Anda di halaman 1dari 38

PENULISAN PARAGRAF DAN

PENGEMBANGANNYA

Oleh :

Dr. Drs.H. Taufik Nurhadi, M.Pd.


Dalam unit ini, Anda akan belajar ...
❑ definisi paragraf
❑ bagian paragraf
❑ bagaimana mengidentifikasi dan menulis
kalimat topik

Referensi: PARAGRAF

Savage, Alice dan Masoud Shafiei. 2007. Effective Academic Writing 1 :


The Paragraph. Oxford: Oxford University Press.
Zemach, Dorothy E. dan Lisa A Rumisek. 2005. Academic Writing from
paragraph to essay. New York: MacMillian.
Apakah PARAGRAF ITU
Teks berikut merupakan paragraph. Berdasarkan contoh
tersebut, identifikasi ciri-ciri paragraph dan rumuskan
dalam bentuk definisi.

Janet tinggal di daerah Sure


Start, dan dirinya merasa tertekan.
Dia melahirkan bayi pertamanya, dan
selama ini dirawat oleh Bidan Mary.
Sebenarnya dia dimotivasi oleh
Bidan Mary untuk menghadiri
sebuah kelompok antenatal, tetapi
dia menolak. Dia justru meminta
bidan Mary merawatnya di rumah.
Dia mempercayai Bidan Mary dan
merasa nyaman dengannya. Ketika
dia memilih untuk menyusui bayinya,
Bidan Mary memberikan banyak
dorongan dan dukungan.

(Teks disunting dari buku Essential Midwifery Practice: Public Health yang ditulis, Grace Edwards dan Sheena Byrom [Ed.], 2007)
Teks Berapakah
tersebut jumlah kalimat
dikategorikan dalam teks
PARAGRAF. tersebut?

Apakah ada Adakah unsur-


kelogisan atau unsur formal
ketidaklogisan sebagai
hubungan penghubung
antarkalimat antar-kalimat
tersebut? tersebut?

Ada
Apakah IDE dalam KOMENTAR
teks tersebut lain?
PARAGRAF
?????

a paragraph is a group of sentences


about a single topic. Together, the
sentences of the paragraph explain the
writer's main idea (most important idea)
about the topic. In academic writing, a
paragraph is often between five and ten
sentences long, but it can be longer or
shorter depending on the topic. The
first sentence of a paragraph is usually
indented (moved in) a few spaces.
Zemach, Dorothy E. dan Lisa A Rumisek. 2005. Academic Writing from paragraph to essay. New York: MacMillian.
Bandingkan pendapat
PARAGRAF Zemach dan Rumisek
(2005) itu dengan
????? TB3I:

Bandingkan
pendapat Zemach
dan Rumisek (2005)
itu dengan TBBBI:

PARAGRAF adalah seperangkat kalimat tersusun LOGIS-


SISTEMATIS yang merupakan SATU KESATUAN
EKSPRESI PIKIRAN yang relevan dan mendukung PIKIRAN
POKOK yang tersirat dalam keseluruhan karangan.
Apakah persyaratan paragraf”

KESATUAN

KEPADUAN
Syarat
KETUNTASAN
Paragraf
yang baik KERUNTUTAN

KONSISTENSI MENGGUNAKAN
SUDUT PANDANG
Untuk menjamin adanya
A. Kesatuan kesatuan paragraf, setiap
Pikiran paragraf hanya berisi SATU
PIKIRAN.
Paragraf dapat berupa
BEBERAPA KALIMAT.
Tetapi, seluruhnya harus
merupakan kesatuan, TIDAK
SATU KALIMATPUN YANG
SUMBANG, yang tidak
mendukung kesatuan
paragraf.
Jika terdapat kalimat yang
sumbang, paragraf akan
RUSAK kesatuannya.
Apakah ada kesatuan pikiran dalam
paragraf berikut ini ?
Contoh 1:
(1) Kebebasan berekspresi berdampak pada
pengembangan kreativitas baru. (2) Beberapa
siswa tingkat SD sampai dengan SMU/SMK
berhasil menjuarai olimpiade fisika dan
matematika. (3) Walaupun kebutuhan ekonomi
masyarakat relatif rendah, beberapa siswa
berhasil memenangkan kejuaraan dunia dalam
lomba tersebut. (4) Kreativitas baru tersebut
membanggakan kita semua.

