Pelarangan Santri Salafiyah
Pelarangan Santri Salafiyah
Abstrak
Pelarangan santri di Pesantren salafiyah bangil untuk membeli di tokoh wahabi oleh
pengurus pesantren hal ini dikarenakan melihat citra wahabi dimasyrakat yang
merupakan penghasil aliran radikal dan Pondok pesantren salafiya beranggapan
dengan melakukan pelarangan dapat mengurangi aliran yang di anggap radikall
tersebut. Penulisan ini merupakan kajian pustaka dari beberapa lteratur berdasarkan
filsafat keilmuan yang di analisa penulis secara kualitatif deskriptif dalam
menjelaskan kasus pelaranga yang dilakukan Pesantren salafiyah bangil terhadap
para santrinya.
Abstract
figures by boarding school officials is because seeing the Wahabi image in the
School believes that by prohibiting it can reduce the flow that is considered radical.
Kec. Bangil, Pasuruan, Jawa Timur 67153, Indonesia. Pesantren ini berdiri pada
Sejarah singkat tentang pesantren salafiyah bangil yaitu, KH. Abd. Rokhim
Rohani mulai merintis Pesantren dengan dengan sarana yang sangat sederhana:
Sebuah rumah dan surau yang memiliki 3 ruang kecil. Jauh dari kesempurnaan,
pun belum tertata secara sistematis, tergantung waktu senggang Kyai. Metode
yang digunakan juga bersifat tradisional, yaitu sistem sorogan (lebih fokus pada
Penerus pada periode kedua adalah KH. Khoiron Khusein. Beliau dikenal
(MTs) dan Madrasah Aliyah (MA) yang pola pendidikannya selain melestarikan
Salafiyah mengalami kemajuan yang sangat pesat, baik dalam segi kualitas
maupun kuantitasnya. Salah satu gagasan beliau yang paling menonjol adalah
pengelolaan Salafiyah periode ke-3. Dengan dibantui KH. Zubair Rasul terus
lokal asrama, kelas dan kamar mandi. Beliau juga membentuk dewan penasehat
yang terdiri dari ibu nyai Hj. Khilyah, Ibu nyai Hj. Istiqomah dan ustdz. Hj.
Suroyyah.
B. Pelarangan Santri Membeli di Tokoh Wahabi
kegiatan transaksi jual beli di tokoh wahabi dan memberikan income yang besar
kepada tokoh wahabi. Di Bangil sendiri sebagai salah satu pesantren besar yang
cap sebagai salah satu bentuk organisasi atau aliran yang menghasilkan
C. Alasan Pelarangan
3. Pendapatan tokoh wahabi yang berasal dari santri-santri PP. Salafiyah cukup
besar
Bangil
Siagian dalam bukunya “Analisis Serta Perumusan Kebijakan dan Strategi
sasaran.
mereka dapat bergerak sebagai suatu kesatuan yang bulat. (Stainer, 1988)
penggunaan kekerasan sebagai upaya bela diri atas nama Islam sama sekali tidak
metode yang berlaku pada masyarakat umum. Bahkan menodai kesucian ajaran
Islam. Memang benar bahwa ajaran Islam mengakui penerapan hukum pidana
radikal.
berbagai kitab klasik yang membahas fiqh (Mabadi' Fiqhiyah, taqrib, fath al
nur al yaqin), tafsir (al jalalain, ash showi), tauhid (Aqidah islamiyah, jawahir
Filsafat Ilmu
Secara umum dapat dikatakan bahwa sejak perang dunia ke 2, yang telah
manusia , ini tidak terlepas dari pengembangan ilmu dan teknologi yang tidak
dilandasi oleh nilai-nilai moral serta komitmen etis dan agamis pada nasib manusia
, padahal Albert Einstein pada tahun 1938 dalam pesannya pada Mahasiswa
sendiri dan nasibnya harus selalu merupakan perhatian pada masalah besar yang
tak kunjung terpecahkan dari pengaturan kerja dan pemerataan benda, agar buah
ciptaan dari pemikiran kita akan merupakan berkah dan bukan kutukan terhadap
Dalam bidang ilmu pendidikan, dasar metafisika yang terkait dengan objek ilmu
pendidikan. Aliran-aliran besar dalam ilmu pendidikan itu misalnya dapat ditemui
dalam aliran pendidikan behavioristik yang menganut paham monisme
Dasar epistemologi ilmu atau dasar filsafat pengetahuan ilmu berarti bahwa
suatu ilmu harus memiliki kriteria dasar bagi penentuan suatu pengetahuan dapat
Filsafat yang mengedepankan eksplorasi logika yang insyaf, radikal dan bebas
Filsafat dari waktu ke waktu tidak pernah mengalami kemajuan (passif). filusuf
hanya bisa berfikir tanpa bisa mengekspresikan hasil pemikirannya dalam bentuk
yang lebih praktis. inilah yang membingungkan. Maka lahirlah Ilmu (sains) yang
menjadi cabang atau pemekaran dari filsafat itu sendiri yang tidak hanya
bukti2 empiris dan rasional melalui riset-riset atau uji coba yang dapat
teori (ilmu) yang tidak sesuai dengan realita, pun sebaliknya, realita tidak
selamanya harus dibarengi dengan teori. Oleh karena itu manusia terus mencari
lahir sebagai pedoman dan panduan bagi kehidupan manusia. Agama lahir tidak
dengan rasio, riset, dan uji coba belaka melainkan lahir dari proses penciptaan dzat
yang berada di luar jangkauan akal manusia dan penelitian pada objek-objek
tertentu.
