minimal harus ada 1 atau 2 perwakilan pengawas di setiap
perusahaan untuk menghadiri meeting ini agar informasi yang disampaikan bisa
merata ke semua perusahaan yang berada dalam 1 wilayah pertambangan).
Pada intinya meeting P2K3 membahas tentang performa K3 dari indikator-
indikator yang telah di tetapkan sebelumnya. Jika performa K3 suatu
perusahaan menurun, maka akan di cari bersama solusi terbaik seperti apa yang
bisa di ambil untuk memperbaiki performa K3, siapa yang paling bertanggung
jawab (PIC - Person In Charge) untuk menjalankan perbaikan tersebut, dan
sampai kapan PIC tersebut bisa menyelesaikan perbaikan tersebut.

Di samping itu, dalam meeting P2K3 juga akan diberikan pembekalan materi-
materi K3 kepada pengawas dan ini akan sangat berguna buat pengawas untuk
di sampaikan kepada karyawan atau anak buahnya masing-masing.

Semua tugas pengawas ini dilakukan semata-mata dengan tujuan untuk


menciptakan suasana kerja karyawan yang aman, sehat. Sebisa mungkin
menjauhkan hal-hal yang berpotensi menimbulkan bahaya anak buahnya. Dan
menumbuhkan kesadaran yang tinggi kepada seluruh karyawan tentang
pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam bekerja.

Terlepas dari itu semua, pengawas tambang hanyalah manusia biasa yang tidak
luput dari salah dan lupa. Dan tanggung jawab Kesehatan dan Keselamatan
Kerja tidak hanya terletak pada pundak seorang pengawas, tapi terletak pada
diri kita masing-masing.

Demikian apa yang bisa saya bagikan. Jika anda mempunyai pendapat lain atau
ingin menambahkan tugas pengawas yang berkaitan dengan K3 tersebut, mohon
jangan ragu-ragu untuk menambahkannya dengan berkomentar di bawah ini.
Sekian dan semoga bermanfaat.
Menghitung Ketersediaan Alat Di Tambang

Cara menghitung presentase ketersediaan alat di tambang. Saya coba berbagi


pengalaman tentang cara menghitung ketersediaan alat di tambang baik itu
ketersediaan alat muat (Excavator, Power Shovel, dll) ataupun ketersediaan alat
angkut (Dump Truck, Articulated Dump Truck, HD, dll). Sebenarnya informasi
ini sangat cocok buat level foreman atau pengawas tambang. Karena rumus
ketersediaan alat ini adalah dasar untuk menghitung produktifitas suatu alat di
tambang tempat foreman tersebut berada.

Sedangkan tujuan untuk menghitung produktifitas suatu alat adalah untuk


mengetahui seberapa efektif alat tersebut bekerja di tambang. Dengan begini
kita bisa menentukan berapa target produksi yang ingin dicapai suatu
perusahaan pertambangan dari alat-alat yang tersedia di dalamnya. Jika target
produksi sudah ditentukan dan ternyata tidak memenuhi target tersebut, faktor
apa saja yang menyebabkan target produksi tidak tercapai. Apakah faktor
produktifitas alat atau faktor lain.

Oleh karena itu, sebelum saya memberikan informasi tentang cara menghitung
produktifitas alat (muat dan angkut), saya akan membagikan informasi
menghitung ketersediaan alat di tambang ini terlebih dahulu. Karena masing-
masing hasil dari rumus ketersediaan alat ini akan digunakan untuk menghitung
produktifitas alat nantinya. Saya harap anda bisa memahami ini.

Ketersediaan alat di tambang bisa di diketahui dari melihat 4 faktor yang ada
dari alat tersebut.
1. Ketersediaan Mekanis Atau Mechanical Availability (Ma).
Mengetahui ketersediaan alat dengan memperhitungkan waktu yang hilang
karena kerusakan di bagian mekanikal seperti kerusakan mesin atau bisa juga
perawatan unit atau alat. Berikut ini rumus untuk menghitung mechanical
availability suatu alat (hasilnya dalam %).

