Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 2 BAHAN KONSTRUKSI – KELAS F

Nama kelompok :
Wilson Sonjaya / 2016620028
Andreas Adi / 2016620050
Tanya Marcella / 2016620084
Patricia Judith / 2016620098
Giovani Anggasta / 2017620058

1. Kurva Stress-Strain untuk Mild Steel

- Pada titik 0 – P adalah batas elastis, ketika beban dihilangkan maka bentuk benda akan kembali
seperti semula.
- Pada titik P – E adalah titik dimana beberapa keadaan plastic akan dihasilkan.
- Titik Yu adalah titik luluh atas, sedangkan titik YL adalah titik luluh bawah.
- Titik E – B adalah batas plastis.
Jika pada bahan mild steel ini diberikan tekanan sampai melewati titik P, maka keadaan plastis akan
tercapai. Pada titik stress, perubahan bentuk akan terjadi secara mendadak tanpa adanya peningkatan
beban, contohnya dapat terjadi pada logam BCC atau FCC karena strukturnya yang elastis dan kemudian
akan membentuk interstitial solid solution. Interaksi antar dislokasi dan atom akan menyebabkan mild
steel mengalami titik luluh atas lalu titik luluh bawah yang menyebabkan perubahan bentuk secara
mendadak.

2) a. Tidak setuju. Sifat platis/plastisitas adalah kemampuan suatu bahan untuk terdeformasi secara
permanan tanpa patah saat diberikan sedikit tekanan. Jika dilihat dari kurva stress-strain, pure Aluminium
Annealed adalah bahan paling plastis karena dia terdeformasi dan mengalami strain yang lama saat
diberikan sedikit tekanan. Sedangkan cast iron diberi sedikit tekanan sudah brittle.
b. Aluminium Alloy. Toughness adalah kemampuan suatu material untuk mengabsorpsi energi hingga
patah. Dilihat dari kurva stress-strain, material toughness adalah luas di bawah kurvanya yang paling
besar, karena salah satu syarat toughness adalah ductile (akan mengalami deformasi akibat banyak energi
sehingga stress dan strain tinggi dan daerah di bawah kurva semakin besar). Jadi di pilih aluminium alloy
yang luas dibawah kurva nya paling besar.
c. Tidak setuju. Creeping adalah suatu deformasi plastik dimana beban diberi tekanan terus menerus
secara konstan (pada suhu tinggi) dan tergantung waktu. Sehingga bahan yang di beri beban terus
menerus harus bersifat ductile, sehingga tidak mudah patah. Karena ductile adalah syarat dari toughness,
maka dari kurva, dilihat yang luas daerah di bawah kurva besar. Luas di bawah kurva dari bahan mild
steel lebih besar dari bahan cast iron. Maka dari itu mild steel dipilih untuk mengatasi fenomena creeping.

a. Jenis material yang memiliki persentase pengurangan luas terbesar adalah material D karena
material D memiliki nilai yield strength dan tensile strength terbesar, di mana material D akan
kehilangan sifat elastis pada tegangan minimum terbesar di antara material lain. Selain itu,
material D juga memiliki nilai tegangan maksimum terbesar di antara material lain sebelum
material tersebut akan patah.
b. Jenis material yang paling kuat yaitu material D, di mana material D memiliki nilai fracture
strength tertinggi di antara material lain. Nilai fracture strength akan tercatat ketika suatu
material diuji dengan diberi tegangan sebelum material tersebut patah. Apabila material lain
diberikan tegangan yang sama dengan material D, maka material lain akan patah sebelum
material D patah dengan tegangan yang sama
c. Jenis material yang paling kaku yaitu material B, karena elastic modulus berpengaruh pada
kelenturan suatu material.

5. Faktor yang mempengaruhi Fatigue adalah :


a. Faktor kelembaban lingkungan
Faktor ini sangat mempengaruhi lelah seperti yang telah diteliti Haftirman (1995) bahwa pada
kelembaban relatif 70% sampai 80%. Lingkungan kelembaban tinggi dapat membentuk pit korosi
dan retak pada permukaan spesimen yang menyebabkan kegagalan lebih cepat terjadi
b. Tipe pembebanan
Faktor ini sangat mempengaruhi kekuatan lelah seperti yang telah diteliti oleh Ogawa (1989) baja
S45S yang diberikan tipe pembebanan lentur putar dan pembebanan aksial mempunyai kekuatan
lelah yang sangat berbeda, baja S45S dengan pembebanan aksial mempunyai kekuatan lelah lebih
rendah dari baja yang menerima pembebanan lentur putar

c. Faktor putaran
Berdasarkan Iwamoto (1989) putaran dengan rentang antara 750 rpm sampai 1500 rpm
mempunyai kekuatan lelah yang hampir sama tetapi apabila putaran 50 rpm menurunkan
kekuatan lelah jauh lebih besar dari putaran 750 rpm dan 1500 rpm, sehingga putaran yang berada
diantara 750 rpm sampai 1500 rpm tidak mempengaruhi kekuatan lelah dengan signifikan

d. Faktor suhu
Faktor suhu sangat mempengaruhi kekuatan lelah karena suhu menaikkan konduktifitas elektrolit
lingkungan sehingga mempercepat oksidasi. Untuk mengkondisikan pengujian standar terhadap
suhu, pengujian dilakukan pada temperatur kamar. Menurut Haftirman (1995) bahwa pada
pengujian di suhu 40oC retakan pada spesimen memanjang dari pada pengujian di suhu 20oC
dengan retakan yang halus, karena suhu yang tinggi molekul air mengecil di permukaan baja
sehingga mempercepat terjadinya reaksi oksidasi dan membuat jumlah pit korosi jauh lebih besar,
akibat pit korosi cepat bergabung membentuk retakan yang memanjang. Dieter (1986)
mengemukakan secara umum kekuatan lelah baja akan turun dengan bertambahnya suhu diatas
suhu kamar kecuali baja lunak dan kekuatan lelah akan bertambahnya besar apabila suhu turun

e. Faktor tegangan sisa


Faktor tegangan sisa dapat timbul pada saat pembuatan spesiman direduksi dengan cara
melakukan pemakanan pahat sehalus mungkin terhadap spesimen sehingga pemakanan pahat
tidak menimbulkan tegangan sisa maupun tegangan lentur pada spesimen

f. Faktor komposisi kimia


Pengaruh faktor komposisi kimia terhadap kekuatan lelah diharapkan sama untuk seluruh
spesimen uji dengan pemilihan bahan yang diproduksi dalam satu kali proses pembuatan,
sehingga didapat kondisi pengujian yang standar untuk seluruh spesimen uji

Anda mungkin juga menyukai