Anda di halaman 1dari 16

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan


bagian integral dari pelayanan kesehatan di rumah sakit, didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan, yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat,
baik sehat maupun sakit mencakup seluruh proses kehidupan manusia, baik secara
independen, dependen, dan atau interdependen dengan tenaga kesehatan lain sesuai
dengan kewenagannya. Praktik keperawatan yang dilakukan bersifat unik yaitu
konstan, berkesimanbungan, komunikatif dan advokatif. Keperawatan sebagai profesi
mempunyai body of knowledge, bersifat altruistic, memiliki standard dan etika profesi,
sehingga Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien harus
memperhatikan kaidah moral dan etik serta berdasarkan kompetensi yang sesuai
dengan standard sehingga masyarakat terlindungi dalam mendapatkan pelayanan dan
asuhan keperawatan yang bermutu. Sub Komite Kredensial dibawah Komite
Keperawatan mempunyai tugas dan fungsi menyiapkan pedoman dan standar dalam
upaya meningkatkan dan mempertahankan kopetensi tenaga keperawatan serta
melakukan telaah dan pembinaan terhadap kompetensi tenaga keperawatan.
Salah satu upaya untuk menjaga keselamatan pasien adalah dengan menjaga
standar dan kompetensi staf keperawatan yang akan berhadapan langsung dengan
pasien di rumah sakit, dimana pemberi asuhan keperawatan dilakukan oleh perawat
yang kompeten. Kompetensi keperawatan meliputi dua aspek, yaitu: (1) Kompetensi
profesi yang terdiri dari pengetahuan, ketrampilan dan perilaku professional, (2)
Kompetensi fisik dan mental. Assessment kompetensi profesi keperawatan yang
merupakan bagian dari penapisan kompetensi seorang perawat untuk menyadang gelar
pekerjaan professional. Penapisan ini diawali dengan pelaksanaan Assesmen
kompetensi yang dilakukan oleh profesi yang bersangkutan, dan dilanjutkan dengan
kegiatan registrasi, dimana perawat yang telah dinyatakan kompeten dicatat dan diberi
nomor dalam sistim registrasi rumah sakit dalam bentuk sertifikat, dan selanjutnya
diberikan lisensi untuk menjalankan peran atau praktek professional di RS Amanah
Umat Purworejo, sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No.
1796/Menkes/Per/VII/2011, pasal 2, yaitu: (1) Setiap tenaga kesehatan yang akan
menjalankan pekerjaannya wajib memiliki STR, (2) untuk memperoleh STR tenaga
kesehatan harus memiliki ijazah dan sertifikat kompetensi, (3) Ijazah dan sertifikat
diberikan kepada peserta setelah dinyatakan lulus ujian program pendidikan dan uji
kompetensi.
2

Kredensial Keperawatan merupakan verifikasi kembali keabsahan bukti


kompetensi seorang perawat dan menetapkan kewenangan klinis (clinical privilege)
untuk melakukan pelayanan keperawatan dalam lingkup spesialisasi atau sesuai level
Perawat Klinik (PK). Pemberian kewenangan klinik (clinical privilege) pada perawat
pemberi pelayanan asuhan keperawatan, hal ini mengacu kepada peraturan peundang-
undangan tentang rumah sakit dimana rumah sakit wajib menyusun dan melaksanakan
hospital bylaws, dimana rumah sakit wajib melakukan tata kelola klinik dengan baik
(good clinical govemanc ), hal ini dirumuskan dalam staf bylaw antara lain
kewenangan klinik (clinical privilege).

B. Tujuan pedoman
1. Tujuan Umum
Terciptanya pedoman kredensial tenaga keperawatan dengan memastikan
bahwa staf perawat yang akan melakukan pelayanan keperawatan secara kredibel
di RS Amanah Umat Purworejo.

