MATERI INTI 2
PENGOBATAN PASIEN TUBERKULOSIS
DIREKTORAT JENDERAL
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
JAKARTA
2020
-2-
TIM PENYUSUN
Pelindung:
dr. Anung Sugihantoro, M.Kes (Direktur Jendral P2P)
Pengarah:
1. dr. Wiendra Waworuntu, M.Kes (Direktur P2PML)
2. dr. Imran Pambudi, MPHM (Kepala Subdit TBC)
Sekretaris:
1. Nurjannah, SKM, M.Kes
2. Dr. Sulistya Widada
Editor
Dr. dr. Rina Handayani, M.Kes
Anggota:
1. dr. Irfan Ediyanto
2. Sarah, SKM
3. dr. Endang Lukitosari, MPH
4. dr. Hanifah Rizki Purwandani, SKM
5. H.D Djamal, M.Si
6. dr. Retno Kusuma Dewi, MPH
7. Saida N. Debataradja, SKM
8. dr. Setiawan Jati Laksono
9. drg. Siti Nur Anisah, MPH
10. Sulistyo, SKM, M.Epid
11. Suwandi SKM, M. Epid
12. dr. Wihardi Triman, MQIH
13. dr. Zulrasdi Djairas, SKM
14. Rudi Hutagalung
15. Dr Ngabila
16. Dr Murni
17. Antasari Roro, SKM
18. Dela Pramesti, SKM
19. Triana, SKM
-3-
DAFTAR SINGKATAN
APBD = Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
ART = Anti Retroviral Therapy
ARV = Anti Retroviral Virus
ASI = Air Susu Ibu
BKPM = Balai Kesehatan Paru Masyarakat
BBKPM = Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat
BCG = Bacille Calmette-Guerin
BP4 = Balai Pengobatan Penyakit Paru Paru
BTA = Basil Tahan Asam
CNR = Case Notification Rate
CTJ = Ceramah Tanya Jawab
DM = Diabetes Mellitus
DOT = Directly Observed Treatment
DOTS = Directly Observed Treatment, Shorcourse chemotherapy
DPM = Dokter Praktek Mandiri
FDC = Fixed Dose Combination
FKRTL = Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan
FKTP = Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
FKTP-RM = Fasilitas kesehatan Tingkat Pertama Rujukan Mikroskopis.
FKTP-S = Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Satelit
FLD = First Line Drugs
HIV = Human Immunodeficiency Virus
IRIS = Immune Response Inflammantory Syndrome
ISTC = International Standards For Tuberculosis Care
KDT = Kombinasi Dosis Tetap
KIE = Komunikasi, Informasi, Edukasi
MDR = Multi Drug Resistance
OAD = Obat Anti Diabetika
OAINS = Obat Anti Inflamasi Non-Steroid
OAT = Obat Anti Tuberkulosis
ODHA = Orang dengan HIV AIDS
OHO = Obat Hipoglikemik Oral
PAS = Para Amino Salisilic Acid
PDP = Pengobatan Dengan Perawatan
PHBS = Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
PKK = Pembinaan Kesejahteraan Keluarga
PMO = Pengawas Menelan Obat
PNPK = Pedoman Nasional Praktek Kedokteran Tatalaksana
PPI = Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
PPK = Pengobatan Pencegahan Kotrimoksasol
PPTI = Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia
RPJMN = Rencana Pembangunan Jangka Menengah
RO = Resistan Obat
RR = Resistan Rifampisin
RS = Rumah Sakit
SLD = Second Line Drugs
TAK = Tim Ahli Klinis
TBC = Tuberkulosis
TPT = Terapi Pencegahan TBC
-4-
I. DISKRIPSI SINGKAT
Pengobatan dapat diberikan setelah ditegakkan diagnosis dan klasifikasi kasus bagi setiap
pasien TBC sensitif obat (SO) maupun pasien TBC Resistan Obat (RO). Tatalaksana
pengobatan TBC di FKTP maupun di FKRTL pada prinsipnya sama. Pada kasus TBC yang
tidak dapat ditangani di FKTP dan memerlukan tidakan lanjut dapat dirujuk ke FKRTL.
Pengobatan pasien TBC sensitif maupun TBC RO prinsipnya terdiri dari dua tahap yaitu tahap
awal dan tahap lanjutan. Tahap pengobatan harus dijalani secara teratur dan benar oleh pasien
TBC agar dapat sembuh dan memperkecil risiko terjadinya TBC Multi Drug Resistant (MDR)
atau bahkan Extensively Drug Resistant (XDR).
Modul ini akan membahas tentang Pengobatan TBC pada pasien dewasa (TBC sensitif
maupun TBC resistan obat), pengobatan TBC pada pasien anak (TBC sensitif maupun TBC
resistan obat), pengobatan TBC pada pasien dengan keadaan khusus (TBC HIV, TBC DM,
TBC pada kehamilan, dll), komunikasi motivasi dan pencegahan TBC pada populasi rentan.
IV. METODE
A. CTJ
B. Curah Pendapat
C. Latihan Soal
D. Studi kasus
E. Demonstrasi
Langkah 6
Pembahasan per Materi
Fasilitator menyampaikan paparan materi sesuai urutan pokok bahasan 4 tentang
pencegahan TBC bagi populasi rentan, vaksinasi BCG bagi bayi, pengobata pecegahan
bagi anak bawah 5 tahun, Terapi pencegahanTBC ( TPT ) bagi ODHA dengan metoda
yang digunakan adalah CTJ dan curah pendapat.
Langkah 7
Rangkuman
Fasilitator merangkum hasil diskusi dan curah pendapat bersama peserta dikaitkan dengan
evaluasi materi pengobatan pasien TBC.
2. Jenis OAT
Obat Anti Tuberkulosis yang digunakan program pengendalian TBC saat ini adalah
OAT lini satudan OAT lini dua disediakan di fasyankes yang telah ditunjuk guna
memberikan pelayanan pengobatan bagi pasien TBC resistan obat. Terlampir di
bawah ini jenis OAT lini Satu dan OAT lini dua
Tabel 01. OAT Lini Satu
Jenis OAT Sifat Dosis yang direkomendasikan
(mg/kg)
Harian 3 x seminggu
Isoniasid (H) Bakterisid 5 10
(4-6) (8-12)
Rifampisin (R) Bakterisid 10 10
(8-12) (8-12)
Pirazinamid (Z) Bakterisid 25 35
(20-30) (30-40)
Streptomisin (S) Bakterisid 15
(12-18)
Etambutol (E) Bakteriostatik 15 30
(15-20) (20-35)
- 10 -
3. Dosis OAT
Pengobatan TBC dengan paduan OAT Lini satu yang digunakan di Indonesia dapat
diberikan dengan dosis harian maupun dosis intermiten (diberikan 3 kali perminggu)
dengan mengacu pada dosis terapi yang telah direkomendasikan.
- 11 -
Tabel 04. Dosis OAT RO Pada Paduan Jangka Pendek Berdasarkan Berat Badan
Dosis berdasarkan kelompok berat badan
Nama Obat
<33 kg 33 – 50 kg >50 – 70 kg >70 kg
Kanamisin* 0,5 g 0,75 g 0,75 g 1g
Moxifloxacin 400 mg 600 mg 800 mg 800 mg
Clofazimin 50 mg# 100 mg 100 mg 100 mg
Etambutol 600 mg 800 mg 1000 mg 1200 mg
Pirazinamid 750 mg 1500 mg 2000 mg 2000 mg
**450 **600
IsoniazidDT 300 mg 600 mg 600 mg
mg mg
Etionamid 500 mg 500 mg 750 mg 1000 mg
Protionamid 500 mg 500 mg 750 mg 1000 mg
*) Kanamisin diberikan maksimum 0,75 g untuk pasien usia >59 tahun. Jika kanamisin
tidak bisa diberikan, maka dapat diganti dengan kapreomisin dengan dosis yang sama.