Ma=JkJk+Jr×100persen

2. Ketersediaan Fisik Alat Atau Physical Availability (Pa).


Mengetahui ketersediaan alat dengan memperhitungkan waktu yang hilang
disebabkan oleh banyak hal selain kerusakan mekanikal di atas. Contohnya
seperti hujan, jalan licin, dll. Berikut ini rumus untuk menghitung Physical
Avalability suatu alat (hasil dalam %).

Pa=Jk+StbJk+Jr+Stb×100persen

3. Ketersediaan Pemakaian Alat Atau Used Availability (Ua).


Mengetahui ketersediaan alat dengan memperhitungkan waktu yang hilang
padahal tidak terjadi kerusakan di bagian mekanikal dan tidak ada sebab yang
jelas seperti tidak sedang hujan atau tidak ada jalan licin, namun alat di standby
kan. Hal ini berhubungan dengan manajemen perusahaan dalam mengelola alat
yang dimilikinya. Berikut ini rumus yang digunakan untuk menghitung Used
Availability suatu alat (hasil dalam %).

Ua=JkJk+Stb×100persen
4. Penggunaan Efektif Alat Atau Effective Utility (Eu).

Mengetahui ketersediaan alat dari keseluruhan jam kerja alat setelah dibagi
dengan penjumlahan jam kerja, jam rusak, dan jam standby alat. Berikut ini
rumus untuk menghitung Effective utility suatu alat (hasil dalam %).

Eu=JkJk+Jr+Stb×100persen
Keterangan :
Jk = Jumlah total jam kerja alat pada saat alat dapat dioperasikan.
Jr = Jumlah total jam saat alat dalam kondisi rusak (breakdown), sedang atau
belum diperbaiki karena alasan menunggu suku cadang (waiting parts).
Stb = Jumlah total jam stanby alat, dimana alat tidak dapat dioperasikan namun
alat sedang dalam keadaan baik (tidak sedang rusak atau waiting parts).
Contohnya standby hujan, slippery (jalan licin akibat hujan), dll.
Memahami Produktivitas Alat Muat Tambang

Memahami rumus menghitung produktivitas alat muat di pertambangan. Setelah


kemarin saya berbagi informasi tentang cara menghitung ketersediaan alat di
tambang, Sekarang saat nya saya bagikan juga rumus untuk menghitung
produktivitas alat muat. Rumus ini sangat penting untuk diketahui minimal
pengawas tambang (foreman) agar dia bisa tahu seberapa efektif alat muat yang
dia awasi tersebut.

Tugas pengawas tambang sama sekali bukan tugas yang ringan. selain dia
mempunyai tanggung jawab besar terhadap keselamatan anak buahnya
(Operator alat, Driver DT, dll), dia juga bertanggung jawab atas hasil produksi
dari anak buahnya tersebut. Apakah hasil produksi tersebut sudah sesuai dengan
target perusahaan atau belum. Untuk bisa mengetahui ini semua, maka sudah
seharusnya foreman mengetahui ilmu dasar yang mendukung pekerjaannya
tersebut.

Selain itu, tujuan saya membagikan informasi cara menghitung productivity alat
muat di tambang ini adalah untuk berbagi pemahaman kepada pengawas
tambang agar rumus yang saya berikan ini bisa bermanfaat buat pengawas
tambang tersebut.

Ok tidak perlu berpanjang lebar, karena informasi ini akan panjang dengan
sendirinya hehe.
1. Productivitas Alat Muat (Power Shovel, Excavator, Dll)
.
Ada 3 (tiga) rumus hitungan yang dipakai untuk menghitung produktivitas alat
muat. Yang pertama adalah rumus produtivitas alat itu sendiri, dan 2 rumus
pendukung lagi berasal dari faktor yang mempengaruhi nya. Kita akan bahas 2
rumus pendukungnya terlebih dahulu agar anda tidak bingung nanti darimana
rumus yang ada dalam produktivitas alat. Produktivitas alat muat sangat
dipengaruhi oleh 2 faktor utama, yaitu Cycle time (waktu edar) alat muat, dan
Fill factor (Faktor pengisian bucket) alat tersebut.