2. Tujuan Khusus
Tersedianya staf perawat yang professional dan akuntabel dalam memberikan
pelayanan & asuhan keperawatan di RS Amanah Umat Purworejo.
Tersusunnya kewenangan klinik (clinical privilege) bagi setiap perawat yang
melakukan pelayanan keperawatan klinik sesuai level Perawat Klinik (PK) yang
ditetapkan di RS Amanah Umat Purworejo.
Terfasilitasinya informasi/data sebagai bahan dasar bagi direktur rumah
sakit untuk menerbitkan kewenangan klinik (clinical privilege) bagi setiap
perawat yang melakukan pelayanan keperawatan klinik sesuai level Perawat
Klinik (PK) yang ditetapkan di RS Amanah Umat Purworejo.
Terjaganya reputasi dan kredebilitas staf perawat dan institusi rumah sakit
dihadapan pasien dan pemangku kepentinggan

C. Ruang lingkup pedoman


Sistim Kredensial Keperawatan yang dimaksud dilakukan pada seluruh perawat
klinik di pelayanan RS Amanah Umat Purworejo. Perawat klinik adalah perawat yang
memberikan asuhan keperawatan langsung kepada pasien/ klien baik secara individu,
keluarga kelompok maupun masyarakat. Perawat Klinik (PK) tersebut terdiri dari: PK
1, PK 2, PK 3, PK 4, dan PK 5.
Tenaga perawat terdiri dari Perawat, Bidan, Perawat Gigi dan Perawat Anestesi
yang ditugaskan di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati atas keputusan Direktur RS
Amanah Umat Purworejo.
3

D. Dasar hukum
1. UU. No.36. Tahun 2009. Tentang kesehatan
2. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1796/Menkes/Per/VII/2011, tentang Kesehatan
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. HK.02.04/1/2767/11 tentang Peraturan
internal (Hospital Bylaws) RSUP Fatmawati
4. Departemen Kesehatan Standar Asuhan Keperawatan tahun 2001
5. Standar Profesi dan Kode Etik Perawat Indonesia PPNI Jakarta 2010
4

BAB II

KREDENSIAL KEPERAWATAN

A. Pengertian

1. Kredensial keperawatan merupakan proses untuk menentukan dan mempertahankan


kompetensi staf keperawatan. Proses kredensial merupakan salah satu cara profesi
keperawatan dalam mempertahankan standar praktik dan akuntabilitas. Kredensial
meliputi pemberian izin praktik (lisensi), registrasi (pendaftaran), pemberian
sertifikat (sertifikasi) dan akreditasi ( Kozier Erb, 1990). Kredensial terbagi menjadi
2 sistem, yaitu: Kredensial dan Rekredensial
2. Perawat adalah tenaga kesehatan professional yang menduduki porsi terbanyak
dalam pelayanan, dan mempunyai konstribusi tinggi dalam sistim pelayanan
kesehatan di rumah sakit, namun potensi konstribusi dalam pemberian pelayanan
kesehatan tersebut masih ditemukan kendala-kendala, salah satunya adalah jenis dan
kompetensi perawat yang belum sesuai dengan harapan pelanggan (masyarakat)
untuk itu dalam menjalankan pekerjaan klinis memerlukan kerangka kompetensi,
agar perawat mampu menjalankan asuhan keperawatan secara aman, efektif dan
efesien; selalu berpenampilan secara professional, etis, sesuai aturan hukum, dan
menghargai budaya setempat, serta mampu melakukan pengembangan
profesionalisme agar dapat menjalankan peran profesi sesuai perkembangan terkini.
3. Kompetensi
Kompetensi secara umum diartikan sebagai kemampuan untuk menjalankan
pekerjaan secara baik dan benar sesuai standard, dan harapan masyarakat (Undang-
undang No.20 tahun 2003). Kompetensi mempunyai unsur gabungan antara
ketrampilan (skill), atribut personal, dan pengetahuan (knowledge), yang tercermin
melalui perilaku kinerja (job behavior) yang dapat diamati, diukur dan dievaluasi.
Kompetensi juga mempersyaratkan kemampuan pengambilan keputusan dan
penampilan dalam melakukan praktik pelayanan secara aman dan etis.
4. Kredensial
Perawat baru yang akan bekerja dalam tatanan pelayanan keperawatan klinik ,
walaupun telah mendapatkan sertifikasi kompetensi keperawatan yang
bersangkutan, rumah sakit wajib melakukan verifikasi kembali keabsahan bukti
kompetensi seseorang dan menetapkan kewenangan klinis untuk melakukan
pelayanan keperawatan dalam lingkup spesialisasi tersebut, hal ini dikenal dengan
istilah Kredensial.
Proses kredensial dilakukan dikarenakan, banyak faktor yang mempengaruhi
kompetensi setelah seseorang mendapatkan sertifikat kompetensi dari
kolegium/yang berwenang, perkembangan ilmu sangat pesat dibidang keperawatan
untuk suatu pelayanan keperawatan tertentu, hal ini dapat
5

