Anda di halaman 1dari 1

Di suatu malam beberapa tahun lalu, saya menangis di kamar.

Saya kesal, kenapa Ayah dan


Ibu melarang saya keluar malam.

Seandainya Ayah dan Ibu bisa berpikiran terbuka, saya bisa pergi bersenang-senang dengan
teman-teman saya.

Ayah Ibu selalu ingin tau dengan siapa saya pergi, siapa lelaki yang sedang dekat dengan saya.

Saya merasa ayah ibu tidak mengerti anak muda, saya merasa ayah Ibu tidak mengerti saya.
Saya ingin segera dewasa. Saya ingin bisa menentukan sendiri kapan saya akan keluar rumah,
pergi kemana, dengan siapa.

Beberapa hari ini, saya memikirkan kembali saat-saat itu. Saya menangis lagi.

Bukan, bukan kesal karena ayah ibu melarang saya pergi, tapi saya sedih takkan lagi saya
mendengar omelan khas ayah dan Ibu dirumah. Saya akan merindukan pertanyaan-pertanyaan
Ayah Ibu dengan siapa saya bertukar pesan, siapa lelaki yang dekat dengan saya. Saya akan
rindu whatsapp Ayah Ibu menanyakan dimana saya berada. Saya sadar, semua yang Ayah Ibu
lakukan karena ayah Ibu ingin melindungi putrinya dari dunia yang terkadang bisa sangat tajam
dan melukai harapan-harapan yang telah saya ciptakan. Saya tau, Ayah dan Ibu tidak mau ada
yang menyakiti putrinya dan membuat ia menangis.

Yah Bu, saya tidak berjanji bahwa saya tidak akan menintikkan air mata dalam menjalani sisa
hidup saya. Tapi saya berjanji, bahwa kaki saya akan berdiri kokoh. Saya mungkin akan
terluka, tapi saya akan bangkit kembali karena saya tahu seorang pria akan siap menarik tangan
saya untuk berdiri. Ia adalah kepanjangan tangan Ayah dan Ibu. Ia akan menjadi perisai, ia
akan mengusap air mata yang keluar dari kedua mata putrimu.

Saya memohon izin kepada Ayah dan Ibu, untuk membersamainya. Untuk menjadi tangan dan
pundak yang akan menjadi tempat bersandarnya. Kami berdua akan berusaha menjadi kuat
untuk satu sama lain. Kami tidak berjanji untuk selalu bahagia, tapi kami berjanji akan
menjalani tiap senang dan sedih pernikahan bersama, kami tidak akan menyerah.

Saya memohon restumu Ayah Ibu, agar lapang jalan kami, agar dimudahkan ujian yang kami
terima, agar kami tak lupa bersyukur atas segala yang kami punya, agar kami siap menerima
segala perubahan hidup hari esok.

Namun yang tak akan berubah, adalah kasih sayang untukmu Ayah dan Ibu. Saya akan tetap
menjadi putri kecilmu.

Anda mungkin juga menyukai