MATERI INTI 3
MANAJEMEN PENANGGULANGAN
TUBERKULOSIS
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
DIREKTORAT JENDERAL
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
JAKARTA
2018
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas selesainya pembuatan Modul
Pelatihan Penanggulangan TB di Fasyankes Tingkat Pertama (FKTP) yang
terintegrasi dengan keluarga sehat.
Materi Modul Pelatihan TB di Fasyankes Tingkat Pertama ini memberikan petunjuk
pelatihan yang harus diberikan kepada seluruh pelayanan kesehatan tingkat pertama
dalam upaya Penanggulangan TB di Indonesia.
Modul ini menguraikan tentang gambaran umum TB; situasi TB di dunia dan
Indonesia, menjelaskan program penanggulangan TB di Indonesia, strategi dan
kebijakan penanggulangan TB; dan pengorganisasian penanggulangan TB. Selain
itu diberikan petunjuk pelatihan mengenai strategi penemuan kasus, diagnosis TB
pada orang dewasa, diagnosis TB anak, diagnosis TB Resistan OAT, diagnosis TB
ekstraparu, diagnosis TB dengan komorbid, dan definisi kasus TB serta klasifikasi
pasien TB. Setelah ditegakkan diagnosis dan klasifikasi kasus bagi setiap pasien TB
sensitif maupun pasien TB Resistan Obat (RO) dilanjutkan pengobatan yang bisa
dilaksanakan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP).
Di dalam modul ini selain berisi petunjuk pelatihan bagaimana kebijakan, strategi
penanggulangan, yang diikuti bagaimana menemukan dan mengobati tuberkulosis,
terdapat juga petunjuk pelatihan penguatan kepemimpinan program TB; peningkatan
akses pelayanan TB yang bermutu; pengendalian faktor risiko TB; peningkatan
kemitraan; peningkatan kemandirian masyarakat dalam pengendalian TB; dan
penguatan manajemen program TB.
Modul ini juga memberikan petunjuk penanggulangan TB yang berintegrasi dengan
pelaksanakan Program Indonesia Sehat yang diselenggarakan melalui pendekatan
keluarga, yang mengintegrasikan upaya kesehatan perorangan (UKP) dan upaya
kesehatan masyarakat (UKM) secara berkesinambungan, dengan target keluarga,
berdasarkan data dan informasi dari Profil Kesehatan Keluarga.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa modul ini masih ada kekurangan, untuk itu kami
menerima masukan dari berbagai pihak demi kesempurnaan di masa yang akan
datang.
Penulis
2
TIM PENYUSUN
Pelindung:
dr. H.M. Subuh, MPPM (Direktur Jendral P2P)
Pengarah:
1. dr. Wiendra Waworuntu, M.Kes (Direktur P2PML)
2. dr. Asik Surya, MPPM (Kepala Subdit TB)
Sekretaris:
1. Nurjannah, SKM, M.Kes
2. dr. Yullita Evarini Y., MARS
Editor
Dr. dr. Rina Handayani, M.Kes
Anggota:
1. Sulistyo, SKM, M.Epid
2. Suwandi SKM, M. Epid
3. dr. H D Djamal, M.Si
4. dr. Fatiyah Isbaniah, Sp.P
5. Saida N. Debataradja, SKM
6. dr. Wihardi Triman, MQIH
7. Dra. Katamanis Tarigan, SKM
8. dr. Hedy B Sampurno, MPH
9. dr. Zulrasdi Djairas, SKM
10. drg. Siti Nur Anisah, MPH
11. dr. Endang Lukitosari, MPH
12. dr. Retno Kusuma Dewi, MPH
13. dr. Sity Kunarisasi, MARS
14. dr Novayanti Tangirerung
15. dr. Setiawan Jati Laksono
16. dr. Firza Asnely Putri
17. Hanifah Rizki Purwandani, SKM
18. Rizka Nur Fadila, SKM
19. Sophia Talena Patty, SKM
20. dr. Murni L. Naibaho, MKM
21. dr. Ngabila Salama, MKM
22. dr. Irfan Edyanto
23. Rudi Hutagalung
DAFTAR ISI
3
IV. METODE PEMBELAJARAN …………………………………………….……. 5
V. ALAT BANTU/MEDIA……….………………………………...………………... 5
VI. LANGKAH–LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN …………………..… 6
A. Langkah 1 : Penyiapan Proses Pembelajaran ………………...…… 6
B. Langkah 2 : Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan…………….. 6