Keterangan::
Paragraf ini tidak terdapat kesatuan pikiran. Kalimat 1 s.d. 3 mengungkapkan
pikiran yang berbeda-beda. Masing-masing tidak membahas pikiran yang sama,
dan kalimat 4 saja yang menunjukkan adanya hubngan.
Contoh 2:

(1) Kebebasan berekspresi berdampak pada


pengembangan kreativitas baru. (2) Dengan
kebebasan ini, para guru dapat dengan leluasa
mengajar siswanya sesuai dengan basis kompetensi
siswa dan lingkungannya. (3) Kondisi kebebasan
tersebut menjadikan pembelajaran berlangsung
secara alami, penuh gairah, dan siswa termotivasi
untuk berkembang. (4) Siswa belajar dalam suasana
gembira, aktif, kreatif, dan produktif. (5) Dampak
kebebasan ini, setiap saat siswa dapat melakukan
berbagai eksperimen dengan menyinergikan bahan
ajar di sekolah dan lingkungannya. (6)
Kreativitasnya menjadi tidak terbendung.
Contoh 3: (1) Strategi mengatasi risiko kebakaran
gedung dimulai dengan penelitian terjadinya
kebakaran. (2) Penelitian dilakukan dengan
mengidentifikasi sebab-sebab terjadinya
kebakaran dan cara mencegahnya. (3) Penelitian
diupayakan sebanyak mungkin menjangkau area
gedung: fasilitas perkantoran, ruang bawah
tanah, gudang, atap, seluruh ruang, tempat
parkir, kafe, dan sarana lain yang ada di gedung
M
itu. (4) Peneliti harus mewaspadai tempat atau
area yang diduga aman, misalnya ruang lobi di
lantai dasar, karena kebakaran dapat saja terjadi
dari tempat yang diduga aman. (5) Jika
pemeriksaan sudah dilakukan secara tuntas,
peneliti harus segera memperkirakan sebab-
sebab kebakaran, misalnya: rokok, listrik, cairan
kimia, dan lain-lain. (6) Selain itu, peneliti harus
memprediksi kebakaran direncanakan, disengaja,
atau tidak disengaja.
Contoh 4:
(1) Ketika memulai bisnis itu, ia merasa tidak
dibantu oleh seorang pun. (2) Hal itu
merupakan perjuangan penting baginya. (3) la
belajar bagaimana menyertakan orang lain
untuk bekerja sama dan bagaimana meraih
sukses. (4) la terus berupaya dengan mencoba-
coba dan memanfaatkan kesalahan sebagai
sumber belajar. (5) la terus bereksperimen
tanpa henti. (6) la selalu berupaya menciptakan
kreativitas baru yang inovatif. (7) Usahanya
berkembang amat lambat namun pasti. (8) la
pun mendesain rencana pengembangan bisnis
selanjutnya dengan inovasi barunya.
B. KEPADUAN
Paragraf dinyatakan padu jika
dibangun dengan kalimat-
kalimat yang berhubungan
logis. Hubungan pikiran-pikiran
yang ada dalam paragraf
menghasilkan kejelasan
struktur dan makna paragraf.
Hubungan kalimat tersebut
menghasilkan paragraf menjadi
satu padu, utuh, dan kompak.
Kepaduan ini dapat dibangun
melalui :
PENANDA KEPADUAN

