Peranan Syekh Yasin Al Fadany Sebagai Penjaga Tradisi Intelektualitas Ulama Dalam Jaringan Ulama Jawi Di Haramayn Ahmad Syairozi 1 PDF
Peranan Syekh Yasin Al Fadany Sebagai Penjaga Tradisi Intelektualitas Ulama Dalam Jaringan Ulama Jawi Di Haramayn Ahmad Syairozi 1 PDF
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora
(S.Hum)
Oleh:
Ahmad Syairozi
NIM: 106022000898
a. Padanan Aksara
Huruf Huruf
Keterangan
Arab Latin
ﺍ tidak dilambangkan
ﺏ B be
ﺕ T te
ﺙ Ts te dan es
ﺝ J je
ﺡ H ha dengan garis di bawah
ﺥ Kh ka dan ha
ﺩ D De
ﺫ Dz de dan zet
ﺭ R Er
ﺯ Z Zet
ﺱ S Es
ﺵ Sy es dan ye
ﺹ S es dengan garis di bawah
ﺽ D de dengan garis di bawah
ﻁ T te dengan garis di bawah
ﻅ Z zet dengan garis di bawah
ﻉ ‘ koma terbalik diatas hadap kanan
ﻍ Gh ge dan ha
ﻑ F Ef
ﻕ Q Ki
ﻙ K Ka
ﻝ L El
ﻡ M Em
ﻥ N En
ﻭ W We
ﻫـ H Ha
ﺀ ` Apostrof
ﻱ Y Ye
v
b. Vokal
َ a Fathah
ِ i Kasra
ُ u Dammah
َ ﻱ ai a dan i
َ و au a dan u
d. Vokal Panjang
vi
ABSTRAK
Ahmad Syairozi
Peranan Syeikh Yasin al-Fadany sebagai Penjaga Tradisi Intelektualitas
Ulama dalam Jaringan Ulama Jawi di Haramayn (1335 H/1915 M – 1410 H/
1990 M)
viii
KATA PENGANTAR
1. Bapak Dr. H. Abd. Wahid Hasyim, M.Ag selaku Dekan dan juga Pembimbing
yang dengan ikhlas untuk memberikan ilmu dan waktunya untuk membimbing
penulis hingga selesainya penulisan skripsi ini.
2. Bapak Drs. H. M. Ma’ruf, MA Misbah selaku Kepala Jurusan dan ibu Shalikatus
Sa’diyah, M.Pd selaku Sekretris Jurusan yang telah membantu administrasi
prosedural akademik mulai dari perkuliahan hingga selesainya jenjang S-1 penulis.
3. Bapak Dr. H. Abd. Dhair, MA selaku Pembimbing Akademik dan penguji yang
telah mengizinkan penulis untuk mengajukan lingkup penelitian ini dan
ix
mengujikannya. Bapak Drs. Saidun Derani, MA selaku Penguji yang telah
meluangkan waktunya untuk pengujian skripsi.
4. Seluruh dosen Program Studi Sejarah Peradaban Islam yang telah banyak berjasa
terhadap penulis dalam memberikan motivasi dan bimbingan keilmuannya.
5. Seluruh staf dan pegawai Fakultas Adab dan Humaniora.
6. Seluruh staf dan pegawai Perpustakaan Adab dan Humaniora dan juga
Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Dr. KH. Abdul Muhith Abdul Fattah yang telah membantu lewat kisahnya semasa
mengajinya kepada Syeikh Yasin al-Fadany dan juga beberapa sumber lainnya.
Keluarga besar (alm) Tuan Guru Syeikh Abdul Hamid Abdul Halim al-Daary dan
Umi Hj. Zakiyah yang telah memberikan beberapa sumber data.
8. Orang tua penulis, Ibunda Drs. Hj. Siti Maryam Masyhud yang telah mendukung
penulisan serta membantu dalam pencarian beberapa sumber. Ayahanda (alm) Drs.
H. Nahrawi Djunaidi yang banyak meninggalkan sumber data mengenai sanad-
sanad dan kitab-kitab Syeikh Yasin al-Fadany.
9. Kakanda Ahmad Siddik, S.Pd.I. beserta istri, Kakanda Ahmad Syamsul Arifin,
Adinda Nadhiroh, Adinda Musyafa, Adinda Abdul Mughni dan Adinda
Muhammad Ma’di Kariba serta Sa’idah Sufiyah yang telah memberikan dukungan
agar disegerakannya penulisan ini.
10. Tuan Guru Bunyamin Muhammad dan Habib Abdurrahman ibn Syeikh al-Jufrie
yang telah memberikan kesejukan dikala penulis mendapat kebuntuan dan
kegelisahan.
11. Teman-teman SPI 2006, teman-teman KKN ‘09, JAS MERAH SPI UIN Ciputat,
FKMB (Forum komunikasi Mahasiswa Betawi), LKKNU DKI Jakarta (Lembaga
Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama DKI Jakarta), MT. Al-Ihsan Condet,
Komunitas WarNank, Komunitas Kopi Item dan teman-teman lainnya yang ikut
memberikan partisipasinya khususnya kepada Husni Mubarak Amir, S.Th.I., Zaini
Minan, M.SI., Nabil Jamhari, S.S., Amin Zuhdi, S.Sos., Muhammad (MD), M.
Kamaluddin, S.Hum., Dida Nuraida, S.Hum., Noor Halimah, M. S. Rizki, Rizki
Muharram, Ashabul Kahfi Safaruddin, Abdillah, Abdul Khalik, Neneng
x
Komariah, S.Hum., Andi Gilang R, S.Hum., Imam Baihaqi, S.Pd.I., Ahmad
Fathoni, Munawir, Firmansyah, A. Faisal Abidin, M. Arif P., Doni, Syarif
Hidayatullah, S.Hum., Azis, S.Hum., Samsul Umar, S.Hum., dan semua yang telah
membantu penulis hingga selesainya skripsi ini.
Penulis hanya bisa berdoa, semoga amal baik mereka diberikan ganjaran
yang setimpal, karena Allah SWT adalah sebaik-baiknya pemberi balasan.
Penulis
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL.................................................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN.................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................. iv
PEDOMAN TRANSLITERASI.......................................................................... v
ABSTRAK........................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR......................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah........................................................................... 4
D. Tujuan Penelitian............................................................................... 6
E. Manfaat Penelitian............................................................................. 6
F. Tinjauan Pustaka................................................................................ 7
G. Kerangka Teori................................................................................... 8
H. Metode Penelitian............................................................................. 10
I. Sistematik Penulisan........................................................................ 13
xii
BAB II BIOGRAFI SYEKH YASIN AL-FADANY....................................... 15
A. Riwayat Hidup................................................................................. 15
FADANY............................................................................................... 32
xiii
BAB IV PERANAN SYEKH YASIN AL-FADANY SEBAGAI REVIVALIS
Terlengkap........................................................................................ 45
BAB V KESIMPULAN..................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 55
LAMPIRAN......................................................................................................... 60
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
3. Lampiran III, Ijazah Syeikh Yasin dari al-Mu’ammar ‘Umar Baa Junaid........... 62
5. Lampiran V, Ijazah Syeikh Yasin dari al-Mu’ammar al-Qadhi al-Husain bin ‘Ali
‘Umary al-Shan’any.............................................................................................. 65
6. Lampiran VI, Sanad Tarekat ‘Alawiyah KH. Abdul Hamid Yang Bersambung Ke
Syeikh Yasin......................................................................................................... 68
8. Lampiran VIII, Sanad al-Arba’in al-Nawawi KH. M. Zakwan Abdul Hamid Yang
xv
BAB I
PENDAHULUAN
pemerintah Kerajaan Arab Saudi (1932 M), terlebih setelah naiknya Raja Faisal
krisis ulama dalam berbagai aspek bidang keilmuan.2 Kemerosotan wacana religi-
perubahan ekonomi, politik, dan sosial Arab Saudi yang berlangsung demikian
kelulusan.5 Sehingga, menurut Azyumardi Azra, saat ini ulama Jawi yang
ulama ini pun juga ikut mengalami penurunan yang disebabkan berkurangnya
1
Ia (Raja Faisal) melancarkan proses modernisasi yang dipercepat, terutama yang
berhubungan dengan infrastruktur ekonomi, aparat pemerintahan, militer dan pendidikan. “Arab
Saudi,” dalam Ensiklopedi Indonesia, vol. 1 (Jakarta: PT. Ichtiar Baru – Van Hoeve, 1980), h. 256.
2
Lihat Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad
XVII & XVIII, Akar Pembaruan Islam Indonesia; Edisi Revisi, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 144.
3
Azyumardi Azra, Renaisans Islam Asia Tenggara, Sejarah Wacana dan Kekuasaan,
(Bandung: Rosdakarya, 2006), h.159.
4
Pada dasarnya madrasah-madrasah di Haramayn bersandarkan ekonomi kepada para
donatur-donatur dari berbagai penjuru dunia Islam, dan tidak ingin dibantu oleh pemerintah Saudi
karena secara prinsipil berbeda paham (sekte atau mazhab). Lihat Azyumardi Azra, Renaisans
Islam Asia Tenggara, h. 156-158. Lihat juga Azyumardi Azra, Menuju Masyarakat Madani,
Gagasan, Fakta, Dan Tantangan, (Bandung: Rosdakarya, 1999), h. 52-55.
5
Ini sangat berbanding terbalik dengan banyaknya madrasah-madrasah sebelum
dikuasainya Haramayn oleh Kerajaan Saudi. Lihat Azyumardi Azra, Jaringan Ulama, h. 56-64
6
Azyumardi Azra, Renaisans Islam Asia Tenggara, h. 157-158.
1
2
dan halaqah seperti yang dialami oleh Syeikh Abd al-Yamani serta Syeikh Ali al-
Sabuny yang diusir dari al-Masjid al-Haram secara halus lewat dicabutnya izin
mengajar mereka7 atau al-Sayyid Zein ibn Ibrahim ibn Smith yang akhirnya juga
Namun, ada seorang murid Jawi yang pada masa sulit tersebut mampu
cabang ilmu hadits, salah satunya adalah ilmu sanad yang merupakan bagian
mempunyai nama lengkap dan gelar Abu al-Faidh 'Alam al-Din Falak al-Hijaz
Musnid al-Dunia al-Syekh Muhammad Yasin Bin Muhammad Isa al-Fadany al-
salah seorang ulama Jawi kontemporer yang belajar serta mengajar di Haramayn.
