Selain memerlukan investasi yang besar dalam kegiatan operasional nya, dunia
pertambangan juga memiliki potensi bahaya yang tinggi yang bisa
menimbulkan kecelakaan. Dan ini juga adalah salah satu peranan foreman atau
pengawas tambang berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pekerja.
Selain itu, langkah foreman atau pengawas tambang ini juga bisa
menghindarkan perusahaan dari membayar operator atau driver nganggur
dikarenakan alat muat dan unit angkut nya tidak dimaksimal kan penggunaan
nya padahal alat tersebut dalam kondisi ready.
Jika anda adalah pemilik perusahaan, di antara dua dibawah ini, foreman mana
yang anda pilih dalam mengefektifkan cost perusahaan anda:
a. Foreman yang pintar mencarikan job untuk alat muat dan unit angkut yang
ready milik anda. Dengan begitu anda dapat pemasukan dari pekerjaan alat
muat dan unit angkut tersebut. Sehingga ada anggaran untuk membayar leasing
atau kreditan alat angkut atau unit angkut milik anda tersebut. Dan anda bisa
membayar operator atau driver dari pemasukan yang dihasilkan, atau;
b. Foreman yang tidak pintar dan membiarkan alat muat dan unit angkut yang
ready dalam keadaaan nganggur di tambang. Anda tetap harus membayar
leasing atau kreditan alat tersebut, anda tetap harus membayar operator dan
driver dari alat muat dan unit angkut yang nganggur tersebut.
Selain mengoptimalkan penggunaan atau utilisasi alat muat dan unit angkut di
tambang di atas, langkah selanjutnya yang bisa diambil foreman atau pengawas
tambang dalam mengefektifkan biaya pengeluaran atau cost perusahaan adalah
dengan memaksimalkan ketersediaan alat muat dan unit angkut di tambang.
Berikut ini beberapa hal yang bisa dilakukan pengawas atau foreman tambang
dalam memaksimalkan availability alat muat atau unit angkut.
▪ Masalah refueling pengisian bahan bakar alat muat dan unit angkut saat jam
operasional.
▪ Karyawan mengambil jam istirahat terlalu awal saat masih jam operasional.
▪ Karyawan masuk kembali terlalu lama setelah jam istirahat.
▪ Dan lain-lain.
6. Menjalin Kerjasama Dan Komunikasi Yang Baik Dengan Pekerja Atau Anak
Buah Pengawas Tersebut.
Tugas Pengawas yang Berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3.
Ada beberapa tugas yang harus dilaksanakan oleh seorang pengawas tambang
agar visi dan misi perusahaan nya bisa tercapai. Diantaranya ada tugas yang
berhubungan dengan nilai-nilai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3),
berhubungan dengan pencapaian hasil produksi, dan beberapa hal lainnya.
Ada banyak tugas pengawas yang berkaitan dengan K3, seperti memastikan
karyawan memakai Alat Pelindung Diri (APD) saat bekerja, membuat Job
Safety Analysis di setiap bidang pekerjaan, dan lain sebagainya. Namun saya
lebih memilih 3 tugas di bawah ini karena mungkin tugas ini lebih penting
untuk diperhatikan dan dilakukan seorang pengawas.
Berikut ini adalah beberapa tugas yang dilakukan oleh seorang pengawas
(foreman) tambang yang berhubungan dengan K3.
Pemahaman saya tentang safety talk sendiri adalah pembicaraan dua arah antara
pengawas (atau level supervisory) dengan anak buahnya (operator, driver, dll)
yang diadakan di suatu tempat yang telah di tetapkan sebelumnya (di areal
tambang, atau bisa juga di area berkumpul sekitar office) dan di lakukan secara
periodik (per 3 hari, per minggu, dll) pada umumnya dilakukan awal shift kerja
(ada juga perusahaan tambang yang mengadakan safety talk saat akhir shft
kerja). Pada umumnya safety talk berlangsung selama 10 sampai 20 menit.
Selain pengawas dan anak buah nya, safety talk juga dihadiri oleh perwakilan
dari divisi safety (OSHE Dept.). Dan biasanya kegiatan ini di awali dengan
penyampaian dari OSHE Dept. kemudian pengawas tambang, dan sesi tanya
jawab antara karyawan dengan pengawas atau safety.
