Anda di halaman 1dari 29

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Biografi Adiwarman Azwar Karim

1. Sejarah keluarga

Adiwarman Karim lahir pada 29 Juni 1963 di Jakarta. Orang

tuanya adalah perantau Minangkabau yang berasal

dari Padang, Sumatera Barat. Ia lahir dan dibesarkan dalam empat

bersaudara. Semuanya laki-laki dan sarjana hukum, kecuali ia sendiri

yang memilih menjadi sarjana ekonomi. Sejak kecil ia sudah

dikenalkan dengan pendidikan agama. Ayahnya pada mulanya adalah

seorang jaksa, tapi mengundurkan diri dan lebih memilih menjadi

pengacara. Ayahnya merupakan pendiri firma hukum Karim Syah.

Pada tahun 1985, ayahnya meninggal akibat kanker yang dideritanya.1

2. Riwayat Pendidikan

Nama lengkap dan gelarnya adalah Ir.H.Adiwarman Azwar

Karim, S.E., M.B.A.,M.A.E.P., lahir di Jakarta pada 29 Juni 1963.

dari pasangan Azwar Karim (almarhum) dan Ida yang lahir di Jakarta

pada 29 Juni 1963. Adiwarman atau Adi (nama panggilan) merupakan

cerminan sosok pemuda yang mempunyai "hobi" belajar dan

memelihara ayam. Beliau bercita-cita sebagai pemain bola seperti

1
http://id:wikipedia. diakses 22 April 2019, Pukul 10:53 WIB

78
79

Franz Becker Bower dari klub Bayern Munchen Jerman.2 Pendidikan

tingkat S1 ia tempuh didua perguruan tinggi yang berbeda, IPB dan

UI. Gelar Insinyur dia peroleh pada tahun 1986 dari Institut Pertanian

Bogor (IPB). Pada tahun tahun 1988 Adiwarman berhasil

menyelesaikan studinya di European University, Belgia dan

memperoleh gelar M.B.A. setelah itu ia menyelesaikan studinya di UI

yang sempat terbengkalai dan mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi

pada tahun 1989. Tiga tahun berikutnya, 1992, Adiwarman juga

meraih gelar S2-nya yang kedua di Boston University, Amerika

Serikat dengan gelar M.A.E.P. Selain itu ia juga pernah terlibat

sebagai Visiting Research Associate pada Oxford Centre for Islamic

Studies.

3. Jabatan dan Pekerjaan Adiwarman

Adiwarman Azwar Karim dengan Modal akademis dan

konsistensinya pada bidang ekonomi menghantarkannya untuk meniti

berbagai karir prestisius. Pada tahun 1992 Adiwarman masuk menjadi

salah satu pegawai di Bank Mu‘amalat Indonesia, setelah sebelumnya

sempat bekerja di Bappenas.Karir Adi di BMI terbilang cemerlang,

karir awalnya sebagai staf Litbang. Enam tahun kemudian ia

dipercaya untuk memimpin BMI cabang Jawa Barat. Jabatan

2
Hidayatullah, “Wawancara Adiwarman A.Karim (konsultan bisnis dunia akhirat”,
diambilhttp://www.hidayatullah.com/berita/wawancara/read/2003/02/14/4735/adiwarman-azwar-
karim-konsultan-bisnis-dunia-akhirat.html#.VPE4xHYpz5M, Diakses 22 April 2019, Pukul 10:53
WIB
80

terakhirnya dipionir bank syariah tersebut adalah Wakil Presiden

Direktur. Jabatan tersebut dipegang sampai dengan tahun 2000,

ketika ia memutuskan untuk keluar dari BMI. Menurutnya,

memutuskan keluar dari BMI bukan perkara gampang. Sebab,

bekerja dibank syari‘ah sudah menjadi keinginannya sejak masih

menjadi mahasiswa. Karena itu ia baru berani memutuskan untuk

keluar dari BMI setelah melakukan shalat istikharah selama 6 bulan.

Keluarnya Adiwarman dari BMI disebabkan ia memiliki agenda yang

lebih besar yang ingin dicapai, yaitu memperjuangkan dibukanya

divisi syari‘ah dibank-bank konvensional. Hasil dari upaya

Adiwarman tersebut dapat dilihat sekarang ini, dengan dibukanya

divisi- divisi, unit dan gerai syari‘ah dibeberapa bank konvensional,

meskipun itu bukan satu-satunya faktor penyebabnya.3

Setelah melepas jabatannya di BMI, pada tahun 2001 dengan

modal Rp. 40 juta Adiwarman kemudian mendirikan perusahaan

konsultan yang diberi nama Karim Business Consulting.

Semula,banyak pihak termasuk yang bergabung diperusahaannya

awalnya memandang pesimis prospek perusahaan yang dipimpinnya.

Hal ini bisa dimaklumi, sebab ketika itu bank syari‘ah diIndonesia

hanyalah BMI. Tetapi, seiring perkembangan ekonomi Islam dan

perbankan syari‘ah di Indonesia, saat ini perusahaan yang

dipimpinnya telah menjadi rujukan dari berbagai pertama dalam


3
Adiwarman A.Karim, Jagonya Perbankan Syariah, diambil dalam http://adiwarman
karim.Com/index.php?option=com_content&view=article&id=91:jagonya-perbankansyariah&
catid =44: award&Itemid=83&lang=en, Diakses 22 April 2019, Pukul 10:53 WIB
81

masalah ekonomi diperbankan islam atau syari‘ah.