Hingga wafatnya pada musim haji 1990, Syeikh Yasin adalah rektor (mudir) di
Dalam bidang ilmu hadits, Syeikh Yasin telah disejajarkan dengan Imam
Suyuthi.9 Hal ini dikarenakan setelah Imam Suyuthi berhasil menghimpun sanad
7
Azyumardi Azra, Renaisans Islam Asia Tenggara, h. 158
8
Azyumardi Azra dan Oman Fathurahman, “Jaringan Ulama,” dalam Taufik Abdullah,
ed., Ensiklopedi Tematis Dunia Islam 5; Asia Tenggara, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002),
h. 136.
9
KH. Maimun Zubair mengatakan bahwa Syeikh Syeikh Yasin merupakan Imam Suyuthi
pada zamannya. Muiduddin, "Peranan Fadilatus Syeikh Muhammad Yasin bin Muhammad Isa al-
3
hadits musalsal dan kitab yang tersebar pada periode sebelumnya dan setelah
Imam Suyuthi wafat tersebar kembali, maka Syekh Yasin al-Fadany tampil
Suyuthi.
Fathurrahman,10 Syeikh Yasin merupakan salah seorang tokoh sentral yang telah
memainkan jaringan intelektual ulama, karena usahanya yang sangat besar dalam
Pengakuan keilmuan Syeikh Yasin pun tidak hanya datang dari murid-
muridnya saja, tetapi juga dari ulama-ulama lainnya, seperti dikatakan oleh Abu
Sulaiman Mahmud Sa'id bin Muhammad Mamduh al-Syafi'i yang mengutip dari
al-Ghumary (w. 1993)11 pada musim haji tahun 1401 H bahwa sebelumnya telah
Thahtawy sebagai Musnid Asar, tapi sekarang al-Syeikh Yasin al-Fadany telah
publikasi ialah karena ia (Syeikh Yasin) telah menjadi lambang ulama Saudi yang
“bukan Wahabi” yang tersisa di Makkah. Walaupun begitu ia diakui juga oleh
ulama Wahabi sebagai ulama yang bersih dan tidak pernah menyerang kaum
Wahabi.13 Seorang tokoh agama Nejed dari Ibukota Riyadh (Pusat Paham
Wahabi) Jasim bin Sulaiman al-Dausari pada tahun 1406 H pernah berkata14:
peranan Syekh Yasin al-Fadany dalam jaringan ulama Timur Tengah dan
Indonesia, dalam sebuah karya ilmiah yang penulis beri judul untuk " Peranan
M)."
B. Identifikasi Masalah
13
Harun Nasution menjelaskan bahwa salah satu ajaran Muhammad Abd al-Wahab
(perumus ajaran Wahabi) adalah menanggap setiap yang bid’ah (sesuatu yang baru yang bukan
berasal dari al-Qur’an dan Hadits) adalah kesesatan. Lihat Harun Nasution, Pembaharuan Dalam
Islam; Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakarta: Bulan Bintang, 2001), h. 17.
14
“Syeikh Yasin al-Fadany Ulama Mekkah.” Artikel diakses pada 11 September 2007
dari http://www.nahrawi.org/2009/10/syekh-yasin-al-padani-ulama-mekkah.html
5
2. Jaringan ulama Timur Tengah dan Nusantara sebelum masa Syeikh Yasin
al-Fadany
3. Peranan Syeikh Yasin al-Fadany sebagai penghidup kembali ilmu sanad dan
1. Pembatasan Masalah
nama lengkap dan gelar Abu al-Faidh 'Alam al-Din Falak al-Hijaz Musnid
Makky al-Hasany al-Syafi'i. Mudir Madrasah Darul Ulum Makkah dan juga
Yasin al-Fadany adalah jaringan ulama Jawi di Haramayn (kota Mekkah dan
2. Perumusan Masalah
al-Fadany ?
D. Tujuan Penelitian
Jawi di Haramayn.
E. Manfaat Penelitian
intelektual Islam khususnya yang berkaitan dengan jaringan ulama, maka hasil
masyarakat umum.
masa mendatang.
F. Tinjauan Pustaka
penulis telah ada penulis lain yang sudah menulis tentang Syeikh Yasin al-
Fadany. Namun, hal itu hanya sebatas tentang study penyampaian sanad hadits
musalsal, seperti yang telah ditulis oleh Muiduddin dengan tesisnya yang berjudul
Peranan Fadilatus Syeikh Muhammad Yasin Bin Muhammad Isa Al-Fadany Al-
Musalsal yang menjelaskan tentang sanad hadits musalsal dan peranan Syeikh
Yasin dalam penyampaian sanad hadits musalsal dan juga oleh Ahmad Wafa
Dunia Abad ke-20: Studi Penyampaian Hadits Musalsal Beserta Sanadnya yang
Fadany yang disusun oleh Muhammad Zakwan Abdul Hamid al-Betawy yang
8
merupakan murid Syekh Yasin al-Fadany, berisi tentang biografi singkat Syekh
Yasin al-Fadany serta guru-guru, nama-nama kitab karya Syekh Yasin al-Fadany,
serta juga peran serta kontribusi Syekh Yasin al-Fadany dalam kehidupan sosial
keagamaan.15
tentang jaringan ulama Timur Tengah dan Nusantara serta pasang surutnya seperti
Jaringan Ulama Timur Tengah dan Nusantara Abad XVII dan XVIII: Akar
pembaruan Islam Indonesia, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Indonesia abad
17 (Sebuah Esai Untuk 70 Tahun Prof. Dr. Harun Nasution dalam Refleksi
dan Kekuasaan. Serta hasil karya ilmiahnya Azyumardi Azra dan Oman
dengan skripsi yang akan penulis teliti adalah berkisar mengenai peranan Syekh
G. Kerangka Teori
berlangsung demikian cepat dalam beberapa dasawarsa terakhir.16 Oleh karena itu,
satu masyarakat dengan masyarakat lainnya dalam hal keadaan ruang dan waktu.17
terjadi sebagai dampak introduksi nilai, sistem, komoditi, teknologi baru.18 Hal ini
perubahan penting dari struktur sosial, dan yang dimaksud dengan struktur sosial
adalah pola-pola prilaku dan interaksi sosial. Moore memasukan ke dalam definisi
perubahan sosial berbagai ekspresi mengenai struktur seperti norma, nilai dan
yang terjadi pada struktur dan fungsi dalam sistem sosial termasuk dalam aspek
17
Robert H. Lauer, Perspektif Tentang Perubahan Sosial, Penerjemah Alimandan S.U.,
(Jakarta: Rineka Cipta, 1993), h. 4.
18
Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 1992), h. 51.
19
Robert H. Lauer, Perspektif Tentang Perubahan Sosial, h. 4.
20
Wahyu, Perubahan Sosial dan Pembangunan, (Jakarta: Hecca Publishing, 2005), h. 2-
3.
10
H. Metode Penelitian
gejala tunggal, sedangkan ilmu sosial menarik hukum umum21. Di lain pihak, ilmu
dengan mendasarkan pada data-data seperti sejarah untuk informasinya.22 Hal ini
berarti dalam korelasi sejarah dengan ilmu sosial adalah bahwa ilmu sosial
sejarah.
penelitian sejarah menyangkut kepada semua fakta yang berasal dari apa yang
dihasilkan oleh pemikiran manusia.23 Semua fakta itu merupakan ekspresi dari
mental seseorang yang berupa ide, gagasan, kepercayaan, dan sebagainya yang
dimensi historis yang berkaitan dengan peristiwa masa lampau (post facto) serta
21
Kuntowijoyo, Penjelasan Sejarah (Historical Explanation), (Yogyakarta: Tiara
Kencana, 2008), h. 7, 117, 118.
22
Hotman M. Siahaan, Pengantar Ke Arah Sejarah dan Teori Sosiologi, (Jakarta:
Penerbit Erlangga, 1986), h. 46.
23
Sartono Kartidirjo, Pendekatan Ilmu Sosial, h. 178.
24
Sartono Kartidirjo, Pendekatan Ilmu Sosial, h. 176-177.
11
internet.
Ijazah wa al-Sima’ (kitab ini membicarakan tentang ijazah dan sanad sima’an
al-Faraidh al-bahiyyah (kitab ini merupakan kitab fiqh. Namun di dalamnya ada
beb penjelasan tersendiri tentang biografi Syeikh Yasin) yang merupakan karya
Syeikh Yasin sendiri, Faidh al-Khobyar Wa Kholashoh al-Taqrin; ‘Ala Nahj al-
Taysir; Syarh Mandzhumah al-Tafsir (dalam kitab ini terdapat bab tersendiri
nazhom, Sayyid Muhsin al-Musawwa; selaku pengarang syarah, Sayyid ‘Alwi bin
Abbas al-Maliky; selaku pengarang hasyiah pertama dan Syeikh Yasin al-Fadany;
Mutahil ila Shohibhuma al-Syeikh ‘Aly bin ‘Abdullah ibn ‘Abd al-Jabbar Abi al-
Hasan al-Syadzily, 591-656 H / 1195-1258 M yang ditulis oleh KH. Abdul Hamid
12
Abdul Halim, tulisan Sayyid Ahmad ibn Sayyid Ahmad Yusuf dalam Faidh al-
Tafsir, tulisan Majid Mas’ud Salim dalam majalah Al-Nadwah yang berjudul
“Wunzil al-Isnad Darajah Biwafaatih ‘Alam al-Din al-Fadany,” dan juga sanad-
sanad Drs. H. Nahrawi Djunaidi (Alm) yang berasal dari KH. Abdul Hamid
1. Heuristik, yaitu mencari dan mengumpulkan sumber, baik itu sumber primer
banyak sumber tertulis. Terhadap sumber data, dilakukan kritik internal dan
13
dengan relevansi dan akurasi sumber berkenaan dengan struktur dan pola
Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis dan Disertasi25 yang diterbitkan oleh
I. Sistematika Penulisan
sistematika penulisan.
Uraian bab ini dimulai dari riwayat hidup, gelar-gelar, guru-guru, murid-murid,
25
Hamid Nasuhi dkk., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (Jakarta: CeQDA, 2007).