- 12 -
**) Khusus untuk INH, pasien dengan BB 33-40 kg diberikan 450 mg; >40 kg diberikan
600 mg.
#)
Karena ketersediaan obat Clofazimin saat ini, untuk pasien dengan berat badan <33
kg, Clofazimin 100mg diberikan dua hari sekali.
Pokok Bahasan 2
B. Tatalaksana Pengobatan TBC
1. Pengobatan pasien TBC Sensitif Obat (SO)
a. Pengobatan TBC SO Dewasa
- 14 -
Paduan OAT yang digunakan untuk pasien TBC sensitif adalah OAT Lini 1 kategori
1. Mulai tahun 2021 pemberian OAT Kategori 2 tidak direkomendasikan untuk
pengobatan Pasien TBC.
Kategori 1
Paduan OAT Kategori 1 yang digunakan di Indonesia adalah 2(HRZE)/4(HR).
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
Pasien TBC paru terkonfirmasi bakteriologis
Pasien TBC paru terdiagnosis secara klinis
Pasien TBC ekstra paru
Berdasarkan SE Dirjen P2P No. 936 tahun 2021 terkait alur diagnosis dan
pengobatan terbaru. Paduan OAT kategori 1 diberikan selama 6 bulan, dibagi
menjadi 2 tahapan yaitu 2 bulan tahap awal dan 4 bulan tahap lanjutan diberikan
dosis harian. Paduan OAT Kategori 1 yang disediakan oleh program adalah dalam
bentuk kombinasi dosis tetap (KDT) dan obat lepas (kombipak). OAT Kat 1 dosis
harian akan mulai dipergunakan secara bertahap.
Dosis rekomendasi OAT KDT dan Kombipak lini pertama kategori 1 untuk dewasa
adalah sebagai berikut.
Tahap Lanjutan
Tahap intensif
Setiap Hari selama 16
setiap hari selama 56 hari
Berat Badan minggu
RHZE (150/75/400/275)
RH (150/150)
30 – 37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT
38 – 54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT
55 – 70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT
≥ 71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT
- 15 -
Awal 2 Bulan 1 1 3 3 56
Lanjutan 4 Bulan 2 1 - - 48
hasil pada bulan ke-5 positif, pasien dinyatakan gagal pengobatan dan
dimasukkan ke dalam kelompok terduga TBC RO.
Pada pemeriksaan ulang dahak pada akhir pengobatan, jika hasilnya negatif
pasien dinyatakan sembuh. Sedangkan jika hasilnya positif, pasien dianggap
gagal pengobatan dan dimasukkan ke dalam kelompok terduga TBC RO.
Cara menilai kemajuan hasil pengobatan pasien TBC ekstra paru adalah
dengan melakukan pemantauan dan penilaian kondisi klinis (ISTC Standar
10). Sebagaimana pada pasien TBC BTA negatif, perbaikan kondisi klinis
merupakan indikator yang bermanfaat untuk menilai hasil pengobatan, antara
lain peningkatan berat badan pasien, berkurangnya keluhan, dan lain-lain.
Catatan :
X : Pemeriksaan specimen dahak secara mikroskopik pada minggu terakhir
bulan pengobatan untuk memantau hasil pengobatan
17
-33-
18
pengobatan
sementara
menunggu hasilnya
Tindakan pada pasien yang putus berobat 2 bulan atau lebih (Loss to follow-up)
Keputusan pengobatan selanjutnya ditetapkan oleh dokter tergantung pada
Lacak pasien kondisi klinis pasien, apabila:
Diskusikan dengan 1. sudah ada perbaikan nyata: hentikan pengobatan dan pasien tetap
Apabila hasilnya BTA negatif
pasien untuk diobservasi. Apabila kemudian terjadi perburukan kondisi klinis, pasien
atau pada awal pengobatan
mencari faktor diminta untuk periksa kembali
adalah pasien TBC ekstra paru
penyebab putus atau
berobat 2. belum ada perbaikan nyata: lanjutkanpengobatan dosis yang tersisa
Periksa dahak sampai seluruh dosis pengobatan terpenuhi *
dengan 2 sediaan Kategori 1
contoh uji dan atau Dosis pengobatan sebelumnya <1 Berikan pengobatan Kat. 1 mulai dari
TCM TBC bln Awal
Hentikan Apabila salah satu atau lebih Dosis pengobatan sebelumnya
pengobatan hasilnya BTA positifdan tidak > 1 bln Berikan pengobatan Kat. 2 mulai dari
sementara ada bukti resistensi Awal
Keterangan :
* Lanjutkan pengobatan dosis yang tersisa sampai seluruh dosis pengobatan terpenuhi dan dilakukan pemeriksaan
ulang dahak kembali setelah menyelesaikan dosis pengobatan pada bulan ke 5 dan AP
***Sementara menunggu hasil pemeriksaan TCM pasien tidak diberikan pengobatan paduan OAT.
20
20
21
Apabila OAT lepas diberikan dalam bentuk puyer, maka semua obat tidak
boleh digerus bersama dan dicampur dalam satu puyer.
21
22
• Kortikosteroid
Kortikosteroid diberikan pada kondisi :
a. TBC meningitis
b. Sumbatan jalan napas akibat TBC kelenjar (endobronkhial TBC)
c. Perikarditis TBC
d. TBC milier dengan gangguan napas yang berat,
e. Efusi pleura TBC
f. TBC abdomen dengan asites.
Obat yang sering digunakan adalah prednison dengan dosis 2 mg/kg/ hari,
sampai 4 mg/kg/hari pada kasus sakit berat, dengan dosis maksimal 60
mg/hari selama 4 minggu. Tappering-off dilakukan secara bertahap setelah 2
minggu pemberian kecuali pada TBC meningitis pemberian selama 4 minggu
sebelum tappering-off.
22
23
• Piridoksin
Isoniazid dapat menyebabkan defisiensi piridoksin simptomatik, terutama
pada anak dengan malnutrisi berat dan anak dengan HIV yang mendapatkan
anti retroviral therapy (ART) Suplementasi piridoksin (5-10 mg/hari)
direkomendasikan pada HIV positif dan malnutrisi berat.
• Nutrisi
Status gizi pada anak dengan TBC akan mempengaruhi keberhasilan
pengobatan TBC. Malnutrisi berat meningkatkan risiko kematian pada anak
dengan TBC. Penilaian status gizi harus dilakukan secara rutin selama anak
dalam pengobatan. Penilaian dilakukan dengan mengukur berat, tinggi,
lingkar lengan atas atau pengamatan gejala dan tanda malnutrisi seperti
edema atau muscle wasting.
Perbaikan radiologis akan terlihat dalam jangka waktu yang lama sehingga
tidak perlu dilakukan Foto toraks untuk pemantauan pengobatan, kecuali
pada TBC milier setelah pengobatan 1 bulan dan efusi pleura setelah
pengobatan 2 – 4 minggu. Demikian pun pemeriksaan uji tuberkulin karena
uji tuberkulin yang positif akan tetap positif.
23
24
24
25
25
26
Penjelasan alur:
1. Untuk semua pasien TBC RR, ambil dua (2) contoh uji berkualitas baik,
satu (1) contoh uji untuk pemeriksaan LPA lini kedua dan satu (1) dahak
untuk pemeriksaan biakan dan uji kepekaan fenotipik. Hasil LPA lini kedua
akan keluar dalam waktu 7 hari, sedangkan hasil uji kepekaan fenotipik
akan keluar dalam waktu 2–3 bulan.