C. Langkah 3 : Pendalaman Pokok Bahasan dan Sub Pokok
Bahasan…………………………………………………………..……………… 6
D. Langkah 4 : Rangkuman dan Evaluasi hasil belajar …………….… 7
VII. URAIAN MATERI …………………………………………………………….… 7
A. Pemetaan Wilayah …………………………………….…………….… 7
B. Perencanaan program penanggulangan TB ...………………….… 8
C. penggerakan program penanggulangan …………..……..……...… 12
D. Monitoring program penanggulangan TB …….… …………………15
E. Indikator Program TB di FKTP …………………………………....… 22
F. Pemantapan mutu Labolatorium TB ………….……...…………..… 26
G. Evaluasi program penanggulangan TB……………………………….27
VIII. REFERENSI ……………………….………….…………..…………………… 28
IX. LAMPIRAN…………………………………………….…………………………..28
DAFTAR SINGKATAN
AKMS = Advokasi Komunikasi dan Mobilisasi Sosial
APBD = Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
BTA = Basil Tahan Asam
BKPM = Balai Kesehatan Paru Masyarakat
BBKPM = Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat
BP4 = Balai Pengobatan Penyakit Paru Paru
CNR = Case Notification Rate
4
DOTS = Directly Observed Treatment, Shorcourse chemotherapy
I. DISKRIPSI SINGKAT
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi yang menular, disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis. Penularan melalui udara, sumber penularan adalah
pasien TB yang dahaknya mengandung kuman TB.
Sejak tahun 1995, program penanggulangan TB nasional mengadopsi strategi DOTS
atau Directly Observed Treatment Shortcourse, yang direkomendasi oleh WHO.Bank
Dunia menyatakan strategi DOTS merupakan strategi kesehatan yang paling cost
effective.
Materi Program Penanggulangan TB berisi target dan strategi nasional
penanggulangan TB terutama elimanasi TB tahun 2030 dan Indonesia bebas TB
5
tahun 2050, sehingga diperlukan penguatan kepemimpinan program TB; peningkatan
akses pelayanan TB yang bermutu terintegrasi dengan PISPK ;pengendalian faktor
risiko TB; peningkatan kemitraan; peningkatan kemandirian masyarakat dalam
pengendalian TB; dan penguatan manajemen program TB.
6
2. Analisis Indikator
7
e. Mengajukan pertanyaan kepada Pelatih bila ada hal-hal yang belum jelas
dan perlu diklarifikasi.
B. Langkah 2 : Pokok bahasan dan sub pokok bahasan
1. Kegiatan Pelatih
a. Menyampaikan Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan A sampai
dengan F secara garis besar dalam waktu yang singkat
b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal
yang kurang jelas
c. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan peserta
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap penting
b. Mengajukan pertanyaan kepada Pelatih sesuai dengan kesempatan yang
diberikan
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan Pelatih.
C. Langkah 3 : Pendalaman pokok bahasan dan Sub pokok bahasan
1. Kegiatan Pelatih
a. Menugaskan kelompok untuk membaca materi inti 1 secara bergantian
b. Mengamati peserta dan memberikan bimbingan pada proses
penyelesaian latihan, menyimpulkan hasil diskusi.
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan bertanya pada hal-hal yang kurang jelas pada
pelatih.
b. Melakukan proses membaca materi secara bergantian.
c. Mengikuti diskusi dalam kelompok.
D. Langkah 4 : Rangkuman dan evaluasi hasil belajar
1. Kegiatan Pelatih
a. Menugaskan peserta latih menjawab pertanyaan yang sudah disiapkan
termasuk evaluasi akhir materi dalam lampiran.
b. Memperjelas jawaban peserta terhadap masing – masing pertanyaan
c. Bersama peserta diskusi dan merangkum butir-butir penting dari hasil
proses pembelajaran.
d. Membuat kesimpulan.