14
karakteristik jaringan ulama, dan mundurnya wacana jaringan ulama abad ke 20.
Bab IV: Uraian ini menjelaskan peranan Syekh Yasin al-Fadany dalam
jaringan ulama Jawi di Haramayn. Dimulai penghidup kembali ilmu sanad dan
pemilik sanad terlengkap, penyebar, pemberi sanad dan ijazah hizb, rihlah ilmiyah
A. Riwayat Hidup
adalah nama lengkap dan gelar Syeikh Yasin.1 Oleh kalangan ulama dan umat
dikenal dengan sebutan nama Syeikh Yasin al-Fadany yang dinisbahkan kepada
asal daerah orang tua beliau2 (selanjutnya dalam skripsi ini akan disebutkan
1
Terkadang dalam beberapa kitabnya, Syeikh Yasin tidak menyebut secara keseluruhan
gelar-gelarnya. Seperti dalam kitab Nahj al-Salamah dan al-Fawaid al-Janiyyah, Syeikh Yasin
hanya menulis namanya “Abi al-Faidh Muhammad Yasin bin ‘Isa al-Fadany al-Makky. Dan ada
juga ulama yang menyebut Syeikh Yasin dengan “Sayyid al-‘Allamah al-Jalil ‘Alam al-Din
Muhammad Yasin bin ‘Isa al-Fadany al-Indunisy”. Dan masih banyak lagi sebutan-sebutan
tertentu kepada Syeikh Yasin. Lihat Abi al-Faidh Muhammad Yasin bin ‘Isa al-Fadany al-Makky,
al-Fawaid al-Janiyyah, hasyiah al-Mawaahib al-Saniyyah ‘Ala al-Faraidh al-bahiyyah ,(Beirut:
Dar al-Basyair al-Islamiyyah, 1411 H/1991 M), h. 6, 9, 10, 13, 15, 17, 19, 20, 21.
2
Muiduddin, "Peranan Fadilatus Syeikh Muhammad Yasin bin Muhammad Isa al-
Fadany al-Makky dalam Pengajaran Hadits di Nusantara," (Tesis Magister S2 Program
Pascasarjana IIQ Jakarta, 2007), h. 16.
3
Muhammad Zakwan Abdul al-Betawy Hamid, Biografi Singkat Asy-Syeikh Muhammad
Yasin al-Fadany, (Jakarta: T.tp, t.t), h. 56. Lihat Muiduddin, "Peranan Fadilatus Syeikh
Muhammad Yasin”, h. 16.
Menurut Sayyid Ahmad ibn Sayyid Ahmad Yusuf, Syeikh Yasin al-Fadany dilahirkan di
Mekkah al-Mukarramah pada hari selasa 27 Sya’ban 1337 H. Al-Sayyid ‘Alwi bin al-Sayyid
‘Abbas al-Maliky, Faidh al-Khobayir Wa Kholashoh al-Taqrin ‘Ala Nahj al-Taysir ; Syarh
Mandzhumah al-Tafsir, (Surabaya: Serikat Bungkul Indah, Tt), h. X. Lihat Muhammad Yasin, al-
Fawaid al-Janiyyah, h. 37. Lihat juga Azyumardi Azra dan Oman Fathurahman “Jaringan Ulama,”
dalam Taufik Abdullah, ed., Ensiklopedi Tematis Dunia Islam 5; Asia Tenggara, (Jakarta: Ichtiar
Baru Van Hoeve, 2002), h. 136.
15
16
menuntut ilmu pada orang tuanya yang bernama Syeikh Muhammad Isa bin Udek
dan pamannya yang bernama Syeikh Mahmud bin Udek dengan membaca al-
Qur’an al-Karim dan fiqh serta menghafal beberapa matan di antaranya: tauhid,
di Makkah yang didirikan pada tahun 1934 M oleh Sayyid Muhsin bin Sayyid Ali
Yasin juga aktif mengikuti forum-forum kajian di Masjid al-Haram dengan sistem
halaqoh yang diajarkan oleh Masyayikh al-Zaman. Selain itu juga Syeikh Yasin
mulazzamah kepada:
al-Mukarramah.
merasa tidak cukup dan kurang puas dengan apa yang telah didapatnya, maka
Syeikh Yasin pun menimba ilmu lainnya dikediaman guru-guru besar baik yang
Syeikh Yasin pun sempat pergi keluar negeri seperti Yaman, Mesir, Syiria,
senantiasa selalu memonitor ulama-ulama yang datang dari seluruh penjuru dunia
ke kota Makkah terutama pada waktu pelaksanaan ibadah haji guna memenuhi
bersilaturahim sekaligus menuntut ilmu serta mendapatkan ijazah. Hal ini telah
beliau laksanakan sejak berusia muda, maka tidaklah heran jika beliau
Madrasah tersebut. Beliau tidak hanya mengajar di Madrasah Darul ‘Ulum saja,
tapi beliau juga mengajar di Masjid al-Haram yang bahkan sejak beliau berumur
4
Ibid., h. 6-8.
5
Ibid., h.11.
6
Syeikh Yasin mengajar di antara pintu Ibrahim dan pintu Wada’ Masjid al-Haram.
Muhammad Yasin, al-Fawaid al-Janiyyah, h. 43.
18
Masjid al-Haram.7
pernikahan. Beliau termasuk orang yang telat dalam membina rumah tangga,
Kekhawatiran itu ternyata tidak saja datang dari orang tua beliau, akan tetapi juga
dari para Masyayikh dan rekan-rekan beliau sehingga banyak dari mereka yang
Hal itu terjadi bukan karena baliau ingin menghindar dari tanggung
ilmu. Selain itu ada pepatah arab yang mengatakan “al-ilm maqtu’un baina
fakhidzail mar’ati” yang maksudnya menuntut ilmu itu akan terhambat atau
terhalang setelah menikah, karena dalam membina rumah tangga itu ada hak dan
kitab beliau apabila beliau tidak juga menikah, akhirnya kehidupan membujang
7
Muhammad Zakwan, Biografi Singkat, h. 26. Sayyid Ahmad ibn Sayyid Ahmad Yusuf
menyebutkan bahwa surat rekomendasi tersebut bernomor 83. Lihat Sayyid ‘Alwi al-Maliky,
Faidh al-Khobayir, h. XI. Lihat juga Muhammad Yasin, al-Fawaid al-Janiyyah, h. 43.
8
Ibid., h. 34.
19
itu pun beliau tinggalkan dikarenakan takut akan durhaka terhadap orang tua
beliau.
dikarenakan perhatian beliau terhadap kaum Hawa yang pada waktu itu tidaklah
tersebut merupakan sekolah kaum Hawa yang pertama di Arab Saudi. Selain itu,
sekolah tersebut juga merupakan cikal bakal pendidikan kaum Hawa di sana.
Juli 1990 M, Syeikh Yasin wafat dalam usianya yang ke-75 dan dikebumikan di
9
Ibid., h. 36.
10
Ibid., h. 37.
11
Ibid., h. 38-39. Di dalam majalah al-Nadwah tertulis bahwa Syeikh Yasin meninggal
pada Jum’at pagi tanggal 28 Dzulhijjah 1410 H yang bertepatan dengan 20 Juli 1990 M. Majid
Mas’ud Salim, “ Wunzil al-Isnad Darajah Biwafaatih ‘Alam al-Din al-Fadany,” Al-Nadwah, 14
Muharram 1411 H.
20
memperoleh suatu penghargaan dan gelar tertentu. Gelar yang diterima oleh setiap
orang tidaklah diberikan bukan tanpa dasar tertentu, akan tetapi setiap gelar
merupakan tanda serta ciri karakteristik dari setiap keahlian yang ditekuni.
beliau adalah gelar yang tentu saja mempunyia hubungan langsung dan sesuai
dengan disiplin ilmu yang telah Ia tekuni dan kontribusi dari ilmu tersbut
melimpah atau mengalir)12 sering disebut pada setiap cover dari kitab yang sudah
gelar Abu al-Faidh dalam memberi ijazah, namun terdapat tokoh yang musalsal
dengan meletakkan gelar tersebut pada rangkaian gelar Syeikh Yasin, tercatat
12
Dalam kamus, kata al-Faidh bermakna Katsir, yang berarti banyak atau melimpah,
meluas, meluber, menjadi poluler. A.W. Munawwir., Kamus al-Munawwir: Arab Indonesia
Terlengkap, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), h. 1082.
21
“ھﺬه اﻷﺟﺎزة ﻣﻨﺎ ﻟﻔﻀﯿﻠﺔ اﻟﺸﯿﺦ اﻟﻌﻼﻣﺔ اﻟﻤﺤﺪث اﺑﻮ اﻟﻔﯿﺾ ﻣﺤﻤﺪ ﯾﺎﺳﯿﻦ ﺑﻦ ﻣﺤﻤﺪ
14
”.ﻋﯿﺴﻲ اﻟﻔﺎدﻧﻲ اﻟﻤﻜﻲ اﻟﺸﺎﻓﻌﻲ اﻟﻤﺪرس ﺑﺎﻟﺤﺮم
Yang berarti "Ijazah ini dari kami untuk Fadhilah al-Syeikh al-'Alamah
al-Muhaddits Abu al-Faidh Muhammad Yasin bin Muhammad Isa al-Fadany al-
Makky al-Syafi'i seorang guru besar di Masjid al-Haram".
yang pertama kali memberi gelar ini, sulit untuk menentukannya. Namun kalau
merujuk kepada kitab yang ditulis oleh Syeikh Yasin sendiri, Nahj al-Salamah,
Yasin.
Tokoh-tokoh tersebut antara lain adalah: al-Sayyid Zaid bin ‘Aly al-
Dailamy, al-Syeikh Abdullah bin Zaid al-Ma’zaby al-Zubaidy, ‘Abd al-Wasi’ bin
Yahya Muhammad Hamid al-Din, al-Syeikh Muhammad bin ‘Audh Baa Fadhal
13
Ijazah dari Syeikh al-Husain bin ‘Aly al-‘Umary ada dua tahap. Tahap pertama
menyebut Abi Faidh dan tahap kedua bentuk ijazahnya dengan menyebut ‘Alam al-Islam wa al-
Din. Lihat Abi Faidh Muhammad Yasin bin Muhammad Isa al-Fadany, Nahj al-Salamah fi Ijazah
al-Shafy Ahmad Salamah., (Bairut, Libanon: Dar al-Basyair al-Islamiyah, 1409 H/1989 M), h. 25,
28.
