Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN MATERI NERACA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Akuntansi

Disusun Oleh :
Ridick Poluakan (16041028)
Ryan Sindua (16041016)
Marcel Rasubala (16041036)
Brayen Rasuh (15041014)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
2019
PEMBAHASAN

Komponen-Komponen Neraca

Menurut Hery (2009:192), tiga komponen neraca adalah aktiva, utang, dan

ekuitas (modal). Aktiva adalah manfaat ekonomi yang mungkin terjadi di masa

depan yang diperoleh atau dikendalikan oleh entitas sebagai hasil dari transaksi

atau peristiwa di masa lalu. Utang adalah pengorbanan atas manfaat ekonomi

yang mungkin terjadi di masa depan, yang timbul dari kewajiban entitas pada saat

ini, untuk menyerahkan aktiva atau memberikan jasa kepada entitas lainnya di

masa depan sebagai hasil dari transaksi atau peristiwa di masa lalu. Ekuitas adalah

kepemilikan atau kepentingan residu dalam aktiva entitas, yang masih tersisa

setelah dikurangi dengan kewajibannya.

Klasifikasi Pos Neraca

Menurut Hery (2009:194), laporan keuangan akan menjadi lebih berguna

bagi manajemen, kreditor, dan investor ketika pos-pos yang ada dalam laporan

diklasifikasikan secara tepat ke dalam masing-masing kelompok sesuai dengan

karakteristiknya. Klasifikasi secara tepat terhadap pos-pos neraca akan berguna

untuk memberikan gambaran yang sesungguhnya mengenai besarnya jumlah

aktiva lancar, utang jangka panjang, total kewajiban, dan besarnya ekuitas.

Pos-pos yang ada dalam neraca umumnya diklasifikasikan sebagai pos

lancar (jangka pendek) dan pos tidak lancar (jangka panjang). Adapun pos-pos

neraca adalah sebagai berikut.


a. Aktiva Lancar

Menurut Hery (2009:195), aktiva lancar adalah kas dan aktiva lainnya

yang diharapkan akan dapat dikonversi menjadi kas, dijual, atau dikonsumsi

dalam waktu satu tahun atau dalam satu siklus operasi normal perusahaan.

Untuk aktiva yang tergolong lancar, urutan penyajiannya di neraca

haruslah berdasarkan pada urutan tingkat likuiditas.Kas merupakan aktiva yang

paling likuid (lancar), lalu diikuti dengan investasi jangka pendek, piutang,

persediaan, dan biaya dibayar di muka.Adapun yang tergolong aktiva lancar

adalah sebagai berikut.

1) Kas dan Setara Kas

Kas merupakan aktiva yang paling likuid yang dimiliki perusahaan, kas

akan diurut atau ditempatkan sebagai komponen pertama dari aktiva lancar dalam

neraca. Kas meliputi uang logam, uang kertas, cek, wesel pos, dan deposito.

Setara kas adalah investasi jangka pendek yang sangat likuid yang dapat

dikonversi atau dicairkan menjadi uang kas dalam jangka waktu yang sangat

segera, biasanya kurang dari tiga bulan (90 hari).

2) Investasi Jangka Pendek

Investasi jangka pendek (surat-surat berharga atau marketable securities), yaitu

investasi yang sifatnya sementara (jangka pendek), dengan maksud untuk

memanfaatkan uang kas yang untuk sementara belum dibutuhkan dalam operasi

perusahaan. Investasi jangka pendek terdiri atas deposito di bank, surat-surat

berharga (saham, obligasi, surat hipotek, dan sertifikat bank).


3) Piutang

Dalam praktik, piutang pada umumnya diklasifikasikan menjadi piutang

usaha, piutang wesel, dan piutang lain-lain. Piutang usaha adalah jumlah yang

akan ditagih dari pelanggan sebagai akibat penjualan barang atau jasa secara

kredit. piutang wesel adalah tagihan perusahaan kepada pembuat wesel. Piutang

lain-lain adalah piutang bunga, piutang deviden, piutang pajak.