Kontribusi Adiwarman dalam pengembangan perbankan dan

ekonomi syari‘ah di Indonesia bukan saja sebagai praktisi, tetapi juga

sebagai intelektual dan akademisi. Ia menjadi dosen tamu di sejumlah

perguruan tinggi ternama seperti UI, IPB, Unair, IAIN Syarif

Hidayatullah dan sejumlah perguruan tinggi swasta untuk mengajar

perbankan dan ekonomi syariah. Dibeberapa perguruan tinggi tersebut

ia juga mendirikan Shari’ah Economics Forum (SEF),suatu model

jaringan ekonomi Islam yang bergerak dibidang keilmuan. Lembaga

tersebut menyelenggarakan pendidikan non kulikuler yang

diselenggarakan selama dua semester dan dipersiapkan sebagai sarana

"islamisasi" ekonomi melalui jalur kampus. Pada 1999, Adiwarman

Azwar Karim bersama kurang lebih empat puluh lima tokoh dan

Cendikiawan Muslim Indonesia bersepakat mendirikan lembaga IIIT-

I (The International Institute of Islamic Thought-Indonesia).4

IIIT, sebagai induk organisasinya yang berkedudukan di

Amerika Serikat adalah lembaga kajian pemikiran Islam yang

berupaya mengeksplorasi Islamisasi ilmu pengetahuan sebagai respon

Islam atas perkembangan ilmu-ilmu pengetahuan. Upaya itu semula

digagas oleh beberapa cendikiawan Muslim di Amerika Serikat pada

tahun 1981. Di Indonesia, upaya serupa telah dilakukan lewat

pengembangan dan eksplorasi ilmu ekonomi Islam. Meruahnya

4
A. Dimyati, “Studi atas Pemikiran Ekonomi Islam Adiwarman Azwar Karim”, diambil
dalam http:// didim76.multiply.com/journal/item/5, Diakses 22 April 2019, Pukul 10:53 WIB
82

respon atas upaya ini terbukti salah satunya dengan semakin

banyaknya institusi-institusi perbankan yang mengadopsi sistem

syariah. Sama seperti induk organisasinya, IIIT-Indonesia

berkembang sebagai sebuah organisasi nirlaba yang bergerak di

wilayah pemikiran dan kebudayaan.5

IIIT-Indonesia bersifat independen, tidak berafiliasi dengan

gerakan lokal mana pun. Misi yang diembannya adalah

mengembangkan pemikiran Islam berikut metodologinya dalam

kerangka meningkatkan kontribusi umat Islam dalam membangun

peradaban bersama yang lebih baik. Bersama dengan IIIT-Indonesia

inilah beliau menebarkan gagasanya tentang ekonomi Islam.

Keahliannya di bidang ekonomi Islam semakin diakui dengan

ditunjuknya beliau sebagai anggota Dewan Syariah Nasional dan

terlibat dalam mempersiapkan lahirnya Undang-Undang Perbankan

Syariah.6

4. Karya-karya Adiwarman Azwar Karim

Karya-karya Adiwarman Azwar Karim yang telah diterbitkan

yaitu berupa kajian-kajian melalui buku yang telah ditulisnya dan

berupa artikel dalam majalah.

5
Syaiful Anwar, , diambil dalam http://urfawati.blogspot. com/ 2011/12/tokoh-ekonomi-
islam Tokoh Ekonomi Islam.html , Diakses 25 April 2019, WIB 20:49 WIB
6
Gus alwi muhammad, Label Perbankan Syariah, diambil dalam http://ekonomi
islamindonesia.blog spot. com/search/label/Perbankan%20Syariah, Diakses 25 April 2019, WIB
20:49 WIB
83

a. Buku

Beberapa tulisan Adiwarman yang telah diterbitkan

antaralain; Ekonomi Islam, Suatu Kajian Kontemporer yang

merupakan kumpulan artikelnya di Majalah Panji Masyarakat,

Sejarah Pemikiran EkonomiI slam, sebuah kumpulan tulisan pakar

ekonomi yang ia terjemahkan kedalam bahasa Indonesia, Ekonomi

Mikro Islami dan Ekonomi Islam, Suatu Kajian Ekonomi Makro.

Ketiga tulisan yang disebut terakhi rmerupakan bahan kuliah

wajib diberbagai perguruan tinggi tempatnya mengajar.Terak hiri

ia menulis satu buku yang berusaha memberikan pandangan

secara komprehensif tentang perbankan Islam dengan

memberikan analisis dari perspektif fikih dan ekonomi

(keuangan). Buku tersebut diberi title Bank Islam, Analisis Fiqih

dan Keuangan.7

Selain buku-buku diatas ada juga tulisan beliau yang lain

seperti:

1) “ Komentar Optimal Sharing Kontrak oleh Suweilem”,

Financial Mesin & Islam Kontrak, diedit oleh Munawar Iqbal

dan Tariqullah Khan. Basingstoke: Palgrave MacMillan, 2005

2) “Optimal Kontrak Perbankan Islam: A Survey of Literature”,

Studies in Islamic Banking, Finance di abad ke-21, diedit oleh

7
http://didim76.multiply.com/journal/item/5, Diakses 25 April 2019, WIB 20:49 WIB
84

Mohamad Aslam Haneef dan Muhamad Anwar, Kuala Lumpur:

IIUM Press, 2005.

3) “ Kendala Insentif-Kompatibel Perbankan Islam: Beberapa

Pelajaran dari Bank Muamalat ”, di Perbankan dan Keuangan

Islam, eds. Munawar Iqbal dan David T. Llewellyn.

Massachusetts: Edwar Elgar Publishing, Inc., 2002

4) “ Kendala Insentif-Kompatibel Perbankan Islam: Beberapa

Pelajaran dari Bank Muamalat (Summary) di Perbankan

Syariah dan Keuangan: Pembangunan sekarang im Teori dan

Praktek ”, diedit oleh Munawar Iqbal, Leicester: The Islamic

Foundation, 2000.

5) “ Pengaruh Gerakan Modern Islam di Indonesia pada

Pengembangan Pemikiran Islam di Indonesia baru-baru ini”, di

Gerakan Reformasi di Pikiran Islam di Indonesia, Diedit oleh

AM saefudin. Bandung: Mizan Publishing Co, 1990

b. Surat kabar/ majalah / Newsletter

1) “Berikan Syariah Banking Kesempatan untuk Tumbuh Cukup”

, di InfoBank Penerbitan, 10 tahun Krisis Moneter 2007.