2. Sebelum memulai pengobatan TBC RO, perlu dilakukan pengkajian
riwayat pasien untuk mengetahui apakah pasien memenuhi kriteria untuk
mendapatkan paduan pengobatan jangka pendek. Kajian yang dilakukan
26
27
27
28
28
29
Pasien TBC RR/MDR yang tidak memenuhi kriteria di atas akan mendapatkan
pengobatan TBC RO dengan paduan jangka panjang.
29
30
lanjutan selama 5 bulan. Pasien dengan hasil pemeriksaan BTA atau biakan
awal negatif dapat diberikan tahap awal selama 4 bulan. Kondisi klinis dan
radiologis harus dipantau untuk memastikan terjadi perbaikan.
● Bila belum terjadi konversi BTA pada bulan ke-4, tahap awal pengobatan
dapat diperpanjang sampai bulan ke-5 atau bulan ke-6 (bergantung pada waktu
konversi BTA). Pemeriksaan LPA lini kedua dan uji kepekaan obat harus diulang
bila hasil pemeriksaan BTA pada bulan ke-4 masih positif
30
31
Durasi pengobatan TBC RO dengan paduan jangka pendek dan jenis obat pada
tiap fase pengobatan dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 9. Dosis OAT berdasarkan berat badan untuk paduan pengobatan TBC
RO jangka pendek
31
32
*) Bdq ditelan 2 x 2 tablet @100 mg (setiap hari, pagi dan malam) pada 2
minggu pertama, dan 1 x 2 tablet @100 mg (3x seminggu) pada 22 minggu
berikutnya.
32
33
33
34
Tabel 10. Pemeriksaan awal dan selama pengobatan TBC RO (jangka pendek)
Setiap 6 bulan
Seti Akhir
Jenis Pemeriksaan Aw pasca
ap Pengobata
al pengobatanh
Bula n
n
Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan fisik V V V V
Konseling dan
evaluasi kondisi V V V V
psikososial
Berat badan (IMT) V V V V
Skrining neuropati V V V
perifer
Skrining fungsi V V V
penglihatan a
Skrining psikiatri b V
Pemantauan efek V V
samping obat
Konsultasi hasil V V
pengobatan
Pemeriksaan Mikrobiologi
BTA sputum c V V V V
Keterangan tabel:
a) Tes penglihatan yang dilakukan meliputi tes buta warna dan lapang pandang
sederhana
b) Skrining psikiatri dapat dilakukan sesuai dengan fasilitas yang tersedia (dengan
menggunakan MINI ICD-10, SCID 2, dsb).
c) Pemeriksaan BTA dan biakan dilakukan setiap bulan dengan mengumpulkan 1
(satu) dahak pagi. Pada bulan ke-4, ke-5, ke-6 dan akhir pengobatan dilakukan
pemeriksaan BTA dari dua (2) dahak pagi berurutan. Pemeriksaan BTA dapat
dilakukan di rumah sakit TBC RO atau laboratorium biakan. Sisa dahak yang sudah
diperiksa BTA dapat dikirimkan ke laboratorium biakan. Pemeriksaan LPA dan uji
kepekaan dilakukan dengan mengumpulkan 2 dahak.
d) Pemeriksaan rontgen dada diulang pada akhir tahap awal dan di akhir pengobatan.
e) Pemeriksaan EKG dilakukan di awal, minggu ke-2 pengobatan, bulan ke-1
pengobatan, lalu rutin setiap bulan dan atau bila terdapat keluhan terkait jantung.
34
35
f) Bila hasil pemeriksaan BTA/biakan masih positif pada bulan ke- 4, lakukan
pemeriksaan LPA lini kedua/uji kepekaan ulang untuk mengetahui jika terdapat
tambahan resistansi obat (acquired resistance). Jika laboratorium biakan juga
merupakan laboratorium LPA/uji kepekaan, pemeriksaan dilakukan dengan
menggunakan isolat yang tumbuh. Jika laboratorium biakan bukan merupakan
laboratorium LPA/uji kepekaan, dapat dilakukan pengambilan dahak baru atau
pengiriman isolat ke laboratorium LPA/uji kepekaan.
g) Pemeriksaan dilakukan di awal dan dapat diulang bila ada indikasi.
h) Pemantauan pasca pengobatan dilakukan setiap 6 bulan selama 2 tahun, dan dapat
dilakukan kapan saja bila muncul gejala TBC.
35
36
Pasien TBC RR/MDR ekstra paru berat atau dengan komplikasi (yang
harus diobati jangka panjang), seperti TBC meningitis, TBC tulang,
TBC spondilitis, TBC milier, TBC perikarditis, TBC abdomen
Pasien TBC RO dengan kondisi klinis tertentu, misalnya alergi berat /
intoleran terhadap obat-obatan pada paduan jangka pendek
Ibu hamil, menyusui
Komposisi Paduan Pengobatan Jangka Panjang
Paduan pengobatan TBC RO jangka panjang disesuaikan dengan pola resistansi
dan kondisi klinis pasien. Adapun langkah penyusunan paduan jangka panjang
berdasarkan rekomendasi WHO tahun 2020 dapat dilihat pada Tabel berikut.
36
37
Contoh paduan pengobatan TBC RO jangka panjang tanpa injeksi yang dapat diberikan:
37
38
Cfz – Cs
38
39
Catatan:
Contoh paduan yang diberikan pada tabel di atas belum mencakup
semua opsi regimen.
Pemilihan obat Grup C pada paduan disesuaikan kondisi pasien dengan
mempertimbangkan urutan efektivitas obat.
39
40
Durasi pengobatan TBC RO jangka panjang ialah 18 bulan dan 16 bulan setelah terjadi
konversi biakan.
Jika konversi biakan terjadi pada bulan ke-1 atau 2, durasi total
pengobatan jangka panjang ialah 18 bulan.
Jika konversi biakan terjadi pada bulan ke-3 atau lebih, maka durasi
pengobatan pasien ditambahkan 16 bulan setelah konversi (n+16 bulan).
Bila pasien tidak mengalami konversi biakan pada bulan ke-8
pengobatan, maka pasien dinyatakan “Gagal pengobatan”. Pasien harus
didaftarkan ulang dan memulai pengobatan jangka panjang dari awal
dengan komposisi obat sesuai dengan hasil uji kepekaan terbaru.
Cara perhitungan durasi total pengobatan TBC RO jangka panjang berdasarkan waktu
konversi biakan dahak dapat dilihat pada Tabel berikut.