14
Muhammad Yasin, Nahj al-Salamah, h. 25
15
A. W. Munawwir, Kamus Munawwir, h. 966.
22
al-Tarimy, al-Sayyid Ahmad bin ‘Aly al-Kahlany, al-Syeikh ‘Izzy ‘Aly Hadidy,
Imam Ahmad Yahya Hamid al-Din, al-Sayyid ‘Umar Fasyiq al-Ahdal, al-
‘Alamah al-‘Izzy Muhammad bin ‘Aly al-Syarafi, al-Sayyid al-Alamah ‘Umar bin
Ahmad bin Sumaith Qadhi Zanjibar dan al-Qadhi Muhammad bin Abdullah al-
‘Umary al-Shan’any.16
tidaklah dikenal seperti gelar-gelar lainnya oleh kalangan luas. Syeikh Yasin
termasuk tokoh yang mahir dibidang ini, pada kesempatan tertentu, Syeikh Yasin
ini. Akan tetapi gelar ini tidaklah berlangsung lama, karena ada beberapa ulama
Yasin, namun keinginan keras beliau untuk menekuni terus berbagai bidang
keilmuan terutama ilmu sanad dan periwayatan, menjadikan tokoh yang satu ini
16
Muhammad Yasin, Nahj al-Salamah, h. 79-82, 83-85, 89-92, 97-107, 108-112, 116-
120, 127-128, 132-137, 145-148, 152-160, 161-163, 208-213, 255-257, 276-279.
17
Muhammad Zakwan, Biografi Singkat, h. 25.
18
Musnid bermakna orang-orang yang meriwayatkan hadits dengan menyebut sanadnya.
Prof. Dr. T. M. Hasbi Ash-Shiddeqy, Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadits; jilid II, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1981), h. 384.
23
semakin dikenal. Dalam posisi ini, Syeikh Yasin kemudian oleh Muhadtsin
yang merupakan gelar yang sangat langka sekali, bahkan tidak ada yang memiliki
gelar tersebut pada zamannya karena tidak ada satu hadits pun yang terdapat
dalam kitab-kitab hadits, baik hadits shahih, mutawatir, hasan, dhoif, masyhur,
Ushuly al-Sayyid ‘Abdullah bin al-Shiddiq al-Ghumary pada musim haji tahun
Ashr, tetapi sekarang al-Syeikh Yasin al-Fadany menjadi Musnid Dunia tanpa
diperdebatkan lagi.20
Tidak hanya itu, karena gelar Musnid al-Dunia tersebut, bahkan beliau
juga digelari “Suyuthiyyu Zamanihi.”21 Hal ini seperti yang telah dikomentari oleh
hadits musalsal dan kitab-kitab yang tercecer pada periode sebelumnya dan
setelah Imam Suyuthi tercecer kembali, maka Syeikh Yasin ulama yang tampil
19
Ibid., h. 3.
20
Fadhilah al-Syeikh al-‘Alim al-‘Allamah al-Muhaddits al-Ushuly al-Sayyid ‘Abdullah
bin al-Shiddiq al-Ghumary berkata pada musim haji tahun 1401 H: “Sebelumnya kami
menetapkan bahwa guru kami yang bernama al-Sayyid Ahmad Rofi’ al-Thahthawy adalah
“Musnid al-Ashr” tetapi sekarang Syeikh Muhammad Yasin al-Fadany adalah “Musnid al-Dunia”
tanpa diragukan lagi”. Muhammad Zakwan, Biografi Singkat, h. 3-4.
21
“Mengenang Syeikh Yasin al-Fadany,” artikel diakses pada 6 Juni 2010 dari
http://nulibya.wordpress.com/2007/09/11/mengenang-syekh-yasin-al-fadani/nulibya. Lihat Juga
“Syeikh Yasin al-Fadany; Imam Suyuthi Abad 20,” Artikel diakses pada 6 Juni 2010 dari
http://sangmurobbi.multiply.com/journal/item/4
24
Suyuthi.
berjumlahnya kurang lebih sekitar 700. Hal senada juga diberitakan oleh KH.
disebutkan bahwa guru-guru Syeikh Yasin berjumlah sekitar 700 orang yang
berasal dari Yaman, Mesir, Syam, serta wilayah Maghrib, Iraq, India dan
ASEAN. Namun di dalam kitab tersebut hanya disebutkan 230 orang24 dengan
Mesir dan Syam, 42 orang di wilayah Maghrib, Iraq, India dan ASEAN (dengan
guru-guru Syeikh Yasin, kitab tersebut hanya menjelaskan 15 guru Syeikh Yasin
serta kitab-kitab yang di pelajari maupun yang dibacakan Syeikh Yasin kepada
22
Lihat “Syekh Yasin al-Fadani dan Syisyah”, Video di akses pada 15 November 2011
dari http://www.youtube.com/watch?v=rOYBqGb9T4U
23
Muhammad Zakwan, Biografi singkat Asy-Syeikh Muhammad Yasin Al-Fadany, h. 10-
24.
24
Musnid al-‘Ashr al-‘Allamah Muhammad Yasin al-Fadany, Tasyrif al-Asma bi Syuyukh
al-Ijazah wa al-Sima’, (Kairo: Darr al-Syahab, tt), h. 42.
25
Muhammad Yasin, al-Fawaid al-Janiyyah, h. 37-43.
25
Indonesia (38 orang dari DKI Jakarta, 13 orang dari Jawa Barat, 19 orang Jawa
Tengah, 11 orang Jawa Timur, 7 orang dari Madura dan Nusa Tenggara Barat,
Syeikh M. Ali al-Shabuni (Syam), Dr. M. Hasan al-Dimasyqy, Syeikh Ismail Zain
al-Yamany, Dr. Ali Jum’ah (Mesir), Syeikh Hasan Qathirji, dan Tuan Guru H. M.
Zaini Abdul Ghani (Kalimantan), H. Sayyid Hamid al-Kaff, Dr. Muslim Nasution,
Aqil Husain al-Munawwar, Ust. Sukarnawadi, dan KH. Husnuddu’at. Dari ke-15
murid tersebut, delapan yang telah disebutkan belakangan diizinkan oleh Syeikh
Hampir dari setiap murid yang telah menuntut ilmu kepada Syeikh
Yasin telah menjadi orang-orang yang berhasil seperti Dr. Ali Jum’ah yang telah
manjadi dosen di Universitas al-Azhar, Mesir, KH. Maimun Zubari dan KH. Aly
Ma’shum yang telah menjadi seorang tokoh keagamaan yang sangat disegani di
pentas Nasional, Prof. Dr. KH. Maghfur Utsman yang telah menjadi guru besar di
26
Muhammad Zakwan, Biografi Singkat, h. 43-47.
27
Lihat “Syeikh Yasin al-Padani Ulama Mekkah,” Artikel diakses pada 11 September
2007 dari http://www.nahrawi.org/2009/10/syekh-yasin-al-padani-ulama-mekkah.html.
“Mengenang Syeikh Yasin al-Fadany,” artikel diakses pada 6 Juni 2010 dari
http://nulibya.wordpress.com/2007/09/11/mengenang-syekh-yasin-al-fadani/nulibya
26
merupakan tokoh pendiri Nahdatul Watan, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Syeikh Yasin tidak kurang berjumlah 100 judul kitab.28 Di antaranya sudah
Makkah sendiri, maupun ke Negara-negara Islam, dan bahkan telah banyak yang
Namun, masih terdapat pula tulisan-tulisan Syeikh Yasin yang belum tercetak
yang jumlahnya tidak sedikit dalam bentuk makhtuthat atau tulisan tangan yang
belum tersusun dengan rapi.29 Dan hingga saat ini karya-karya yang berlum
Syeikh Yasin sekitar 64 judul.30 Di dalam buku biografi singkat Syeikh Yasin
tercatat 74 judul kitab yang disampaikan oleh KH. Muhammad Zakwan Abdul
Hamid al-Betawy.31
28
Muhammad Zakwan, Biografi Singkat, h. 27.
29
Azyumardi Azra dan Oman Fathurahman, “Jaringan Ulama”, h. 136.
30
Disebutkan berjumlah 64 judul kitab dan masih banyaknya kitab-kitab karya Syeikh
Yasin yang belum disebutkan dalam kitab tersebut, dimungkinkan karena kitab tersebut telah ada
terlebih dahulu dari kitab-kitab selanjutnya yang pada akhirnya kitab-kitab selanjutnya tidak
tercatat. Muhammad Yasin, al-Fawaid al-Janiyyah, h. 43-48.
31
Muhammad Zakwan, Biografi Singkat, h. 28-33.
27
lebih 100 judul kitab yang telah dikarang oleh Syeikh Yasin, namun ia juga hanya
kitab.33
ulama terdahulu, juga merupakan hasil catatan Syeikh Yasin yang Ia himpun dari
kitab hadits Sunan Abi Daud 20 jilid, Fath al-‘Alam, syarah dari kitab Bulugh al-
Maram 4 jilid, Arba’una Haditsan min Arba’ina Kitaban ‘an Arbaina Syaikhan,
Kitab-kitab tersebut adalah: Bughyah al-Musytaq, syarah dari kitab Luma’ Abi
Dukhul Ta’liqat ‘ala Madkhal al-Wusuhl ila ‘Ilmi al-Ushul, Al-Durru al-Nadhi,
32
Muiduddin, "Peranan Fadilatus Syeikh Muhammad Yasin”, h. 58-63.
33
Lihat Al-Sayyid ‘Alwi, Faidh al-Khobayir, h. XI-XII.