2) Rutin Berkontribusi sebagai colomnist di: Republika, Media

Indonesia (National koran harian), Bloomberg LP (New York

berdasarkan International Finance News Agency), 2005 –

sekarang
85

3) “Kebijakan Ekonomi Alternatif Mengatasi Krisis Ekonomi

Indonesia ”, di AGRIMEDIA, Agribisnis, Manajemen dan

Majalah Teknologi, Institut Pertanian Bogor, Program

Manajemen Magister, Volume 6 No. 3, Februari 2001.

4) “Ketika Utang Menjadi Tradisi”, di PILAR, Nomor 18 / Tahun

III / 30 Agustus-12 September, 2000.

5) “Alat Analisa Perumusan Strategi”, di AGRIMEDIA,

Agribisnis, Manajemen dan Majalah Teknologi, Institut

Pertanian Bogor, Program Manajemen Magist er, Volume 5 No

1, Februari 1999.

6) “Pembiayaan Ekspor in Time of Crisis”, dengan Mustofa

Kamil, di AGRIMEDIA, Agribisnis, Manajemen dan Majalah

Teknologi, Institut Pertanian Bogor, Program Manajemen

Magister, Volume 5 No 2, 1999.

7) “Ekonomi Islam Global Constellation di Baitul Maal

Wattamwil dan Paradigma Baru Ekonomi Islam di Indonesia”,

Diedit oleh Baihaqi A. Madjid, Jakarta: Pinbuk, 1999.

8) “Penerapan Sistem Informasi Geografis untuk Identifikasi Pola

Distr ibusi Pelanggan: Kasus Bank Muamalat”, di Prosiding

No. 02 / PRS / FMT / 1997: Fungsi dan Penerapan Sistem

Informasi Geografis di Perkotaan Manajemen di Masa Depan,

Forum Manajemen Perkotaan, Jakarta, 27-28 Agustus 1996.


86

9) “Dana Pemanfaatan Pemerintah Bersubsidi untuk

Pengembangan Baitul Maal Wattamwil di Indonesia”, Harian

Republika, November 1,8,15,22, 1996.

10) “Penerapan Pembiayaan Musyarakah di Bank Muamalat”,

Jurnal Bank Syariah, No. 4, 1995.

11) “Penerapan Pembiayaan Mudharabah pada Bank Muamalat ”,

Jurnal Bank Syariah, No. 2 & 3, 1994.

12) “Beberapa Poin Kekuatan Konsep Perbankan Syariah”, syi'ar

Majalah No 5, 1993.

13) “Peran Bank Muamalat dalam Mendukung Pelaksanaan Fungsi

Muslim Sosial”, syi'ar Magazine No. 4, 1993.

14) “Tata Cara Mengajukan Fasilitas Pembiayaan di Bank

Muamalat”, BAZIS Magazine, No. 3, 1992.

15) “Sesi 10 - Micro Finance” (sesi: Ikhtisar UKM Pembiayaan

Islam, Sharing Pembiayaan Berbasis untuk UKM, Tetap

Angsuran Pembiayaan Berbasis UKM, Channel Distribusi

Mass Market, Studi Kasus-Islamic Banking Segmentasi

Pelanggan di Indonesia, Penilaian untuk Commercial Finance

& mencetak untuk Pembiayaan Konsumen), Penelitian Islam &

Training Institute (IRTI), 13 Juni - 17, 2011, Ankara, Turki.

16) “Perbankan Islam di Indonesia dan Pentingnya Perbankan

Islam di Kerjasama Pembangunan”, Simposium Islamic

Banking untuk segmen yang luas dari populasi dan UKM -


87

pengalaman praktis dari pengembangan dan ambang negara,

Sparkassenstiftung für internationale Kooperation (Tabungan

Bank Yayasan Kerjasama Internasional, SBFIC) , 16 April

2008, Bonn, Jerman.

17) “Perbankan Islam Perilaku Konsumen di Indonesia: Sebuah

Pendekatan kualitatif ” (dengan Adi Zakaria Affif), ke-6

International Confrence tentang Ekonomi Islam dan Keuangan,

21-24 November 2005, Jakarta.

18) “Komentar Optimal Sharing Kontrak oleh Suweilem ”, yang 5

Konferensi Internasional tentang Ekonomi Islam dan

Keuangan, 07-09 Oktober 2003, Manama, Bahrain.

19) “Lembaga Keuangan Islam dan Kontribusi untuk Perdagangan

dan Pembangunan”, Konferensi Internasional tentang Ekonomi

Islam, 12-13 Oktober 2002, Yogyakarta

20) “Perbankan Islam di Indonesia: Past, Present, & Future”,

Konferensi Internasional tentang Perbankan Islam &

Keuangan, 26-27 Februari 2001, Pusat Penelitian & Pelatihan,

Hilton Kuala Lumpur, Malaysia.

21) “Perbankan Islam: The Experience Indonesia”, Pertama

Mindanao Forum Muslim Inisiatif Ekonomi, Maret 9- 10,

2001, The Muslim Bisnis Forum Inc., Family Country

Convention Center, General Santos City, Filipina.


88

22) “Pelaksanaan musyarakah Wal Murabahah untuk Bank

Perkreditan Rakyat Syariah di Sumatera Utara sebagai bagian

dari Program Pengembangan Masyarakat”, (dengan

Muhammad Aswary Pulungan), LARIBA Symposium, 16 Juni

2001, Pasadena, California, USA.

23) “Apakah Musyarakah Meningkatkan Bank Kembali: Kasus

Bank Islam di Indonesia”, (dengan Ebi Junaidi), Ekonomi

Asosiasi 76 Tahunan Internasional Wila yah Barat, 47 Juli

2001, San Francisco, Amerika Serikat.