1. Repetisi/pengulangan kata
kunci atau sinonim,
2. kata ganti
3. kata transisi,
4. bentuk parallel.

1. Repetisi/ Pengulangan Kata kunci


Semua kalimat dalam paragraf dihubungkan dengan kata
kunci atau sinonimnya. Kata kunci (sinonimya) yang telah
disebutkan dalam kalimat pertama diulang pada kalimat
kedua, ketiga, dan seterusnya. Dengan pengulangan itu,
paragraf menjadi padu, utuh, dan kompak.
(1)Budaya merupakan sumber kreativitas baru. (2) Budaya
baik yang berupa sistem ideal, sistem, sosial, maupun sistem
teknologi, ketiganya dapat dijadikan sumber kreativitas baru.
(3) Budaya yang bersumber pada sistem ideal dapat
mengarahkan kreativitas konsep-konsep pemikiran filsafat,
dan ilmu pengetahuan. (4) Budaya yang bersumber sistem
sosial dapat mengendalikan perilaku sosial atau masyarakat
termasuk para pemimpinnya. (5) Budaya yang bersumber pada
sistem teknologi dapat mengendalikan kreativitas baru
berdasarkan geografis bangsa, misalnya sebagai negara
pertanian harus memproduksi teknologi pertanian, sebagai
negara kelautan harus mengembangkan teknologi kelautan, dan
sebagainya. (6) Sinergi dari ketiga sistem budaya dapat
menghasilkan kreativitas yang lebih sempurna. (7) Misalnya,
produk teknologi pertanian yang sesuai dengan tuntutan
masyarakat, kondisi alam, dan daya pikir masyarakat akan
menghasilkan budaya yang lebih disukai.
2. Kata Ganti

Kepaduan dapat dijalin dengan kata ganti,


pronominal, atau padanan. Sebuah kata yang telah
disebutkan pada kalimat pertama (terdahulu)
dapat disebutkan kembali pada kalimat berikutnya
dengan kata gantinya. Kata ganti (padanan) dapat
pula menggantikan kalimat, paragraf, dan dapat
pula menggantikan bab.
Bagaimanakah komentarmu terhadap kata ganti
dalam paragraf berikut ini?

(1) Pengusaha Indonesia kini mulai mandiri. (2)


Mereka tidak lagi mengharapkan perlindungan
sepenuhnya dari pemerintah. (3) Namun, dalam
kaitannya dengan persaingan global, mereka
berharap agar pemerintah melindungi produk
pertanian dengan cara membatasi impor. (4)
Mereka juga berharap agar pemerintah
menegakkan hukum dan membrantas KKN tanpa
pandang bulu. (5) Sebab, dengan KKN, mereka
harus mengeluarkan biaya produksi yang sangat
besar sehingga tidak mampu bersaing di pasar
internasional.
3. KATA TRANSISI
Kata penghubung, konjungsi, perangkai yang
menyatakan adanya hubungan, baik intrakalimat
maupun antarkalimat. Penggunaan kata transisi
yang tepat dapat memadukan paragraf sehingga
keseluruhan kalimat menjadi padu, menyatu, dan
utuh. Kata transisi digunakan berdasarkan fungsi
makna yang dihubungkan.

BENTUK KATA TRANSISI


• sebab, akibat :
sebab, karena, akibatnya, maka, oleh karena itu,
oleh sebab itu, dampaknya, hasil, akibat akibatnya,
hasilnya, dampaknya, akhirnya, jadi, sehingga
• pertentangan:
tetapi, namun, berbeda dengan, sebaliknya,
kebalikan daripada itu, kecuali itu, meskipun
demikian, walaupun demikian,
• Waktu : ketika,
• Syarat : jika, jikalau, apabila, kalau
• Cara : cara yang demikian, cara ini,
• penegasan:
jadi, dengan demikian, jelaslah bahwa
tambahan informasi :
tambahan pula, selain itu, oleh karena itu, lebih
daripada itu, lebih lanjut, di samping itu, lebih-
lebih, dalam hal demikian, sehubungan dengan hal
itu, dengan kata lain, singkatnya, tegasnya,
• gabungan: dan, serta,
• urutan:
mula-mula, pertama, kedua, akhirnya, proses ini,
sesudah itu, selanjutnya,

Penulisan kata transisi harus diikuti koma. Contoh:


• Orang itu mengendarai mobil sangat pelan.
Agaknya, orang itu sedang mencari-cari alamat
seseorang.
• la mahasiswa paling cerdas di kelasnya. Akan
tetapi, setelah dua tahun tamat kuliah belum juga
mendapatkan pekerjaan.
• Setelah berupaya mendapatkan pekerjaan selama
dua tahun itu, ia tetap sajan belum
mendapatkannya. Akhirnya, ia berwirausaha.
Carilah transisi dalam kedua paragraf berikut ini.
• Setelah berhasil membawa pulang medali emas bulu tangkis
Olimpiade 2004, Taufik Hidayat pantas menikmati penghargaan
yang terus mengalir kepadanya. Mula-mula, ia menerima sebuah
rumah mewah seharga 2 miliar dari gubernur DKI Jakarta,
yang sekaligus menjabat ketua koni. Kedua, ia menerima hadiah
dari ketua PBSI. Ketiga, ia juga menerima hadiah dari para
sponsor. Akhirnya, sampai dengan 29 Agustus 2004, ia
menerima total hadiah sebesar 3.3 miliar rupiah.
• Tayangan televisi tidak seluruhnya baik bagi anak. Tayangan
tidak baik berdampak negatif kepada mereka. Akibatnya,
pendidikan yang diberikan oleh orang tua dan sekolah menjadi
tidak efektif. Selain itu, tayangan tersebut juga berakibat
negatif terhadap pola berpikir anak: konsumtif, tidak kreatif,
kasar atau sadis, dan tidak sopan. Dampaknya, secara nasional,
pengaruh ini menimbulkan pola berpikir ketergantungan kepada
bangsa lain. Oleh karena itu, masyarakat peduli bangsa
berupaya agar anak mendapat perlindungan dari tayangan
televisi yang tidak mendidik.
4. STRUKTUR PARAREL
Struktur paralel (kesejajaran) yaitu bentuk-bentuk sejajar:
bentuk kata yang sama, struktur kalimat yang sama, repetisi
atau pengulangan bentuk kata (kalimat) yang sama.

CONTOH:

Sejak 1998, pelaksanaan reformasi hukum belum


menunjukkan tandatanda yang serius. Menurut Presiden
Megawati (Kompas, Agustus 2004), pelaksanaan tersebut justru
terhambat oleh para penegak hukum di lapangan. Jika
kelambanan berlarut-larut, publik menduga bahwa oknum penegak
hukum belum sungguh-sungguh melaksanakan tanggung jawabnya.
Sementara itu, para investor dan pengusaha berharap agar
penegakan hukum tersebut dipercepat. Jika berhasil, pencapaian
keadilan dan kemakmuran masyarakat segera terwujud. Ini
berarti, peningkatan pertumbuhan ekonomi dan iklim bisnis juga
terangkat.
C. KETUNTASAN

Ketuntasan ialah kesempurnaan.


Hal ini dapat diwujudkan dengan:
1) klasifikasi yaitu pengelompokan objek secara lengkap dan
menye-luruh. Ketuntasan klasifikasi tidak memungkinkan
adanya bagian yang tidak masuk kelompok klasifikasi.
Klasifikasi ada dua jenis, yaitu sederhana dan kompleks.
Klasifikasi sederhana membagi sesuatu ke dalam dua kelompok,
misalnya: pria dan wanita, besar dan kecil, baik dan buruk.
Sedangkan klasifikasi kompleks membagi sesuatu menjadi lebih
dari dua kelompok, misalnya: besar-sedang-kecil, pengusaha
besarmenengah-kecil, negara maju-negara berkembang-negara
terbelakang.
2) Ketuntasan bahasan yaitu kesempurnaan membahas materi
secara menyeluruh dan utuh. Hal ini harus dilakukan karena
pembahasan yang tidak tuntas akan menghasilkan simpulan yang
salah, tidak sahih, dan tidak valid.
D. KERUNTUNAN
Keruntutan adalah penyusunan urutan gagasan dalam
karangan. Gagasan demi gagasan disajikan secara runtut
bagaikan air mengalir - tidak pernah putus. Karangan yang
runtut enak dibaca, dapat dipahami dengan mudah, dan
menyenangkan pembacanya.