Berikut ini adalah hal-hal apa saja yang sebaiknya di sampaikan kegiatan safety
talk:
3) Menyampaikan tindakan perbaikan apa saja yang sudah dilakukan nya dari
semua temuan yang ada. Sebagai contoh jika jalan tambang berdebu maka
tindakan perbaikan apa yang sudah dilakukan pengawas untuk mengurangi
intensitas debu, misalnya pengendalian debu dengan penyiraman jalan
tambang secara intensif.
5) Sesi tanya jawab antara karyawan atau anak buah kepada pengawas dan
perwakilan dari OSHE Dept. Di sesi ini, karyawan bisa mengajukan
pertanyaan yang berhubungan dengan pekerjaannya, atau bisa juga
memberikan informasi temuan tentang kondisi area kerja yang berpotensi
bahaya agar dilakukan tindakan perbaikan oleh pihak terkait.
P5M biasanya diadakan pada setiap awal shift kerja di area pertambangan dan
dihadiri oleh seluruh pengawas, perwakilan dari safety, dan karyawan shift kerja
tersebut. Sesuai dengan namanya, P5M hanya berlangsung selama kurang lebih
5 menit, dan lebih membahas tentang teknik kerja yang akan dimulai, beberapa
spot area yang kemungkinan menimbulkan potensi bahaya, dan juga di sisipi
pesan K3 di dalamnya agar karyawan bisa memulai dan mengakhiri pekerjaas
tersebut dengan aman tanpa kurang satu apapun.
Banyak manfaat yang bisa diperoleh pengawas dengan mengikuti P2K3 ini
(beberapa perusahaan mengadakan meeting P2K3 per bulan). P2K3 sendiri
diikuti oleh OSHE Dept. beserta seluruh jajaran pengawas yang ada di suatu
perusahaan (minimal harus ada 1 atau 2 perwakilan pengawas di setiap
perusahaan untuk menghadiri meeting ini agar informasi yang disampaikan bisa
merata ke semua perusahaan yang berada dalam 1 wilayah pertambangan).
Pada intinya meeting P2K3 membahas tentang performa K3 dari indikator-
indikator yang telah di tetapkan sebelumnya. Jika performa K3 suatu
perusahaan menurun, maka akan di cari bersama solusi terbaik seperti apa yang
bisa di ambil untuk memperbaiki performa K3, siapa yang paling bertanggung
jawab (PIC - Person In Charge) untuk menjalankan perbaikan tersebut, dan
sampai kapan PIC tersebut bisa menyelesaikan perbaikan tersebut.
Di samping itu, dalam meeting P2K3 juga akan diberikan pembekalan materi-
materi K3 kepada pengawas dan ini akan sangat berguna buat pengawas untuk
di sampaikan kepada karyawan atau anak buahnya masing-masing.
Terlepas dari itu semua, pengawas tambang hanyalah manusia biasa yang tidak
luput dari salah dan lupa. Dan tanggung jawab Kesehatan dan Keselamatan
Kerja tidak hanya terletak pada pundak seorang pengawas, tapi terletak pada
diri kita masing-masing.
Demikian apa yang bisa saya bagikan. Jika anda mempunyai pendapat lain atau
ingin menambahkan tugas pengawas yang berkaitan dengan K3 tersebut, mohon
jangan ragu-ragu untuk menambahkannya dengan berkomentar di bawah ini.
Sekian dan semoga bermanfaat.
Menghitung Ketersediaan Alat Di Tambang
Oleh karena itu, sebelum saya memberikan informasi tentang cara menghitung
produktifitas alat (muat dan angkut), saya akan membagikan informasi
menghitung ketersediaan alat di tambang ini terlebih dahulu. Karena masing-
masing hasil dari rumus ketersediaan alat ini akan digunakan untuk menghitung
produktifitas alat nantinya. Saya harap anda bisa memahami ini.
Ketersediaan alat di tambang bisa di diketahui dari melihat 4 faktor yang ada
dari alat tersebut.
1. Ketersediaan Mekanis Atau Mechanical Availability (Ma).
Mengetahui ketersediaan alat dengan memperhitungkan waktu yang hilang
karena kerusakan di bagian mekanikal seperti kerusakan mesin atau bisa juga
perawatan unit atau alat. Berikut ini rumus untuk menghitung mechanical
availability suatu alat (hasilnya dalam %).
Ma=JkJk+Jr×100persen
Pa=Jk+StbJk+Jr+Stb×100persen
Ua=JkJk+Stb×100persen
4. Penggunaan Efektif Alat Atau Effective Utility (Eu).
Mengetahui ketersediaan alat dari keseluruhan jam kerja alat setelah dibagi
dengan penjumlahan jam kerja, jam rusak, dan jam standby alat. Berikut ini
rumus untuk menghitung Effective utility suatu alat (hasil dalam %).
