Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH BIOLOGI SEL DAN MOLEKULER

“ Matriks dan Lingkungan Ekstraseluler “

Dosen Pengampu :
Dra. Hj. Khollilah, M.M
Susi Dewiyeti, S.Si., M.Si
Dr. Meli Astriani, M.Si

Disusun Oleh :
Repi Anisa (342022002)
Dhita Ejilia (342022014)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala
berkat dan rahmat-nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Matriks dan Lingkungan Ekstraseluler” sebagai salah satu tugas
perkuliahan pada mata kuliah Biologi Sel dan Molekuler pada program studi
Pendidikan Biologi semester 4 ini.
Dalam penyusunan makalah ini, kami mengalami beberapa kesulitan
maupun hambatan. Namun berkat kerjasama yang cukup baik kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini. Dan kami menyadari sepenuhnya bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami mengharapkan kepada
para teman-teman Mahasiswa untuk senantiasa memberikan masukan, kritik, dan
saran yang membangun demi kesempurnaan makalah kami ini.
Dan kami mengharapkan makalah ini dapat membantu dan berguna bagi
para Mahasiswa untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang Biologi Sel
dan Molekuler

Palembang, 23 April 2024

penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................iv
BAB I TINJAUN PUSTAKA.........................................................................1
A. Matriks Ekstraseluler.........................................................................1
B. Faktor Lingkungan Ekstrem ............................................................3
BAB II PENUTUP..........................................................................................11
A. Kesimpulan..........................................................................................11
B. Saran....................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................12

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Struktur Matriks Ekstraseluler......................................................1


Gambar 1.2 Endospore Bacillus Anthracis.......................................................8
Gambar 1.3 Kista Protozoa...............................................................................9

iv
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

A. Matriks Ekstraseluler
Matriks ekstraselular (ECM) adalah struktur kompleks yang mengelilingi
sel-sel di semua jaringan tubuh yang berbatasan dengan membrane plasma.
Komposisi biokimianya bervariasi dari jaringan ke jaringan. Pada kulit yang
sehat, ECM membantu sel dukungan dan terdiri dari komponen-komponen
kunci dari membran basement yang jangkar dan membantu mengisi kembali
sel-sel epidermis. Fungsi matriks ekstraseluler yaitu sebagai teknik dukungan
untuk sel dan jaringan, sel terintegrasi ke dalam jaringan, berpengaruhi
bentuk dan gerakan sel-sel, berpengaruh pengembangan dan sel diferensiasi,
koordinat fungsi selularnya melalui signaling dengan seluler reseptor adhesi,
dan merupakan reservoir untuk ekstraseluler sinyal molekul. (Bornstein, P.,
and E.H. Sage, 2002)

Gambar 1.1 struktur matriks ekstraseluler


1. Glikosaminoglikans (GAGs)
GAGs merupakan rantas-rantai polisakanda tidak bercabang yang
tersusun atas unit-unit disakarida berulang dan merupakan grup
heterogenus pada rantai-rantai polisakarida yang bermuatan negatif yang
terhubung secara kovalen dengan protein untuk membentuk molekul
proteoglikan. Disebut GAGs karena satu dari 2 gula pada disakarida yang
berulang selalu merupakan gula amino (N-acetylglucosamine/N-
acetylgalactosamine), Gula kedua biasanya asam uronat (glukuronat atau
iduronat). GAGs sangat bermuatan negatif karena ada grup sulfat atau