24) “Perbankan Islam dan Teknologi Informasi di Indonesia ini

Mengubah Lingkungan”, (dengan Satria Utama), disajikan

pada Konferensi Internasional tentang Sistem Informasi dan

Islam (ISI 2001), 5-7 November 2001, Kuala Lumpur.

25) “Insentif Kendala Sesuai bagi Bank Islam: Beberapa Pelajaran

da ri Bank Muamalat”, ke-4 Konferensi Internasional tentang

Ekonomi Islam dan Perbankan, Agustus 13- 15, 2000,

Loughborough University, Inggris Raya.

26) “Siap Sumber Daya Manusia Dalam Pengembangan Lembaga

Keuangan Islam Di Indonesia, 2 International Confrence On

Pendidikan Islam & Lembaga Ekonomi ” tanggal 27-29

Oktober 2000 Yogyakarta, Indonesia.

27) Mengapa Bank Islam Cenderung Abaikan UKM?”,

Dipresentasikan pada Konferensi Tahunan Asosiasi Muslim


89

Ilmuwan Sosial; 30 November - 1 Oktober tahun 1998,

Chicago.

28) “"Likuiditas, Pengembalian dan Tantangan Diversifikasi di

Pasar Keuangan Islam”, disampaikan pada Seminar Prospek

dan Tantangan Dana Islam, IBC, 24 Juni 1997 Kuala Lumpur.8

B. Metodologi Ilmu Ekonomi Islam

Setiap sistem ekonomi pasti disarkan atas ideologi yang

memberikan landasan dan tujuannya, di satu pihak, dan aksioma-aksioma

serta prinsip-prinsipnya di lain pihak. Proses yang diikuti dengan

seperangkat aksioma dan prinsip yang dimaksutkan untuk lebih

mendekatkan tujuan sistem tersebut merupakan landasan sistem tersebut

yang bisa diuji. Setiap sistem ekonomi membuat kerangka di mana suatu

komunitas sosio-ekonomi dapat memanfaatkan sumber-sumber alam dan

manusiawi untuk kepentingan produksi dan mendistribusikan hasil-hasil

produksi ini untuk kepentingan konsumsi.Validitas system ekonomi dapat

diuji dengan konsistensi internalnya, kesesuaiannya dengan berbagai

system yang mengatur aspek-aspek kehidupan lainnya, dan

kemungkinannya untuk berkembang dan tumbuh.9

Islam sebagai agama Allah, mengatur kehidupan manusia baik

kehidupan di dunia maupun akhirat.Perekonomian adalah sabagian dari

8
Annisa Mahfudzah ”pdf Pemikiran Adiwarman Azwar Karim” diambil dari
https://datenpdf.com/download/adiwarman-a-karim_pdf#, diakses pada 25 April 2019, WIB 20:49
WIB
9
M. Nur Rianto Al Arifin,. dan Euis Amalia, Teori Mikro Ekonomi suatu Perbandingan
Islam Dan Ekonomi Konvensional, ( Kencana Prenadamedia Group, 2010), 37.
90

kehidupan manusia, maka tentulah hal ini ada dalam sumber yang mutlak

yaitu Al-Qur’an dan As-Sunah, yang menjadi panduan dalam menjalani

kehidupan. Kedudukan sumber yang mutlak ini menjadikan Islam sebagai

suatu agama yang istimewa dibandingkan dengan agama lain sehingga

dalam membahas perpektif ekonomi islam segalanya bermuara pada

akidah Islam berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunah Nabawiyah.

Ekonomi Islam secara mendasar berbeda dari sistem ekonomi yang

lain dalam hal tujuan, bentuk, dan coraknya. Sistem tersebut berusaha

memecahkan maslah ekonomi manusia dengan cara menempuh jalan

tengan antara pola yang ekstrim yaitu kapitalis dan komunis. Singkatnya,

ekonomi Islam dalah sistem ekonomi yang berdasar pada Al-Qur’an dan

Hadis yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia di dunia dan

akhiraat (al falah). Ada tiga asas filsafat ekonomi Islam, yaitu:

1. Semua yang ada di dalam alam semesta ini adalah milik Allah SWT,

manusia hanyalah khalifah yang memegang amanah dari Allah untuk

menggunakan milik-Nya. Sehingga segala sesuatunya harus tunduk

pada Allah sang pencipta dan pemilik.

2. Untuk dapat melaksanakan tugasnya sebagai khalifah Allah, manusia

wajib tolong menolong dan saling membantu dalam melaksanakan

kegiatan ekonomi yang bertujuan untuk beribadah kepada Allah.

Beriman kepada hari kiamat, yang merupakan asas penting dalam

suatu sistem ekonomi Islam karena dengan keyakinan ini tingkahlaku

ekonomi manusia akan dapat terkendali sebab ia sadar bahwa semua


91

perbuatannya akan dimintai pertanggung jawaban kelak oleh Allah.10

Dalam mengembangkan teori ekonomi Islam, harus ditarik

antara bagian dari hukum (fiqih) yang membahas fiqih muamalah dan

ekonomi Islam. Bagian fiqih muamalah menetapkan kerangka dibidang

hukum ekonomi Islam, sedangkan ekonomi Islam mengkaji proses

kegiatan manusia yang berkaitan dengan produksi, distribusi, dan

konsumsi dalam masyarakat. Ekonomi Islam dibatasi oleh hukum

ekonomi Islam, tapi bukan satu-satunya. Norma sosial dan norma-

norma agama dan aturan hukumpun mempunyai pengaruh terhadap

kegiatan ekonomi.