Eu=JkJk+Jr+Stb×100persen
Keterangan :
Jk = Jumlah total jam kerja alat pada saat alat dapat dioperasikan.
Jr = Jumlah total jam saat alat dalam kondisi rusak (breakdown), sedang atau
belum diperbaiki karena alasan menunggu suku cadang (waiting parts).
Stb = Jumlah total jam stanby alat, dimana alat tidak dapat dioperasikan namun
alat sedang dalam keadaan baik (tidak sedang rusak atau waiting parts).
Contohnya standby hujan, slippery (jalan licin akibat hujan), dll.
Memahami Produktivitas Alat Muat Tambang
Tugas pengawas tambang sama sekali bukan tugas yang ringan. selain dia
mempunyai tanggung jawab besar terhadap keselamatan anak buahnya
(Operator alat, Driver DT, dll), dia juga bertanggung jawab atas hasil produksi
dari anak buahnya tersebut. Apakah hasil produksi tersebut sudah sesuai dengan
target perusahaan atau belum. Untuk bisa mengetahui ini semua, maka sudah
seharusnya foreman mengetahui ilmu dasar yang mendukung pekerjaannya
tersebut.
Selain itu, tujuan saya membagikan informasi cara menghitung productivity alat
muat di tambang ini adalah untuk berbagi pemahaman kepada pengawas
tambang agar rumus yang saya berikan ini bisa bermanfaat buat pengawas
tambang tersebut.
Ok tidak perlu berpanjang lebar, karena informasi ini akan panjang dengan
sendirinya hehe.
1. Productivitas Alat Muat (Power Shovel, Excavator, Dll)
.
Ada 3 (tiga) rumus hitungan yang dipakai untuk menghitung produktivitas alat
muat. Yang pertama adalah rumus produtivitas alat itu sendiri, dan 2 rumus
pendukung lagi berasal dari faktor yang mempengaruhi nya. Kita akan bahas 2
rumus pendukungnya terlebih dahulu agar anda tidak bingung nanti darimana
rumus yang ada dalam produktivitas alat. Produktivitas alat muat sangat
dipengaruhi oleh 2 faktor utama, yaitu Cycle time (waktu edar) alat muat, dan
Fill factor (Faktor pengisian bucket) alat tersebut.
Untuk menghitung berapa 1 cycle time (CtCt) yang dibutuhkan suatu alat
muat ditambang dalam 1 menit, anda bisa menggunakan persamaan:
Ct(menit)=Bt+Stf+Lt+Ste60Ct(menit)=Bt+Stf+Lt+Ste60
Keterangan:
a. BtBt (satuan detik) = Bucket time. Waktu yang dibutuhkan alat muat untuk
mengisi bucket.
b. StfStf (satuan detik) = Swing time full. Waktu yang dibutuhkan alat muat
untuk swing atau berputar sebelum pemuatan (kondisi bucket penuh muatan).
c. LtLt (satuan detik) = Loading time. Waktu yang dibutuhkan alat muat untuk
mengisi muatan.
d. SteSte (satuan detik) = Swing time empty. Waktu yang dibutuhkan alat muat
untuk swing sebelum mengambil material (kondisi bucket kosong).
e. Angka 60 dari persamaan diatas adalah untuk mengubah 1 cycle time alat dari
satuan detik menjadi menit. 1 menit sama dengan 60 detik.
Jika ada faktor tambahan lain yang mempengaruhi cycle time alat muat, bisa di
tambahkan saja ke persamaan diatas. Misalnya ada faktor tambahan yaitu waktu
yang digunakan alat untuk menunggu unit angkut bergerak dan memposisikan
unit, maka tambahkan waktu ini dalam persamaan di atas.
Fp=VrVs×100persenFp=VrVs×100persen
Keterangan:
a. VrVr (satuan persen) = Volume real bucket yang bisa dihasil suatu alat.
b. VsVs (satuan persen) = Volume standard bucket alat. Untuk mengetahui
berapa volume standard bucket suatu alat muat, bisa dengan melihat buku
pedoman alat yang dikeluarkan oleh produsen yang membuat alat muat tersebut.
Misalnya Excavator Komatsu PC-400 mempunyai kapasitas standard bucket
3,2 m3 dilihat dari buku pedoman yang dikeluarkan oleh pabrikannya yaitu
Komatsu.