v
karboksil pada sebagian besar gulanya. 4 grup utama GAGs dibedakan
berdasarkan gulanya, tipe hubungan di antara gula, dan jumlah serta
lokasi grup sulfat: (1) hyaluronan, (2) chondroitin sulfat dan dermatan
sulfat, (3) heparan sulfat, dan (4) keratan sulfat. Contoh GAGs:
hyaluronan dan proteoglikan.
Hyaluronan merupakan GAGs yang paling sederhana. Hyaluronan
tidak mengandung gula yang bersulfat, semua unit disakaridanya sama,
panjang rantainya sangat besar (ribuan monomer gula), dan umumnya
tidak terhubung secara kovalen dengan beberapa protein inti. Proteoglikan
tersusun atas rantai-rantai GAG yang terhubung secara kovalen dengan
protein inti. Proteoglikan dianggap memiliki sebuah peranan utama dalam
pemberian isyarat kimiawi di antara sel.
2. Proteoglikan
adalah kombinasi dari protein dan glikosaminoglikan. Proteoglikan
tersusun atas rantai-rantai GAG yang terhubung secara kovalen dengan
protein inti. Proteoglikan dianggap memiliki sebuah peranan utama dalam
pemberian isyarat kimiawi di antara sel.
Proteoglikan berkontribusi kuat tekan dengan matriks ekstraseluler, dan
mereka menjelaskan banyak fungsi fisiologis, seperti mengarahkan aliran
faktor pertumbuhan, memfasilitasi migrasi sel, dan mengatur peradangan.
3. Kolagen
Kolagen merupakan protein utama pada matriks ekstraseluler dan
merupakan sebuah famili fibrous protein yang ditemukan dalam semua
hewan multiseluler. Tipe utama kolagen yang ditemukan pada jaringan
penghubung adalah tipe I, II, III. V. dan XI. Rantai polipeptida kolagen
disintesis pada ribosom yang terikat membran dan dimasukkan ke dalam
lumen retikulum endoplasma sebagai prekursor besar, yang disebut rantai
pro-a. Setiap rantai pro-a lalu bergabung dengan dua yang lainnya untuk
membentuk molekul heliks yang terikat hidrogen dan triple-stranded yang
dikenal sebagai prokolagen. Setelah sekresi, molekul prokolagen fibrillar
dipotong menjadi molekul kolagen, yang berkumpul menjadi fibril.

vi
Dalam pemanfaatannya, kolagen digunakan untuk bahan kosmetik agar
kulit menjadi kencang karena sifatnya yang lentur.
4. Elastin
Elastin adalah protein elastis dan tangguh. Sama seperti karet gelang,
elastin memungkinkan jaringan untuk kembali ke bentuk aslinya setelah
mereka telah membentang. sinar ultra violet Merusak serat elastin dan
mengganggu rekonstruksi mereka, yang bertanggung jawab atas kendur
dan kerutan terlihat pada kulit yang telah kronis terkena sinar matahari.
5. Lamina basalis
Lamina basalis adalah lapisan tipis matriks ekstraseluler yang berada di
bawah sel-sel epitel dan melapisi permukaan bagian dalam pembuluh
darah (endotel). Lamina basal memiliki peran penting dalam memberikan
dukungan struktural, filtrasi, dan pembatasan antara jaringan yang
berbeda. Komponen utama lamina basal termasuk kolagen tipe IV,
laminin, dan nidogen.

B. Faktor-Faktor Lingkungan Yang Ekstrem


Diantara faktor-faktor lingkungan yang dapat menjadi ekstrem adalah
sebagai berikut:
1. Water activity (air tersedia, air untuk aktivitas)
Water activity artinya adalah air yang tersedia atau air yang dapat
dimanfaatkan untuk keperluan hidup, yang meliputi air untuk
metabolisme, air untuk pertumbuhan dan air untuk kepentingan
reproduksi. Tidak semua air yang ada di lingkungan dapat dimanfaatkan
untuk keperluan hidup, seperti di atas. Banyak air, tetapi air itu tidak
memberikan manfaat bagi kehidupan.
Ada dua faktor yang mempengaruhi water activity, yaitu derajad air
yang dapat diserap oleh permukaan sel dan derajad air yang dapat keluar
dari sel. Kedua faktor ini harus dapat diatur sedemikian rupa oleh sel agar
jumlah air yang tersedia selalu tetap dalam batas normal. Bila water
activity terganggu maka kehidupan sel akan terganggu pula.