2. Kegiatan Peserta
a. Menjawab pertanyaan yang ditugaskanPelatih.
b. Bersama Pelatih merangkum hasil proses pembelajaran koordinasi lintas
program dan lintas sektor.
8
mempunyai wilayah kerja sehingga tidak mempunyai kewajiban untuk
membuat peta wilayah.
2. Data Demografi
Data demografi adalah informasi yang bersifat dinamis tentang konfigurasi
kependudukan di dalam suatu wilayah kerja yang memuat karakteristik
jumlah penduduk, jenis kelamin, usia penduduk, pendidikan, dan pekerjaan.
3. Kasus TB
Jumlah kasus TB dewasa dan anak dapat diperoleh dari hasil kegiatan
selama satu tahun sebelumnya yang memuat jumlah terduga TB, jumlah
pasien TB yang terkonfirmasi bakteriologis, jumlah pasien TB yang
terdiagnosis secara klinis, jumlah kasus TB yang diketahui status HIV, jumlah
kasus TB dengan HIV positif dalam pengobatan ART, jumlah kasus TB
dengan komorbid DM/penyandang DM, jumlah kasus TB melalui pendekatan
PAL (Practical Approach to Lung Health), dan jumlah pasien TB ekstra paru.
4. Jumlah Kader TB
Yang dimaksud kader TB adalah komunitas yang berasal dari masyarakat
dalam wilayah kerja tertentu yang telah mendapatkan pelatihan dan masih
aktif, baik yang dilakukan oleh Puskemas, UKBM, LSM (Aisyiyah, PPTI,
LKNU, dan lain-lain)
.
5. Akses Pelayanan Kesehatan dari FKTP di Wilayahnya
Jarak tempuh adalah suatu jarak yang akan ditempuh dan dapat dilakukan
dalam kegiatan penemuan secara aktif masif/PISPK dari FKTP ke sasaran
tiap desa/kelurahaan.
Pokok Bahasan 2
B. Perencanaan Program Penanggulangan TB
1. Strategi Penemuan Kasus
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan no.67 tahun 2016 terdapat tiga
Akselerasi program TB, yaitu:
a. Melakukan penemuan pasif intensif dan aktif masif:
Penguatan jejaring layanan pemerintah dan swasta berbasis
kabupaten/kota dan memberikan layanan standar serta wajib melaporkan
setiap pasien TB yang dilayani kepada dinas kesehatan setempat.
Melakukan pendekatan terpadu dengan layanan lain : HIV, DM, Gizi,
Penyakit paru lainnya, KIA, penanggulangan rokok, kesehatan lingkungan,
promosi dan penyuluhan kesehatan.
Melakukan investigasi kontak pasien TB ke rumah dan lingkungannya
dengan melakukan skrining gejala TB.
Penemuan aktif dan massal di daerah berisiko, seperti perumah padat dan
kumuh, rutan, lapas, pabrik, prsantren, sekolah, tambang, dll.
Pemantauan minum obat sampai tuntas dan melakukan pacakan kasus TB
yang mangkir / drop out.
b. Kerjasama secara multisektoral dengan membuat rencana aksi daerah
dalam bentuk perda/perkada untuk kesinambungan dan sinergitas program
TB.
9
c. Penguatan monitoring dan evaluasi secara berjenjang ke pusat dengan
indikator :
angka penemuan kasus TB lebih dari 90% dan angka keberhasilan
pengobatan lebih dari 90%.
Minimal 90% pasien TB dilakukan investigasi kontak.
Setiap kab/kota telah membentuk jejaring layanan kolaborasi pemerintah-
swasta dan berfungsi secara baik.
Setiap kab/kota memiliki rencana aksi daerah dalam bentuk
perda/perkada
2. Target
Keberhasilan program penanggulangan TB ditandai dengan tercapainya
sasaran yang telah direncanakan berdasarkan evidence based data (data
epidemiologi). Dalam menentukan beban TB saat ini menggunakan metode
modeling dan selanjutnya ditentukan target penemuan kasus TB yang
secara nasional telah diturunkan sampai ke kabupaten/kota. Sedangkan
target untuk fasyankes yang mempunyai wilayah kerja (puskesmas) akan
diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat secara
proporsional berdasarkan jumlah penduduk.