mempengaruhi kompetensi yang diperoleh saat menerima sertifikat atau kompetensi


dinyatakan kedaluarsa, dan beresiko tindakan yang diberikan tidak aman bagi
pasien, disamping itu lingkup suatu cabang ilmu keperawatan tertentu senantiasa
berkembang dari waktu ke waktu sehingga suatu tindakan yang semula tidak
diajarkan pada masa pendidikan periode tertentu, dapat saja belakangan diajarkan
pada periode selanjutnya, dan dianggap merupakan suatu kemampuan yang standar.
Hal ini mengakibatkan bahwa sekelompok staf keperawatan yang menyandang
sertifikat kompetensi tertentu dapat saja memiliki lingkup kompetensi yang
berbeda-beda.
Setelah seorang staf keperawatan dinyatakan kompeten melalui suatu proses
kredensial, rumah sakit menerbitkan suatu izin bagi yang bersangkutan untuk
melakukan serangkaian pelayanan keperawatan tertentu dirumah sakit tersebut, hal
ini dikenal sebagai kewenangan klini (clinical privilege) . Tanpa adanya kewenangan
klinis (clinical privilege) tersebut seorang staf keperawatan tidak diperkenankan untuk
melakukan pelayanan keperawatan di rumah sakit. Luasnya lingkup kewenangan
klinis (clinical privilege) seseorang perawat/perawat spesialis dapat saja berbeda
dengan koleganya dalam spesialisasi yang sama, tergantung pada ketetapan komite
keperawatan tentang kompetensi untuk melakukan tiap pelayanan keperawatan oleh
yang bersangkutan berdasarkan hasil proses kredensial.
5. Rekredensial
Proses rekredensial harus dilalui pada staf keperawatan yang telah berakhirnya
kewenangan klinis .Kewenangan klinis akan berakhir bila surat penugasan klinik
habis masa berlakunya atau dicabut oleh direktur rumah sakit. Surat penugasan
klinis untuk setiap staf keperawatan memiliki masa berlaku periode 3(tiga) tahun.
Pada akhir masa berlakunya surat penugasan tersebut rumah sakit harus melakukan
rekredensial terhadap staf keperawatan yang bersangkutan.

6. Pengkajian kredensial meliputi elemen:


Kompetensi: berbagai area kompetensi keperawatan sesuai standar kompetensi
PPNI, kognitif, afektif, psikomotor,kompetensi fisik, kompetensi mental/perilaku,
perilaku etis. Kewenangan klinis yang diberikan mencakup derajat kompetensi dan
cakupan praktik. Daftar rincian kewenangan klinis diperoleh dengan:
 Menyusun daftar kewenangan klinis dilakukan dengan meminta masukan dari
setiap Kelompok Perawat Klinik (KPK).