vii
Ada dua jenis lingkungan di bumi kita ini yang memiliki water activity
rendah. Pertama adalah lingkungan kering, dimana jumlah air sangat
sedikit. Air hanya terikat pada partikel tanah/batuan, atau hanya terikat
pada permukaannya. Kedua adalah lingkungan garam, air mengandung
garam. Jadi water activity juga rendah, artinya air yang tersedia untuk
keperluan hidup juga sedikit.
Umumnya organisme dapat tumbuh dengan baik pada water activity
tinggi (> 95%). Organisme osmotoleran dan osmofilik yaitu organisme
yang biasa tumbuh pada lingkungan yang water activity-nya rendah akan
dapat tumbuh lebih baik bila dipelihara atau dipindahkan ke lingkungan
yang water activity-nya tinggi. Banyak diantara tanaman anggrek atau
kaktus yang umumnya tumbuh di lingkungan kering akan menunjukan
pertumbuhan yang bagus bila dirawat atau dipindahkan ke lingkungan
dengan water activity yang lebih tinggi. Sebagai referensi, ada beberapa
lingkungan bergaram yang tercatat water activity-nya, diantaranya adalah
air laut yang rata-rata kandungan garamnya 3,5%, water activity-nya 98%,
sedangkan danau garam Great Salt Lake di Utah-AS. Dengan kandungan
NaCl 23%, masih memiliki water activity 85%. Apabila water activity
suatu lingkungan menjadi 60%, maka mikroorganisme sudah tidak dapat
ditoleran lagi, (Sumadi dan Marianti, 2007).

2. Salinitas
Salinitas didefinisikan sebagai adanya garam terlarut dalam konsentrasi
yang berlebihan dalam air, (Maruf. 2016). Apabila kadar garam naik,
berarti air yang tersedia menjadi berkurang. Pengaruhnya terhadap
kehidupan umumnya dilihat sebagai fenomena yang berkenaan dengan
osmotik, tetapi hal ini sebenarnya lebih cocok jika dilihat sebagai fungsi
dari water activity. Meningkatnya kadar garam di lingkungan air berarti
menurnnya water activity. Hal ini akan memberi pekerjaan baru bagi sel
untuk memisahkan garam yang mengikat tadi, sehingga air menjadi cocok
untuk proses kehidupan, (Thorpe, 1984).

viii
Peningkatan kadar garam lingkungan mungkin akan mempunyai
pengaruh lain terhadap sel. lon-ion tertentu mungkin akan menjadi toksik,
dan oleh karenanya dapat menjadi salah satu bentuk pembatas toleransi
terhadap lingkungan. Sementara itu ada beberapa organisme yang justru
cocok dengan meningkatnya konsentrasi ion- ion seperti yang dijumpai di
lingkungan garam. Organisme ini adalah Halobakterium, yang
membutuhkan ion Na relatif tinggi untuk pertumbuhannya. Halobacterium
adalah salah satu contoh organisme yang Halofil, yaitu organisme yang
hidupnya di lingkungan garam.

3. Ph
pH berpengaruh terhadap struktur dan aktivitas enzim. Perubahan pH
sebesar apapun di lingkungan dapat berpengaruh tidak baik terhadap
metabolisme. Di bumi ini habitat asam lebih umum dari pada habitat
alkali/basa. Catatan menunjukkan bahwa air laut sedikit basis dengan pH
8, sedangkan sungai dan danau memiliki pH yang kisarannya mendekati
netral yaitu antara 5-6. Kisaran pH inilah yang banyak disukai oleh
organisme, artinya pada kisaran pH inilah banyak dijumpai berbagai jenis
makhluk hidup. Di beberapa tempat di belahan bumi ini pH-nya sangat
rendah. Di kawah gunung-gunung berapi, lingkungannya sangat asam.
Contoh ekstrem dari lingkungan yang sangat asam adalah solfatara, yaitu
kawah gunung api yang kaya akan belerang. Kawah-kawah seperti ini
banyak ditemukan diberbagai tempat di bumi ini. Tempat-tempat seperti
ini banyak mengandung endapan asam sulfat yang menjadikan lingkungan
dengan pH kurang dari 2 (dua). Yellowstone National Park, suatu Taman
Nasional merupakan suatu lingkungan dengan pH 0.05. Lingkungan
dengan pH serendah ini ternyata masih ada kehidupan yaitu alga atau
ganggang.
Berbagai organisme dapat hidup diberbagai tempat dengan batas pH
terendah yang juga berbeda-beda. Jenis-jenis fungi, bakteri, dan alga
tertentu dapat toleran terhadap pH ekstrem rendah, sedangkan tumbuhan