3. Logistik
Logistik sebagai bahan pendukung dalam tatalaksana pasien TB di fasyankes
sangat diperlukan ketersediaannya untuk menjamin ketersediaan logistik
mulai dari kegiatan penemuan, pengobatan, dan pemantauan setelah selesai
pengobatan.
Logistik yang diperlukan dalam pelaksanaan penanggulangan TB di
fasyankes adalah:
a. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) termasuk alat suntik dan aquabides untuk
injeksi baik pada TB sensitif obat dan TB resistan obat.
b. Logistik non OAT antara lain reagen Ziehl Nielsen (ZN), kaca sediaan,
mikroskop, pot dahak, minyak imersi, ether alkohol, tisu, ose/aplikator
bambu, lampu spiritus/bunsen, rak pengering, lysol, kertas lensa, dan lain-
lain.
c. Obat untuk pencegahan TB dan IPT TB HIV.
d. Larutan tuberkulin untuk tuberkulin tes.
e. Sarana dan bahan-bahan Laboratorium.
f. Formulir, kartu, dan buku register.
10
Penghitungan perencanaan kebutuhan obat pasien TB dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
Jumlah OAT yang dibutuhkan = (Kb x Pp) + Bs – (Ss + Sp)
Keterangan:
Kb = Perkiraan kebutuhan OAT perbulan (dalam satuan paket)
Menghitung Kb adalah rata rata konsumsi perbulan tahun lalu
atau
target yang akan dicapai pada tahun perencanaan.
Pp =Periode perencanaan (dalam satuan bulan), mulai saat
perencanaan sampai OAT diterima
Bs = Buffer stok (dalam satuan paket) = ...% x (Kb x Pp)
Ss = Stok sekarang (dalam satuan paket)
Sp = Stok dalam pesanan yang sudah pasti (dalam satuan paket)
Keterangan:
Rumus perkiraan jumlah anak < 5 tahun (a) = 30-40% x jumlah pasien
TB dewasa BTA (+) x 1 anak
Rumus perkiraan jumlah anak < 5 tahun yang terinfeksi (b) = 90% x
perkiraan jumlah anak < 5 tahun (a)
11
Di dalam menentukan petugas yang perlu untuk ditingkatkan
kompetensinya maka FKTP harus membuat perencanaan peningkatan
kualitas SDM di bawah koordinasi dinas kesehatan kabupaten/kota.
*
dibuat per bulan
Pokok Bahasan 3:
C. Penggerakan Program Penanggulangan TB
Penggerakan program penanggulangan TB dilakukan bekerjasama dengan lintas
program dan lintas sektor. Lintas sektor yang dimaksud antara lain: tokoh agama,
tokoh masyarakat, Camat, Lurah/Kepala Desa, RW, RT, Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM), kader TB, dokter praktek swasta, klinik swasta, laboratorium,
apotek, dll. Penggerakan program penanggulangan TB di wilayah Puskesmas
menjadi tanggung jawab Camat berkoordinasi dengan Kepala Puskesmas.
Kegiatan jejaring penanggulangan TB di tingkat FKTP adalah:
1) melakukan manajemen uji silang sediaan.
2) melakukan penemuan kasus;
12
3) melakukan pengobatan TB;
4) melakukan pengendalian faktor risiko;
5) meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam bentuk usulan SDM
yang akan mengikuti pelatihan, melatih kader bersama LSM;
6) melakukan KIE;
7) mengintegrasikan penanggulangan TB;
8) melakukan rujukan.
2. Jejaring Layanan
Jejaring layanan adalah hubungan kerja timbal balik baik di dalam maupun di
luar fasyankes untuk mendapatkan kemudahan akses pelayanan dengan
strategi DOTS yang berkualitas.
a. Penemuan pasien TB
13
Penemuan pasien TB diawali dengan penemuan terduga TB melalui
pemeriksaan fisik dilanjutkan dengan pemeriksaan bakteriologis
(mikroskopis, Tes Cepat Molekuler/TCM) dan foto toraks melalui
rujukan.
b. Pengobatan pasien TB
Semua pasien yang sudah terbukti TB baik TB sensitif dan RO harus
segera memulai pengobatan yang baku dan bermutu.
