FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2018
POLIMER UNTUK SEDIAAN TARGETED PENYAKIT OTAK
I. Pendahuluan
Blood-brain barrier (BBB) adalah penghalang dinamis yang
melindungi otak terhadap serangan organisme dan zat yang tidak diinginkan.
Ini juga penghalang yang paling penting yang menghambat pengangkutan
obat ke otak melalui sirkulasi darah. Meskipun perkembangan telah pesat
terkait pemahaman mengenai struktur molekul komponen BBB, pengetahuan
kita dalam ekspresi reseptor di BBB, kemajuan dalam teknologi medis, dan
terobosan dalam pendekatan berbasis nanoteknologi, banyak penyakit otak
atau sistem saraf pusat (SSP) tetap kurang diterapi oleh pengobatan yang
efektif. Ini bukan karena ada kekurangan pada kandidat obat-obatan tersebut,
tetapi karena ketidakmampuan banyak molekul terapeutik untuk
menyeberangi BBB, penghalang cairan darah-serebrospinal (BCSFB), atau
penghalang CNS khusus lainnya untuk mencapai area spesifik otak (Neuwelt
et al., 2008).
Otak dilindungi dengan baik dan secara dinamis diatur untuk
menyediakan tempat perlindungan bagi sistem saraf pusat (SSP). Ada
beberapa pintu masuk untuk memasuki parenkim otak, dua yang paling
penting adalah sirkulasi darah (BB) dan sirkulasi cairan serebrospinal (CSF).
BBB secara universal dianggap sebagai penghalang yang paling penting
dalam mencegah molekul mencapai parenkim otak melalui cabang-cabang
yang luas dari jaringan kapiler darah. Situs anatomi dan fungsional utama dari
BBB adalah endothelium otak. Secara fisiologis, di samping sel-sel endotel
kapiler otak, membran basa ekstraseluler, pericytes yang berdampingan,
astrosit, dan mikroglia merupakan bagian integral dari sistem pendukung
BBB. Bersama dengan neuron di sekitarnya, komponen-komponen ini
membentuk "unit neurovaskular" yang kompleks dan fungsional (Chen and
Liu, 2012).
Ada beberapa rute transpor molekul dalam melewati BBB ini,
diantaranya (Chen and Liu, 2012):
- Paracellular aqueos pathway
- Transellular lipophilic pathway
- Transport protein
- Efflux pumps
- Receptor-mediated transcytosis
- Adsorptive transcytosis
- Cell-mediated transcytosis
II. Kitosan
Kitosan adalah heteropolimer kationik yang diperoleh dari kitin,
polisakarida alami yang ada di eksoskeleton udang, jamur dan ragi. Secara
struktural, kitosan adalah rantai linier dari unit N-acetyl-d-glucosamine dan
dglucosamine yang secara acak hadir dengan ikatan beta (1,4) –glycosidic
(Sarvaiya, 2014).
Sinonim: 2-Amino-2-deoxy-(1,4)-b-D-glucopyranan; chitosani
hydrochloridum; deacetylated chitin; deacetylchitin; b-1,4 poly-D-
glucosamine; poly-D-glucosamine; poly-(1,4-b-D-glucopyranosamine).
Nama Kimia: Poly-b-(1,4)-2-Amino-2-deoxy-D-glucose [9012-76-4].
2.1 Karakteristik
a. Pemerian:
Kitosan berupa serbuk putih tidak berbau, bentuk serat menyerupai
serat kapas
b. Stabilitas
- Serbuk kitosan stabil pada suhu kamar
- Bersifat higroskopis setelah adanya pengeringan
- Kitosan harus disimpan dalam wadah tertutup rapat di tempat
yang kering dan sejuk
- Penyimpanan kitosan adalah pada suhu 2-8 0C
c. Typical Properties
- PH: 4.0 – 6.0 (1% b/v larutan air)
- Densitas: 1.35 – 1.40 g/cm3
- Titik leleh: 203 0C
- Distribusi ukuran partikel: < 30 µm
- Kelarutan: biasanya, kitosan larut dalam asam hidroklorik yang
kuat dan asam karboksilat seperti asam format, asam asetat,
dan asam propionat (Wu, 2018).
- Viskositas:
Kitosan memiliki berat molekul yang tinggi dan linear, struktur
tidak bercabang, sehingga kitosan merupakan agen peningkat
viskositas yang sangat baik dalam suasana asam. Viskositas
larutan kitosan meningkat dengan meningkatnya konsentrasi
kitosan, penurunan suhu, dan meningkatnya derajat deasetilasi.
d. Fungsi Kitosan:
- Coating agent
- Disintegran
- Film forming agent
- Mucoadhesive
- Binder
- Viscosity increasing agent
e. Inkompatibilitas
Kitosan inkompatibel dengan oksidator kuat
f. Safety
- Kitosan pada umumnya dianggap tidak beracun dan tidak
berbahaya (low toxicity)
- Kitosan biokompatibel dengan kulit yang sehat maupun
terinfeksi
- Kitosasn bersifat biodegradable
(Wu, 2018).
g. Aktivitas biologi:
- Bioinkompatibilitas
- Antimikroba
- Antitumor
- Efek regulasi sistem imun
(Ke Xing, 2018).
2.2 Struktur
3.1 Karakteristik
Polimer PEG memiliki peranan penting dalam sistem penghantaran
obat liposom dan nanopartikel. Unit monomer dari PGE adalah O(CH2).
Tiap monomer memiliki sebuah gugus polar oksigen dan sebuah gugus
non polar (CH2). Oleh karena itu, PEG dapat larut di pelarut yang bersifat
polar maupun non polar (Bunker, 2012). PEG memiliki beragam jenis
dengan berat molekul (BM) yang berbeda-beda. Dalam aplikasinya untuk
nanopartikel, digunakan PEG dengan BM 2000. PEG2000 berwarna putih
dan konsistensinya seperti pasta. PEG2000 akan meleleh pada suhu 45-50oC
dan tidak higroskopis (Rowe et al., 2009).