Kelemahan literatur ekonomi Islam selama ini,

mencampuradukkan analisis fiqih dalam ekonomi, atau analisis

ekonomi dalam pandangan fiqih. Seperti teori konsumsi kadang berubah

menjadi hukum mengenai makanan dan minuman, bukan kajian

mengenai prilaku konsumen, atau teori produksi diperkecil maknanya

menjadi kajian tentang hak kepemilikan dalam Islam bukan pada

perilaku perusahaan sebagai unit produksi. Hal lain yang tidak

menguntungkan dalam membahas ekonomi Islam dalam kaca mata fiqih

Muamalah adalah menjadikan teori ekonomi Islam pecah dan

kehilangan keterkaitan dengan teori ekonomi. Hal inilah yang

menyebabkan tidak adanya teori moneter dalam literature ekonomi

10
Nurul Huda, Handi Riza Idris, Mustafa Edwin Nasutian, Ranti Wiliasih, Ekonomi Makro
Islam Pendekatan Teoritis, ( Kencana Prenadamedia Group, 2008), 3-4.
92

Islam yang ada selama ini.11

Literatur Islam yang ada sekarang mengenai ekonomi

menggunakan dua macam metode, yaitu metode deduksi dan pemikiran

retrospektif. Metode pertama dikembangkan oleh para ahli ekonomi

Islam dan fuqoha. Metode pertama diaplikasikan terhadap ekonomi

Islam modern untuk menampilkan prinsip-prinsip sitem ekonomi dan

kerangka hukumnya dengan berkonsultasi dengan sumber-sumber

Islam, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunah. Metode kedua digunakan oleh

banyak penulis muslim kontemporer yang merasakan tekanan

kemiskinan dan keterbelakangan di dunia Islam dan berusaha mencari

berbagai pemecahan terhaadaap persoalan-persoalan ekonomi umat

muslim dengan kembali kepada Al Qur’an dan sunah untuk mencapai

dukungan atas pemecahan-pemecahan tersebut dan mengujinya dengan

memperhatikan petunjuk tuhan.12

C. Analisis Ekonomi Islam menurut Adiwarman Azwar Karim

Sejarah membuktikan bahwa para pemikir Muslim merupakan

penemu, peletak dasar, dan pengembangan dalam berbagai bidang ilmu.

Nama-nama pemikir bertebaraan di sana-sini menghiasi arena ilmu-

ilmu pengetahuan. Baik ilmu-ilmu alam maupun ilmu sosial. Mulai dari

filsafat, matematika, astronomi, ilmu optik, biologi, kedokteran, sejarah,

sosiologi, psikologi, pedogologi, sampai sastra. Termasuk juga ilmu


11
Rozalinda, Ekonomi Islam Teori dan Aplikasinya pada Aktifitas Ekonomi,(PT Raja
Grafindo Persada), 5-6.
12
. Nur Rianto Al Arifin, dan Euis Amalia, Teori Mikro Ekonomi suatu Perbandingan islam
Dan Ekonomi Konvensional, ( Kencana Prenadamedia Group, 2010), 39.
93

ekonomi.

Para pemikir klasik Muslim tidak terjebak untuk mengotak-

ngotakan berbagai macam ilmu tersebut seperti yang dilakukan oleh

para pemikir saat ini. Mereka melihat ilmu-ilmu tersebut sebagai “ayat-

ayat” Allah yang bertebaran di seluruh alam. Dalam pandangan mereka,

ilmu-ilmu itu walaupun sepintas terlihat berbeda-beda dan bermacam-

macam jenisnya, namun pada hakikatnya berasal dari sumber yang satu,

yakni Yang Maha Mengetahui seluruh ilmu yang Maha Benar, Allah

SWT. Para pemikir Muslim memang melakukan klasifikasi terhadap

barbagai macam ilmu, tetapi yang dilakukan oleh mereka adalah

pembedaan, bukan pemisahan.

Dalam mengembangkan ilmu ekonomi Islam menurut

Muhammad Abdul Manan ada beberapa langkah yang dapat dilalui

yaitu: pertama, mengidentifikasi masalaah yang ada. Kedua, mencari

prinsipnya dalam nash baik yang dinyatakan secara eksplisit maupun

implisist. Dalam operasionalnya, yang menjadi prinsip atau asas perlu

dirumuskan terlebih dahulu. Di sisinilah proses perumusan teori

ekonomi Islam itu dimulai. Pertanyaan-pertanyaan seperti why, how,

what, who, where, when, selalu dikaitkan dengan masalah yang telah

diindentifikasi. Setelah itu perumusan kebijakan.

Prinsip inti dan fundamental dalam ideologi Islam adalah

keyakinan terhadap 1). Keesaan dan ketunggalan sang pencipta

(tauhi>d), 2). Kenabian (nubuwah), 3). Kembalinya segala sesuatu


94

kepada Sang Pencipta untuk mendapatkan perhitungan akhir (Ma’a>d).

Berdasarkan ideologi ini, prilaku disususn dan ditentukan di

seputar poros prinsip tauhid. Berbagai peraturan ini bersifat

komperhensif dan mengatur semua tindakan dan keputusan manusia,

serta membentuk kesatuan yang terintregasi, konsisten, dan padu.

Mematuhi peraturan ini, pada gilirannya, akan mengarah kepada

kesatuan masyarakat. Akibat wajar dari aksioma ketauhidan ini adalah

bukan hanya sang pencipta yang satu, akan tetapi semua penciptaan-

Nya juga membentuk kesatuan. AL-Qur’an kitap suci yang diturunkan

kepada Nabi Muhammad SAW. Mengemukakan fakta bahwa terlepas

dari keberagaman yang ada, pada dasarnya manusia satu jenis: mereka

diciptakan sebagai satu jiwa (nafs) dan pada akhirnya kembali kepada

Allah sebagai satu jiwa pula AL-Qur’an berfirman:

٢٨ ‫ير‬
ٌ ‫ص‬ِ َ‫سمِ ي ُۢ ُع ب‬ َّ ‫َّما خ َۡلقُ ُك ۡم َو ََل بَعۡ ث ُ ُك ۡم إِ ََّل َكن َۡف ٖس َٰ َوحِ دَ ٍۚة إِ َّن‬
َ َ‫ٱّلل‬