Sebelum memulai pengobatan harus dilakukan persiapan awal
termasuk melakukan beberapa pemeriksaan penunjang.
Pokok Bahasan 4.
D. Monitoring Program Penanggulan TB
Monitoring adalah kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk melihat
capaian/cakupan program penanggulangan TB di fasyankes. Hasil
monitoring sebagai informasi bag pimpinan untuk melakukan upaya
perbaikan agar target yang telah ditetapak dapat tercapai sesuai standar.
Untuk dapat melakukan monitoring Program Penanggulangan TB diperlukan
adanya pencatatan dan pelaporan yang baku.
1. Pencatatan
a. Pencatatan TB Sensitif Obat
Pencatatan FKTP menggunakan formulir baku:
1) Daftar atau buku register terduga TB (TB.06).
2) Formulir Permohonan Pemeriksaan Bakteriologis TB (TB.05).
3) Kartu Pengobatan Pasien TB (TB.01).
4) Kartu Pengobatan Pencegahan TB (TB.01 P)
5) Kartu Identitas Pasien TB (TB.02).
6) Register TB Fasilitas Kesehatan (TB.03 faskes).
7) Formulir Rujukan/Pindah Pasien TB (TB.09).
8) Formulir Hasil Akhir Pengobatan Pasien TB Pindahan (TB.10).
9) Register Laboratorium TB untuk Laboratorium Faskes Mikroskopis
dan Tes Cepat (TB.04).
10) Register Laboratorium TB Untuk Rujukan Tes Cepat, Biakan Dan Uji
Kepekaan (TB.04 Rujukan).
11) Formulir Triwulan Uji Silang Sediaan TB Fasilitas Kesehatan
Mikroskopis (TB.12 Faskes).
12) Pelacakan Kontak Anak (TB.15).
13) Register Kontak Tuberkulosis (TB.16).
b. Sistem Pencatatan TB RO
Pencatatan TB RO di FKTP menggunakan formulir baku yaitu:
1) Daftar Terduga TB (TB.06).
2) Buku rujukan pasien terduga TB resisten obat.
3) Formulir rujukan pasien terduga TB resistan obat.
4) Salinan formulir TB.01 MDR (Kartu pengobatan bila mengobati pasien TB
MDR).
5) Salinan formulir TB.02 MDR (Kartu identitas pasien TB MDR bila
mengobati).
14
2. Pelaporan.
a. Pelaporan TB Sensitif Obat
1) Pelaporan menggunakan TB.03 UPK
2) Sistem Informasi Tuberkulosis Terpadu (SITT)
c. Waktu Pelaporan
Dari FKTP ke dinas kesehatan kabupaten/kota dilakukan setiap bulan,
sebelum tanggal 5 di bulan berikutnya
Pokok Bahasan 5:
E. Perhitungan Indikator Program TB di FKTP
1. Jenis dan Kegunaan Indikator P2TB
Indikator yang digunakan dalam FKTP adalah seperti pada table di bawah ini:
2. Analisis Indikator
Indikator yang harus dianalisa oleh FKTP secara rutin (bulanan dan tahunan)
adalah sebagai berikut:
15
a) Cakupan penemuan semua kasus TB (case detection rate/CDR)
Adalah jumlah semua kasus TB yang ditemukan dan dilaporkan di antara
perkiraan jumlah semua kasus TB (insiden).
Rumus:
Jumlah semua kasus TB yang ditemukan dan dilaporkan
x 100%
Perkiraan jumlah semua kasus TB
Misalnya: target penemuan kasus di Puskesmas X adalah 100 pasien per
tahun pada 2017. Jika Puskesmas menemukan kasus pada tahun 2017
sebanyak 80 pasien, maka CDR adalah 80% (80 / 100 x 100%).