Waktu konversi
Perhitungan durasi Durasi total pengobatan TBC
biakan (Bulan ke-
pengobatan RO jangka panjang
)
1 N/A 18 bulan
2 2 + 16 bulan 18 bulan
3–7 n + 16 bulan 19 – 23 bulan
8 8 + 16 bulan 24 bulan
40
41
Pemeriksaan awal dan pemantauan dalam pengobatan TBC RO dengan paduan jangka
panjang pada umumnya sama dengan paduan jangka pendek, dengan penambahan untuk
pemeriksaan albumin (untuk pasien yang mendapatkan obat delamanid) dan pemeriksaan
audiometri untuk pasien yang mendapatkan obat injeksi. Daftar pemeriksaan yang
diperlukan untuk paduan TBC RO jangka panjang dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 14. Pemeriksaan awal dan selama pengobatan TBC RO (Jangka panjang)
Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan fisik V V V V
Konseling dan evaluasi
V V V V
kondisi psikososial
Berat badan (IMT) V V V V
Skrining neuropati
V V V
perifer
Skrining fungsi
V V V
penglihatan a
Skrining psikiatri V
Pemantauan efek
V V
samping obat
Konsultasi hasil
V V
pengobatan
Pemeriksaan Bakteriologis
BTA sputum b V V V V
Kultur sputum V V V V
Diulang
bila
LPA lini kedua V BTA/kultur
bulan ke-
6h positif
41
42
BTA/kultur
bulan ke-
6h positif
Rontgen dada c V V V
EKG d V V V
Audiometri f V
Fungsi hati:
SGOT, SGPT, Bilirubin
V V V
total
Albumin i V V
Asam urat V V
TSH/TSHs V
Tes kehamilan V
Tes HIV V
Keterangan tabel:
a) Tes penglihatan yang dilakukan meliputi tes buta warna dan lapang pandang
sederhana
b) Pemeriksaan BTA dilakukan setiap bulan dengan mengumpulkan 1 (satu) dahak
pagi. Pada bulan ke-6, ke-7, ke-8 dan akhir pengobatan dilakukan pemeriksaan BTA
dari dua (2) dahak pagi berurutan.
c) Pemeriksaan rontgen dada diulang pada bulan ke-6 pengobatan
d) Pemeriksaan EKG dilakukan di awal, minggu ke-2 pengobatan, bulan ke-1
pengobatan, lalu rutin setiap bulan dan atau bila terdapat keluhan terkait jantung
42
43
e) Pemeriksaan DPL harus dipantau secara ketat untuk pasien yang mendapatkan obat
linezolid
f) Pemeriksaan audiometri harus dilakukan pada pasien yang mendapatkan obat
injeksi amikasin ataupun streptomisin
g) Pemantauan pasca pengobatan dilakukan setiap 6 bulan selama 2 tahun
h) Bila hasil pemeriksaan BTA/biakan masih positif pada bulan ke-6, lakukan
pemeriksaan LPA lini kedua/uji kepekaan ulang untuk mengetahui jika terdapat
tambahan resistansi obat (acquired resistance). Jika laboratorium biakan juga
merupakan laboratorium LPA/uji kepekaan, pemeriksaan dilakukan dengan
menggunakan isolat yang tumbuh. Jika laboratorium biakan bukan merupakan
laboratorium LPA/ uji kepekaan, dapat dilakukan pengambilan dahak baru atau
pengiriman isolat ke laboratorium LPA/uji kepekaan.
i) Hanya dilakukan untuk pasien yang mendapatkan obat delamanid
Tabel 15. Dosis OAT untuk paduan pengobatan TBC RO jangka panjang (≥ 15
tahun)
Kelompok berat badan
(≥ 15 tahun)
Dosis
Nama Kema-
Grup Obat 30–35 36–45 46–55 56–70 >70
Obat san
Harian
kg kg kg kg kg
Levoflok- 250 mg
- 3 3 4 4 4
sasin tab
500 mg
1,5 1,5 2 2 2
tab
Dosis 400 mg
1 1 1,5 1,5 1,5
standar tab
Moksiflok- 1 atau 1,5
Dosis 400 mg
sasin 1,5 2 2
tinggi tab 1,5 atau 2
A Be- 100 mg 4 tablet pada 2 minggu pertama, 2
daquiline tab tablet Senin/Rabu/Jumat selama 22
43
44
- minggu berikutnya
50 mg cap 2 2 2 2 2
Clofazi- 100 mg
- 1 1 1 1 1
mine cap
10–15 250 mg
B Sikloserin 2 2 3 3 3
mg/kg cap
400 mg
Pirazin- 20–30 3 4 4 4 5
tab
amide mg/kg
500 mg
2 3 3 3 4
tab
500 mg/2
15–20 ml (am-
C Amikasin pul) 2,5 ml 3 ml 3–4 ml 4 ml 4 ml
mg/kg
8–12
PAS
g/hari
Sodium 1-1,5
dalam 2–3
salt (4g)
PAS dosis 1 bd 1 bd 1 bd 1 bd Bd
sachet
terbagi
4–6 mg/ kg
Obat 300 mg
INH dosis
lain tab 2/3 1 1 1 1
standar
44
45
10–15
300 mg
mg/kg do- tab 1,5 1,5 2 2 2
sis tinggi
45
46
46
47
47
48
48
49
49
50
diberikan sekali
sehari.
Moksifloksasin 7,5 – 10 mg/kg Dosis maksimal 400mg
(Mfx)
Gatifloksasin
(Gfx)*
B Obat Kanamisin (Km) 15– 30mg/kg Dosis maksimal 1000 mg
Injeksi Lini
Amikasin (Am)* 15–30 mg/kg Dosis maksimal 1000 mg
Kedua
50
51
D2 OAT baru Delamanid > 35 kg: 100 mg 2 Untuk anak berusia > 6
(Dlm)* kali sehari tahun dan berat badan >
20 kg
20–34 kg: 50 mg 2
kali sehari
< 20 kg: konsul
TAK
Bedaquiline 400 mg selama 14 Untuk anak berusia > 12
(Bdq) hari dilanjutkan 200 tahun dan berat badan >
mg 3 kali seminggu 33 kg
selama 22 minggu
51
52
Keterangan:
*Tidak disediakan oleh program nasional TBC
**Tidak termasuk obat suntik lini kedua, tetapi dapat diberikan pada
kondisi tertentu dan tidak disediakan oleh program nasional TBC
52
53
d. Pengetahuan PMO
Minimal PMO memahami informasi penting tentang TBC untuk disampaikan kepada
pasien dan keluarganya antara lain:
a. TBC disebabkan kuman, bukan penyakit keturunan atau kutukan
b. TBC dapat disembuhkan dengan berobat teratur
c. Cara penularan TBC, gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya
d. Cara pemberian pengobatan pasien (tahap awal dan tahap lanjutan)
e. Pentingnya pengawasan, supaya pasien berobat secara teratur
f. Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta
pertolongan ke faskes.
Pada pengobatan TBC RO pemilihan PMO untuk tahap awal pengobatan adalah
petugas kesehatan baik di dalam atau di luar Fasyankes, mengingat pada fase ini
pasien harus mendapatkan suntikan setiap hari. Sedangkan untuk tahap lanjutan
PMO dapat dilakukan oleh petugas kesehatan atau kader kesehatan yang terlatih
TBC RO.
53
54
pemantauan dan pelaporan efek samping yang terstruktur dan terstandar. Sistem ini
telah disederhanakan dan disesuaikan untuk penggunaan rutin.
Program TBC Nasional saat ini telah menggunakan obat TBC yang baru seperti
Bedaquiline, Clofazimine dan linezolid sebagai bagian paduan obat yang akan
digunakan untuk mengobati pasien TBC Pre/XDR.