 Mengkaji kewenangan klinis bagi Pemohon dengan menggunakan daftar rincian


kewenangan klinis.
6

 Mengkaji ulang daftar rincian kewenangan klinis bagi staf keperawatan


dilakukan secara periodic

 Rekomendasi pemberian kewenangan klinis dilakukan oleh komite keperawatan


berdasarkan masukan dari subkomite kredensial

 Subkomite kredensial melakukan rekredensial bagi setiap staf keperawatan


yang mengajukan permohonan pada saat berakhirnya masa berlaku surat
penugasan klinis dengan rekomendasi berupa:
Kewenangan klinis yang bersangkutan dilanjutkan
Kewenangan klinis yang bersangkutan ditambah
Kewenangan klinis yang bersangkutan dikurangi
Kewenangan klinis yang bersangkutan dibekukan untuk waktu tertentu
Kewenangan klinis yang bersangkutan diubah/dimodifikasi
Kewenangan klinis yang bersangkutan diakhir
Bagi staf keperawatan yang ingin memulihkan kewenangan klinis yang dikurangi
atau menambah kewenangan klinis yang dimiliki dapat mengajukan permohonan
kepada komite keperawatan melalui direktur rumah sakit. Selanjutnya, komite
keperawatan menyelenggarakan pembinaan profesi antara lain melalui mekanisme
pendampingan.
7. Assesmen Kompetensi
Merupakan proses penilaian terhadap kompetensi perawat yang bekerja
dilingkungan RSUP Fatmawati, assesmen ini dilaksanakan oleh Komite
Keperawatan bersama tim Asesor RSUP Fatmawati untuk melakukan penilaian.
Hasil assesmen kompetensi akan merekomendasikan perawat berada pada level
Perawat Klinik (PK) sesuai dengan tingkat kompetensi yang dicapai serta
persyaratan administrasi yang telah ditetapkan. Perawat Klinik (PK) merupakan
sistim jenjang karir perawat klinik untuk meningkatkan kinerja dan profesionalisme,
yang berada dalam tatanan perawatan langsung kepada pasien terdiri dari PK 1, PK
2, PK 3, PK 4, dan PK 5.
Kompetensi minimal yang akan diasses berfokus pada tugas pokok perawat.
Sehingga pertanyaan dan kasus yang diberikan mengacu pada peran dan tanggung
jawab perawat baik melalui uji tulis maupun ketrampilan. Melalui assesmen ini
seorang asesor akan memastikan bahwa seorang perawat telah menujukan
kompetensi yang dipersyaratkan. Assesmen kompetensi ini terdiri dari
18 (delapan belas) unit kompetensi, 14(empat belas) merupakan Core Competency
SKKNI ditambah 4(empat) kompetensi yang dianggap penting.
7

Kompetensi tersebut, adalah:

 Melakukan komunikasi interpersonal dalam melaksanakan tindakan keperawatan

 Menerapkan prinsip etika etiket dalam keperawatan

 Menerapkan prinsip infeksi nosokomial

 Merumuskan rencana asuhan keperawatan dengan melibatkan paien/klien


dan/atau pemberi asuhan/pelayanan(Career)