Catatan: Di fasyankes, perkiraan jumlah semua kasus TB didapatkan dari
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Pokok Bahasan 6:
F.Pemantapan Mutu Laboratorium Mikroskopis
Untuk menjamin kualitas pemeriksaan mikroskopis TB, semua faskes
mikroskopis TB yaitu Puskesmas Rujukan Mikroskopis (PRM), Puskesmas
Pelaksana Mandiri (PPM) dan Rumah Sakit wajib dilakukan Pemantapan
Mutu Eksternal (PME) mikroskopis TB berupa uji silang secara rutin 4
(empat) kali setahun.
16
Alur uji silang mikroskopis TB sesuai gambar berikut:
Pokok Bahasan 7:
G.Evaluasi Program Penanggulangan TB
Evaluasi dilakukan untuk menilai sejauh mana pencapaian tujuan, indikator, dan target
yang telah ditetapkan. Evaluasi dilakukan dalam rentang waktu lebih lama, biasanya
setiap 6 bulan s/d 1 tahun. Luaran dari hasil evaluasi program adalah laporan tahunan
program penanggulangan TB yang menjadi bagian dari laporan tahunan Puskesmas.
Langkah melaksanakan evaluasi program penanggulangan TB adalah sebagai berikut :
1. Mengumpulkan data yang diperlukan untuk menghitung indikator
2. Menghitung 3 indikator yang ditetapkan: CDR, CNR, dan SR
3. Membandingkan capaian dengan target yang ditetapkan
17
4. Menyajikan data dalam bentuk laporan
5. Melakukan analisis dari capaian (penyebab)
6. Menentukan rencana tindak lanjut
Pokok Bahasan 8:
H. Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi (PPI) TB di Fasyankes
Mencegah penularan TB pada semua orang yang terlibat dalam pemberian
pelayanan pada pasien TB harus menjadi perhatian utama.Semua fasyankes yang
memberi layanan TB harus menerapkan PPI TB untuk memastikan berlangsungnya
deteksi segera, tindakan pencegahan dan pengobatan seseorang yang dicurigai
atau dipastikan menderita TB.
1. Pilar-pilar PPI
Di dalam melaksanakan PPI terdapat 4 pilar yaitu:
a) Pilar pertama: Pengendalian manajerial
Komitmen, kepemimpinan dan dukungan manajemen yang efektif berupa
penguatan upaya manajerial bagiprogram PPI TB.
b) Pilar kedua: Pengendalian administratif
Pengendalian secara administratif adalah upaya yang dilakukan untuk
mencegah/mengurangi pajanan kuman M.tuberculosis kepada petugas
kesehatan, pasien, pengunjungdan lingkungan sekitarnya dengan
menyediakan, menyebarluaskan dan memantau pelaksanaan prosedur
baku serta alur pelayanan.
c) Pilar ketiga: Pengendalian lingkungan
Pengendalian lingkungan adalah upaya meningkatkan dan mengatur
aliran udara/ventilasi dengan menggunakan teknologi sederhana untuk
mencegah penyebaran kuman dan mengurangi/menurunkan
kadarpercikan dahak di udara.
Sistem ventilasi ada 3 jenis, yaitu:
1) Ventilasi Alamiah
2) Ventilasi Mekanik
3) Ventilasi campuran
d) Pilar keempat: Pemanfaatan Alat Pelindung Diri (APD)
Penggunaan alat pelindung diri pernafasan oleh petugas kesehatan di
tempat pelayanan sangat penting untuk menurunkan risiko terpajan, sebab
kadar percik renik tidak dapat dihilangkan hanya dengan upaya administratif
dan lingkungan.
Respirator partikulat untuk pelayanan kesehatan (health care particular
respirator) yang biasa digunakan adalah N95, merupakan masker khusus
dengan efisiensi tinggi untuk melindungi seseorang dari partikel berukuran
<5 mikron yang dibawamelalui udara. Sebelum memakai respirator ini,
petugas kesehatan perlu melakukan fit test untuk mengetahui ukuran yang
cocok. Perhatian khusus pelaksanaan PPI TB dilakukan pada rutan/lapas,
rumah penampungan sementara, barak-barak militer, tempat-tempat
pengungsi, asrama dan sebagainya. Misalnya di rutan/lapas dilakukan
skrining TB pada saat Warga Binaan Pemasyarakatan baru, dan kontak
sekamar.