1. 1. Cycle time alat muat.


Cycle time alat muat berbeda dengan cycle time alat angkut, karena cara kerja 2
alat tersebut juga berbeda. Cycle time alat muat bisa diartikan waktu yang
dibutuhkan alat tersebut untuk menyelesaikan 1 putaran kerja atau 1 trip.
Semakin sedikit cycle time alat tersebut, maka semakin tinggi produktivitas
yang dihasilkan.

Untuk menghitung berapa 1 cycle time (CtCt) yang dibutuhkan suatu alat
muat ditambang dalam 1 menit, anda bisa menggunakan persamaan:

Ct(menit)=Bt+Stf+Lt+Ste60Ct(menit)=Bt+Stf+Lt+Ste60

Keterangan:
a. BtBt (satuan detik) = Bucket time. Waktu yang dibutuhkan alat muat untuk
mengisi bucket.

b. StfStf (satuan detik) = Swing time full. Waktu yang dibutuhkan alat muat
untuk swing atau berputar sebelum pemuatan (kondisi bucket penuh muatan).
c. LtLt (satuan detik) = Loading time. Waktu yang dibutuhkan alat muat untuk
mengisi muatan.

d. SteSte (satuan detik) = Swing time empty. Waktu yang dibutuhkan alat muat
untuk swing sebelum mengambil material (kondisi bucket kosong).
e. Angka 60 dari persamaan diatas adalah untuk mengubah 1 cycle time alat dari
satuan detik menjadi menit. 1 menit sama dengan 60 detik.

Jika ada faktor tambahan lain yang mempengaruhi cycle time alat muat, bisa di
tambahkan saja ke persamaan diatas. Misalnya ada faktor tambahan yaitu waktu
yang digunakan alat untuk menunggu unit angkut bergerak dan memposisikan
unit, maka tambahkan waktu ini dalam persamaan di atas.

1. 2. Faktor pengisian atau fill factor suatu alat muat.


Selain cyle time diatas, produktifitas alat muat juga dipengaruhi oleh berapa
banyak material yang bisa di ambil dalam 1 bucket alat muat berbanding dengan
berapa kapasitas muat standard bucket alat muat tersebut.

Untuk mengetahui berapa nilai Faktor pengisian (FpFp) alat, gunakan


persamaan berikut ini:

Fp=VrVs×100persenFp=VrVs×100persen

Keterangan:
a. VrVr (satuan persen) = Volume real bucket yang bisa dihasil suatu alat.
b. VsVs (satuan persen) = Volume standard bucket alat. Untuk mengetahui
berapa volume standard bucket suatu alat muat, bisa dengan melihat buku
pedoman alat yang dikeluarkan oleh produsen yang membuat alat muat tersebut.
Misalnya Excavator Komatsu PC-400 mempunyai kapasitas standard bucket
3,2 m3 dilihat dari buku pedoman yang dikeluarkan oleh pabrikannya yaitu
Komatsu.
Setelah anda memahami 2 faktor yang mempengaruhi productivity alat (cycle
time dan fill factor) diatas, sekarang saatnya untuk mengetahui dan
menghitung produktivitas suatu alat muat saat beroperasi di pertambangan.

Berikut Rumus Atau Persamaan Menghitung Produktivitas Alat Muat Di


Tambang.

P=60Ct×Vr×Fp×Ma×EuP=60Ct×Vr×Fp×Ma×Eux 1 jam

Keterangan:
P = Produktivitas alat muat dalam 1 jam (m3/jamm3/jam).

CtCt = Cycle time alat muat (menit).

VrVr = Volume real bucket alat saat menggali (m3m3).

FpFp = Faktor pengisian alat muat (%).