 Membuat prioritas asuhan dengan melibatkan pasien.klien dan/atau pemberi


asuhan

 Mendokumentasikan rencana asuhan

 Berpartisipasi dalam peningkatan mutu dan prosedur penjamin mutu

 Mengukur tanda-tanda vital

 Mengevaluasi efektifitas tindakan/langkah-langkah pencegahan terhadap


klien/pasien

 Mefasilitasi pemenuhan kebutuhan O2

 Mefasilitasi pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit

 Melakukan perawatan luka

 Memberikan obat secara aman dan tepat

 Mengelola pemberian darah dan produk darah

 Mempersiapkan kepulangan pasien

 Melakukan pengkajian sistimatis

 Mempersiapkan pre Operasi

 Adminision Care

8. Proposi soal berdasar domain kompetesi


PK 1 PK2 PK3
Materi
% % %

Komunikasi terapeutik 10 8 6

Kode etik keperawatan 10 8 6

Mutu keperawatn 8 6
10

Infeksi nasokomial 10 8 6

Dokumentasi keperawatn 10 8 6

Klinik 50 60 70

100 100 100


Jumlah Soal
8

9. Kewenangan Klinik
Kriteria yang harus dipertimbangkan dalam memberikan rekomendasi kewenangan
klinis:
 Pendidikan: lulus dari sekolah keperawatan yang terakreditasi.
 Perizinan (lisens), syarat:
 Memiliki surat tanda registrasi yang sesuai dengan bidang profesi
 Memiliki izin praktek dari dinas kesehatan setempat yang masih berlaku.
 Kegiatan penjagaan mutu profesi:
 Menjadi anggota organisasi yang melakukan penilaian kompetensi bagi
anggotanya.
 Berpartisipasi aktif dalam proses kegiatan mutu klinis keperawatan, misal CNE,
Ronde keperawatan, Jurnareading, dll.

Kualifikasi Personal:
 Riwayat disiplin dan etik profesi
 Keanggotaan dalam perhimpunan profesi yang diakui
 Keadaan sehat jasmani dan mental, termasuk tidak terlibat penggunaan obat
terlarang dan alkohol, yang dapat mempengaruhi kualitas pelayanan terhadap
pasien.
Pengalaman dibidang keprofesian
Riwayat tuntutan keperawatan atau klaim oleh pasien selama menjalankan profesi
10. Pemberian Kewenangan Klinik

Direktur rumah sakit menetapkan berbagai kebijakan dan prosedur bagi staf
perawat untuk memperoleh kewenangan klinis dengan berpedoman pada peraturan
internal rumah sakit, selain direktur rumah sakit bertanggung jawab atas tersedianya
berbagai sumber daya yang dibutuhkan agar kegiatan ini dapat terselenggara.Untuk
melaksanakan kredensial dibutuhkan beberapa instrumen, antaralain daftar rincian
kewenangan klinis untuk tiap perawat,
Kewenangan klinis akan berakhir bila surat penugasan klinis / habis masa
berlakunya atau dicabut oleh direktur rumah sakit. Pada akhirmasa berlakunya
9

surat penugasan tersebut rumah sakit harusmelakukan rekredensial terhadap staf


perawat yang bersangkutan.
Pencabutan, perubahan/modifikasi, dan pemberian kembali kewenangan klinis.
Pertimbangan pencabutan kewenangan klinis tertentu dilakukan oleh direktur rumah
sakit didasarkan pada kinerja individu, misalnya staf perawat yang bersangkutan
terganggu kesehatannya, baik fisik maupun mental. Pencabutan kewenangan klinis
juga dapat dilakukan bila terjadi kecelakaan kerja yang mengakibatkan kerugian
fatal bagi pasien dan atau rumah sakit yang diduga karena kelalaian kompetensi atau
karena tindakan disiplin dari perawat yang bersangkutan. Kewenangan klinis yang
telah dicabut tersebut dapat diberikan kembali bila staf perawat tersebut dianggap
telah pulih kompetensinya. Dalam hal pencabutan kewenangan klinik perawat
komite keperawatan akan meminta sub kredensial, sub mutu, sub etik untuk
melakukan berbagai upaya pembinaan agar kompetensi yang bersangkutan dapat
baik kembali. Pengembalian kewenangan klinik keperawatan yang telah dicabut,
dilakukan oleh Komite Keperawatan setelah melakukan pembinaan dan menyatakan
perawat yang bersangkutan telah melakukan perbaikan, dengan merekomendasikan
kepada direktur rumah sakit untuk pemberian kembali kewenanggan klinik.
11. Pencabutan, perubahan/modifikasi, dan pemberian kembali kewenangan klinis.
Pertimbangan pencabutan kewenangan klinis tertentu oleh direktur rumah sakit
didasarkan pada kinerja individu dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien, misalnya staf keperawatan yang bersangkutan terganggu kesehatannya, baik
fisik maupun mental, pencabutan kewenangan klinis juga dapat dilakukan bila
terjadi kecelakaan pada saat staf keperawatan memberikan asuhan keperawatan
yang diduga karena inkompetensi atau karena ketidak disiplinan dari yang
bersangkutan sehingga membahayakan pasien. Kewenangan klinis yang dicabut
tersebut dapat diberikan kembali bila staf keperawatan tersebut dianggap telah pulih
kompetensinya.
Pada staf keperawatan yang kewenangan klinis tertentu diakhiri, komite
keperawatan akan meminta subkomite mutu profesi untuk melakukan berbagai
upaya pembinaan agar kompetensi yang bersangkutan pulih kembali. Komite
keperawatan dapat merekomendasikan kepada direktur rumah sakit untuk
pemberian kembali kewenangan klinis tertentu setelah staf keperawatan tersebut
melalui proses pembinaan.