ix
vaskuler pH rendah yang dapat ditolelir adalah pH 3, dan ikan dapat hidup
di air pada kisaran pH 4.
Karena ada hubungan yang erat antara pH dengan struktur protein,
maka organisme yang hidup di lingkungan asam harus memiliki satu
diantara dua perlengkapan hidup berikut ini untuk menjadikan dirinya
survive atau lestari. Pertama, organisme itu harus mempunyai enzim yang
dapat bekerja pada lingkungan asam tersebut. Kedua, organisme itu harus
memiliki kemampuan untuk memelihara lingkungan internal sel tanpa
dipengaruhi oleh kondisi eksternalnya, (Sumadi dan Marianti, 2007).

4. Tekanan Hidrostatik
Tekanan hidrostatik adalah tekanan yang diberikan zat cair ke semua
arah pada suatu benda akibat adanya gaya gravitasai. Faktor yang juga
dapat menjadi ekstrem adalah tekanan hidrostatik. Ini akan dialami oleh
organisme yang hidup di air. Tiap kedalaman 10 m, tekanan akan
meningkat satu atmosfer. Beberapa organisme dinamakan Barotolerant,
jika organisme itu dapat tumbuh, berkembang. dan produksi pada
lingkungan dengan tekanan hidrostatik yang tinggi tersebut. Organisme
macam ini adalah organisme yang memiliki enzim yang tetap dapat
bekerja walaupun tekanan hidrostatik menjadi tinggi, dan mempunyai
membran sel maupun sistem membran lain yang tidak terpengaruh sama
sekali oleh adanya tekanan yang tinggi
Sampai sekarang masih belum ada kejelasan apakah benar-benar ada
organisme barofilik, mengingat kebanyakan dari mereka dapat tumbuh dan
berkembang pada lingkungan dengan tekanan yang lebih rendah. Jadi
mereka toleran terhadap lingkungan yang tekanannya tinggi, tetapi mereka
sukses di lingkungan yang tekanannya rendah, (Sumadi dan Marianti,
2007).

5. Temperatur
Temperatur juga dapat menjadi ekstrem. Ada diantara organisme itu
terutama mikroorganisme dapat hidup pada kisaran temperatur yang sangat

x
luas. Beberapa diantaranya dapat hidup, artinya dapat melakukan
metabolisme dan reproduksi pada suhu di bawah 0°C, sementara yang lain
dapat tumbuh dan berkembang pada lingkungan air dengan suhu yang
sangat tinggi.
Organisme yang hidup pada temperatur tinggi memiliki enzim
termostabil, yang umumnya tidak dimiliki oleh organisme lain. Walaupun
lingkungan itu panas sehingga tidak ada organisme lain yang mampu
bertahan hidup, tetapi bagi organisme tertentu lingkungan itu justru
sebagai lingkungan yang ideal untuk menyelenggarakan kehidupannya,
atau sebagai habitat yang normal. Lingkungan. menjadi ekstrem hanya
karena organisme tersebut adaptif terhadapnya.
Umumnya organisme hanya dapat bertahan pada salah satu faktor
ekstrem saja, dan menjadi tidak tahan lagi apabila dikenai beberapa faktor
ekstrem. Sebagai contoh, kombinasi pH rendah dan temperatur tinggi akan
menyebabkan kematian (lethal) bagi hampir semua bentuk kehidupan,
Kematian itu terjadi sebagai akibat dari terhidrolisisnya molekul-molekul
biologik pokok pada kedua keadaan ekstrem tadi, (Sumadi dan Marianti,
2007).