28
Mawahib al-Saniyah ‘ala al-Qawaid al-Fiqhiyah 2 jilid, Ta’liqat ‘ala Luma’ Abi
Ishaq, Idha’at al-Nur al-Lami’, Syarah al-Kawkabi al-Sathi’ Nadhm Jam’u al-
Jawami’, Hasyiyah ‘ala al-Talathuf, syarah al-Ta’aruf, dan kitab Nail al-Ma’mul
Walapun Syeikh Yasin dalam ilmu falak telah dapat diungguli oleh
ulama lain, namun karya tulis beliau dalam ilmu falak layak untuk diperhitungkan
oleh ulama-ulama lain. Karya tulis beliau dalam ilmu falak adalah: Janyuts
7 buah judul kitab. Saat ini, dari informasi yang penulis dapatkan, kitab-kitab
beliau dalam bidang ini banyak menjadi panduan dan referensi di negara-negara
Lithasy Kubry Zadah, Risalah fi al-Mantiq, Husn al-Shiyaghah, Syarhu min al-
Yasin dalam ilmu isnad, hal ini sangatlah dimaklumi mengingat karya-karya
Syeikh Yasin serta kekhususan yang beliau berikan dalam ilmu ini serta segala
sesuatu yang berhubungan dengan ilmu tersesbut. Karya-karya Syeikh Yasin pun
dianggap karya yang paling monumental di abad ke-20 ini, sehingga hingga saat
ini belum ada seorang ulama pun yang dapat mengungguli Syeikh Yasin baik itu
dibidang keintelektualan maupun dalam karya tulis mengenai ilmu isnad. Tidak
kurang 50 judul kitab yang telah beliau tulis, karya-karya Syeikh Yasin dalam
bidang ini antara lain: Mathamah al-Wijdan fi Asanid al-Syeikh Umar Hamdan 3
bin Hamad Aly Nabhan, Al-Qawi al-Jamil bi Ijazah al-Sayyid Ibrahim bin ‘Aqil,
Farid min Jawahir al-Asanid, Ithaf al-Bararah bi Asanid al-kutub al-‘Asyrah, Al-
30
‘Aliyah, Al-Durru al-Farid min Durar al-Asanid, Bughyah al-Murid min ‘Ulum
Qadir, Ikhtishar Riyadh al-Ahl al-Jannah min Atsar al-Ahl al-Sunnah, Faidh al-
Mathlab Ta’liq ‘ala Sadd al-Arab, Al-Durru al-Nadhir Risalatu Ta’liiqin ‘ala
Asanid ila al-Awail al-Sumbuliyah, Waraqat ‘ala al-Awail al-Ajluniyah, Ithaf al-
Bahits al-Sary bi Asanid ila al-Wajib Kuzbary, Ta’liqat ‘ala Kifayah al-Mustafid
Billah 12 jilid, Nail al-Amany fi Ijazah Yahya bin Abdurrazaq Ghawtsany 3 jilid,
‘Uqud al-Lujain fi Ijazah al-Syeikh Ismail Utsman Zein 12 jilid, Sawabigh al-Aid
Haramayn abad ke-16, jumlah Muslim yang datang dari berbagai penjuru dunia
terus semakin mengalami kemajuan. Tetapi, jelas tidak semua mereka yang
datang ke Tanah Suci merupakan ulama atau penuntut ilmu. Kebanyakan mereka,
pada kenyataannya adalah jamaah haji biasa, yang ingin memenuhi kewajiban
berhaji. Mereka ini biasanya kembali ke negeri asal mereka setelah melaksanakan
Madinah.
Haramayn tidak hanya untuk menunaikan haji, tetapi juga guna memenuhi tujuan-
tujuan lain seperti memperoleh ilmu atau mengabdikan diri melayani tempat-
tempat suci. Sebagian bahkan datang untuk berdagang. Mereka ini berpindah,
imigran Asia Selatan di Haramayn dalam abad ke-17 dan ke-18, menurutnya ada
tiga model atau kategori mengenai para pendatang atau imigran dan tujuan
mereka.1
Tipe pertama adalah mereka yang disebut Voll sebagai little imigrants;
1
Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII
& XVIII, Akar Pembaruan Islam Indonesia; Edisi Revisi, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 71.
32
33
diasumsikan, imigran jenis ini mulanya datang untuk menunaikan haji, tetapi
belakangan – apakah karena ingin melayani tempat-tempat suci atau karena tidak
sebagai penduduk biasa, dan tidak harus merupakan ulama. Kebanyakan mereka
pengecualian, seperti Sa’id bin Yusuf al-Hindi, seorang farrasy, pembentang tikar
kategori ini telah mempunyai dasar yang baik dalam kehidupan Islam. Sebagian
mereka sangat ‘alim dan terkenal apakah di negara asal mereka atau di pusat-pusat
kasus, mereka memainkan peran aktif tidak hanya dalam pengajaran, tetapi juga
mereka, grand immigrants mampu menarik penuntut ilmu dari berbagai penjuru
Dunia Muslim. Tidak sulit menemukan sebagian mereka yang mampu mencapai
keterkemukaan tidak hanya dalam diskursus religio- intelektual, tetapi juga dalam
2
Ibid., h. 71-72.
34
kancah sosial-politik. Seperti kita lihat nanti, adalah kelompok imigran ini yang
Makkah dan Madinah dalama perjalanan panjang mereka menuntut ilmu. Mereka
Tanah Suci, dan pada umumnya belajar dengan sejumlah guru yang berbeda.
Ketika merasa bahwa mereka telah mempunyai ilmu yang memadai dan telah
pinggiran Dunia Muslim. Mereka ini membawa ilmu, gagasan, dan metode yang
Muslim.3
Timur Tengah telah terjalin sejak masa-masa awal Islam. Hamka memberi
sejak abad pertama Hijriah atau sekitar abad ke-7 M. Para pedagang Muslim dari
Arab, Persia, dan Anak Benua India yang mendatangi Kepulauan Nusantara tidak
3
Ibid., h. 72-73.
35
hanya berdagang, tetapi dalam batas tertentu juga menyebarkan Islam kepada
penduduk setempat.
keilmuan,5 meski juga terdapat hubungan politik antara beberapa kerajaan Muslim
Nusantara seperti Kerajaan Aceh dan Banten. Jika hubungan keagamaan dan
Sejak dibukanya terusan Suez pada tahun 1869, setiap tahun ribuan
Bahkan pada awal-awal abad ke-20, kaum Muslimin yang menunaikan haji
Muslimin yang berhaji pada waktu itu tidak semata-mata didorong untuk
menunaikan rukun Islam yang kelima saja, tetapi juga dalam rangka menuntut
4
HAR. Gibb, Ibn Batuta’s Travels in Asia and Africa, (Broodway House, 1957), h. 367.
5
C. Snouck Hurgronje, Islam Di Hindia Belanda, cet ke-2, penerjemah: S. Gunawan,
(Jakarta: Bhratara Karya Aksara, 1983), h. 13.
6
H. Aqib Suminto, Politik Islam Hindia Belanda, (Jakarta: LP3ES, 1984), h. 3.
36
kegiatan ibadah haji, hanya separuh lebih dari jama’ah yang langsung kembali ke
Tanah Air.
Mekkah. Ternyata telah ada suatu komunitas para santri dan guru yang berasal
dari Nusantara. Hal ini sesuai dengan tulisan-tulisan Al-Qusasy yang telah
memanggil beberapa Muridnya yang berasal dari Timur Jauh dengan sebutan
Murid atau Santri dari Jawa yang telah menjadi guru sentral di Makkah seperti:
Syeikh Nawawi al-Bantani (w. 1314 H/1897 M) dan Syeikh Ahmad Khatib al-
Fadany.
Jawi, dalam hal ini adalah orang-orang dari Nusantara, di Makkah dikenal sebagai
orang-orang yang saleh, meskipun di antara mereka ada yang tidak memiliki
pengetahuan agama yang mendalam.8 Mereka pada umumnya pergi haji semata-
dan ikhlas.9 Maka tidaklah mengherankan banyak para pedagang Arab yang
7
Sebelum abad ke-20, Istilah “Jawi” mengacu kepada masyarakat kepulauan Nusantara (
atau masyarakat rumpun Melanesia/Melayu). Namun setelah merdeka dan terbentuknya negara-
negara di Nusantara, istilah Jawi sudah mulai jarang digunakan tetapi sudah mengacu langsung ke
daerah atau negara.
8
C. Snouck Hurgronje, Kumpulan Karangan Snouck Hurgronje V, h. 3, 53, Lihat juga
Dr. Karel A. SteenBrink, Beberapa Aspek Tentang Islam Di Indonesia Abad Ke-19, (Jakarta: PT.
Bulan Bintang, 1984), h. 246.
9
Steenbrink, Beberapa Aspek Tentang Islam, h. 247.
37
barang yang bahkan komunitas lain tidaklah semudah orang-orang Jawi tersebut.
Tidak hanya itu, orang-orang Jawi juga dikenal sebagai orang giat
dalam menuntut ilmu, hal ini dapat terlihat dengan kian banyaknya para santri
yang pergi menuntut ilmu ke Makkah dan juga dengan kian banyaknya ulama
Mekkah,10 terdapat sejumlah pemuda yang menetap lama di kota suci itu untuk
yang kenamaan. Banyak di antara pelajar-pelajar itu kemudian pulang ke tanah air
sebagai ahli kitab dan mereka ganti bertindak sebagai guru; dan madrasah-
Berdasar dari pergi haji dan menuntut ilmunya, akhirnya banyak dari
Haramayn merupakan pusat keagamaan serta keilmuan Islam pada masa tersebut
ditandai dengan ketegangan antara Islam yang lebih berorientasi pada syariah dan
10
Menurut data jumlah jamaah haji tahun 1876-1886, tercatat 34.343 calon haji berangkat
ke Mekkah, sedangkan yang kembali hanya 27.932 orang. Ini termasuk haji yang meniggal dan
haji yang bermukim langsung di Mekkah. Steenbrink, Beberapa Aspek Tentang Islam, h. 252.
11
Hugronje, Islam Di Hindia Belanda, h. 28.