a. Sikap (Tindakan)
anak, film, apa saja. Sikap adalah sebuah keyakinan megenai orang,
tindakan atau keputusan dan dapat diukur dengan kuesioner laporan tentang
diri sendiri. Lainnya bersifat implisit: kita tidak menyadari, mereka mampu
memeganruhi tingkah laku kita dengan cara yang tidak kita sadari dan dapat
diukur melalui cara-cara tidak langsung. Sikap seseorang bisa berubah saat
kita mengalami pengalaman baru, dan sikap terkadang berubah karena kita
berasal dari kata Ethos dari Yunani yang berati watak dan Mores yang
memiliki arti cara hidup dalam adat. Etika adalah suatu pengkajian secara
harfiahnya menurut konteks filsafat nilai menjadi suatu hal yang kurang baik
hal ini dikkarenakan secara estetika yang dihasilkan dari pelarangan tersebut
merupakan jadi pembatas antar manusia. Manusia yang sebagai makhuk
b. Konteks sosial
Konteks sosial merupakan dari kata sosial yaitu Kata sosial, dari kata latin
societas, yang artinya masyarakat. Kata societas dari kata socius,yang artinya
teman, dan selanjutnya antara manusia yang satu dengan manusia yang lain
a. Keluarga
b. Sekolah
c. Organisasi,dan sebagainya.
hubungan yang erat antara anggota yang satu dengan anggota yang lain,
anggota yang satu saling kenal mengenal dengan baik dengan anggota yang
lain. Oleh karena di antara anggota telah ada hubungan yang erat, maka
sudah tentu pengaruh dari lingkungan sosial ini akan lebih mendalam bila di
anggota yang satu dengan anggota yang lain agak longgar. Pada umumnya
anggota satu dengan angota lain kurang atau tidak saling kenal mengenal.
Karena itu, pengaruh lingkungan sosial sekunder akan kurang mendalam bila
ternyata tidak hanya berjalan sebelah, dalam arti hanya lingkungan saja yang
c. Historis pelarangan
Secara historis pelarangan ini terjadi karna citra dimasyarakat yang meangap
hal tersebut PP. Salafiyah melakukan pelarangan yang diambil sebagai sikap
d. Kekuasaan
bersahaja maupun sudah besar atau rumit susunannya. Akan tetapi walaupun
ada kekuasaan tidak dapat dibagi arata kepada semua anggota masyarakat.
Justru karena pembagian yang tidak merata itulah timbulah makna yang
atau kekuatan.
Akar dari kekuasaan adalah kehendak. Ini kiranya sejalan dengan pandangan
Nietzsche yang melihat hidup sebagai kehendak untuk berkuasa (Der Wille
zur Macht). Kekuasaan lalu terwujud melalui tindakan dan keputusan. Setiap
tindakan dan keputusan selalu terjadi dalam kerangka sosial. Begitu pula
setiap tindakan dan keputusan selalu memiliki dampak yang bersifat sosial.
e. Ideologi
Ideologi dibentuk dari dua kata. Ideo berarti pemikiran, khayalan, konsep,
ideologi bisa diartikan ilmu tentang keyakinan dan gagasan. Akan tetapi,
dan gagasan-gagasan yang ditaati oleh kelompok, kelas sosial, ras atau
sebuah bangsa.
Ideologi melibatkan kita untuk menggarap masalah-masalah dan isu-isu
Ideologi yang dianut oleh PP.Salafiyah yaitu ahlul sunnah wal jamaah ( NU),
dimana ideologii ini berbeda dngan ideologi yang dianut oleh paham wahabi,
beli yang dilarang oleh pesantren salafiah terhadap santrinya untuk membeli
Achmadi Asmoro, Pengantar Filsafat Umum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005.
Ahmad Zaenal Abidin, Riwayat Hidup Ibn Rusyd, Jakara: Bulan Bintang, 1975.
1962.
Al-Ghamimi Abu al-Wafa, Sufi Dari Zaman ke Zaman, terj Afif Muhmmad,
Al-Iraqi Muhammad Athif, Al-Naz’ah al-Aqliyah fi Falsafah Ibn Rusyd, Kairo: Dar
al-Ma;arif, 1979.
Ammar Hasan Abu, Ringkasan Logika Muslim, Jakarta: Yayasan al-Muntazhar, cet
1, 1992.
Descartes Rene, Diskursus dan Metode, terj. Ahmad Faridl Ma’ruf, Yogyakarta:
IRCiSoD, 2012.
Fakhry Majid, Sejarah Filsafat Islam, tej, Mulyadhy Kartanegara, Jakarta: Pustaka
Jaya, 1987.
2002.
Madkur Ibrahim, Aliran dan Teori Filsafat Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995.