6. Udara
Udara bukan merupakan habitat bagi kebanyakan sel secara individual,
tetapi lebih merupakan habitat bagi kebanyakan organisme multisel yang
benar-benar terestrial. Organisme uniseluler, terutama yang tergabung
dalam prokariotik seperti bakteri, menggunakan udara sebagai alat
transport (Sumadi, 2007).
Di udara terdapat sel vegetatif dan spora bakteri, jamur dan ganggang,
virus dan kista protozoa. Selama udara terkena sinar matahari, udara
tersebut akan bersuhu tinggi dan berkurang kelembabannya. Selain
mikroba yang mempunyai mekanisme untuk dapat toleran pada kondisi
ini, kebanyakan mikroba akan mati. Udara terutama merupakan media
penyebaran bagi mikroorganisme (Dwidjoseputro, 1990).

xi
Akan tetapi umumnya pengaruh udara terhadap sel, bila hanya dilihat
dari sisi lingkungan ekstra sel, udara banyak mendatangkan kerugian dan
bersifat destruktif merusak. Oleh karenanya udara di anggap sebagai
lingkungan yang ekstrem. Kerugian dan kerusakan yang ditimbulkan udara
bila dilihat hanya dari sisi lingkungan, karena udara akan menyebabkan
desikasi dan karena adanya radiasi (Sumadi, 2007).
1. Desikasi
Desikasi atau kekeringan dapat terjadi bila dehidrasi terjadi secara
berlebihan. Barang kali pengaruh yang paling membahayakan dari
udara terhadap sel adalah karena udara dapat menyebabkan sel
kehilangan air sampai tahap dimana metabolisme berhenti. Beberapa
kiat organisme untuk mengatasi adanya desikasi adalah sebagai berikut:
a. Adanya konstruksi dinding sel
Adanya konstruksi dinding sel untuk mengurangi terjadinya
evaporasi. Sebagai contoh bakteri penyebab penyakit TBC yakni
Mycobakterium tuberculosis, selnya dilindungi oleh dinding sel
yang kaya akan lemak atau lilin, sehingga mereka tahan pada
sputum (dahag) kering atau debu berbulan-bulan. Dinding sel
dihasilkan oleh Mycobakterium tuberculosis ini dapat dianggap
sebagai struktur adaptasi yang menyebabkan ia survive dalam waktu
yang lama hingga ia dapat berpindah dari orang yang satu kepada
orang yang lain.
b. Dormansi
Pada keadaan yang tidak menguntungkan, diantara organisme
menyikapinya dengan jalan memasuki fase yang dinamakan fase
istirahat. Pada bakteri fase ini dilalui dengan cara membentuk
endospora. Endospora dihasilkan memiliki dinding yang tebal dan
komposisinya dibuat demikian rupa yang menyebabkan DNA dan
enzim-enzim tertentu tetap dalam status dorman hingga saat
tertentu.

xii
Gambar 1.2 Endospore Bacillus Anthracis
(sumber : Sumadi, 2007)
c. Membentuk kiste
Pada protozoa, dalam menyikapi desikasi ini dengan cara
membentuk kiste. Kiste yag terbentuk berdinding tebal, yang
melindunginya dari pengaruh tidak menguntungkan pada keadaan
kering dalam waktu yang lama. Bila keadaan telah kembali normal
kiste akan kembali ke bentuk vegetatifnya, yaitu tropozoid.

Gambar 1.3 Kista Protozoa


(sumber : Sumadi, 2007)
d. Sekresi meterial protektif anti desikasi
Pada organisme tingkat tinggi, utamanya adalah organisme
multiselural darat menyikapi desikasi ini dengan membentuk
bangunan khusus di permukaan tubuh yang bertugas untuk sintesis
meterial protektif dan mensekresikan hasilnya sebagai senyawa anti
desikasi. Tidak seperti pada organisme tingkat rendah dalam
mengatasi deskasi itu langsung bertujuan untuk menjaga
kelangsungan hidup, sedangkan kiat yang dilakukan pada organisme