38
sufisme. Sejak abad-abad IV/X, V/XI, dan selanjutnya di kalangan tarekat muncul
doktrin baru yang secara umum banyak pertentangan, baik dengan Islam ortodoks
kebangkitan intelektual yang membawa kedua kota tersebut menjadi salah satu
kedua kota tersebut mengalami rekonsiliasi syariah dan sufisme.14 Konflik yang
panjang antara kedua dimensi Islam ini pada masa lampau, kini menjadi tidak
relevan di Haramayn. Selain itu, pandangan dunia sufisme yang dulu bersifat
eskapis sehingga mengabaikan dunia, kini diganti dengan persepsi yang positif
terhadap dunia.15
ulama ini. Tema sentral yang menuntut aktivitas dan pemikiran jaringan adalah
“kembali kepada Al-Qur’an dan hadits”. Dalam konteks ini, Mekkah dan Madinah
yang pada abad-abad awal Islam menjadi pusat terpenting studi Al-Qur’an dan
hadits – tetapi kemudian merosot – sejak abad ke-9 H/15 M kembali menunjukkan
yaitu kebebasan dalam mengikuti berbagai tradisi pemikiran dan aliran Islam yang
12
Azyumardi Azra, Renaisans Islam Asia Tenggara, Sejarah Wacana dan Kekuasaan,
(Bandung: Rosdakarya, 2006), h. 123.
13
Ibid, h. 144. Lihat Azyumardi Azra. Jaringan Ulama, h. 116.
14
Ibid, h. 146.
15
Ibid, h. 147
16
Ibid, h. 146.
39
berbeda, baik dalam bidang teologi, fikih maupun tasawuf. Keempat mazhab fikih
itu, seorang murid penganut mazhab Syafi’i boleh saja belajar kepada Syeikh
mazhab Hanafi.17
adalah lingkaran ulama yang populer sehingga menjadi titik sentral bagi ajang
para ulama lain baik itu ulama Haramayn itu sendiri maupun ulama-ulama dari
Pola hubungan mereka dalam jaringan ini pun, seperti yang telah
jelaskan Azra dalam Jaringan Ulama, pada abad ke-19 masih kepada pola
menghubungankan hubungan antara guru dengan murid atau murid dengan guru
Selain itu ijazah dari seorang ulama juga merupakan sesuatu yang ikut
ilmu hadits, ijazah tersebut merupakan suatu pengakuan hubungan murid oleh
guru yang terus menghubungkan hubungan murid tersebut terus sampai pada
hubungan terakhir.
17
Ibid, h. 147.
18
Ibid, h. 147.
40
Pengaruh haji pada jaringan ini pun sangat besar terutama ketika
terjadi haji akbar karena bisa dikatakan haji merupakan ajang pertemuan tahunan
yang terbesar. Bahkan tidak jarang banyak ulama Makkah yang menyediakan
tempat untuk para ulama dari tempat lain pada waktu haji hanya karena ingin
mendapatkan suatu disiplin ilmu tertentu atau hanya ingin agar mendapatkan
mereka tidak akan menyia-yiakan even pertemuan akbar tahunan tersebut. Banyak
dari mereka yang berusaha untuk menemui para ulama karismatik Makkah untuk
juga adanya kontrol yang lebih ketat terhadap pemikiran dan praktek-praktek
dalam jaringan ulama satu persatu semakin rapuh. Bahkan kehidupan Madrasah
yang pada saat sebelumnya merupakan salah satu dasar dari jaringan ulama saat
ini telah digantikan oleh sekolah-sekolah negeri yang dibiayai oleh kerajaan yang
karena ketatnya regulasi yang telah ditetapkan oleh pemerintah, yang akhirnya
madrasah-madrasah yang beraliran Suni banyak yang harus gulung tikar seperti
Indonesia (seperti yang dialamai oleh Madrasah Dar al-Ulum al-Diniyyah dan
Karena banyak madrasah dan juga halaqoh yang ditutup, banyak para
santri yang pada akhirnya beralih ke Mesir ataupun Yaman, padahal madrasah
Haramayn, hal ini mengingat karena Haramayn bukan hanya tempat untuk
melaksanakan haji semata, akan tetapi juga sebagai kancah tempat tertinggi dalam
pembelajaran agama.
di Masjid al-Haram pun juga satu persatu dengan paksa ditutup oleh pemerintah.
19
Azyumardi Azra, Menuju Masyarkat Madani, Gagasan, Fakta, Dan Tantangan,
(Bandung: Rosdakarya, 1999), h. 52-55.
20
Azyumardi Azra, Renaisans Islam Asia Tenggara, h. 159.
42
Hal ini disebabkan karena banyak pengajaran yang telah diajarkan para ulama
ulama Jawi, termasuk Syeik Yasin, mengajar di al-Masjid al-Haram. kini satu-
satunya masih bertahan yang memiliki halaqah dan mengajar di mesjid ini tinggal
Seperti apa yang telah dilakukan oleh Abdullah ibn Sulaiman ibn
Munik, ulama wahabi dari Riyadh, ia merupakan salah satu penentang keras
berbagai kegiatan apapun yang telah dilakukan oleh Sunni, ia juga selalu
menyerang ulama Sunni dan juga menyerukan agar pemerintah Kerajaan untuk
al-Azhar Mesir.
adalah ulama Haramayn – baik Jawi maupun non-Jawi – yang menjadi sumber
21
Ibid., h. 49-51.
22
Azyumardi Azra, Renaisans Islam Asia Tenggara, h. 158.
43
otoritas ulama Indonesia. Ulama semacam Abd al-Ra’uf al-Singkeli (w. 1105
H/1693 M), Muhammad Nafis al-Banjari (w. 1812 M), Nawawi al-Bantani (w.
1314 H/1897 M), Mahfuzh al-Termasi (w. 1338 H/1920 M) sampai Ahmad
Khatib al-Minangkabawi (w. 1334 H/1916 M), memperoleh otoritas – baik dalam
tasawuf maupun ilmu-ilmu agama lain – dari ulama di Mekkah dan Madinah23.
Jika dalam abad-abad lampau, Mekkah dan Madinah merupakan pusat jaringan
suasana yang sangat bebas dan terbuka, kini yang terjadi justru sebaliknya. Setiap
gerak dan pemikiran ulama, khususnya mukimin dan keturunan asing, diawasi
dengan ketat24.
23
Azyumardi Azra, Menuju Masyarkat Madani, h. 50.
24
Ibid, h.50.
BAB IV
hubungan satu ulama dengan ulama lainnya, tetapi juga bagaimana ia juga ikut
berkontribusi dalam perluasan dan juga menjaga agar jaringan tersebut tetap eksis.
Sepeti yang dijelaskan oleh Azyumardi Azra dalam buku jaringan ulama, ia
menjelaskan bahwa jaringan ini bukan hanya berkaitan dengan hubungan guru-
murid, guru dengan guru, atau pun murid dengan murid tetapi juga menyangkut
penyebaran dan pengembangan khazanah keilmuan Islam, hal ini pun bisa dilihat
dari penyebaran sanad seorang guru yang menyebar ke murid-muridnya dan dari
Yasin pun juga ikut berkontribusi dalam hal-hal tersebut, hal ini bisa dipastikan
dengan ditemukan dan dihidupkanya kembali ilmu sanad olehnya yang bahkan ia
dunia tarekat pun ikut menuntutnya untuk menyebarkannya, dan kegiatan rihlah
ilmiyah yang ia lakukan yang bukan hanya sebatas mencari atau pun
menyebarkan setiap ilmu yang ia miliki, tetapi juga agar terjadi sebuah pola
hubungan yang khusus terhadap ulama yang ia temui. Selain itu, Syeikh Yasin
44
45
terdahulu, yang bahkan saat ini sangatlah jarang dilakukan oleh ulama-ulama
masa kini.
baik tembok ataupun selainnya.1 Izzuddin ibnu Jama’ah dan Ath Thibi
mengatakan bahwa sanad itu ialah menerangkan jalan yang menyampaikan kita
kepada matan hadits.2 Imam Suyuthi mengatakan dalam Alfiyahnya “sanad adalah
yang dimaksud dengan ilmu sanad adalah ilmu yang menjelaskan jalannya matan
atau bisa juga disebut ilmu yang menjelaskan silsilah para perawi yang
meriwayatkan matan (isi hadits). Ilmu sanad dalam hadits memiliki peranan yang
sangat besar, yaitu menjaga keabsahan suatu hadits, apakah suatu hadits itu
memang bersandar kepada Nabi SAW atau para Sahabat hal itu ditentukan oleh
sanadnya.
Pada zaman Imam Suyuthi semua sanad hadits yang memang benar
adanya telah berhasil dihimpun oleh Imam Suyuthi. Namun setelah sepeninggal
Imam Suyuthi, sanad-sanad tersebut kembali tercecer dan barulah pada abad ke-
yang walaupun dari segi jumlah tidaklah sebanyak dengan apa yang telah
1
Prof. Dr. T. M. Hasbi Ash-Shiddeqy, Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadits; Jilid I,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1981), h. 42.
2
Ibid, h. 42.
3
Ibid, h. 42-43.
46
dihimpun oleh Imam Suyuthi. Maka tidaklah mengherankan banyak ulama yang
hadits baik itu hadits shahih, dhoif maupun hasan sampai ke Rasulullah saw.
Tidak hanya sanad hadits saja yang ia punya, bahkan ia mempunyai sanad-sanad
seluruh kitab kuning yang telah ia kaji sampai kepada pengarangnya dan juga
pendirinya.5
Syadziliyah berasal dari Abi al-‘Azzaim Madi bin Sulthon Khodim al-Syeikh Abi
4
Muiduddin, "Peranan Fadilatus Syeikh Muhammad Yasin bin Muhammad Isa al-
Fadany al-Makky dalam Pengajaran Hadits di Nusantara," (Tesis Magister S2 Program
Pascasarjana IIQ Jakarta, 2007), h. 124.
5
Lihat Azyumardi Azra dan Oman Fathurahman, “Jaringan Ulama,” dalam Taufik
Abdullah, ed., Ensiklopedi Tematis Dunia Islam 5; Asia Tenggara, (Jakarta: Ichtiar Baru Van
Hoeve, 2002), h. 136.
6
Hizb merupakan salah satu bentuk amaliyah (amalan) zikir dalam tarekat Syadziliyah.
7
Abdul Hamid Abdul Halim al-Daary, Sanad Hizb al-Bahr wa Saaira Hazaib al-Syeikh
Abi al-Hasan al-Syadziliy, (Prapanca, Jakarta). Lihat Abdul Hamid Abdul Halim al-Daary, Hizb
al-Bahr wa al-Nasr wa sanadhuma al-Mutsahil ila Shohibhuma al-Syeikh ‘Aly bin ‘Abdullah ibn
‘Abd al-Jabbar Abi al-Hasan al-Syadzily, 591-656 H / 1195-1258 M, (Jakarta; t.p, t.t), h. 4-5.