MaMa = Mechanical availability alat muat (%).

EuEu = Effective utility alat muat (%).


Untuk mengetahui Mechanical availability (MaMa) dan Effective utility (EuEu)
alat muat, silahkan lihat artikel saya sebelumnya di sini.

Contoh kasus.
Coba hitung berapa produktivitas alat muat Excavator PC-400 Komatsu
berdasarkan hasil observasi pengawas di bawah ini saat alat muat beroperasi di
tambang.

Hasil observasi pengawas:


Mechanical availability (MaMa) PC-400 Komatsu = 95%.

Effective utility (EuEu) PC-400 Komatsu = 92%.

Cycle time (CtCt) PC-400 Komatsu:

• Bucket time (BtBt) PC-400 Komatsu = 6 detik.

• Swing time full (StfStf) PC-400 Komatsu = 7 detik.

• Loading time (LtLt) PC-400 Komatsu = 4 detik.

• Swing time empty (SteSte) PC-400 Komatsu = 5 detik.

Fill factor (FfFf) PC-400 Komatsu:


• Volume real bucket (VrVr) PC-400 Komatsu = 3 m3

• Volume standard bucket (VsVs) PC-400 Komatsu = 3,2 m3.

Jawaban contoh kasus di atas.


Pertama, cari hasil cycle time PC-400 Komatsu dari data yang ada di atas
menggunakan rumus hitungan cycle time alat.

Ct(menit)=Bt+Stf+Lt+Ste60Ct(menit)=Bt+Stf+Lt+Ste60

Ct(menit)=6+7+4+560Ct(menit)=6+7+4+560

Ct(menit)=0,37Ct(menit)=0,37 menit.
Kedua, cari hasil Fill Factor PC-400 Komatsu dengan menggunakan rumus
Faktor pengisian alat muat.

Fp=VrVs×100persenFp=VrVs×100persen

Fp=33,2×100persenFp=33,2×100persen

Fp=93,75Fp=93,75 %.
Ketiga, barulah cari produktivitas PC-400 Komatsu dengan menggunakan
rumus productivity alat muat.
P=60Ct×Vr×Fp×Ma×EuP=60Ct×Vr×Fp×Ma×Eux 1 jam

P=398,6P=398,6 m3m3/jam.
Beberapa kesimpulan setelah mengetahui hasil produktivitas suatu alat muat
ditambang:

A. Semakin rendah mechanical availability alat muat di tambang (alat


sering rusak, perbaikan), semakin sedikit juga produktivitas nya.

B. Semakin tinggi Effective utility alat di tambang (alat tidak sering rusak,
tidak banyak standby,), maka semakin tinggi juga produktivitas alat
tersebut. Begitu juga sebaliknya.

C. Semakin lama cycle time yang dibutuhkan alat muat di tambang


(operator masih baru, skill rendah), semakin rendah juga tingkat
produktivitasnya.

D. Semakin rendah fill factor suatu alat (operator kurang trampil, kondisi
alat muat tidak fit), semakin rendah juga produktivitas nya.

Selain beberapa kesimpulan di atas, tetaplah ingat bahwa untuk meningkatkan


productivity suatu alat muat di pertambangan, tidak lantas mengorbankan nilai-
nilai keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di dalamnya. So keep work safety
all.
Menghitung Produktivitas Alat Angkut Di Tambang

Menghitung produktivitas alat angkut di tambang menggunakan rumus. Setelah


kemarin saya berbagi informasi tentang cara menghitung produktivitas alat
muat (excavator, power shovel, dll), sekarang saat nya saya berbagi informasi
tentang cara menghitung produktivitas alat angkut seperti Dump truck, ADT,
dll.