Setelah anda memahami 2 faktor yang mempengaruhi productivity alat (cycle
time dan fill factor) diatas, sekarang saatnya untuk mengetahui dan
menghitung produktivitas suatu alat muat saat beroperasi di pertambangan.
P=60Ct×Vr×Fp×Ma×EuP=60Ct×Vr×Fp×Ma×Eux 1 jam
Keterangan:
P = Produktivitas alat muat dalam 1 jam (m3/jamm3/jam).
Contoh kasus.
Coba hitung berapa produktivitas alat muat Excavator PC-400 Komatsu
berdasarkan hasil observasi pengawas di bawah ini saat alat muat beroperasi di
tambang.
Ct(menit)=Bt+Stf+Lt+Ste60Ct(menit)=Bt+Stf+Lt+Ste60
Ct(menit)=6+7+4+560Ct(menit)=6+7+4+560
Ct(menit)=0,37Ct(menit)=0,37 menit.
Kedua, cari hasil Fill Factor PC-400 Komatsu dengan menggunakan rumus
Faktor pengisian alat muat.
Fp=VrVs×100persenFp=VrVs×100persen
Fp=33,2×100persenFp=33,2×100persen
Fp=93,75Fp=93,75 %.
Ketiga, barulah cari produktivitas PC-400 Komatsu dengan menggunakan
rumus productivity alat muat.
P=60Ct×Vr×Fp×Ma×EuP=60Ct×Vr×Fp×Ma×Eux 1 jam
P=398,6P=398,6 m3m3/jam.
Beberapa kesimpulan setelah mengetahui hasil produktivitas suatu alat muat
ditambang:
B. Semakin tinggi Effective utility alat di tambang (alat tidak sering rusak,
tidak banyak standby,), maka semakin tinggi juga produktivitas alat
tersebut. Begitu juga sebaliknya.
D. Semakin rendah fill factor suatu alat (operator kurang trampil, kondisi
alat muat tidak fit), semakin rendah juga produktivitas nya.
Ada banyak manfaat yang bisa kita peroleh, khusus nya buat anda yang bekerja
sebagai pengawas di suatu pertambangan. Yang pertama, kita bisa mengetahui
nilai produktivitas unit angkut di tambang dan berapa pencapaian target
maksimal yang bisa diperoleh unit angkut tersebut. Jika produktivitas unit
angkut tersebut belum bisa memenuhi target produksi perusahaan, maka
tindakan apa yang bisa di ambil agar target perusahaan tetap bisa tercapai.
Selain itu kita juga bisa mengetahui nilai faktor kesesuaian (Match factor)
antara alat muat dan unit angkut dalam satu front (fleet), dimana nilai match
factor menunjukkan efisiensi kerja dan keserasian antara alat muat dan unit
angkut di tambang. Untuk rumus hitungan dari Match factor sendiri akan saya
bahas di kesempatan berikutnya.
Baca juga: Cara menghitung dan memahami produktivitas suatu alat muat
tambang di sini.
Keterangan:
PtrPtr = Produktivitas truck (alat angkut / unit angkut) - m3m3/jam.
Dari persamaan diatas bisa diketahui faktor apa saja yang mempengaruhi besar
kecilnya produktivitas alat angkut di tambang. Dari masing-masing faktor,
mempunyai rumus hitungan masing-masing. Berikut ini adalah faktor-faktor
beserta rumus untuk menghitung nya.
Ctr=Stf+Lt+Htf+Std+Dt+Hte60Ctr=Stf+Lt+Htf+Std+Dt+Hte60
Keterangan:
CtrCtr = Waktu edar yang dibutuhkan unit angkut dalam 1 trip - trip/menit.
StfStf = Setting time unit angkut di front loading area. Yaitu waktu yang
dibutuhkan unit angkut untuk menempatkan posisi (sebelum unit dimuati
muatan oleh alat angkut) - detik.
LtLt = Loading time. Yaitu waktu yang dibutuhkan unit angkut selama proses
pemuatan material oleh alat angkut - detik.
HtfHtf = Hauling time full. Yaitu waktu yang dibutuhkan untuk mengangkut
material dari front ke disposal (unit angkut dalam kondisi penuh muatan) -
detik.
StdStd = Setting time disposal. Yaitu waktu yang dibutuhkan unit angkut untuk
memposisikan unit saat di disposal - detik.
DtDt = Drop time. Yaitu waktu yang diperlukan alat angkut saat menumpahkan,
bongkar, material di disposal - detik.