Artinya:
tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kamu (dari dalam
kubur) itu melainkan hanyalah seperti (menciptakan dan
membangkitkan) satu jiwa saja. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar
Lagi Maha Melihat “ (QS. 31:28)

Dalam banyak ayat, Al-Qur’an mengajak manusia untuk

melakukan tindakan kolektif dan kesatuan sosial sekaligus memelihara

dan melindungi kolektivitas agar tidak terjadi perpecahan. Berdasarkan

finman Allah:
95

ٍۚ ُ‫ٱّلل ج ِميعا و ََل تَفَ َّرق‬


َ َّ‫ٱّللِ َعلَ ۡي ُك ۡم إِ ۡذ ُكنت ُ ۡم أَ ۡعدَآء فَأَل‬
‫ف بَ ۡينَ قُلُوبِ ُك ۡم‬ َّ َ‫وا َو ۡٱذ ُك ُروا نِعۡ َمت‬ َ َ ِ َّ ‫َص ُموا بِ َح ۡب ِل‬ ِ ‫ٱعت‬ ۡ ‫َو‬
ِ َّ‫شفَا ُح ۡف َر ٖة ِمنَ ٱلن‬
‫ار فَأَنقَذَ ُكم‬ َّ ُ‫ِم ۡن َها َك َٰذَلِكَ يُبَيِن‬
َ ‫ٱّللُ لَ ُك ۡم َءا َٰيَتِِۦه لَعَلَّ ُك ۡم فَأَصۡ بَ ۡحتُم بِنِعۡ َمتِ ِ ٓۦه إِ ۡخ َٰ َونا َو ُكنت ُ ۡم َعلَ َٰى‬
١٠٣ َ‫تَهۡ تَدُون‬
Artinya:
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah
kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan,
maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena
nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di
tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu
mendapat petunjuk”. (QS. 03:103)

Ayat-Ayat ini, dan ayat yang lainnya, memerintahkan manusia

untuk bekerja keras menciptakan kesatuan dan kepaduan sosial,

membangun masyarakat, serta memelihara dan mempertahankan

kesatuan. Kesatuan dan kepaduan sosial merupakan tujuan inti Al-

Qur’an atas manusia, sehingga dapat dikatakan bahwa semua perilaku

yang dilarang oleh Islam adalah yang pada akhirnya mengarah kepada

perpecahan dan disentegrasi sosial sebaliknya, semua prilaku yang

dianjurkan oleh Islam adalah mengarah kepada integrasi, kepaduan, dan

kesatuan sosial. Sebagai hasilnya, Islam mengajak kepada kesatuan dan

memberikan kolektivitas kepribadian dan identitas independen.

Penilaian akhir terhadap tindakan seseorang akan memiliki dua dimensi,

yang satu sebagai individu dan yang lain sebagai anggota dari sebuah

kolektivitas.

Kekuatan ideologi menentukan kekuatan kepatuhan hukum, dan

karna itu menentukan pula kekuatan institusi yang, bersama teknologi,

menentukan performa dan efisiensi sebuah sistem ekonomi. Efisiensi


96

diukur dari biaya dari level performa ekonomi. Semakin kuat ideologi,

semakain sedikit kesenjangan antara pilihan individu dengan tujuan

objektif institusi dan sebagai konsekuensinya, semakain rendah biaya

penegakan kontrak dan pengaturan perilaku. Implikasinya, dakam

situasi ideal, dengan ideologi yang kuat yang dianut oleh semua

perilaku dan ditegakkan secara universal tidak akan ada perbedaan

antara harapan institusi mengenai pilihan individu dengan pilihan yang

sebenarnya. Karena itu, dalam situasi ideal, resiko dan bahaya moral

diminimalisasi karena banyak bagian ketidakpastian dieleminasi oleh

perilaku. Resiko yang tersisa menjadi dapat ditanggung.

Apakah Ekonomi Islam; Teori, Prinsip, Hukum atau Hipotesis?

Sering kali kita bahas dalam memberikan definisi apa itu teori

ekonomi Islam, prinsip ekonomi Islam atau hukum ekonomi Islam.

Kesalahan dalam menerjemahkan ekonomi Islam tentunya akan dapat

berdampak kepada sistem berfikir kita terhadapa metodologi

pembelajaran ekonomi Islam.

Untuk itu perlu sekiranya kita meninjau kembali tentang arti dan

perbedaan antara hipotesis, teori, prinsip dan model. Walaupun semua

definisi ini tidak dapat kita artikan secara kaku, namun secara umum

baik untuk diginakan dalam bidang ekonomi atau ilmu yang lain,

definisi tersebut dapat kita rangkum sebagai berikut:

Apa itu Hipotesis? Hipotesis adalah pernyataan singkat yang

disimpulkan di awal dari landasan teori dan penelitian terdahulu, untuk


97

sementara pernyataan singkat ini berfungsi sebagai jawaban terhadap

masalah yang diteliti. Oleh karena itu, suatu hipotesis tidak timbul seca

ratiba-tiba namun dilandasi dari pengamatan singkat terhadap latar

belakang ataupun masalah. Secara umum, hipotesis juga akan lahir dari

adanya teori yang releven dengan latar belakang. Dalam bahasa yang

lain, Arthur Thompson memberikan pendapat bahwa “A hypothesis is a

plausible but largely untested explanation of how phenomena are

related” hipotesis dapat diformulasikan berdasar, pemikiran yang sudah

menjadi kesepakatan umum, alasan yang logis atau contoh penelitian.13

Apa itu teori?” An economic theory is an accepted, presumably

valid, expalanation of real-world economic behavior and cause effect

relationship.” Teori merupakan pengetahuan ilmiyah yang mencangkup

penjelasan mengenai suatu faktor tertentu dari sebuah disiplin keilmuan.