4) Persediaan

Perusahaan mengklasifikasikan persediaannya tergantung pada apakah

perusahaan adalah pedagang (perusahaan dagang) atau pembuat (perusahaan

manufaktur).Untuk perusahaan dagang, persediaannya dinamakan persediaan

barang dagangan (hanya ada satu klasifikasi), dimana barang dagangan ini

dimiliki oleh perusahaan dan sudah langsung dalam bentuk siap untuk dijual

dalam kegiatan bisnis normal perusahaan sehari-hari.Adapun untuk perusahaan

manufaktur, mula-mula persediaannya belum siap untuk dijual sehingga perlu

diolah terlebih dahulu.Persediaannya diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu bahan

mentah, barang setengah jadi (barang dalam proses), dan barang jadi (produk

akhir).

5) Biaya dibayar di Muka

Biaya dibayar di muka yang termasuk dalam aktiva lancar adalah

pengeluaran yang telah dilakukan untuk manfaat yang akan diterima dalam satu

tahun atau dalam satu siklus operasi normal perusahaan.

b. Aktiva Tidak Lancar


Aktiva tidak lancar (fixed assets) adalah suatu aktiva yang akan digunakan

atau dikuasai perusahaan dalam jangka panjang (mempunyai umur ekonomi lebih

dari satu tahun).

1) Investasi Jangka Panjang

Investasi jangka panjang (long term invesment) adalah penananman

modal/uang pada pihak lain untuk jangka panjang (lebih dari satu tahun).

Misalnya, investasi dalam saham (investment on stock), investasi dalam obligasi

(investment on bond), dan penyetoran simpanan wajib ke koperasi induk.

2) Aktiva Tetap

Menurut Hery (2009:205), aktiva tetap merupakan aktiva jangka panjang

atau aktiva yang relatif permanen. Mereka merupakan aktiva berwujud karena

terlihat secara fisik.Aktiva tersebut dimiliki dan digunakan oleh perusahaan serta

tidak dimaksudkan untuk dijual sebagai bagian dari kegiatan operasi normal

perusahaan.Aktiva berwujud ini diperoleh baik dalam bentuk siap pakai atau

dengan dibangun lebih dahulu.Aktiva yang umum dilaporkan di dalam kategori

ini meliputi tanah, bangunan, mesin, perabot, peralatan, dan kendaraan bermotor.

3) Aktiva Tidak Berwujud

Aktiva tidak berwujud adalah aktiva yang tidak memiliki wujud fisik dan

dihasilkan sebagai akibat dari sebuah kontrak hukum, ekonomi, maupun kontrak

sosial. Contoh dari aktiva tidak berwujud adalah goodwill (nama baik), trademark

(merek dagang), franchises (waralaba), patent, copyright (hak cipta), customer list

(daftar pelanggan), dan broadcast license (izin penyiaran).


4) Aktiva Tidak Lancar Lainnya

Pos-pos yang dicantumkan dalam kelompok aktiva tidak lancar lainnya

sangat beragam dalam praktik.Umumnya pos-pos ini meliputi biaya dibayar di

muka, biaya pensiun dibayar di muka, piutang tidak lancar, aktiva pajak

penghasilan yang ditangguhkan, dan aktiva yang dimiliki untuk dijual.

c. Kewajiban Lancar

Menurut Hery (2009:209), kewajiban lancar adalah kewajiban yang

diperkirakan akan dibayar dengan menggunakan aktiva lancar atau menciptakan

kewajiban lancar lainnya dan harus segera dilunasi dalam jangka waktu satu tahun

atau dalam satu siklus operasi normal perusahaan. Adapun yang termasuk dalam

kewajiban lancar adalah sebagai berikut.