Ada banyak manfaat yang bisa kita peroleh, khusus nya buat anda yang bekerja
sebagai pengawas di suatu pertambangan. Yang pertama, kita bisa mengetahui
nilai produktivitas unit angkut di tambang dan berapa pencapaian target
maksimal yang bisa diperoleh unit angkut tersebut. Jika produktivitas unit
angkut tersebut belum bisa memenuhi target produksi perusahaan, maka
tindakan apa yang bisa di ambil agar target perusahaan tetap bisa tercapai.

Selain itu kita juga bisa mengetahui nilai faktor kesesuaian (Match factor)
antara alat muat dan unit angkut dalam satu front (fleet), dimana nilai match
factor menunjukkan efisiensi kerja dan keserasian antara alat muat dan unit
angkut di tambang. Untuk rumus hitungan dari Match factor sendiri akan saya
bahas di kesempatan berikutnya.

Baca juga: Cara menghitung dan memahami produktivitas suatu alat muat
tambang di sini.

Kembali lagi ke rumus untuk menghitung produktivitas alat / unit angkut di


tambang. Berikut ini rumus yang digunakan untuk menghitung productivity alat
angkut di tambang.
Ptr=60Ctr×Svc×Fvc×Ma×EuPtr=60Ctr×Svc×Fvc×Ma×Eu

Keterangan:
PtrPtr = Produktivitas truck (alat angkut / unit angkut) - m3m3/jam.

CtrCtr = Cycle time truck atau alat angkut - menit.

SvcSvc = Standard vessel capacity, Kapasitas standard muatan vessel (bak)


truck atau alat angkut - m3m3.

FvcFvc = Fill Factor vessel capacity, Faktor pengisian kapasitas muatan


material ke vessel alat angkut - %.

MaMa = Mechanical Availability unit angkut - %.

EuEu = Effectivity Utility unit angkut - %.

Dari persamaan diatas bisa diketahui faktor apa saja yang mempengaruhi besar
kecilnya produktivitas alat angkut di tambang. Dari masing-masing faktor,
mempunyai rumus hitungan masing-masing. Berikut ini adalah faktor-faktor
beserta rumus untuk menghitung nya.

1. Cycle time truck atau alat angkut.


Cycle time truck (CtrCtr) adalah waktu edar yang diperlukan alat angkut untuk
menyelesaikan 1 trip pekerjaan. Semakin sedikit waktu yang dibutuhkan alat
angkut menyelesaikan 1 trip, semakin tinggi produksi yang di hasilkan unit
tersebut. Berikut ini rumus untuk mengetahui berapa waktu yang dibutuhkan
unit angkut dalam 1 trip (rumus cycle time alat angkut).

Ctr=Stf+Lt+Htf+Std+Dt+Hte60Ctr=Stf+Lt+Htf+Std+Dt+Hte60

Keterangan:
CtrCtr = Waktu edar yang dibutuhkan unit angkut dalam 1 trip - trip/menit.

StfStf = Setting time unit angkut di front loading area. Yaitu waktu yang
dibutuhkan unit angkut untuk menempatkan posisi (sebelum unit dimuati
muatan oleh alat angkut) - detik.

LtLt = Loading time. Yaitu waktu yang dibutuhkan unit angkut selama proses
pemuatan material oleh alat angkut - detik.

HtfHtf = Hauling time full. Yaitu waktu yang dibutuhkan untuk mengangkut
material dari front ke disposal (unit angkut dalam kondisi penuh muatan) -
detik.

StdStd = Setting time disposal. Yaitu waktu yang dibutuhkan unit angkut untuk
memposisikan unit saat di disposal - detik.

DtDt = Drop time. Yaitu waktu yang diperlukan alat angkut saat menumpahkan,
bongkar, material di disposal - detik.

HteHte = Hauling time empty. Waktu yang dibutuhkan unit angkut untuk
kembali dari disposal ke front area (unit angkut dalam kondisi kosong) - detik.
Angka 60 = satuan untuk mengubah cycle time 1 trip satuan detik ke menit. 1
menit = 60 detik.