18
2. Pelaksanaan PPI
Strategi penerapan PPI adalah sebagai berikut:
a. Upaya menerapkan PHBS dan peningkatan daya tubuh
b. Implementasi kebijakan pelaksanaan PPI TB di FKTP (loket pendaftaran,
ruang tunggu, ruang pemeriksaan, laboratorium).
c. Tersedianya Standar Prosedur Operasional (SPO) tentang alur semua
pasien batuk, alur pelaporan, dan surveilans.
d. Berfungsinya tim DOTS sebagai tim PPI.
e. Aplikasi program PPI secara komprehensif berupa menyediakan dan
memberikan tisu dan masker bedah kepada terduga dan pasien TB,
masker N95 untuk petugas kesehatan yang melayani pasien TB RO, serta
pembuangan limbah yang sesuai PPI.
f. Mengusulkan perbaikan dan menyempurnakan desain dan pemanfaatan
bangunan sesuai PPI TB kepada instansi terkait.
g. Pemeliharaan sarana dan prasaran terkait PPI TB.
h. Diseminasi informasi bagi semua tenaga terkait pelayanan pasien TB.
i. Melakukan kajian di unit terkait penularan TB.
j. Melaksanakan promosi pelibatan masyarakat dan organisasi masyarakat
terkait PPI TB dalam bentuk poster, spanduk, dan bahan untuk KIE
k. Melaksanakan Strategi Temukan pasien secepatnya, Pisahkan secara
aman, Obati secara tepat (TemPO) di semua ruangan pelayanan.
l. Memberikan penyuluhan pasien mengenai etika batuk serta melakukan
demonstrasi menggunakan APD.
m. Menyediakan tempat mendahak (sputum booth).
n. Melakukan skrining bagi petugas yang kontak dengan pasien TB dengan
pemeriksaan contoh uji dahak dan foto toraks secara berkala.
VIII. REFERENSI
A. PP No. 2/2018 tentang SPM
B. Permenkes TB nomor 67, tahun 2017
C. Juknis TB Anak 2016
D. Juknis Logistik 2017
E. Strategi Nasional Penanggulangan TB, tahun 2016-2019
F. Permenkes No. 75 tentang Puskesmas
19
IX. LAMPIRAN
LATIHAN KASUS
Petunjuk latihan kasus:
1.Latihan ini dikerjakan oleh dikerjakan oleh masing masing peserta menggunakan
data masing-masing dibantu Fasilitator/Pelatih.
Data yang dibawa sebagai berikut :
1. Target penemuan kasus TB di wilayah tahun 2017
2. Data jumlah penduduk di wilayah (Kecamatan dan Kelurahan/Desa) tahun 2017
3. Peta buta per Kelurahan/Desa se-Kecamatan tahun 2017
4. TB.07 tahun 2017 (data dipisahkan per Kelurahan/Desa):
a. Kasus TB paru baru terkonfirmasi bakteriologis
b. Kasus TB paru baru terdiagnosis klinis
c. Kasus TB baru ekstraparu
d. Kasus TB baru anak
e. Kasus TB baru kasus kambuh
f. Kasus TB baru kasus default/loss to follow-up
g. Kasus TB baru kasus gagal pengobatan
h. Kasus TB baru kasus lain-lain
5. TB.08 tahun 2016:
a. Total kasus TB yang diobati dan dilaporkan tahun 2016
b. Kasus sembuh
c. Kasus pengobatan lengkap
d. Meninggal
e. Gagal pengobatan
f. Default/loss to follow-up
Tugas:
1. Buatlah mapping kasus TB per desa tahun 2017
2. Hitunglah beban TB per desa tahun 2017 berdasarkan proporsi penduduk!
3. Hitunglah capaian kecamatan dan per kelurahan untuk ketiga indikator!
4. Buatlah analisis dan Tindak Lanjut dari hasil penghitungan indikator!
5. Hitunglah kebutuhan OATdan non OAT TB sensitif obat serta PP INH untuk tahun
berikutnya!
20