1) Utang Usaha dan Utang Wesel Jangka Pendek

Utang usaha timbul pada saat barang atau jasa diterima sebelum

melakukan pembayaran.Dalam transaksi perusahaan dagang, sering kali

perusahaan membeli barang dagangan secara kredit dari pemasok untuk dijual

kembali kepada para pelanggannya. Utang usaha ini biasanya akan segera dilunasi

oleh perusahaan dalam jangka waktu yang sangat singkat sesuai dengan

persyaratan kredit yang diterima dalam faktur tagihan.

Kewajiban dalam bentuk janji tertulis dicatat sebagai utang wesel. Pihak

yang berutang berjanji kepada pihak yang diutangkan untuk membayar sejumlah

uang tertentu berikut bunganya dalam kurun waktu yang telah disepakati. Janji

pembayaran tersebut ditulis secara formal dalam sebuah wesel atau promes.
2) Beban yang Masih Harus dibayar

Bagian dari beban yang masih harus dibayar adalah utang pajak

penghasilan karyawan, utang bunga, utang upah, utang pajak penjualan.Utang

pajak penghasilan karyawan merupakan jumlah pajak yang terutang kepada

pemerintah atas besarnya gaji karyawan yang terkena pajak penghasilan. Utang

bunga merupakan jumlah bunga yang terutang kepada kreditor atas dana yang

dipinjam. Utang upah merupakan jumlah upah yang terutang kepada karyawan

atas manfaat yang telah diterima perusahaan melalui pemakaian jasa karyawan

selama periode berjalan.Sedangkan utang pajak penjualan merupakan utang atas

pajak yang dipungut dari pembeli ketika penjualan terjadi.

3) Pendapatan diterima di Muka

Pendapatan diterima di muka timbul pada saat pembayaran diterima

sebelum barang atau jasa diberikan. Contohnya adalah sewa diterima di muka, di

mana pihak yang menyewakan biasanya akan menerima terlebih dahulu uang

muka dari pihak penyewa untuk pemakaian sewa beberapa bulan ke depan.

4) Bagian Utang Jangka Panjang yang Lancar

Bagian dari utang jangka panjang yang lancar adalah sebagian dari

kewajiban jangka panjang yang akan segera jatuh tempo dalam jangka waktu satu

tahun atau dalam satu siklus operasi normal perusahaan, tergantung mana yang

paling lama. Kewajiban ini tergolong sebagai kewajiban lancar.


d. Kewajiban Tidak Lancar

Kewajiban tidak lancar adalah kewajiban yang diperkirakan tidak akan

dibayar dalam waktu 12 bulan atau dalam satu siklus operasi normal perusahaan.

Yang tergolong kewajiban tidak lancar adalah sebagai berikut.

1) Utang Jangka Panjang

Utang jangka panjang (long term liabilities), yaitu seluruh utang

perusahaan kepada pihak lain selain pemilik yang harus dilunasi dalam periode

lebih dari satu tahun. Utang jangka panjang meliputi sebagai berikut :

a) Utang obligasi (bond payable) adalah surat pengakuan utang (berupa sertifikat)

yang dikeluarkan oleh perusahaan yang mempunyai utang (biasanya oleh

perseroan terbatas) kepada investor (penanam modal).

b) Utang hipotek (mortgage payable/mortgage notes payable) merupakan utang

jangka panjang yang dijamin dengan aktiva tetap tertentu, misalnya rumah.

c) Pinjaman jangka panjang yang lain, misalnya utang jangka panjang ke bank.

2) Kewajiban Sewa Jangka Panjang

Beberapa transaksi penyewaan aktiva tetap merupakan pembelian yang

didanai melalui pinjaman. Untuk akuntansi sewa guna usaha modal, nilai

sekarang dari pembayaran sewa minimum akan dicatat sebagai kewajiban jangka

panjang.