Keruntutan dapat dilakukan dengan beberapa cara atau secara


bersamaan dari berbagai cara:

• penalaran,
• kejelasan gagasan, makna, dan struktur,
• kata transisi yang tepat,
• kata ganti yang tepat,
• ikatan makna yang jelas,
• penggunaan idiomatik yang tepat,
• penggunaan idiomatik yang tepat,
• komunikasi yang efektif (terpahami, merangsang
kreativitas),
• membangun suasana (ilmiah, objektivitas, menyenangkan),
• hubungan antargagasan, antarkata, dan antarkalimat yang
tidak terputus.
AGAMAWAN ORGANIK

Agamawan organik adalah orang yang bisa mengartikulasikan dan


menemukan "suara-suara agama" (religious voices) menjadi kritik
sosial dan counter hegemony terhadap sistem yang menindas.
Agamawan organik memiliki kepekaan dalam membaca situasi sosial-
politik yang ada di sekitarnya: diskriminasi, marjinalisasi,
perenggutan hak asasi, ketidakadilan, dan lain-lain. Kepekaan itu
juga mendorong agamawan organik untuk merespon dan menyuarakan
realitas sosial politik tersebut. Ketidakadilan bukan hanya membuat
agamawan organik mengetahui dan menyadarl adanya realitas
semacam itu, melainkan juga menggerakkannya untuk merespon dan
mengkritik ketidakadilan tersebut. Keberadaan agamawan organik
tidak sebatas membimbing ritualitas dan spiritualitas umat, tetapi
menumbuhkan kesadaran kolektif agar umat memiliki kesadaran
tentang asal-usul atau sumber penindasan dan bagaimana
menyikapinya.
(M. Hilaly Basya "Agamawan Organik," Kompas, 27 Agustus 2004)
Mahasisiwa di kelas itu terdiri dari 15 orang
perempuan dan 13 orang laki-laki. Prestasi perempuan
mencapai IPK 4 sebanyak 3 orang, IPK 3 sebanyak 10
orang, dan IPK 2,7 sebanyak dua orang. Sedangkan
prestasi laki-Inki mencapai IPK 4 sebanyak 2 orang,
IPK 3 sebanyak 10 orang. Mereka yang belum mencapai
IPK 4 berupaya meningkatkannya dengan menulis skripsi
sesempurna mungkin sehingga dapat mengangkat IPK
lebih tinggi. Sedangkan mereka yang sudah mencapai
IPK 4 juga berupaya mendapatkan nilai skripsi A dengan
harapan dapat mempertahankan IPK akhir tetap 4.
KETERANGAN :
Klasifikasi objek pada contoh di atas menunjukkan ketuntasan. (1) Seluruh
objek (mahasiswa) diklasififasi. Tidak seorangpun dalam kelas itu yang tidak
masuk ke dalam kelompok. (2) Klasifikasi pembahasan gagasan juga tuntas.
Pengelompokan IPK yang dicapai oleh mahasiswa (IPK 4, 3, dan 2,7) di
kelas itu dibahas seluruhnya, tidak ada gagasan dan fakta yang tertinggal.
E. Konsistensi Sudut Pandang

• Sudut pandang adalah cara penulis menempatkan diri


dalam karangannya.
• Dalam cerita, pengarang sering menggunakan sudut
pandang aku seolah-olah menceritakan dirinya sendiri.
• Selain itu, pengarang dapat menggunakan sudut pandang
dia atau ia seolah-olah menceritakan dia.
• Dalam karangan karangan ilmiah, pengarang
menggunakan penulis. Sekali menggunakan sudut
pandang tersebut harus menggunakannya secara
konsisten dan tidak boleh berganti sejak awal sampai
akhir.
CONTOH:

• Penulis membatasi kajian ini sebatas pada konsep kebahasaan


dalam penulisan ilmiah bagi mahasiswa di perguruan tinggi.
Untuk memudahkan pemahaman konsep dan aplikasinya, penulis
mengidentifikasi konsepkonsep tersebut dengan definisi dan
pengertian. Untuk memudahkan aplikasinya, penulis berikan
contoh-contoh yang relevan dengan teorinya.

• Anton adalah mahasiswa yang cerdas. la dapat membaca buku


ilmiah amat cepat. Selain itu, ia hampir tidak pernah kelihatan
belajar. la amat serius ketika belajar di kelas. Waktu
berdiskusi ia tidak banyak berbicara dan, lebih banyak
mendengarkan penjelasan dosen atau pendapat temannya. Nilai
IPK-nya selalu di atas 3,5.