Komite keperawatan melalui sub komite kredesial sesuai peran dan fungsinya
dalam mempertahankan kompetensi staf keperawatan akan melaksanakan assesmen
kompetensi.
10

A. Pengorganisasian

1. Direktur Utama RS Amanah Umat Purworejo / Pimpinan Rumah Sakit menetapkan


kebijakan Kredensial Keperawatan di RS Amanah Umat Purworejo.
2. Pimpinan rumah sakit mengesahkan pedoman Kredensial Keperawatan, dan
meminta laporan pelaksanaan kredensial.
3. Komite Keperawatan membuat sistim dan prosedur Kredensial Keperawatan, dan
melakukan pelaksanaan kredensial.
4. Bidang pelayanan keperawatan merekomendasikan perawat untuk mengikuti
assesmen kompetensi
5. Supervisor Keperawatan melakukan supervisi dan pembinaan terhadap
pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan oleh perawat klinik.
6. Perawat klinik memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan.
11

BAB III
ISI PEDOMAN

A. Tatalaksana
Mekanisme kredensial dan rekredensial keperawatan merupakan tanggung jawab
komite keperawatan yang dilaksanakan oleh subkomite kredensial. Proses kredensial
tersebut dilaksanakan secara adil, obyektif, dan terbuka, sesuai dengan prosedur, serta
terdokumentasi. Proses kredensial dan rekredensial yang dilakukan oleh sub komite
kredensial dengan melakukan serangkaian kegiatan,
I. Tahapan Kredensial dan Rekredensial Keperawatan:

Direktur Utama Rumah Sakit menetapkan berbagai kebijakan dan prosedur bagi
staf keperawatan untuk memperoleh kewenangan klinis. Direktur rumah sakit
bertanggung jawab atas tersedianya berbagai sumber daya yang dibutuhkan agar
kegiatan ini dapat terselenggara.Pelaksanaan kredensial dan rekredensial
dibutuhkan beberapa instrumen, antara lain daftar rincian kewenangan klinis untuk
setiap kompetensi keperawatan.

II. Kegiatan asesmen kompetensi:

1. Pengisian formulir permohonan untuk dilakukan assesmen kompetensi


kepada Kepala Bidang pelayanan Keperawatan oleh peserta assesmen
kompetensi.
2. Persetujusn Kepala Ruangan untuk permohonan pelaksanaan assesmen
kompetensi
3. Penyampaian permohonan assesmen kompetensi kepada kepada Kepala
Bidang pelayanan Keperawatan dengan melampirkan foto copi berkas:
Ijazah yang sesuai dengan data base.

Daftar riwayat hidup

Surat Keputusan terakhir (SK terakhir)

Sertifikat penetapan perawat klinik, jika ada.

Sertifikat pelatihan sesuai dengan area klinik.