3) Kewajiban Pajak Penghasilan yang Ditangguhkan


Kewajiban pajak penghasilan yang ditangguhkan adalah perkiraan pajak

penghasilan atas pendapatan yang sudah terjadi (menurut akuntansi), tetapi

berdasarkan ketentuan perpajakan belum terutang pajak (karena belum ada

penerimaan kas); atau dengan kata lain bahwa kewajiban pajak ini secara legal

belum ada, dan baru akan resmi kena pajak atau memerlukan pembayaran pajak di

periode mendatang. Kewajiban pajak yang ditangguhkan ini timbul karena adanya

perbedaan sementara dalam hal pengakuan pendapatan dan beban antara menurut

akuntansi dengan menurut pajak.

4) Kewajiban Tidak Lancar Lainnya

Yang termasuk sebagai kewajiban tidak lancar lainnya adalah kewajiban

pensiun yang masih harus dibayar, utang jaminan produk, dan kewajiban

kontingensi lainnya. Suatu transaksi yang terjadi di masa lampau akan

menimbulkan kewajiban apabila kejadian tertentu terjadi di masa mendatang.

Kewajiban potensial ini dinamakan sebagai kewajiban kontingensi., dimana

kewajiban belum terjadi pada tanggal neraca. Kewajiban ini baru akan terjadi

secara actual tergantung pada adanya kejadian di masa mendatang.

e. Ekuitas atau Modal

Ekuitas (equity) atau modal (capital) adalah kewajiban perusahaan kepada

pemilik atau dapat juga dikatakan sebagai hak pemilik atas perusahaan.Penyajian

modal dalam neraca bergantung pada jenis perusahaan ditinjau dari bentuk badan

hukumnya.Pada dasarnya, yang dapat dimasukkan ke dalam kelompok modal,

yaitu modal pemilik, bagian laba untuk pemilik, dan cadangan.


Bentuk-Bentuk Neraca

Menurut Sofyan Syafri Harahap (2011:220), neraca biasanya disajikan

berdasarkan likuiditas perkirannya. Biasanya perkiraan yang paling lancar dan

paling dekat dengan konversi ke kas dicatat paling atas.Kewajiban yang paling

cepat harus dibayar, harus dicantumkan paling atas dalam kelompoknya.Modal

yang harus ditunaikan terlebih dahulu harus ditempatkan di atas.Dalam

menyajikan neraca dapat dibagi dalam tiga bentuk berikut ini.

a. Bentuk Neraca Staffel atau Report Form

Neraca ini dilaporkan satu halaman vertikal. Di sebelah atas dicantumkan total

aktiva dan di bawahnya disajikan pos kewajiban dan pos modal.


Contoh:

Perusahaan Angkutan Mandiri


Neraca Per 31 Desember 2002

Aktiva

Aktiva lancar

Kas Rp 1000.000,00

Piutang usaha Rp100.000,00


Perlengkapan Rp150.000,00

Jumlah aktiva lancar Rp,1.250.000,00

Aktiva tetap

Tanah…………………….. Rp 1. 500.000,00

Gedung…………………… Rp 1. 000.000,00

Peralatan…………………. Rp 2. 000.000,00

Jumlah aktiva Rp 4.500.000,00


tetap
Rp 5.750.000,00
Jumlah aktiva
Kewajiban

Utang lancar

Utang usaha .......................... Rp750.000,


00
Utang gaji ..............................Rp 1.225.000,00

Jumlah utang lancar Rp 1.975.000,00


Utang jangka panjang

Utang bank………………… Rp 2.000.000,00


Rp 3.975.000,00
Jumlah utang
Modal

Modal Tuan Rusmawan………. Rp 1.775.000,00

Rp 5.750.000,00
Jumlah kewajiban dan modal

Tabel 2.2 Bentuk Neraca Staffel atau Report Form

b. Bentuk Kedua Neraca Skontro atau T-Account Form

Di sini aktiva disajikan di sebelah kiri (di Inggris di kanan) dan kewajiban serta

modal ditempatkan di sebelah kanan sehingga penyajiannya sebelah menyebelah.