• Aku bukan mahasiswa yang cerdas. IPK-ku sedang-sedang


saja. Aku juga tidak terlalu rajin belajar. Namun aku
bersyukur, IPK-ku tidak pernah di bawah 3.
Pengertian Paragraf

seperangkat kalimat tersusun logis-sistematis yang


merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran yang relevan dan
mendukung pikiran pokok yang tersirat dalam keseluruhan
karangan.

Unsur-Unsur Paragraf :

• transisi
• kalimat topik
• kalimat pengembang
• kalimat penegas
Transisi: mata rantai penghubung paragraf.
Fungsinya sebagaipenghubung jalan pikiran dua paragraf yang
berdekatan.

Kalimat topik: perwujudan pernyataan ide pokok paragraf dalam


bentuk umum atau abstrak.
Ada 3 kemungkinan letak topik:
(1) pada awal paragraf,
(2) pada bagian akhir paragraf, dan
(3) berada ditengah-tengah paragraf.

Kalimat pengembang sebagai perluasan pemaparan ide pokok


yang bersifat abstrak menurut hakekat ide pokok.

Kalimat penegas: elemen paragraf yang keempat dan terakhir.


Fungsinya: (1) sebagai pengulangan atau penegas kembali kalimat
topik, (2) sebagai daya penarik bagi para pembaca atau sebagai
selingan untuk menghilangkan kejemuhan. Kalimat penegas bisa
ada bisa tidak dalam paragraf.
Contoh 1 :

(1) Suatu karangan biasanya mengandung tiga bagian


utama, yakni bagian pendahuluan, bagian isi, dan bagian
penutup. (2) Setiap bagian tersebut mempunyai fungsi yang
berbeda-beda. (3) Bagian pendahuluan mempunyai fungsi salah
satu atau sebagaian dari fungsi untuk menarik minat pembaca,
mengarahkan perhatian pembaca, menjelaskan secara singkat
tema karangan, menjelaskan bila dan di bagian mana suatu hal
akan dibicarakan. (4) Fungsi bagian isi antara lain, merupakan
penghubung antara bagian pendahuluan dengan bagian penutup
atau merupakan penjelasan terperinci terhadap apa yang
diutarakan di bagian pendahuluan. (5) Fungsi bagian penutup
ialah salah satu atau kombinasi dari fungsi untuk memberikan
kesimpulan, penekanan bagian-bagian tertentu, klimaks,
melengkapi, dan merangsang pembaca mengerjakan sesuatu
tentang apa yang sudah dijelaskan atau diceritakan. (6) Setiap
bagian utama karangan mempunyai fungsi tertentu.

(1) transisi; (2) kalimat topik; (3), (4), dan (5) kalimat pengembang; (6) kalimat penegas
CONTOH 2 :

(1) Di mana-mana, (2) anggota masyarakat membicarakan


kenaikan harga. (3) Ibu-ibu, sambil belanja di pasar,
menggerutu tentang belanja dapur yang semakin meningkat. (4)
Bapak-bapak di kantor asyik memperbincangkan efek kenaikan
harga BBM terhadap pengeluaran sehari-hari. (5) Pengusaha
bis sibuk mengkalkulasi harga penyesuaian karcis penumpang
bis. (6) Abang beca secara diam-diam sepakat menaikkan tarif
becak menjadi dua kali lipat. (7) Para mahasiswa menggerutu
karena tarif oplet bertambah dari biasanya. (8) Pegawai kecil
asyik membicarakan kenaikan harga bahan pokok. (9) Pendek
kata semua orang membicarakan akibat kenaikan harga BBM.

(1) transisi; (2) kalimat topik; (3) s.d.(7) kalimat pengembang; (6)
kalimat penegas
Contoh 3 :

(1) Nasib pegawai negeri berangsur-angsur akan diperbaiki. (2)


Penghasilan mereka sejak tahun 1968 sudah beberapa kali
dinaikkan. (3) Bagi dosen, kepala SD, SMTP, dan SMTA,
tenaga peneliti bahkan sudah diberikan tunjangan fungsional.
(4) Perumahan bagi pegawai negeri berangsur-angsur ditambah
dengan bantuan BTN. (5) Jaminan kesehatan, walaupun belum
sempurna, sudah dilaksanakan melalui penggunaan kartu biru
(HI). (6) Jaminan hari tua ditanggulangi dengan Taspen. (7)
Kenaikan pangkat lebih baik lebih baik pengadministrasiannya
dibandingkan dengan masa lalu. (8) Pegawai yang bekerja
dengan baik diberi penghargaan. (9) Banyak usaha oleh
pemerintah yang telah, sedang dan akan dilaksanakan, yang
mengarah kepada perbaikan nasib.