4. Penyelesaian dan validasi berkas permohonan untuk assesmen kompetensi


oleh Bidang Pelayanan Keperawatan.
5. Penetapan resertifikasi atau peningkatan jenjang karir oleh Bidang Pelayanan
Keperawatan
6. Pengusulan assesmen kompetensi oleh kepala Bidang Pelayanan Keperawatan
kepada Ketua Komite Keperawatan
7. Penilaian usulan dan berkas peserta assesmen kompetensi oleh tim assesmen
kompetensi
12

8. Penetapan metode assesmen kompetensi

 Uji tulis, porto folio, uji ketrampilan dilaksanakan pada Perawat Klinik(PK)
level I & II.
 Uji ketrampilan terdiri dari 10 jenis tindakan. (Jenis tindakan ditentukan
oleh tim assesmen).
Masing-masing tindakan dilakukan sebanyak 5 kali, 2 kali disupervisi oleh PK
diatasnya (yang dianggap cakap dan ditunjuk oleh tim assesmen), 2 kali oleh
Wakaru/Penyelia, 1 kali oleh Kepala Ruangan.
Kecuali mengukur tanda-tanda vital dilakukan sebanyak 10 kali, supervisi
oleh PK diatasnya 4 kali, supervisi oleh Wakaru 4 kali, supervisi oleh Kepala
ruangan 2 kali.
Supervisi oleh asesor dengan menyelesaikan 1 jenis tindakan dari 10 tindakan
yang telah ditetapkan
 Uji tulis dan uji kasus dilaksanakan pada Perawat Klinik (PK) level III. IV,
dan V
9. Penjadwalan dan penujukan asesor untuk pelaksanaan assesmen
kompetensi oleh Ka Tim Assesmen Kompetensi
10. Pelaksanaan assesmen kompetensi oleh Tim assesmen kompetensi

 Pembahasan hasil oleh Tim assesmen kompetensi

 Pernyataan kompeten

 Pernyataan belum kompeten

 Pemberian informasi untuk assesmen ulang oleh tim assesmen


paling lambat 2 minggu

 Menandatangani pernyataan bersedia/tidak untuk assesmen ulang


11. Pelaporan hasil assesmen kompetensi oleh asesor kepada ketua Tim assesmen
kompetensi
12. Pelaporan hasil assesmen kompetensi oleh ketua Tim assesmen kompetensi
kepada Ka. Komite Keperawatan
13. Pengusulan penetapan level Perawat Klinik sesuai hasil asesmen
kompetensi kepada Direktur Utama oleh ka komite Keperawatan.
14. Persetujuan penetapan level Perawat Klinik sesuai hasil assesmen
kompetensi oleh Direktur Utama
15. Pemberian sertifikat jenjang karir (level Perawat Klinik), sesuai dengan SK
Direktur Utama
16. Pelaporan hasil penetapan level Perawat Klinik oleh ka komite Keperawatan
kepada Kepala Bidang Pelayanan Keperawatan.
17. Pengusulan penyesuain remunerasi oleh Kepala Bidang Pelayanan
Keperawatan kepada kepala bidang SDM.
13

18. Pembinaan, monitoring dan evaluasi terhadap kompetensi


SDM Keperawatan oleh supervisor keperawatan.
19. Pengusulan kembali untuk pelaksanaan assesmen kompetensi sesuai dengan
masa berlaku sertifikat kompetensi
III. Pemberian kewenangan klinis melalui tahapan sebagai berikut:
1. Staf keperawatan mengajukan permohonan kewenangan klinis kepada Direktur
Utama melalui Ketua Komitye Keperawatan dengan mengisi formulir daftar
rincian kewenangan klinis yang telah disediakan rumah sakit dengan dilengkapi
bahan-bahan pendukung.
2. Kajian terhadap formulir daftar rincian kewenangan klinis yang telah diisi oleh
pemohon dilakukan kajian oleh subkomite kredensial dapat membentuk panel
atau panitia ad-hoc dengan melibatkan mitra Kelompok Perawat Klinik(KPK)
dari disiplin yang sesuai dengan kewenangan klinis yang diminta .
3. Subkomite kredensial melakukan seleksi terhadap anggota panel atau panitia
ad-hoc dengan mempertimbangkan reputasi, adanya konflik kepentingan,
bidang disiplin, dan kompetensi yang bersangkutan.
4. Berkas permohonan staf keperawatan yang telah lengkap disampaikan oleh
direktur rumah sakit kepada komite keperawatan.
B. Dokumentasi
Dokumentasi, adalah sesuatu yang tertulis , tercetak atau terekam yang dapat
dipakai sebagai bukti atau keterangan, dan mempunyai nilai hukum yang kuat,
sehingga dapat digunakan sebagai sumber keterangan, sumber penyelidikan/ penelitian
ilmiah, dan sebagai alat bukti keabsahan suatu keterangan.
Pendokumentasian kredensial keperawatan adalah suatu kegiatan pemberian
atau pengumpulan bukti-bukti dan keterangan pengelolaan kegiatan kredensial
keperawatan , sebagai suatu bahan untuk refleksi kegiatan yang berfungsi sebagai alat
evaluasi atau refleksi dari perencanaan sampai implementasi kegiatan kredensial
keperawatan di RS Amanah Umat Purworejo.
Dokumentasi kegiatan kredensial keperawatan di RS Amanah Umat Purworejo:

1. Usulan perawat yang akan mengikuti assesmen kompetensi yang disampaikan oleh
Kepala Bidang Pelayanan Keperawatan RSUP Fatmawati kepada Ketua Komite
Keperawatan
2. Kegiatan pengisian log book oleh asesi PK 1 dan PK 2

3. Nilai uji kasus untuk PK 3

4. Hasil inovasi Perawat Klinik (PK) 4, dan PK 5 yang telah disidangkan dan
dinyatakan kompeten
Bukti kegiatan dan prasarat perawat telah mengikuti asesmen kompetensi dan telah
dinyatakan kompeten di simpan pada fail masing-masing perawat
14

BAB IV
MONITORING DAN EVALUASI

Pelaksanaan hasil kredensial keperawatan dilakukan monitoring terhadap konsistensi


pelaksanaan serta dilakukan evaluasi terhadap keberhasilan pelayanan keperawatan.
Monitoring dan evaluasi staf perawat paska kredensial dilakukan oleh supervisor, baik secara
langsung maupun tidak langsung, Supervisi langsung dapat dilakukan dengan cara
mengamati perawat paska mengikuti asesmen kompetensi saat melakukan berbagai tindakan
keperawatan dalam pemberian asuhan keperawatan, sedangkan supervisi tidak langsung
dilakukan dengan melihat pendokumentasian rekam medik pasien.
A. Metoda
Metode yang digunakan adalah: metode observasi, wawancara, diskusi. Model yang
dipergunakan adalah:
1. Model ilmiah dimana dalam mensupervisi mengacu kepada prosedur yang ada, data
yang didapat riil, ada upaya perbaikan dan umpan balik hasil
2. Model klinis dimana supervisor memsuport perawat untuk mempertahankan
kompetensi sebagai perawat.
B. Alat Monev
Alat dalam melakukan monitor evaluasi mengunakan, instrument pelaksanaan protap
tindakan keperawatan
15

BAB V
PENUTUP

Standarisasi kompetensi perawat merupakan peran dari Komite Keperawatan agar


perawat dapat memberikan pelayanan asuhan keperawatan dengan aman dan efektif pada
pelangan yaitu pasien dan keluarga serta masyarakat sekitar, sehingga tercapainya peningkatan
mutu pelayanan kesehatan di RS Amanah Umat Purworejo. Kegiatan peningkatan mutu
pelayanan keperawatan di rumah sakit salah satunya adalah dengan melakukan mekanisme
penapisan dengan melakukan kredensial, sebagai salah satu control kwalitas kompetensi
perawat yang bekerja di RS Amanah Umat Purworejo.
Penetapan sistim ini akan optimal, bila pimpinan menfasilitasi dan mendukung
pengembangan SDM Keperawatan dalam pelaksanaan kredensial, pelaksanaan pedoman, dan
Protap kegiatan dengan sebaik-baiknya.
Buku pedoman ini diharapkan dapat sebagai pegangan dalam pelaksanaan kredensial
keperawatan di RS Amanah Umat Purworejo.
16

Anda mungkin juga menyukai