Contoh:

Perusahaan Angkutan Mandiri Neraca

Per 31 Desember 2002

Aktiva Kewajiban

Aktiva lancar Utang lancar

Kas…………………….. Rp 1000.000,00 Utang usaha Rp 750.000,00

Piutang usaha…………… Rp 100.000,00 Utang gaji Rp1.225.000,00

Perlengkapan… .......................Rp 150.000,00

Jumlah aktiva lancar Rp 1.250.000,00 Jumlah utang lancar Rp 1.975.000, 00


Aktiva tetap Utang jangka panjang

Tanah… .................................. Rp 1.500.000,00 Utang bank…………………Rp2.000.000,00 Rp

Gedung… .............................. Rp 1.000.000,00

Peralatan… ............................. Rp 2.000.000,00 Rp

Jumlah aktiva tetap Rp 4.500.000,00 Jumlah utang Rp3.975.000,00

Modal

Modal Tuan Rusmawan Rp1.775.000,00 Rp

Jumlah kewajiban

Jumlah aktiva Rp5.750.000,00 dan modal Rp 5.750.000,00

tabel 2.3 Bentuk Kedua Neraca Skontro atau T-Account Form

c. Bentuk yang Menyajikan Posisi Keuangan (Financial Position Form)

Dalam bentuk ini posisi keuangan tidak dilaporkan seperti dalam bentuk

sebelumnya yang berpedoman pada persamaan akuntansi.Dalam bentuk ini

pertama-tama dicantumkan aktiva lancar dikurangi utang lancar dan

pengurangannya diketahui modal kerja. Modal kerja ditambah aktiva tetap dan

aktiva lainnya kemudian dikurangi utang jangka panjang, maka akan diperoleh

modal pemilik. Dalam bentuk ini informasi disajikan satu halaman dengan urutan

sebagai berikut.
PT Sipangko Jaya Neraca

Per 31 Desember 2000

Aktiva

Aktiva lancar:

Kas dana bank...……….. Rp xxx


Piutang dagang… ................ Rp xxx
Rp xxx
Persediaan Barang…….. Rp xxx
BiayaKewajiban
Dibayar diLancar…..
Muka…RpRp xxxxxx
Utang
Jumlah Dagang…
aktiva lancar ............ Rp xxx

Utang Biaya .................. Rp xxx


Dikurangi:

Utang Pajak… ............. Rp xxx

Penerimaan di Muka.. Rp xxx

Lahan………………
Total Kewajiban Lancar Rp xxx (Rp xxx)
MODAL KERJA Rp xxx Rp xxx
Bangunan………….
Rp xxx
DITAMBAH:
Mesin dan Peralatan Rp xxx Rp xxx
AktivaFurniture……………
Tetap (net)
Rp xxx
Total Goodwill
Aktiva (net)
..................... Rp xxx
Aktiva Lain:
Total Aktiva Lain Rp xxx
ModalPaten………………..
Kerja dan Aktiva Rp xxx
DIKURANGI
Kewajiban Jangka Panjang

Obligasi (Rp xxx)

Total Aktiva Rp xxx


Modal (Ekuitas)

Modal (Ekuitas) terdiri dari:

Saham Biasa ............................................................ Rp xxx

Saham Preferen… .................................................. Rp xxx

Premium Saham Biasa Rp xxx Laba Ditahan… .... Rp xxx

Total Modal Rp xxx

Sumber: Sofyan Syafri Harahap (2011:221)

Tabel 2.4 Bentuk yang Menyajikan Posisi Keuangan (Financial Position Form)

LAPORAN PERIODIK yang DIWAJIBKAN SEC (Security Exchange

Commision)

1. Di Amerika, SEC atau Badan Pengawas Pasar Modal mewajibkan perusahaan go

public melaporkan secara periodic laporan keuangannya sebagai berikut.

2. Form 10 – K. Ini adalah laporan tahunan yang harus disampaikan tiga bulan atau

sepulu hari setelah akhir tahun buku.