54
55
a. Jika anak usia < 10 tahun, saat ini ada salah satu
gejala seperti batuk atau demam atau riwayat kontak
dengan orang TBC aktif atau mengalami penurunan
berat badan yang dilaporkan atau terkonfirmasi > 5%
sejak kunjungan terakhir atau kurva pertumbuhan
datar atau berat badan untuk usia <-2 Z-skor. Bayi
usia <1 tahun tanpa gejala dengan HIV hanya diobati
untuk ILTBC jika mereka kontak serumah dengan
orang TBC aktif.
b. Adanya batuk atau demam atau keringat di malam
hari atau batuk darah atau nyeri dada atau sesak
napas atau lemah dan lesu atau penurunan berat
badan (misal pada anak usia <5 tahun tidak terdapat
anoreksia/nafsu makan normal meskipun sudah
diberikan perbaikan gizi tetapi berat badan tetap tidak
naik/gagal tumbuh) Lesu atau anak kurang aktif
bermain, keringan malam saja bukan merupakan
gejala spesifik TBC pada anak apabila tidak disertai
gejala umum lainnya
c. Termasuk kelompok risiko lainnya dengan HIV negatif
seperti:
1) Pasien immunokompremais lainnya (pasien
yang menjalani pengobatan kanker, pasien
yang mendapatkan perawatan dialisis, pasien
yang mendapat kortikosteroid jangka panjang,
55
56
56
57
Pokok Bahasan 3
C. Komunikasi Informasi Edukasi (KIE)
Informasi dasar tentang TBC sudah disampaikan kepada pasien pada saat ditetapkan
menjadi terduga TBC. Namun sebaiknya diulangi kembali ketika pasien ditetapkan
menjadi pasien TBC. Hal ini berlaku juga pada pasien TBC RO. Sebelum dan selama
pengobatan TBC pemberian komunikasi motivasi ditujukkan kepada pasien maupun
keluarga pasien.
Semua informasi terkait TBC harus disampaikan pada pasien dengan maksud terjadi
peningkatan pengetahuan dan perubahan sikap dan perilaku untuk menimbulkan motivasi
pasien untuk menyelesaikan pengobatan menuju kesembuhan. Informasi yang diberikan
secara bertahap kepada pasien TBC, dimulai sejak pertemuan awal, pada setiap
kunjungan mengambil obat, dan sampai pasien menyelesaikan pengobatannya.
1. Komunikasi Motivasi Untuk Pasien TBC
Tahapan dan informasi yang harus disampaikan kepada pasien TBC meliputi :
Pertemuan Awal
Sebelum memberikan informasi kepada pasien tentang TBC, ajukan terlebih dahulu
pertanyaan untuk menjajaki pengetahuan mereka saat ini tentang TBC. Lalu gunakan
alat bantu yang tersedia seperti lembar balik untuk pasien dalam menyampaikan
informasi tentang TBC.
Pesan- pesan yang perlu dikomunikasikan :
Penyakit TBC
Ulangi pesan yang telah disampaikan pada saat pasien datang sebagai terduga untuk
memperkuat informasi tersebut.
57
58
58
59
segera tahu apabila pasien terlewat minum obat, dan segera menyelidiki
penyebabnya.
Menjelaskan paduan obat
Jelaskan tentang paduan pengobatan meliputi:
Lama waktu pengobatan
Contoh: Jika pasien baru
“Obat TBC diberikan selama 6 bulan. Bapak akan mendapatkan obat selama 6 bulan
karena bapak adalah pasien baru”
- Dosis Obat dan Penyesuaian sesuai Berat Badan
Contoh: “Apabila selama pengobatan ada peningakatan berat badan maka dosis
obat akan disesuaikan.
- Jenis obat dan cara pemberiannya
Contoh: Jika pasien kambuh
“Obat terdiri dari dua jenis, obat telan dan obat suntik. Obat akan diberikan
dalam dua tahap. Tahap awal obat harus diminum setiap hari selama 3 bulan
dan bapak/ibu juga akan disuntik selama dua bulan. Selanjutnya setelah hasil
pemeriksaan dahak negatif maka obat suntik akan dihentikan dan obat minum
akan diberikan 3 kali seminggu selama 5 bulan.“
- Kualitas obat
Contoh:
“Obat yang disediakan pemerintah gratis dan berkualitas, obat ini adalah
kombinasi yang terbaik yang digunakan di seluruh dunia untuk mengobati TBC,
bila bapak/ibu berobat dengan teratur dan tuntas maka akan sembuh.”
- Frekuensi kunjungan mengambil obat.
Contoh:
“Bapak/Ibu harus datang ke Faskes setiap hari selama dua bulan ini untuk
disuntik dan mengambil obat.”
- Kemana pergi untuk mengambil obat
Contoh:
“Bapak/Ibu bisa langsung datang ke ruang TBC jika mengambil obat, bila ada
keluhan bapak/ibu bisa bertemu dengan dokter. Bapak/Ibu dapat mengambil obat
sesuai waktu dan hari yang disepakati dengan petugas”
Pemeriksaan lanjutan pada akhir tahap awal
59
60
Jelaskan kepada pasien untuk melihat kemajuan pengobatan dan memastikan pasien
dapat melanjutkan pengobatan ke tahap lanjutan maka dahak perlu diperiksa
kembali.
Contoh:
“Bapak/Ibu, setelah minum obat dan disuntik dalam tahap awal bapak/ibu akan
diperiksa kembali dahaknya pada akhir tahap awal untuk melihat apakah kuman
sudah negative (tidak ditemukan ) dan untuk menilai apakah obat ini bisa bekerja
dengan baik dalam tubuh bapak/ibu.”
60
61
61
62
62
63
yang batuk- batuk? Siapa ? diperiksa Hal ini penting karena anak balita
berisiko terkena penyakit TBC yang berat.
Anak-anak tersebut membutuhkan tindakan
pencegahan atau dirujuk ke Faskes.
Anggota keluarga yang memiliki gejala TBC
harus diperiksa.
Apakah menurut bapak/ibu pengobatan Pentingnya pengawasan menelan obat
ini perlu diawasi? Karena lamanya pengobatan, seorang
pasien TBC dapat kehilangan motivasi untuk
menelan obat.
Seorang petugas kesehatan atau PMO
(Pengawas Menelan Obat) harus mengawasi
bapak/ibu menelan obat sesuai dengan
jadualnya. Hal ini untuk memastikan,
bapak/ibu menelan obat secara benar dan
teratur.
Dengan pengamatan secara teratur, petugas
kesehatan atau PMO akan mengetahui
apakah ada efek samping atau masalah lain.
Dengan pengawasan langsung menelan
obat, petugas kesehatan atau PMO akan
tahu apabila anda terlewat 1 dosis dan
dengan cepat akan menelusuri masalahnya.
Apabila anda harus bepergian, atau
berencana pindah, beritahu petugas
kesehatan atau PMO agar bisa diatur lagi
pengobatan tanpa harus menunda.
Menjelaskan secara rinci paduan obat Jelaskan kepada pasien.
pasien - Lama pengobatan.
- Kualitas Obat
- Frekwensi kunjungan untuk mengambil
obat
- Kemana dan kapan harus pergi untuk
pengobatan.
63
64
64
65
65
66
- Pasien tersebut akan terus menularkan kuman TBC kepada keluarga dan masyarakat
sekitar.
- Apabila pasien mengeluh obat terlalu banyak, jelaskan bahwa TBC disebabkan oleh
kuman yang kuat, karena itu butuh obat yang banyak baik jenis maupun jumlahnya.
Pentingnya pemeriksaan dahak, frekuensi dan arti hasil pemeriksaan.
Komunikasikan kepada pasien:
- Kuman TBC tidak dapat dilihat dengan mata biasa, karena itu untuk mengetahui ada
tidaknya kuman TBC, perlu pemeriksaan dahak menggunakan mikroskop.
- Frekuensi pemeriksaan dahak selama masa pengobatan.
Akhir tahap awal. Setelah dua atau tiga bulan tahap awal, dahak akan diperiksa,
kemudian akan melanjutkan pengobatan tahap berikutnya.
Selama tahap lanjutan, dilakukan lagi pemeriksaan dahak pada bulan ke 5. Apabila tidak
ditemukan kuman teruskan pengobatan.namun bila masih ditemukan kuman, maka
kategori pengobatan akan berubah.