Teori digunakan untuk menjelaskan gejala yang diobservasi. Penjelasan

apapun mengenai bagaimana observasi tersebut saling berhubungan

merupakan sebuah penyususnan teoretis. Teori yang tangguh dapat kita

gunakan untuk meramalkan prilaku.

Suatu teori terdiri dari (1) seperangkat definisi yang secara jelas

merumuskan variabel-variabel yang digunakan, (2) sejumlah asumsi

yang menggambarkan tentang kondisi di mana teori tersebut bisa

berlaku, (3) satu atau lebih hipotesis tentang hubungan antarvariabel-

variabel, dan (4) prediksi yang diangkat dari asumsi-asumsi pada teori

13
Adiwarman Azwar Karim, Ekonomi Mikro Islam,(PT Raja Grafindo Persada Jakarta,
Edisi Kelima), 46.
98

dan biasa diuji melalui empiris aktual.

Teori diuji dengan jalan menghadapkan ramalan dengan bukti

nyata. Perlu ditentukan apakah kejadian-kejadian tertentu diikuti

dengan kensenkuensi seperti apa yang diramalkan. Pada umumnya teori

cenderung disingkirkan bila sudah tidak berguna lagi dan teori tidak

bisa digunakan lagi jika sudah tidak mampu lagi meramal konsekuensi-

konsekuensi yang diakibatkan tindakan yang lebih disukai seseorang

daripada pilihan terbaik berikutnya atau disempurnakan.

Jika suatu teori tertentu terus menerus gagal meramalkan secara

lebih baik daripada alternative-alternatif yang tersedia, teori tersebut

akan diganti. Perbedaan yang seknifikan antara teori dan hipotesis;

hipotesis bersifat sementara dan belum dilakukan penguji, di mana

pernyataan dari teori lebih falid dan kredibel karena teori lebih

mempunyai kemampuan untuk membantu peramalan dan menerangkan

suatu permasalah dengan baik.

“ A sound economic theory always has good predictive power

and good explanatory power” dengan demikian, teori ekonomi harus

senantiasa mempunyai kemampuan untuk meramalkan dan

menerangkan suatu permasalahan ekonomi secara baik atau akurat.

Karena dua hal ini, meramalkan dan menerangkan, adalah suatu yang

sangat penting dalam suatu teori. Kemampuan untuk meramalkan

adalah penting karena mampu menganalisis dan menghitung sebab dan

akibat secara valid dengan menggunakan data-data nyata yang tersedia.


99

Tetapi kemampuan suatu teori untuk meramalkan tidaklah cukup untuk

menjadikan teori yang kuat dan valid, tetapi kemampuan meramalkan

(predicted power) hanya memenuhi kebutuhan akan teori saja

(necessary but not sufficient to establish theoraticel validity).

Kebutuhan terhadap suatu penjelasan atau keterangan dari variabel-

variabel dan hubungannya dalam pembentukan suatu teori sangatlah

penting. Prediction without explanation is sterile. Only when a theory

has adequate explanatory powers does it generally gain widespread

standing in the body of economic knowledge.

Bila suatu teori telah dihadapkan pada beberapa percobaan dan

kekuatan eksplanatifnya, maka teori tersebut dapat dianggap cukup

dalam dan universal, maka teori tersebut sebagai asas/dasar/prinsip atau

bahkan hukum. Penunjukan suatu hubungan sebagai prinsip atau hukum

melibatkan tingkat beraturan ayang tinggi disertai dengan hubungan

sebab-akibat yang rasional.

“economic principles or laws are based on economic theories

with unsually strong predictive and explanatory powers. Kadang, sering

terdengar bahwa teori adalah realistis dan tidak praktis, namun hal

tersebut hanya valid bagi teori yang tidak relevan. Teori yang bagus

tidaklah demikian karena teori menjelaskan dan meramalkan perilaku

variabel-variabel pembahasan. Teori juga dapat digunakan sebagai

gaide pragmatis untuk menerangkan tentang sesuatu yang sedang terjadi

dan kenapa suatu itu terjadi. Bila suatu teori telah memiliki cukup
100

kekuatan eksplanatif serta kekuatan prediksi, maka kritik mengenai

ketidak praktisan serta kurang realistis dapat dihiraukan. Sebaliknya,

bila terdapat tuntutan yang mempunyai dasar yang kuat

mempertanyakan suatu teori, mka teori tersebut harus dikaji ulang

berdasarkan bukti-bukti yang ada. Bila kemampuannya dalam

memprediksi dan menjelaskan tidak dapat menjawab bukti-bukti dan

temuan-temuan terbaru, maka teori ini tidak dipakai sebagai acuan

lagi.14

Dengan melihat karakteristik dan perkembangan ekonomi Islam,

maka kita tidak bisa mengklaim bahwa ekonomi Islam termasuk salah

satu dari kategori yang ada. Ekonomi Islam adalah sebuah hipotesis,

tetapi tidak sepenuhnya masuk dalam kategeri hipotesis. Ekonomi Islam

juga dapat dikatakan sebuah teori, tetapi tidak dapat dikatakan

sepenuhnya sebagi teori dan ekonomi Islam pun juga dapat berperan

sebagai prinsip atau hukum naman kita tidak dapat mengatakan bahwa

ekonomi Islam adalah hukum atau prinsip saja. Artinay dalam

pengakajian ekonomi Islam, kita dapat saja memasukkan ekonomi

Islam ke dalam salah satu kategori tergantung dari topic atau

permaslahan yang dibahas. Contohnya ekonomi Islam akan dianggaap

sebagai teori ketika ekonomi Islam sudah dipraktikkan dan diuji

kebenaranya. Misalnya dengan adanya praktik perbankan syariah

memungkinkan kita dapat mengambil sebuah teori dari ekonomi islam.