xiii
tingkat tinggi lebih mengarah pada tujuan tidak langsung yaitu
dengan hanya menghasilkan senyawa protektif anti desikasi.
2. Radiasi
Mycobakterium tuberculosis yang selamat dari ancaman desikasi atau
kekeringan berbulan-bulan ternyata akan segera mati jika terkena cahaya
matahari tidak lebih dari dua jam. Cahaya matahari mengandung faktor
sterilan berupa sinar violet. Celakanya materi sel yang peka terhadap
sinar ultra violet adalah asam inti. Tergantung banyaknya sinar ultra
violet yang mendedah sel, pengaruh sinar ultra violet dapat bersifat
mutagenik atau lethal. Efek merusak dari sinar ultra violet adalah
fotodimerisasi basa nitrogen timin menjadi dimersiklobutan. Dengan
terbentuknya dimersiklobutan, maka asam nitrogen timin tidak lagi
tersedia, sedangkan untuk replikasi DNA dibutuhkan timin bebas.
Akibatnya sudah jelas, replikasi DNA tidak dapat berlangsung alias
terhenti. Tampilan yang dapat diamati seperti telah disebut sebelumya
yaitu mutagenik (menyebabkan mutasi) atau lethal (menyebabkan
kematian) sel (Sumadi, 2007).
Radiasi mempunyai efek yang bervariasi terhadap sel, tergantung dari
panjang gelombang, intensitas dan lama paparan. Radiasi yang dapat
membunuh mikroorganisme dibagi menjadi dua tipe, yaitu ionisasi dan
non ionisasi (Murwani, 2015).
Bakteri memiliki enzim dalam jumlah yang sangat kecil yaitu enzim
fotoliase. Dengan adanya sinar dengan panjang gelombang maksimal 380
nm, fotoliase akan menjadi aktif dan mengadakan reaksi balik yaitu
dimerisasi dengan menghasilkan timin bebas. Proses reaksi balik dari
dimersiklobutan menjadi timin bebas yang dipacu oleh enzim fotolise ini
dinamakan fotoreaktivasi. Bakteri yang memiliki enzim fotolisasi akan
tetap survive meskipun tertedah oleh sinar ultra violet yang memiliki
efek merusak tadi.

xiv
BAB II
PENUTUP

A. Kesimpulan
matriks ekstraseluler adalah jaringan kompleks yang berada di antara
sel-sel dalam tubuh. Matriks ini terdiri dari berbagai komponen seperti
Glikosaminoglikans (GAGs), Proteoglikan , Kolagen,elastin,lamina basalis,
yang memberikan dukungan struktural, regulasi perilaku sel, dan berbagai
fungsi lainnya yang vital bagi jaringan dan organ tubuh. Matriks ekstraseluler
sangat penting dalam menjaga integritas struktural dan fungsional jaringan,
serta memiliki peran dalam proses penyembuhan dan adaptasi tubuh terhadap
lingkungan eksternal.
Lingkungan ekstraseluler adalah kondisi lingkungan diluar sel yang turut
berperan dalam kondisi homeostasis sel, tersusun atas cairan ekstraseluler dan
zat-zat yang dibutuhkan sel. Lingkungan ekstraseluler berupa cairan luar sel
yang juga dipengaruhi oleh faktor temperatur, saat temperatur cairan
meningkat akan terjadi beberapa perubahan fisika dan kimia dimana
organisme harus mampu menyesuaikan dengan lingkungan ekstraseluler agar
dapat bertahan hidup
B. Saran
Demikian makalah ini dibuat agar bermanfaat bagi para mahasiswa
semua. Di harapkan setelah membaca makalah ini para mahasiswa dapat
menggali lebih dalam mengenai Matriks dan Lingkungan Ekstraseluler ini.
Namun kritik dan saran sangat diperlukan untuk lebih mengevaluasi diri dan
membangun kreativitas kerja.

xv
DAFTAR PUSTAKA

Dwijoseputro, 1990. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.

Sumadi, dan Marianti, Aditya. 2007. Biologi Sel. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Thorpe, N. O. 1984. Cell Biology. New York: John Wiley & Sons Inc.

xvi

Anda mungkin juga menyukai