Dalam buku “Mengenal Dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah Di Indonesia”
disebutkan bahwa silsilah tarekat Syadziliyah di Indonesia berasal dari silsilah Abi al-‘Abbas
Syihabuddin Ahmad bin ‘Umar al-Mursi (silsilah kedua setelah Abi al-Hasan al-Syadzili). Prof.
DR. H. Moh. Ardani, Tarekat Syadziliyah, terkenal Dengan Variazi Hizb-nya, Dalam Dr. Hj. Sri
Mulyati, M.A., ed, Mengenal Dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah Di Indonesia (Jakarta:
Kencana, 2005), h. 79. Lihat Juga, Ahmad Syafi’i Mufid, Tangklukan, Abangan, dan Tarekat,
Kebangkitan Agama Di Jawa, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006), h. 299-301. Lihat juga,
Syaifuddin Zuhri, “Tarekat Syadziliyah, Perkembangan dan Ajarannya Di Kudus,” (Skripsi S1
Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007 M/ 1428 H), h. 41-42.
Lihat juga, Muhammad Juni, “ Sejarah Perkembangan dan Peranan Tarekat Syadziliyah Di
47
kediaman Syeikh Yasin untuk meminta ijazah hizb, setelah itu mereka
tingkatan yang mereka terima. Dari para ulama dan thulab yang telah diijazahkan
ini banyak pula yang telah mendapatkan izin untuk mengamalkan dan
Sampai saat ini telah banyak pondok pesantren dan Majlis-majlis talim
Pesantren Darut Tafsir dan Darul Kholidin di Bogor, yang tidak lain pimpinan-
terdengar di Indonesia. Akan tetapi bukan hanya tarekat Sadziliyah saja yang
menaungi Syeikh Yasin, ada beberapa tarekat lain pula yang sanadnya
Kabupaten Bekasi (1993-2003),” (Skripsi S1 Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2008 M/ 1429 H), h. 70-71. Bandingkan juga dengan, Ahmad Nur Khalid,
Hizb al-Bahr wa Hizb al-Nasr wa al-Fatihah li al-Imam Abi al-Hasan al-Syadily, (Ciputat: t.p,
2010), h.25-26.
8
Abdul Hamid Abdul Halim al-Daary, Al-Ratiban wa al-Thariqah al-‘Alawiyah,
(Prapanca, Jakarta).
9
Lihat “Syeikh Yasin al-Padani Ulama Mekkah,” Artikel diakses pada 11 September
2007 dari http://www.nahrawi.org/2009/10/syekh-yasin-al-padani-ulama-mekkah.html
48
disebut dengan perjalanan untuk menuntut ilmu merupakan salah satu tradisi yang
sudah melekat erat yang biasa dilakukan oleh para pelajar Muslim untuk mencari
seorang guru yang memang sudah dikenal dalam karir keilmuannya10. Tradisi
rihlah ilmiyah ini bahkan secara historis juga telah dilakukan oleh para Sahabat
hadits.11
Yasin mulai mengadakan rihlah ilmiyah ke berbagai kota lainnya seperti Madinah
rihlah ilmiyah ke berbagai negara seperti Yaman, Mesir, Syiria, Kuwait, India dan
Indonesia.
mencari ilmu semata, tetapi juga dalam rangka mengamalkan dan menyebarkan
ke suatu tempat, dipinta atau tidak ia pasti akan memberikan ijazah dan sanad
yang telah ia punya sesuai dengan kadar ilmu ulama yang menerima.
10
Lihat Lilik Mursito, “Tradisi Rihlah Ilmiah,” artikel diakses pada 5 November 2010
dari http://www.anwafi.co.cc/2010/07/tradisi-rihlah-ilmiyah.html
11
Azyumardi Azra dan Oman Fathurahman, “Jaringan Ulama”, h. 105.
12
Muhammad Zakwan Abdul al-Betawy Hamid, Biografi Singkat Asy-Syeikh Muhammad
Yasin al-Fadany, (Jakarta: T.tp, t.t), h. 9.
49
Qur’an (MTQ). Ajang ini Syeikh Yasin manfaatkan guna melakukan rihlah
ilmiyah dan menyampaikan sanad hadits dan kitab.13 Juga Syeikh Yasin
Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Madura, Nusa Tenggara Barat, Sumatera,
para ulama dan santri serta masyarakat yang antusias akan kunjungan Syeikh
Yasin guna memperoleh sanad, Ijazah, keberkahan dan do’a dari seorang ulama
besar.
selalu rutin mengundang para ulama dari berbagai negara yang menunaikan
Masyaikh kota Makkah beserta Tholabah untuk saling berdiskusi mengenai hal-
Jika ternyata ada sebagian ulama yang terlewatkan atau tidak bertemu, maka
keilmuan tersebut. Hal itulah yang juga terus dilakukan oleh Syeikh Yasin hingga
13
Muiduddin, "Peranan Fadilatus Syeikh Muhammad Yasin”, h. 116.
14
Ibid, h. 116
15
Muhammad Zakwan, Biografi Singkat, h. 27.
16
Muiduddin, "Peranan Fadilatus Syeikh Muhammad Yasin”, h. 115.
50
akhir hidupnya yang walaupun banyak pula dari ulama yang lainnya sudah
melupakannya.
melestarikan dan atas apa yang telah dilakukan oleh ulama-ulama salaf terdahulu.
Hal ini didasarkan agar tidak adanya penyimpangan dan kepunahan dalam tradisi
Syeikh Yasin selalu menirukan atas apa yang telah dilakukan ulama terdahulu
Yasin20, hal ini mengingat Syeikh Yasin juga pernah menyandang gelar Falak al-
Hijaz.
17
Hadits musalsal adalah hadits yang berterus-menerus para perawinya sehingga sampai
kepada Rasulullah saw Ketika meriwayatkannya berkeadaan serupa atau bersifat serupa atau
memakai perkataan yang serupa. Hasbi Ash-Shiddeqy, Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadits; jilid I,
h. 326. Atau suatu hadits dimana para perawinya saling mengikuti sifat atau keadaan perawi atau
riwayat satu sama lain. Dr. Mahmud Thahhan, Intisari Ilmu Hadits, (Malang: UIN-Malang Press,
2007), h. 204.
18
Musalsal ini adalah musalsal yang menitikberatkan pada perbuatan perawi, dalam arti,
seorang perawi ketika meriwayatkan hadits ini dibarengi dengan praktik saling mengenggam
antara kedua tangan perawi dengan yang menerima hadits tersebut. Al-musalsal bi al-Musyabakah
al-Maghribiyah populer di kalangan ulama dengan istilah tasybik. Dalam prakteknya, ini berbeda
dengan salaman pada umumnya, ini dilakukan dengan cara kedua tangan posisinya adalah semua
jari-jari bertemu meyela satu sama lain dengan tergenggam keduanya. Muiduddin, "Peranan
Fadilatus Syeikh Muhammad Yasin”, h. 94.
19
Hadits musalsal ini diriwayatkan dan diijazahkan hanya pada waktu hari raya ‘Ied (Ied
al-Fitri maupun Ied al-Adha), tepatnya setelah shalat Ied dan tidak dilaksanakan di lain waktu.
Lihat Muiduddin, "Peranan Fadilatus Syeikh Muhammad Yasin”, h. 101-104.
20
Muhammad Zakwan, Biografi Singkat, h. 26.
51
memang hal ini ditujukan karena kealiman serta luasnya ilmu yang telah beliau
miliki yang bahkan olehnya banyak dari guru-guru Syeikh Yasin sendiri yang
berbalik menuntut ilmu kepada Syeikh Yasin sendiri. Karena saking banyaknya
Apabila ia telah meyakini akan sesuatu, maka ia akan memegang teguh apa
yang telah ia yakini. Akan tetapi setelah Syeikh Zakaria membaca sebuah
Syeikh Yasin.21
musim haji tahun 1401 H: “Sebelumnya kami menetapkan bahwa guru kami
21
Lihat “Syeikh Yasin al-Padani Ulama Mekkah,” Artikel diakses pada 11 September
2007 dari http://www.nahrawi.org/2009/10/syekh-yasin-al-padani-ulama-mekkah.html
22
Muhammad Zakwan, Biografi Singkat, h. 3-4.
52
4. Dr. Abdul Wahhab bin Abu Sulaiman (Dosen Dirasatul ‘Ulya Universitas
Darul Ulum, pengarang banyak kitab dan salah satu ulama Masjid al-Haram.24
dikhususkan untuk memuji Syaikh Yasin Al-Fadani, dalam salah satu bait
syairnya dia berkata: أﻧﺖ ﻓﻲ اﻟﻌﻠﻢ واﻟﻤﻌﺎﻧﻲ ﻓﺮﯾﺪ…… وﺑﻌﻘﺪ اﻟﻔﺨﺎر أﻧﺖ اﻟﻮﺣﻲ
"Engkau tiada taranya dari segi ilmu dan ma`any, di antara banyak kejayaan
mengarang sebuah syiir untuk memuji beliau, berikut saya nukilkan dua bait
23
“Syeikh Yasin al-padany ulama Mekkah” diakses pada September 2007 dari
http://www.nahrawi.org/2009/10/syekh-yasin-al-padani-ulama-mekkah.html
24
“Syeikh Yasin al-padany ulama Mekkah.” Lihat juga Azyumardi Azra, Renaisans
Islam Asia Tenggara, h. 156.
25
“Syeikh Yasin al-padany ulama Mekkah” diakses pada September 2007 dari
http://www.nahrawi.org/2009/10/syekh-yasin-al-padani-ulama-mekkah.html
26
“Syeikh Yasin al-padany ulama Mekkah.”
53
7. KH. Maimun Zubeir. Kiyai Maimun merupakan salah satu murid Syeikh
pada waktu haul Syeikh Yasin ke-18 dan KH. Abdul Hamid Abdul Halim ke-
Suyuthi.27
terhadap ketinggian keilmuan Syeikh Yasin. Hal ini dapat pula dilihat dalam
Yasin. Selain itu, untuk mengenang jasa Syeikh Yasin, beberapa murid-murid
Syeikh Yasin selalu rutin melaksanakan haul Syeikh Yasin seperti yang terjadi di
27
Muiduddin, "Peranan Fadilatus Syeikh Muhammad Yasin”, h. 124.