(1) kalimat topik; (2) s.d. (8) kalimat pengembang; (9) kalimat penegas.
Contoh 4 :

Umumnya orang yang mau istirahat memilih tempat yang sejuk jauh
dari keramaian. Pilihan pertama Puncak dan sekitarnya. Atau
dilembang yang hawanya sejuk dan segar. Orang-orang di sekitar
Surabaya akan memilih Malang tempat istirahat. Di daerah Ujung
Pandang pilihan tempat istirahat tentulah Malino. Di daerah Cirebon
tentu saja orang akan beristirahat di Linggarjati.
(1) transisi (berupa kata); (2) kalimat topik; (3) s.d. (8) kalimat pengembang.

Contoh 5 :

Tugas Universitas/ Institut di Indonesia melaksanakan “Tri Dharma Perguruan


Tinggi”. Tri Dharna Perguruan Tinggi bidang pengajaran dan pendidikan,
penelitian, dan pengabdian masyarakat. Bidang pengajaran dan pendidikan
meliputi tugas melaksanakan perkuliahan, penataran, atau pun crash program.
Di bidang penelitian, para staf pengajar diwajibkan mengadakan penelitian untuk
mengembangkan atau pun memanfaatkan ilmu pengetahuan. Di bidang
pengabdian masyarakat, masyarakat perguruan tinggi harus membaktikan
ilmunya bagi kepentingan masyarakat seperti memberikan penyuluhan,
penataran, saran-saran, dan sebagainya.
(1) transisi (berupa kalimat); (2) kalimat topik; (3) s.d. (5) kalimat pengembang.
Contoh 6 :
Pekerjaannya bertumpuk-tumpuk. Draf peraturan akademik baru setengah jadi.
Tugas menyusun proposal penelitian belum satu pun digarapnya. Tiba-tiba datang
tugas baru, meyusun tata tertib di kantornya. Pekerjaan tersebut belum selesai
muncul pula tugas tambahan menyediakan paper untuk bahan penataran minggu
depan. Paper baru setengah jadi pimpinan menugasinya untuk menyusun kerangka
kerja seminar pengajaran bahasa. Pekerjaan mengajar juga harus dilaksanakan 6
jam seminggu. Dari institut muncul tugas lain mengikuti lokakarya penyusunan
kurikulum.

(1) kalimat topik; (2) s.d. (9) kalimat pengembang.

Contoh 7 :
Menstop bola dengan dada dan kaki dapat dilakukan secara sempurna. Tembakan
kaki kanan dan kaki kiri tepat arahnya lagi keras. Sundulan kepalanya sering
memperdayakan kiper lawan. Bola seolah-olah menurut kehendaknya. Larinya cepat
bagaikan kijang. Lawan sukar mengambil bola dari kakinya. Operan bolanya tepat dan
terarah. Amin benar-benar pemain bola jempolan.

(1) s.d. (8) kalimat pengembang; (9) kalimat topik.


Contoh 8 :
Tingkah lakunya menawan. Tutur katanya sopan. Murah senyum, jarang
marah. Tidak pernah berbohong. Tidak mau mempercakapkan orang lain.
Suka menolong sesama teman. Pantas Esih gadis pujaan. Tambahan lagi
wajah cantik. Pandai pula berdandan. Tidak sombong. Otaknya cukup encer.
Mudah diajak bicara. Cepat menyesuaikan diri. Pandai pula membawa diri.
Ramah terhadap siapa pun.

(1) s.d. (5) kalimat pengembang; (6) kalimat topik; (7) s.d. (15) kalimat
pengembang.

Anda mungkin juga menyukai