Pemeriksaan dahak terakhir dilakukan satu minggu sebelum akhir pengobatan Apabila
tidak ditemukan kuman pada pemeriksaan akhir, pasien dinyatakan sembuh.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Pasien TBC
Ingatkan pasien untuk terus menjalankan PHBS
Tabel 22. Daftar Pertanyaan dan Pesan Kunci untuk Pasien TBC di Tahap Lanjutan
Pada setiap kunjungan: Tunjukkan sikap penuh perhatian. Beri pujian kepada pasien.
Bicara secara jelas dan sederhana. Ajak pasien untuk bertanya.
Daftar Pertanyaan Pesan Kunci
Ajukan pertanyaan untuk mengidentifikasi Apabila ada efek samping ringan, berikan
efek samping. nasehat :
- Bagaimana perasaan anda ? - Apabila tidak nafsu makan, mual-mual, nyeri
- Apakah ada masalah ? perut, anjurkan menelan obat dengan
- Dengarkan dan perhatikan apakah ada makanan atau bubur.
efek samping berat : - Apabila sakit sendi, minum obat aspirin
- Gatal-gatal, bercak-bercak merah di - Apabila ada rasa terbakar dikaki, minum 100
kulit mg piridoksin sehari.
- Ketulian - Apabila urine berwarna oranye / merah, hal itu
- Pusing-pusing/pening, kehilangan normal, karena pengaruh obat.
66
67
keseimbangan/ imbung
- Kuning (kulit atau mata) Yakinkan pasien untuk melanjutkan
- Muntah-muntah yang berulang kali pengobatan. Apabila ada efek samping berat,
- Gangguan penglihatan hentikan obat TBC, dan segera rujuk ke dokter
Ingatkan pasien tentang pesan-pesan yang diperlukan
Apabila pasien belum membawa anggota Setiap anak usia dibawah 5 tahun yang tinggal
keluarga yang kontak untuk pemeriksaan serumah harus diperiksa gejala TBC. Anggota
keluarga lain yang mempunyai gejala TBC
harus diperiksa
Apabila pasien belum mengenal obat- Beri gambaran tentang jenis, warna dan jumlah
obat, atau ada perubahan paduan obat obat yang harus ditelan. Juga berapa kali harus
Apabila pasien merasa sudah baik menelan obat dan untuk berapa lama
Apabila pasien merencanakan untuk Walaupun merasa lebih baik, anda harus
bepergian atau pindah melanjutkan menelan obat selama waktu yang
ditentukan.
Apabila anda berencana untuk bepergian atau
pindah, beritahu petugas/PMO.
Akan diatur tentang kelangsungan pengobatan,
agar tidak ada dosis yang terlupa atau terlewat.
Apabila pasien terlewat 1 dosis obat Agar bisa sembuh, anda harus menelan obat
seluruhnya sesuai dengan ketentuan, selama
waktu pengobatan. Apabila anda tidak
melakukan hal itu, anda akan terus menularkan
TBC kepada orang lain.
Apabila pasien mengeluh tentang Menelan hanya sebagian obat, atau menelan
kelangsungan pengobatan obat tidak teratur, adalah berbahaya, dan
membuat penyakit menjadi sulit disembuhkan
Apabila waktunya untuk pemeriksaan dahak ulang
Jelaskan perlunya pemeriksaan dahak Kuman TBC tidak dapat dilihat dengan mata
biasa. Petugas laboratorium harus
memeriksanya dibawah microskop, untuk
melihat apakah masih ada kuman TBC, dan
menentukan apakah anda mengalami
67
68
perbaikan
Sesudah 2 dan atau 3 bulan
Apabila masih ada kuman dalam dahak , anda
membutuhkan pengobatan yang lebih lama
pada tahap awal.
Apabila tidak diketemukan lagi kuman, anda
siap untuk melanjutkan pengobatan ke tahap
Selama tahap lanjutan lanjutan.
68
69
69
70
70
71
71
72
PMO adalah petugas kesehatan atau kader kesehatan terlatih yang membantu
mengawasi pasien TBC Resistan Obat selama masa pengobatan hingga sembuh.
Peran PMO dalam pengobatan adalah:
Memastikan pasien menelan obat sesuai aturan sejak awal pengobatan sampai
sembuh, yaitu:
1) Membuat kesepakatan dengan pasien mengenai lokasi dan waktu menelan obat
.
2) PMO dan pasien harus menepati kesepakatan yang sudah dibuat.
3) Pasien menelan obat dengan disaksikan oleh PMO.
4) Memberikan dukungan moral kepada pasien agar dapat menjalani pengobatan
secara lengkap dan teratur, yaitu:
Meyakinkan kepada pasien bahwa TBC RO bisa disembuhkan dengan
minum obat secara lengkap dan teratur.
Memotivasi pasien untuk tetap minum obatnya saat mulai bosan.
Mendengarkan setiap keluhan pasien, menghiburnya dan menumbuhkan
rasa percaya diri.
Menjelaskan manfaat bila pasien menyelesaikan pengobatan agar pasien
tidak putus berobat.
5) Mengingatkan pasien TBC atau TBC Resistan Obat datang ke Fasyankes untuk
mendapatkan obat dan periksa ulang dahak sesuai jadual, yaitu:
Mengingatkan pasien datang ke Fasyankes untuk mendapatkan obat
berdasarkan jadual pada kartu identitas pasien (TBC.02 atau TBC.02
MDR).
Memastikan bahwa pasien sudah mengambil obat.
Mengingatkan pasien jadual periksa ulang dahak berdasarkan yang tertera
pada kartu identitas pasien (TBC.02 atau TBC.02 MDR).
Memastikan bahwa pasien sudah melakukan periksa ulang dahak.
6) Menemukan dan mengenali gejala-gejala efek samping OAT dan menghubungi
Fasyankes
Menanyakan apakah pasien mengalami keluhan setelah menelan OAT.
Mendampingi pasien ke Fasyankes bila mengalami efek samping obat.
Menenangkan pasien bahwa keluhan yang dialami bisa ditangani.
7) Memberikan penyuluhan tentang TBC dan TBC RO kepada keluarga pasien atau
orang yang tinggal serumah, yaitu tentang:
72
73
TBC adalah penyakit menular, cara penularan TBC, gejala-gejala TBC dan
cara pencegahannya,
TBC disebabkan oleh kuman, tidak disebabkan oleh guna-guna atau
kutukan dan bukan penyakit keturunan,
TBC dapat terjadi karena pasien TBC tidak minum obat tuberkulosis secara
teratur,
TBC atau TBC-RO dapat disembuhkan dengan berobat lengkap dan
teratur,
Pengobatan diberikan dalam 2 tahap, yaitu: tahap awal dan lanjutan,
Obat TBC atau TBC-RO harus diminum sekaligus pada waktu yang sama
setiap harinya,
Tidak ada obat lain untuk mengobati TBC RO,
Pentingnya pengawasan agar pasien berobat secara lengkap dan teratur,
Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta
pertolongan ke Fasyankes.
8) Mengidentifikasi adanya kontak erat dengan pasien TBC Resistan Obat dan apa
yang harus dilakukan terhadap kontak erat tersebut.
4) Langkah-langkah memberikan informasi dan edukasi kepada pasien TBC RO
adalah :
a. Sampaikan kepada pasien informasi tentang definisi TBC RO dengan bahasa yang
sederhana sehingga dapat dimengerti pasien (Contoh pesan dapat dilihat pada
bagian informasi pada pasien terduga).
b. Sampaikan kepada pasien bahwa dari hasil pemeriksaannya ia positif mengidap
TBC RO (Contoh dapat dilihat pada bagian informasi pasien terduga).
5) Hal-hal yang perlu disampaikan kepada pasien TBC RO adalah :
a. Pernyataan kesediaan menjalani pengobatan (Informed Consent) atau
pernyataan menolak pengobatan (Inform refusal).