BAB V
KESIMPULAN
Abu al-Faidh 'Alam al-Din Falak al-Hijaz Musnid al-Dunia al-Syekh Muhammad
Yasin bin Muhammad Isa al-Fadany al-Makky al-Hasany al-Syafi'i atau yang biasa di
dalam jaringan ulama Jawi kontemporer. Hal ini dapat dibuktikan dengan ditemukan
dan dihidupkannya kembali ilmu sanad olehnya, yang bahkan ia sendiri merupakan
pemilik sanad terlengkap, baik sanad dalam hadits maupun sanad kitab-kitab ulama
salafi. Syeikh Yasin pun juga seorang penyebar tarekat (Syadziliyah, ‘Alawiyah, dan
Naqsabandiyah). Syeikh Yasin juga sering melakukan rihlah ilmiyah yang terkadang
lewat rihlah ilmiyahnya Syeikh Yasin menjalin hubungan dengan seorang ulama
lebih intern.
Selain itu, Syeikh Yasin bisa dikatakan sebagai seorang penjaga tradisi
pemberian otoritas keilmuan, tradisi rihlah ilmiyah, dan tradisi penyampaian hadits
dengan sanadnya.
54
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Primer
Buku
Al-Makky, Abi al-Faidh Muhammad Yasin bin ‘Isa al-Fadany al-Makky. Nahj al-
S. Hurgronje. “Ulama Jawa Yang Ada Di Makkah Pada Akhir Abad ke-19.” Dalam
LP3ES, 1989.
55
56
Artikel
Majid Mas’ud Salim. “Wunzil al-Isnad Darajah Biwafaatih ‘Alam al-Din al-
Sumber Sekunder
Buku
Al-Daary, Abdul Hamid Abdul Halim. Hizb al-Bahr wa al-Nasr wa sanadhuma al-
Mutahil ila Shohibhuma al-Syeikh ‘Aly bin ‘Abdullah ibn ‘Abd al-Jabbar Abi
Amin, Samsul Munir. Sayyid Ulama Hijaz, Biografi Syaikh Nawawi Al-Bantani.
“Arab Saudi.” Dalam Ensiklopedi Indonesia, vol. 1. Jakarta: PT. Ichtiar Baru – Van
-----. Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadits; jilid II. Jakarta: Bulan Bintang. 1981.
Azra, Azyumardi. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad
XVII dan XVIII, Akar Pembaruan Islam Indoneisa; Edisi Revisi. Jakarta:
Kencana, 2007.
57
Rosdakarya, 1999.
-----. Renaisans Islam Asia Tenggara, Sejarah Wacana dan Kekuasaan. Bandung:
Rosdakarya, 2006.
Hamid, Hj. Bahjah. Hizb al-Nashr. Jakarta: Yayasan Daarut Taqwa, t.t.
HAR. Gibb. Ibn Batuta’s Travels in Asia and Africa. England: Broodway House,
1957.
Khalid, Ahmad Nur. Hizb al-Bahr wa Hizb al-Nasr wa al-Fatihah li al-Imam Abi al-
Karodirjo, Sartono. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: PT.
Kencana, 2008.
Muiduddin. "Peranan Fadilatus Syeikh Muhammad Yasin bin Muhammad Isa al-
Mulyati, Sri, Dr. Hj. MA, ed. Mengenal Dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah
Nasuhi, Hamid, dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: CeQDA, 2007.
Steenbrink, Dr. Karel A. Beberapa Aspek Tentang Islam Di Indonesia Abad Ke-19.
Thahhan, Mahmud, Dr. Intisari Ilmu Hadits. Malang: UIN-Malang Press. 2007.
Wafa, Ahmad. "Syekh Muhammad Yasin al-Fadany Musnid Dunia abad ke-20: Studi
Media Online
Lilik Mursito. “Tradisi Rihlah Ilmiah.” Artikel diakses pada 5 November 2010 dari
http://www.anwafi.co.cc/2010/07/tradisi-rihlah-ilmiyah.html
“Mengenang Syekh Yasin al-Fadani.” Artikel diakses pada 6 Juni 2010 dari
http://nulibya.wordpress.com/2007/09/11/mengenang-syekh-yasin-al-
fadani/nulibya
“Syekh Yasin al-Fadany; Imam Suyuthy Abad 20.” Artikel diakses pada 6 Juni 2010
dari http://sangmurobbi.multiply.com/journal/item/4
“Syekh Yasin al-Padani Ulama Mekkah.” Artikel diakses pada 11 September 2007
dari http://www.nahrawi.org/2009/10/syekh-yasin-al-padani-ulama-
mekkah.html
Manuskrip
Prapanca, Jakarta.
-----. Sanad Hizb al-Bahr Wa Saaira Hazaib al-Syeikh Abi al-Hasan al-Syadziliy.
Prapanca, Jakarta.
Lampiran I
60
61
Lampiran II
Lampiran III
1
Abi Faidh Muhammad Yasin bin Muhammad Isa al-Fadany, Nahj al-Salamah fi Ijazah
al-Shafy Ahmad Salamah., (Bairut, Libanon: Dar al-Basyair al-Islamiyah, 1409 H/1989 M), h. 7-
8.
63
64
Lampiran IV
2
Ibid, h. 11.
65
Lampiran V
Ijazah Syeikh Yasin dari al-Mu’ammar al-Qadhi al-Husain bin ‘Ali al-
‘Umary al-Shan’any3
3
Ibid, h. 25-27.
66
67
68
Lampiran VI
Syeikh Yasin4
4
Abdul Hamid Abdul Halim al-Daary, Al-Ratiban wa al-Thariqah al-‘Alawiyah,
(Prapanca, Jakarta).
69
4. Al-Sayyid Salim bin ‘Idrus al-Barr dan al-Sayyid Husain bin Muhammad al-
Habsy mufti Makkah dan al-Habib al-Qotb Ahmad bin Hasan al-Atthas dan
11. Al-Habib Husain bin Abi Bakar bin Salim, dari Ayahnya
Lampiran VII
5
Abdul Hamid Abdul Halim al-Daary, Sanad Hizb al-Bahr wa Saaira Hazaib al-Syeikh
Abi al-Hasan al-Syadziliy, (Prapanca, Jakarta). Lihat juga Abdul Hamid Abdul Halim al-Daary,
Hizb al-Bahr wa al-Nasr wa sanadhuma al-Mutsahil ila Shohibhuma al-Syeikh ‘Aly bin ‘Abdullah
ibn ‘Abd al-Jabbar Abi al-Hasan al-Syadzily, 591-656 H / 1195-1258 M, (Jakarta; t.p, t.t), h. 4-5.
72
3. Al-Syeikh ‘Abbas bin Ja’far bin Shiddiq mufti mazhab Hanafi di Makkah,
dari pamannya
gurunya
kakeknya
6. Al’Alamah al-Syeikh Muhammad Taj al-Din ‘Abd al-Muhsin bin Salim al-
Qala’i qodi Makkah dan Al-‘Alamah al-Syeikh ‘Abd al-Qodir bin Abi
12. Abi ‘Abd Allah Muhammad bin Muhammad bin ‘Abd al-Jalil al-Tunisy,
dari ayahnya
13. Abi al-Fadl Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Marzuq al-Hafid,
dari
16. Abi al-‘Azaim Mady bin Sulton Khodim al-Syeikh Abi al-Hasan al-
Syazily, dari
17. Al-Syeikh Abi al-Hasan ‘Aly bin ‘Abdullah bin ‘Abd al-Jabbar al-Syazily.
74
Lampiran VIII
6
Muhammad Zakwan Abdul Hamid al-Batawy, Sanad Kitab al-Arba’in Li al-Imam al-
Nawawi, (Prapanca, Jakarta).
75
Lampiran IX
7
Abdul Hamid Abdul Halim al-Daary, Jaami’ al-Sunan Li al-Hafiz al-Tirmidzi,
(Prapanca, Jakarta).
76
Lampiran X
14. Al-Syeikhah Amatullah binti ‘Abd Ghani bin Abi Sa’id Ahmad bin Abdul
8
Abi al-Faidh Muhammad Yasin bin ‘Isa al-Fadany al-Makky, al-Fawaid al-Janiyyah,
hasyiah al-Mawaahib al-Saniyyah ‘Ala al-Faraidh al-bahiyyah ,(Beirut: Dar al-Basyair al-
Islamiyyah, 1411 H/1991 M), h. 37-43. Muhammad Zakwan Abdul al-Betawy Hamid, Biografi
Singkat Asy-Syeikh Muhammad Yasin al-Fadany, (Jakarta: T.tp, t.t), h. 11-24. Muiduddin,
"Peranan Fadilatus Syeikh Muhammad Yasin bin Muhammad Isa al-Fadany al-Makky dalam
Pengajaran Hadits di Nusantara," (Tesis Magister S2 Program Pascasarjana IIQ Jakarta, 2007), h.
24-52.
77
35. Al-Syeikh Muhammad Abd al-Baqy bin Mala Aly al-Ayyubi al-Laknawy.
43. Al-Syeikh Muhammad Aly bin Husain bin Ibrahim al-Maliky al-Makky.
52. Al-Sayyid Abu Bakar bin Said bin Salim Baa Busail al-Makky.
Makky.
Lampiran XI
6. KH. Sirajuddin.
9
Muiduddin, "Peranan Fadilatus Syeikh Muhammad Yasin”, h. 53-56. Lihat “Syeikh
Yasin al-Padani Ulama Mekkah,” Artikel diakses pada 11 September 2007 dari
http://www.nahrawi.org/2009/10/syekh-yasin-al-padani-ulama-mekkah.html. “Mengenang Syeikh
Yasin al-Fadany,” artikel diakses pada 6 Juni 2010 dari
http://nulibya.wordpress.com/2007/09/11/mengenang-syekh-yasin-al-fadani/nulibya
89
Indonesia:
a. DKI Jakarta
7. KH. Junaedi.
4. KH. Syafi’ie.
c. Jawa Tengah
4. KH. Sya’rani.
7. KH. Muslih.
d. Jawa Timur
6. KH. Nashiruddin.
f. Kalimantan
3. KH. Abdullah.