3. Form 10 – Q. Laporan keuangan kuartal yang harus disampaikan 45 hari setelah

akhir kuartal.

4. Form 8 – K. Laporan harus disampaikan 15 hari setelah kejadian tertentu

dilaksanakan.

Kejadian itu adalah :

a. Perubahan dalam hal pengawasan perusahaan

b. Pembelian atau penjualan asset yang demikian besar


c. Bangkrut atau mengalami dampak bangkrut

d. Perubahan akuntan pemeriksa

e. Kejadian lain yang dianggap penting bagi pemegang saham

Biasanya isi laporan tahunan adalah sebagai berikut:

1. Neraca yang sudah diaudit untuk 2 tahun terakhir.

2. Laporan laba rugi untuk tiga tahun terakhir.

3. Laporan keuangan penting selama lima tahun terakhir.

4. Penjelasan manajemen tentang situasi keuangan perusahaan.

5. Ikhtisar informasi keuangan intern untuk tiap kuartal pada tahun yang

bersangkutan.

6. Data penting yang menyangkut segmen industry, kegiatan perusahaan domestic

dan luar negeri dan penjual ekspor.

Peristiwa kemudian (Subsequent Event)

Peristiwa kemudian adalah transaksi atau kejadian yang terjadi setelah tanggal

neraca sebelum laporan keuangan dikeluarkan atau diumumkan. Peristiwa

kemudian ini memungkinkan :

1. Menimbulkan penyesuaian terhadap laporan keuangan.

2. Memerlukan pengungkapan.

3. Adjustment perlu jika jumlah yang ada dalam laporan keuangan harus disesuaikan

karena adanya peristiwa kemudian yang memberikan bukti yang berkaitan dengan

keadaan yang terjadi pada tanggal neraca dan memengaruhi laporan keuangan

secara materiil. Pengungkapan perlu jika peristiwa kemudian memberikan bukti

yang berkaitan dengan persyaratan yang tidak ada pada tanggal neraca.
Keterbatasan Laporan Keuangan

1. Akuntansi tidak mencakup informasi yang tidak material. Demikian pula

penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu mungkin tidak

dilaksanakan jika hal ini tidak menimbulkan pengaruh yang material terhadap

kelayakan laporan keuangan.

2. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan tafsiran dan

berbagai pertimbangan dalam memilih alternative dari berbagai pilihan yang ada

yang sama-sama dibenarkan tetapi menimbulkan perbedaan angka laba maupun

asset.

3. Laporan keuangan bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi

kebutuhan pihak tertentu.

A. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan suatu

perusahaan untuk melunasi semua kewajiban yang harus segera dipenuhi (hutang

jangka pendeknya). Perusahaan yang mempunyai cukup kemampuan untuk

membayar hutang jangka pendek disebut perusahaan yang likuid sedang bila tidak

disebut ilikuid. Rasio likuiditas yang umum dipergunakan untuk mengukur tingkat

likuiditas suatu perusahaan antara lain:

1. Current Ratio

Rasio ini membandingkan aktiva lancar dengan hutang lancar. Current Ratio

memberikan informasi tentang kemampuan aktiva lancar untuk menutup hutang

lancar. Aktiva lancar meliputi kas, piutang dagang, efek, persediaan, dan aktiva
lainnya. Sedangkan hutang lancar meliputi hutang dagang, hutang wesel, hutang

bank, hutang gaji, dan hutang lainnya yang segera harus dibayar (Sutrisno,

2001:247). Rumus current ratio adalah:

Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar, semakin

tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Apabila

rasio lancar 1:1 atau 100% berarti bahwa aktiva lancar dapat menutupi semua

hutang lancar. Jadi dikatakan sehat jika rasionya berada di atas 1 atau diatas

100%. Artinya aktiva lancar harus jauh di atas jumlah hutang lancar

(Harahap,2002:301)

2. Quick Ratio

Quick ratio disebut juga acid test ratio, merupakan perimbangan antara

jumlah aktiva lancar dikurangi persediaan, dengan jumlah hutang lancar.