HteHte = Hauling time empty. Waktu yang dibutuhkan unit angkut untuk
kembali dari disposal ke front area (unit angkut dalam kondisi kosong) - detik.
Angka 60 = satuan untuk mengubah cycle time 1 trip satuan detik ke menit. 1
menit = 60 detik.
Kita bisa menambahkan faktor lain ke dalam persamaan di atas jika faktor
tersebut mempengaruhi waktu yang dibutuhkan unit menyelesaikan 1 trip
kerjanya. Misalnya jika terjadi antrian unit di front area. Maka lama waktu
antrian akan di tambahkan.
Fvc=RvcSvcFvc=RvcSvc
Keterangan:
FvcFvc = Fill factor vessel capacity - satuan %.
RvcRvc = Real vessel capacity, kapasitas muatan nyata vessel alat angkut -
satuan m3m3.
SvcSvc = Standard vessel capacity, Kapasitas muatan standar vessel alat angkut
- satuan m3m3.
Contoh Kasus.
Setelah kita mengetahui semua rumus yang mempengaruhi produktivitas unit
angkut tambang di atas, tidak lengkap rasanya jika tidak berlatih menggunakan
rumus tersebut. Mari kita belajar bersama menyelesaikan contoh kasus di bawah
ini.
Harap diperhatikan:
Angka kapasitas standard bucket alat muat dan angka kapasitas standard vessel
alat angkut di contoh kasus dibawah ini mungkin berbeda dengan spesifikasi
data alat muat dan alat angkut di buku pedoman yang dikeluarkan oleh
perusahaan pembuat unit tersebut. Dan saya menggunakan semua angka
lainnya hanya sebagai perumpamaan saja, mungkin saja angka ini berbeda
dengan kenyataan nya di lapangan. Saya menggunakan angka tersebut cuma
bertujuan untuk berlatih menggunakan rumus produktivitas alat angkut.
Jangan jadikan angka tersebut sebagai patokan untuk menghitung produktivitas
unit angkut di tambang tempat anda bekerja. Jauh lebih bijaksana jika anda
melihat buku pedoman tentang berapa kapasitas standar bucket dan kapasitas
standar vessel sebenarnya di perusahaan tempat anda bekerja dan lakukan
pengamatan sendiri di lapangan untuk bisa mengetahui produktivitas unit
tersebut.
Coba hitung berapa produktivitas satu unit alat angkut Caterpillar ADT 740
per jam nya di tambang berdasarkan data yang dikumpulkan pengawas
tambang saat unit tersebut beroperasi.
Ctr=Stf+Lt+Htf+Std+Dt+Hte60Ctr=Stf+Lt+Htf+Std+Dt+Hte60
Ctr=20+176+240+25+16+20060Ctr=20+176+240+25+16+20060
Berikutnya kita hitung berapa Fill factor vessel capacity (FvcFvc) ADT-740
Caterpillar.
FILL FACTOR VESSEL CAPACITY (FvcFvc) ADT-740
CATERPILLAR.
Fvc=RvcSvcFvc=RvcSvc
Fvc=2224Fvc=2224
Setelah kita mengetahui Cycle time dan Fill factor vessel capacity ADT-740
Caterpillar di atas, sekarang kita bisa mengetahui berapa produktifitas alat
angkut tersebut di tambang.
Ptr=60Ctr×Svc×Fvc×Ma×EuPtr=60Ctr×Svc×Fvc×Ma×Eu
Dari contoh kasus di atas, kita bisa mengetahui produktivitas per unit per jam
alat angkut Articulated Dump Truck ADT-740 Caterpillar adalah
71,3 m3m3/jam dengan alat muat PC-400 Komatsu.
Tentunya ini hanya satu contoh yang saya sederhanakan. Pada kenyataan nya,
kita harus mengetahui semua faktor yang mempengaruhi produltivitas alat
angkut tersebut satu-persatu. Mungkin di butuhkan kerjasama team antar
pengawas saat mengumpulkan data di lapangan, dan semua harus dilaksanakan
secara tepat, terschedule, dan usahakan tidak ada poin yang dilupakan, agar kita
bisa mengukur tingkat produktivitas unit angkut dengan tepat.
Artikel berikut nya tentang menghitung faktor kesesuaian antara alat muat dan
alat angkut dalam satu front area di pertambangan. Jadi tetaplah setia bersama
Blog Mas Dory. Siapa tahu informasi yang terdapat di dalamnya bisa
bermanfaat buat pekerjaan anda nantinya.