3.2 Struktur
Metode Pembuatan
High-Pressure Homogenization
Menjadi teknik yang paling dapat diandalkan dan berpengaruh,
HPH telah muncul sebagai teknik produksi pilihan industri untuk
persiapan dispersi nanopartikel lipid. Produksi SLN oleh HPH dapat
dicapai dengan dua pendekatan utama - homogenisasi panas dan
pendekatan homogenisasi dingin (Shah et al., 2015). Prosesnya mudah
dan dapat dilakukan di tingkat industri. Dalam teknik ini, cairan dipaksa
melalui celah sempit beberapa mikrometer oleh homogenizer tekanan
tinggi pada tekanan tinggi (100-2000 bar).
a. Hot Homogenization (Homogenisasi Panas)
Teknik Mikroemulsi
Mikroemulsi adalah sistem termodinamik stabil yang terdiri dari air
dan minyak, distabilkan oleh surfaktan (dan kosurfaktan, jika
diperlukan) dan secara optis isotropik. Gambar 4. menggambarkan
persiapan dispersi nanopartikel lipid oleh pengendapan dari
mikroemulsi panas. Fase lipid dan sistem surfaktan / kosurfaktan berair
secara terpisah dipanaskan sampai suhu di atas titik leleh dari lemak
padat
IV. PLGA
PLGA merupakan kopolimer dari poli asam laktat (PLA) dan poli
asam glikolat. polimer PLGA memiliki biokompatibilitas yang sangat baik,
dan cocok untuk continues drug release, sehingga PLGA banyak digunakan
dalam bidang biomedis (Li and Ju, 2017).
2.1 Karakteristik
Poli asam laktat mengandung α-karbon asimetris yang biasanya
digambarkan sebagai bentuk D atau L dalam istilah stereokimia klasik dan
kadang-kadang sebagai bentuk R dan S, masing-masing. Bentuk
enansiomer dari polimer PLA adalah asam poli D-laktat (PDLA) dan poli
L-laktat (PLLA). PLGA umumnya merupakan akronim untuk poli D, L-
laktat-asam glikolat di mana bentuk asam D- dan Laktat berada dalam
rasio yang sama (Makadia and Siegel, 2011).
PLGA dapat diproses menjadi hampir semua bentuk dan ukuran,
dan dapat enkapsulasi berbagai ukuran molekul apa pun. PLGA larut
dalam berbagai pelarut umum termasuk pelarut diklorinasi, tetrahidofuran,
aseton atau etil asetat. Didalam air, PLGA terurai karena hidrolisis
esternya.
Adanya gugus fungsi metil pada PLA membuat lebih hidrofobik
daripada PGA, karena itu kopolimer PLGA kaya laktida kurang hidrofilik,
menyerap lebih sedikit air dan degradasinya lebih lambat.
Parameter fisikokimia yang biasa digunakan untuk
mendeskripsikan hidrolisis PLGA yaitu glass transition temperature (Tg),
kandungan air, dan berat molekul. Efek dari sifat fisikokimia polimer ini
mempengaruhi laju pelepasan obat dari matriks polimer biodegradable
(Makadia and Siegel, 2011).
4.2 Struktur
Neha, B., B. Ganesh, dan K. Preeti. 2013. Drug Delivery to the Brain Using
Polymeric Nanoparticles. International Journal of Pharmaceutical and
Life Sciences. 2(3): 107-132.
Neuwelt, E., Abbott, N.J., Abrey, L., Banks, W.A., et al. 2008. Strategies to
advance translational research into brain barriers. Lancet Neurol. 7: 84-96.
Patel, S.G., et al. 2018. Solid Lipid Nanoparticles for Targeted Brain Drug
Delivery. Elsevier, Nanotechnology-based Targeted Drug Delivery
Systems for Brain Tumors. DOI: https://doi.org/10.1016/B978-0-12-
812218-1.00008-7.
Rowe, R.C. et al. 2009. Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed.
London: The Pharmaceutical Press.Rowe, R.C., P.J.
Sheskey., and M.E. Quinn. 2009. Handbook of Pharmaceuitcal Excipients. Sixth
edition. London: Pharmaceutical Press.
Salkia, C., P. Gogol., dan T. K. Maji. 2015. Chitosan: A promising biopolymer in
drug delivery applications. J Mol Genet Med. S4:005.
Saraiva, C., Praca, C., Ferreira, R., Santos, T., Lino, F., Bernardino, L. 2016.
Nanoparticle-Mediated Brain Drug Delivery: Overcoming Blood-Brain
Barrier to Treat Neurodegenerative Diseases. Journal of Controlled Release.
235: 34-47.
Sarvaiya, J., Y.K. Agrawal. 2014. Chitosan as a suitable nanocarrier material for
anti-Alzheimer drug delivery. Int. J. Biol. Macromol.
http://dx.doi.org/10.1016/j.ijbiomac.2014.08.052.
Shah, R., Eldridge, D., Palombo, E., & Harding, I. 2015. Lipid nanoparticles:
Production, characterization and stability. New York: Springer.
Songjiang, Z. dan Lixiang, W. 2009. Amyloid-beta associated with chitosan nano-
carrier has favorable immunogenicity and permeates the BBB. AAPS
PharmSciTech. 3: 900–905.
Wu, J,. L. Zhang. 2018. Dissolution behavior and conformation change of
chitosan in concentrated chitosan hydrochloric acid solution and comparison
with dilute and semidilute solutions. International Journal of Biological
Macromolecules. 121: 1101-1108.