Sebelum menjalani pengobatan, petugas harus menyampaikan tentang pernyataan
kesediaan pasien untuk melakukan hal-hal yang berkaitan dengan pengobatan.
Jelaskan secara rinci isi dan manfaat serta konsekuensi dari pernyataan kesediaan
yang ditandatanganinya. Berikanlah kesempatan kepada pasien untuk menanyakan
hal-hal yang belum dimengerti.Untuk pasien yang tidak bersedia menjalani
pengobatan diharuskan menandatangani informed refusal/ surat pernyataan
menolak pengobatan dan diberikan penyuluhan mengenai konsekuensi dari
73
74
penolakannya. Penyuluhan pada kasus ini, juga diberikan kepada keluarga dan
lingkungan sekitar pasien.
Bagi pasien yang menyetujui menjalani pengobatan, pasien melakukan
pemeriksaan penunjang (pemeriksaan fisik, laboratorium, dan radiologi) dengan
beberapa persiapan seperti lama waktu pemeriksaan, persiapan puasa, dan lain-
lain.
b. Menjalani Pengobatan TBC RO
Terdapat perbedaan antara pengobatan TBC RO dengan TBC bukan RO. Setelah
memberitahukan kepada pasien hasil pemeriksaan laboratorium, maka ada
beberapa hal yang harus dijelaskan sebelum dimulai pengobatan. Petugas dapat
menyampaikan hal-hal sebagai berikut:
Tempat pengobatan.
Contoh:
“Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium, bapak/ibu harus menjalani
pengobatan TBC RO. Bapak/ibu dapat menjalani pengobatan di Rumah Sakit
atau Puskesmas yang ditunjuk dan dekat dengan tempat tinggal
Bapak/ibusehingga pengobatan dapat diselesaikan.”
Jenis dan cara menelan obat
Contoh:
“Obat TBC RO berbeda dengan obat TBC sebelumnya. Ada beberapa jenis obat
yang diberikan, yaitu: obat yang diminum dan obat yang disuntikkan”.
Apabila pasien mendapatkan paduan obat dengan PAS, maka jelaskan kepada
pasien bahwa obat harus diminum dengan cara dimasukkan ke dalam minuman
yang berasa asam dan langsung diminum. Hal ini agar penyerapan obat baik.
Minuman yang berasa asam ini, misalnya: jus jeruk, jus apel atau jus nanas.”
Lama Pengobatan TBC RO
Contoh:
“Obat diberikan berkisar 20 -24 bulan tergantung pada kemajuan yang dialami
bapak/ibu. Oleh karena itu harus diminum secara teratur Selama masih diberi
petunjuk dokter untuk berobat maka obat harus diminum sesuai dengan aturan”.
Efek samping obat TBC RO dan penanganannya
Contoh:
74
75
75
76
Pasien TBC Resistan Obat dapat disembuhkan dengan pengobatan yang benar.
Selama hasil pemeriksaan biakan masih menunjukkan hasil positif, maka pasien TBC
Resistan Obat tersebut masih dapat menularkan kepada orang lain di sekitarnya. Untuk
menghindari penularan yang terjadi maka pada lingkungan sekitar perlu diberikan
informasi tentang pencegahan pengendalian infeksi, yang bertujuan agar setiap orang
yang berhubungan dengan pasien dapat menjaga dirinya tanpa menyakiti perasaan
pasien. Masyarakat sekitar pasien dan petugas kesehatan diharapkan dapat berperan
aktif menyampaikan informasi dan memberi dukungan untuk kesembuhan.
Hal-hal yang perlu disampaikan kepada lingkungan sekitar pasien yaitu:
1) Pasien TBC Resistan Obat tidak perlu dikucilkan.
2) TBC Resistan Obat menular namun pencegahan penularan dapat dilakukan dengan
etika batuk dan menjalani pengobatan sedini mungkin.
3) Pasien TBC Resistan Obat membutuhkan dukungan psikologis dan sosial dalam
pergaulan sehari-hari untuk mendukung keberhasilan pengobatannya.
4) Kesembuhan pasien TBC Resistan Obat sangat penting untuk memutus rantai
penularan TBC Resistan Obat
5) Lamanya waktu pengobatan, beratnya efek samping yang ditimbulkan obat serta
dampak sosial yang diakibatkan dari TBC Resistan Obat, membuat pasien TBC
Resistan Obat sangat membutuhkan dukungan lingkungan sekitarnya.
Catatan :
Untuk menyampaikan informasi tentang penyakit TBC RO pasien tersebut
ke lingkungan tempat tinggal atau tempat kerja pasien, perlu mendapatkan
persetujuan tertulis pasien terlebih dahulu dan mempertimbangkan risiko
yang terjadi.
76
77
c. Pengobatan gagal
Pasien akan membutuhkan dukungan dan konseling keluarga untuk menghadapi
hasil pengobatan yang gagal.
Contoh:
“Bapak/Ibu telah berusaha dengan baik dan cukup keras selama pengobatan ini.
Sayangnya obat-obatan ini tidak berhasil mematikan kuman dalam tubuh bapak/ibu.
Kuman dalam tubuh bapak/ibu lebih kebal dan obat untuk jenis kuman ini belum
tersedia. Kami dapat membantu memberi pengobatan sesuai dengan keluhan
bapak/ibu. Namun kuman belum bisa disingkirkan”.
Contoh:
“Kuman yang lebih kebal juga dapat menular kepada orang lain di sekitar bapak/ibu
bila batuk dan bersin. Karena itu bapak/ibu harus menutup mulut/hidung pada saat
batuk/bersin, memakai masker sesering mungkin, jemurlah alat tidur dan buka
jendela rumah setiap pagi”.
77
78
78
79
Pokok Bahasan 4
D. Pencegahan Tuberkulosis pada Populasi Rentan dan Terapi Pencegahan pada
Orang dengan Infeksi Laten TBC (ILTBC)
Upaya untuk mencegah kesakitan atau sakit yang berat bagi populasi rentan dapat
dilakukan dengan memberikan kekebalan dapat berupa vaksinasi BCG dan pemberian
Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) pada orang dengan infeksi laten TBC.
79
80
supuratif dan pembentukan keloid lokal. Kebanyakan reaksi akan sembuh selama
beberapa bulan. Pada beberapa kasus dengan reaksi lokal persisten
dipertimbangkan untuk dilakukan rujukan. Begitu juga pada kasus dengan
imunodefisiensi mungkin memerlukan rujukan.
Limfadenitis BCG
Limfadenitis BCG merupakan komplikasi vaksinasi BCG yang paling sering. Definisi
limfadenitis BCG adalah pembengkakan kelenjar getah bening satu sisi setelah
vaksinasi BCG. Limfadenitis BCG dapat timbul 2 minggu sampai 24 bulan setelah
penyuntikan vaksin BCG (sering timbul 2-4 bulan setelah penyuntikan), terdapat 2
bentuk limfadenitis BCG, yaitu supuratif dan non supuratif. Tipe non supuratif dapat
hilang dalam beberapa minggu. Tipe supuratif ditandai adanya pembekakan disertai
kemerahan, edem kulit di atasnya, dan adanya fluktuasi. Kelenjar getah bening yang
terkena antara lain supraklavikula, servikal, dan aksila, dan biasanya hanya 1-2
kelenjar yang membesar.
Diagnosis ditegakkan bila terdapat pembesaran kelenjar getah bening sisi yang sama
dengan tempat penyuntikan vaksin BCG tanpa penyebab lain, tidak ada demam atau
gejala lain yang menunjukkan adenitis piogenik. Limfadinitis tuberkulosis sangat
jarang terjadi hanya di aksila saja. Pemeriksaan sitopatologi dari sediaan aspirasi
BCG limfadenitis tidak berbeda dengan limfadenitis tuberkulosis.