Kita bisa menambahkan faktor lain ke dalam persamaan di atas jika faktor
tersebut mempengaruhi waktu yang dibutuhkan unit menyelesaikan 1 trip
kerjanya. Misalnya jika terjadi antrian unit di front area. Maka lama waktu
antrian akan di tambahkan.

2. Standard vessel capacity (SvcSvc).


Standard vessel capacity atau kapasitas standar muatan material vessel dari alat
angkut. Kapasitas standard vessel bisa diketahui dari buku pedoman unit yang
dikeluarkan oleh perusahaan pembuat alat angkut tersebut (m3m3).

3. Fill Factor vessel capacity (FvcFvc).


Fill factor vessel capacity atau faktor kapasitas pengisian vessel adalah
perbandingan antara kapasitas nyata vessel alat angkut dengan kapasitas standar
vessel alat angkut. Semakin banyak kapasitas nyata yang bisa di angkut, maka
semakin tinggi produktivitas unit angkut tersebut. Berikut ini rumus yang
digunakan untuk menghitung fill factor vessel capacity.

Fvc=RvcSvcFvc=RvcSvc

Keterangan:
FvcFvc = Fill factor vessel capacity - satuan %.

RvcRvc = Real vessel capacity, kapasitas muatan nyata vessel alat angkut -
satuan m3m3.
SvcSvc = Standard vessel capacity, Kapasitas muatan standar vessel alat angkut
- satuan m3m3.

4. Mechanical availability alat angkut (MaMa).


Ketersediaan alat angkut berdasarkan dari kondisi mekanikal alat tersebut.

5. Effective Utility alat angkut (EuEu).


Ketersediaan alat angkut berdasarkan dari penggunaan efektif alat tersebut.

Baca juga: Cara menghitung ketersediaan alat di tambang berdasarkan kondisi


mekanis (MaMa), kondisi fisik (PaPa), ketersediaan penggunaan (UaUa), dan
efektif penggunaan (EuEu) di sini.

Contoh Kasus.
Setelah kita mengetahui semua rumus yang mempengaruhi produktivitas unit
angkut tambang di atas, tidak lengkap rasanya jika tidak berlatih menggunakan
rumus tersebut. Mari kita belajar bersama menyelesaikan contoh kasus di bawah
ini.

Harap diperhatikan:
Angka kapasitas standard bucket alat muat dan angka kapasitas standard vessel
alat angkut di contoh kasus dibawah ini mungkin berbeda dengan spesifikasi
data alat muat dan alat angkut di buku pedoman yang dikeluarkan oleh
perusahaan pembuat unit tersebut. Dan saya menggunakan semua angka
lainnya hanya sebagai perumpamaan saja, mungkin saja angka ini berbeda
dengan kenyataan nya di lapangan. Saya menggunakan angka tersebut cuma
bertujuan untuk berlatih menggunakan rumus produktivitas alat angkut.
Jangan jadikan angka tersebut sebagai patokan untuk menghitung produktivitas
unit angkut di tambang tempat anda bekerja. Jauh lebih bijaksana jika anda
melihat buku pedoman tentang berapa kapasitas standar bucket dan kapasitas
standar vessel sebenarnya di perusahaan tempat anda bekerja dan lakukan
pengamatan sendiri di lapangan untuk bisa mengetahui produktivitas unit
tersebut.

Coba hitung berapa produktivitas satu unit alat angkut Caterpillar ADT 740
per jam nya di tambang berdasarkan data yang dikumpulkan pengawas
tambang saat unit tersebut beroperasi.

Data dari pengawas:


1. Alat muat menggunakan PC-400 Komatsu - Standard bucket 3,2 m3.
Memerlukan waktu sekitar 22 detik untuk 1 cycle time alat muat.

2. Kapasitas muatan standard (SvcSvc) vessel ADT-740 Caterpillar adalah


24 m3m3. Memerlukan 7,5 sampai 8 bucket untuk mengisi vessel ADT-740
menggunakan PC-400.