14
Ibid., 47.
101

Mengapa demikian? Dengan adanya bagian ekonomi Islam yang sudah

dipraktikkan maka selama asumsi terpenuhi kita dapat mengambil

sebuah teori yang berkaitan dengan bagian ekonomi tersebut. Contoh,

sesuai dengan pengalaman pada penbankan syariah dapat di kemukakan

bahwa sistem perbankan syariah yang di dasarkan pada riil sektor akan

mampu meningkatkan peranan bank sebagai financial intermediation.

Kalimat ini dapat di katakana sebagai teori karena secara nyata, bank

syariah telah menunjukkan kebenaran bahwa tingkat financing to

deposit ratio jauh lebih besar di bandingkan dengan perbankan

konvensional. Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan bahwa

ekonomi Islam dapat dikatakan sebagai teori selama asumsi terpenuhi

dan telah di praktekkan.

Lantas kapan ekonomi Islam dikatakan sebagai hipotesisi?

Selama ekonomi Islam di bentuk murni dari pemikiran dan

pengembangan asumsi-asumsi, maka ekonomi Islam masih dalam taraf

hipotesis. Contoh, teori konsumsinya Monzer Kahf (1981), yang

mencoba memberikan pemikirannya tentang konsumsi. Untuk

menerangkan pemikiran konsumsi intertemporal Islami ia

menggunakan beberapa asumsi sebagai berikut:

1. Islam di laksanakan oleh masyarakat

2. Zakat hukumnya wajib

3. Tidak ada riba dalam perekonomian

4. Mudarabah merupakan wujud perekonomian


102

5. Pelaku ekonomi mempunyai perilaku memaksimalkan

Nah selama asumsi-asumsi tersebut tidak terpenuhi maka dapat

dikatakan bahwa pemikiran Monzer Kahf masih dalam taraf hipotesis.

Sehubungan dengan pesatnya perkembangan pemikiran dan beberapa

inovasi Finance Islamic, maka kita dapat mengatakan bahwa selama

pemikiran dan inovasi tersebut belum sepenuhnya dipraktikkan maka

masih dapat di kategorikan sebagai hipotesis.

Sedangkan bagi yang dari ekonomi Islam yang dapat

dikategorikan sebagai prinsip atau hukum adalah ekonomi Islam yang

telah dipraktikkan dan secara mutlak benar serta di perkuat lagi oleh

pernyataan-pernyataan yang secara eksplisit termuat dalam Al-Qur’an

atau Al-Hadis. Contoh, dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa orang yang

makan riba maka jalannya tidak beraturan seperti jalannya orang gila.

Pernyataan ini sejalan dengtan terbuktinya transaksi yang berdasar

bunga/riba maka transaksi tersebut cenderung untuk tidak beraturan dan

lebih mengarah pada spekulatif.15

Menurut Adiwarman Azwar Karim konsep pengembangan

ekonomi Islam dapat dibedakan menjadi tiga level lapangan permainan

(level of playing field) yaitu:16

15
Ibid., 48.
16
Ibid., 49.
103

Teori ekonomi System ekonomi Islam Perekonomian Umat


Islam Islam

Komponene bahasa Aqidah 1. Kepemilikan Pola laku Muslimin


Individu
Muslimat Pelaku
2. Kepemilikan
Adil bersama Ekonomi
3. Kepemilikan
Negara
4. Kebebasan
Nubuwah bertransaksi dalam
kerangka syariah
5. Kesejahteraan
Khilafah sosial (pemenuhan
kebutuan dasar
bagi si miskin, dan
penciptaan
Ma’ad hubungan
harmonis si kaya
dan si miskin)
Wacana Ilmu Regulatory rule: apa Kinerja Unit
yang boleh dan yang Ekonomi Umat
tidak boleh dilakukan Islam

Pelaku Utama Ilmuwan DPR, Pemerintah Umat Islam

Dalil Qur’an dan Hadis Kaidah Fiqih “ Al “Antum A’lamu bi


Ashlu fil Asyiaa’ al ‘Umuri Dunyakum”
ibahah ma lam
Yamna’ha Syara’un”

Penegakan pada suatu level saja tidak akan menghasilkan

tegaknya syariah Islam dalam bidang ekonomi, Teori ekonomi islam

yang kuat tanpa diterapkan menjadi sistem, hanya menjadikan ekonomi

Islam sebagai kajian ilmu saja tanpa memberi dampak pada kehidupan
104

manusia.

Teori tersebut harus diterjemahkan ke dalam bentuk peraturan-

peraturaan, baik bentuk regulatory rule maupun constitution rule.

regulatory rule berkaitan dengan peraturan yang mengatur apa yang

boleh dan apa yang tidak boleh. Contohnya adalah seperti permainaan

sepak bola ada hal-hal yang tidak dibolehkan seperti off-side, hans ball

daan lain lain. Namun ini saja tidaak cukup, karena definisi institusi

ekonomi dan definisi ekonomi yang da saat ini belom tentu sesuai

dengan kerangka Islam.

Oleh karena itu perjuangan yang lebih berat adalah mengubah

definisi (yang berarti juga merubah paradigma berfikir). Sehingga

transaksi ekonomi sesuai dengan kerangka Islam, agar akad-akad

muamalah Islam tidak terkesan dipaksakan sesuai dengan definisi yang

telah ada.

Teori yang unggul dan sistem ekonomi yang sesuai syariah,

belum menjamin bahwa perekonomian umat Islam akan juga maju.

Sistem ekonomi Islam hanya memastikan tidak ada teransaksi ekonomi

yang bertentangan dengan syariah Islam. Oleh karena itu,

perekonomian umat Islam, Islam baru dapat maju bila pola laku

muslimin muslimat secara itqon (profesional) mengembangkan bisnis

mereka. Bukankah Imam Ghozali berkesimpulan bahwa motivasi para

pedagang adalah mencari keuntungan, baik keuntungan di dunia


105

maupun di akhirat.17

17
Ibid., 50.
106

Anda mungkin juga menyukai