Persediaan tidak dimasukkan dalam perhitungan quick ratio karena persediaan

merupakan komponen aktiva lancar yang paling kecil tingkat likuiditasnya. Quick

ratio memfokuskan komponen-komponen aktiva lancar yang lebih likuid yaitu:

kas, surat-surat berharga, dan piutang dihubungkan dengan hutang lancar atau

hutang jangka pendek (Martono, 2003:56). Jadi rumusnya:

Jika terjadi perbedaan yang sangat besar antara quick ratio dengan current

ratio, dimana current ratio meningkat sedangkan quick ratio menurun, berarti

terjadi investasi yang besar pada persediaan. Rasio ini menunjukkan kemampuan
aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar. Semakin besar

rasio ini semakin baik. Angka rasio ini tidak harus 100% atau 1:1. Walaupun

rasionya tidak mencapai 100% tapi mendekati 100% juga sudah dikatakan sehat

(Harahap, 2002:302).

2. Cash Ratio

Rasio ini membandingkan antara kas dan aktiva lancar yang bisa segera

menjadi uang kas dengan hutang lancar. Kas yang dimaksud adalah uang

perusahaan yang disimpan di kantor dan di bank dalam bentuk rekening Koran.

Sedangkan harta setara kas (near cash) adalah harta lancar yang dengan mudah

dan cepat dapat diuangkan kembali, dapat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi

Negara yang menjadi domisili perusahaan bersangkutan. Rumus untuk

menghitung cash ratio adalah:

Rasio ini menunjukkan porsi jumlah kas + setara kas dibandingkan dengan total

aktiva lancar. Semakin besar rasionya semakin baik. Sama seperti Quick Ratio,

tidak harus mencapai 100% (Harahap, 2002:302).

B. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan

dalam memenuhi segala kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka

panjang apabila perusahaan dilikuidasi. Perusahaan yang mempunyai

aktiva/kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya disebut

perusahaan yang solvable, sedang yang tidak disebut insolvable. Perusahaan yang

solvabel belum tentu ilikuid , demikian juga sebaliknya yang insolvable belum
tentu ilikuid. Macam-macam rasio keuangan berkaitan dengan rasio solvabilitas

yang biasa digunakan adalah:

1. Total Debt to Total Assets Ratio

Rasio yang biasa disebut dengan rasio hutang (debt ratio) ini mengukur

prosentase besarnya dana yang berasal dari hutang. Hutang yang dimaksud adalah

semua hutang yang dimiliki oleh perusahaan baik yang berjangka pendek maupun

yang berjangka panjang. Kreditor lebih menyukai debt ratio yang rendah sebab

tingkat keamanan dananya menjadi semakin baik (Sutrisno, 2001:249). Untuk

mengukur besarnya rasio hutang ini digunakan rumus:

Rasio ini menunjukkan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva.

Semakin kecil rasionya semakin aman (solvable). Porsi hutang terhadap aktiva

harus lebih kecil (Harahap, 2002:304).

2. Debt to Equity Ratio

Rasio hutang dengan modal sendiri (debt to equity ratio) adalah imbangan

antara hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi

rasio ini berarti modal sendiri semakin sedikit dibanding dengan hutangnya. Bagi

perusahaan sebaiknya, besarnya hutang tidak boleh melebihi modal sendiri agar

beban tetapnya tidak terlalu tinggi. Semakin kecil rasio ini semakin baik.

Maksudnya, semakin kecil porsi hutang terhadap modal, semakin aman.

Rumusnya:
DAFTAR PUSTAKA

Suwardjono. 2018. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan.

Yogyakarta: BPFE

Suwardjono. 2002. Akuntansi Pengantar. Yogyakarta: BPFE

Samryn. 2016. Pengantar Akuntansi buku dua. Jakarta: Rajagrafindo Perseda.

Anda mungkin juga menyukai