3. Kapasitas nyata muatan (RvcRvc) vessel ADT-740 Caterpillar adalah 22 m3.

4. Mechanical availability (MaMa) ADT-740 Caterpillar sebesar 94%.

5. Effective utility (EuEu) ADT-740 Caterpillar sebesar 85%.

6. Setting time front (StfStf) di front loading - 20 detik.

7. Loading time (LtLt) ADT-740 : 8 bucket x 22 detik = 176 detik.


8. Hauling time full (HtfHtf) ADT-740 - 240 detik.

9. Setting time disposal (StdStd) ADT-740 - 25 detik.

10. Drop time (DtDt) ADT-740 - 16 detik.

11. Hauling time empty (HteHte) ADT-740 - 200 detik.

Jawaban contoh kasus di atas.


Sebelum bisa mengetahui berapa produltivitas ADT-740 Caterpillar di atas, kita
harus menghitung dulu faktor-faktor yang mempengaruhi nya berdasarkan
rumus produktivitas unit angkut di atas. Berdasarkan data yang telah di buat
pengawas saat observasi lapangan untuk ADT-740, Kita tinggal mencari berapa
cycle time ADT-740.

CYCLE TIME TRUCK (CtrCtr) ADT-740 CATERPILLAR.

Ctr=Stf+Lt+Htf+Std+Dt+Hte60Ctr=Stf+Lt+Htf+Std+Dt+Hte60

Ctr=20+176+240+25+16+20060Ctr=20+176+240+25+16+20060

CtrCtr = 15 menit (angka pembulatan) setiap 1 trip

Berikutnya kita hitung berapa Fill factor vessel capacity (FvcFvc) ADT-740
Caterpillar.
FILL FACTOR VESSEL CAPACITY (FvcFvc) ADT-740
CATERPILLAR.

Fvc=RvcSvcFvc=RvcSvc

Fvc=2224Fvc=2224

FvcFvc = 92% (angka pembulatan)

Setelah kita mengetahui Cycle time dan Fill factor vessel capacity ADT-740
Caterpillar di atas, sekarang kita bisa mengetahui berapa produktifitas alat
angkut tersebut di tambang.

PRODUCTIVITY TRUCK (PtrPtr) ATAU ALAT ANGKUT ADT-740


CATERPILLAR.

Ptr=60Ctr×Svc×Fvc×Ma×EuPtr=60Ctr×Svc×Fvc×Ma×Eu

Ptr=6015Ptr=6015 x 24 x 92% x 95% x 85%

PtrPtr = 71,3 m3m3/jam

Dari contoh kasus di atas, kita bisa mengetahui produktivitas per unit per jam
alat angkut Articulated Dump Truck ADT-740 Caterpillar adalah
71,3 m3m3/jam dengan alat muat PC-400 Komatsu.

Tentunya ini hanya satu contoh yang saya sederhanakan. Pada kenyataan nya,
kita harus mengetahui semua faktor yang mempengaruhi produltivitas alat
angkut tersebut satu-persatu. Mungkin di butuhkan kerjasama team antar
pengawas saat mengumpulkan data di lapangan, dan semua harus dilaksanakan
secara tepat, terschedule, dan usahakan tidak ada poin yang dilupakan, agar kita
bisa mengukur tingkat produktivitas unit angkut dengan tepat.

Selain melakukan pekerjaan yang berorientasi produksi, jangan pernah lupa


orientasi utama dalam bekerja adalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Berorientasi safety dalam bekerja bisa menyelematkan karyawan dari bahaya
kecelakaan selama bekerja, selain itu juga bisa meningkatkan nilai produksi
tanpa diimbangi dengan peningkatan accident. So, keep work safety all.

Artikel berikut nya tentang menghitung faktor kesesuaian antara alat muat dan
alat angkut dalam satu front area di pertambangan. Jadi tetaplah setia bersama
Blog Mas Dory. Siapa tahu informasi yang terdapat di dalamnya bisa
bermanfaat buat pekerjaan anda nantinya.

Anda mungkin juga menyukai