Limfadenitis BCG non-supuratif akan sembuh sendiri dan tidak membutuhkan
pengobatan. Pada limfadenitis BCG supuratif yang dilakukan aspirasi jarum
memberikan kesembuhan lebih tinggi (95% vs 68%) dan lebih cepat (6,7 vs 11,8
minggu) dari kontrol. Eksisi hanya dilakukan bila terapi aspirasi jarum gagal atau
pada limfadenitis BCG multinodular.
80
81
2) Penapisan ILTBC
Gambar. 1 Penapisan infeksi TBC pada orang dengan HIV/AIDS
Keterangan:
Kontra indikasi meliputi hepatitis akut atau
kronik, mengkonsumsi alkohol, memaliki gejala neuropati perifer. Riwayat TBC
dan sedang menajalani masa kehmilan bukan kontaindikasi pemberian TPT.
81
82
82
83
83
84
84
85
85
86
Keterangan:
Anak yang berkontak dengan pasien TBC RO sebaiknya dirujuk ke
spesialis anak untuk pemeriksaan lebih lanjut, sebagai berikut:
− Perlu memastikan tidak adanya TBC aktif sebelum pemberian TPT
− Jika kontak bergejala, langkah awal adalah pemeriksaan sputum
atau spesimen lain menggunakan TCM
− Jika terbukti sakit TBC, diberikan pengobatan TBC sesuai hasil
pemeriksaan uji kepekaan obat anak atau hasil uji kepekaan obat
kasus indeks
− Jika terbukti tidak sakit TBC, tindakan selanjutnya ditentukan oleh
dokter spesialis anak, bisa berupa observasi atau pemberian TPT
− TPT untuk anak idealnya berdasarkan resistensi OAT kasus
indeks. Paduan yang dapat diberikan adalah levofloxacin dan
etambutol selama 6 – 9 bulan.
− Durasi pengobatan harus berdasarkan judgement klinis yaitu
6/9/12 bulan
− Anak yang tidak bergejala baik yang mendapatkan maupun yang
tidak mendapatkan TPT harus diobservasi setiap bulan selama 2
tahun.
− Monitoring efek samping dan kepatuhan pengobatan sangat
penting
86
87
87
88
88
89
4) Selain 3HP paduan TPT jangka pendek juga bisa diberikan dengan
rifampisin setiap hari selama 4 bulan (4R)
Paduan 4R diberikan hingga 90 – 120 dosis selama 3 – 4 bulan.
Paduan ini memiliki efikasi yang sama dengan paduan
pengobatan pencegahan lainnya.
4R dapat diberikan sebanyak 10 mg/BB dengan dosis maksimal
600mg.
Efek samping yang dapat timbul karena penggunaan rifampisin
yaitu hepatotoksisitas, kemerahan, reaksi hipersensitivitas dan
perubahan warna pada cairan tubuh.
Paduan ini dapat diimplementasikan di wilayah dengan
transmisi rendah [6].
89
90
VIII. REFERENSI
90
91
IX. LAMPIRAN:
Pengobatan Pasien TBC Dengan Keadaan Khusus
Beberapa keadaan khusus tertentu dapat dialami oleh pasien setelah dan selama
mendapatkan pengobatan TBC, sehingga pasien perlu mendapatkan penanganan
yang spesifik sesuai dengan kondisinya dan pengobatan TBC nya tetap dapat
diteruskan sampai selesai. Beberapa kondisi tersebut antara lain adalah :
a. Pengobatan TBC pada ODHA
Tatalaksana pengobatan TBC pada ODHA adalah sama seperti pasien TBC
lainnya. Pada prinsipnya pengobatan TBC diberikan segera. Penting
diperhatikan dari pengobatan TBC pada ODHA adalah apakah pasien tersebut
sedang dalam pengobatan ARV atau tidak.
Prioritas utama bagi pasien TBC dengan HIV positif adalah segera
memberikan pengobatan OAT diikuti dengan pemberian Kotrimoksasol dan
ARV. Pengobatan ARV sebaiknya dimulai segera dalam waktu 8 minggu
pertama setelah dimulainya pengobatan TBC.
Paduan yang mengandung NVP hanya digunakan pada wanita usia subur
dengan pengobatan OAT (mengandung rifampisin) yang perlu dimulai ART
bila tidak ada alternatif lain.
Bila pasien sedang dalam pengobatan ARV, sebaiknya pengobatan TBC tidak
dimulai di fasilitas pelayanan kesehatan dasar (strata I), rujuk pasien tersebut
ke RS rujukan pengobatan ARV. Kerjasama yang erat dengan Faskes yang
memberikan pelayanan pengobatan ARV sangat diperlukan mengingat adanya
kemungkinan harus dilakukan penyesuaian ARV agar pengobatan dapat
berhasil dengan baik.
1) Pengobatan TBC pada ODHA dan inisiasi ART secara dini
a) Pengobatan ARV sebaiknya dimulai segera dalam waktu 2- 8 minggu
pertama setelah dimulainya pengobatan TBC dan dapat ditoleransi baik
.
b) Penting diperhatikan dari pengobatan TBC pada ODHA adalah apakah
pasien tersebut sedang dalam pengobatan ARV atau tidak. Bila pasien
sedang dalam pengobatan ARV,sebaiknya pengobatan TBC tidak
dimulai di fasilitas pelayanan kesehatan dasar (strata I), rujuk pasien
tersebut ke RS rujukan pengobatan ARV.
c) Apabila pasien TBC didapati HIV Positif, unit DOTS merujuk pasien ke
unit HIV atau RS rujukan ARV untuk mempersiapkan dimulainya
pengobatan ARV.
91
92
92
93
93
94
Pengobatan INH
• Menggunakan Isoniazid dosis 300 mg + Vitamin B6*
• Diberikan setiap hari selama 6 bulan (total 180 dosis).
* Vitamin B6 diberikan untuk mengurangi efek samping INH Dosis 25 mg per
hari atau 50 mg 2 hari sekali
Pemantauan INH
Dilakukan bersama dengan pemantauan paket pengobatan lain pada ODHA
untuk
memastikan agar pasien meminum obat secara teratur dan mengetahui efek
samping
secara dini.
Pemantauan dilakukan setiap kali ODHA berkunjung ke layanan HIV.
94
95
95
96
96
97
97
98
98
99
99
100
ROLEPLAY/BERMAIN PERAN:
Petunjuk RolePlay:
1.Peserta dibagi 5 kelompok masing masing 6 orang
2.Pembagian Peran: sebagai Dokter, Perawat/ Bidan, Orang Tua, Kader .
3.Kasus :
Dalam satu rumah yg dihuni 4 orang terdiri, Seorang Janda umur 57 tahun menderita
Tuberkulosis dalam pengobatan 1,5 bulan di Puskesmas Kranggan (dengan hasil
Laboratorim BTA 3 postif dan mempunyai kartu berobat TBC /01). Janda tersebut
satu rumah dengan anak perempuan nya yang sudah menikah mempunyai anak
perempuan umur 4 tahun tumbuh sehat lincah.
Role Play / BERMAIN PERAN
a. Masing masing kelompok mainkan perannya dalam hal
Investigasi Kontak TBC
Pengobatan Pencegahan PPINH utk Anak
b.Bagaiaman a Teknik Komunikasi Motivasi kepada semua keluarga yang mempunyai
Balita dan Anak < 14 tahun agar mau mendapat kan pengobatan pencegahan PPINH?
100