Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN FISIOLOGI HEWAN DAN MANUSIA

PERTEMUAN KE- 4 DAN 5

Dosen Pengampu :
Nita Nuraini, S.Pd., M.Pd
Dr. Sri Wardhani, M.Si
Dra. Hj Aseptianova, M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 2 :


Repi Anisa (342022002)
Rizky Amelliah (342022006)
Deva Pramita Santira (342022012)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala
berkat dan rahmat-nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fisiologi
hewan dan manusia sebagai salah satu tugas perkuliahan pada mata kuliah
fisiologi hewan dan manusia pada program studi Pendidikan Biologi semester 4
ini.
Dalam penyusunan laporan ini, kami mengalami beberapa kesulitan
maupun hambatan. Namun berkat kerja sama yang cukup baik kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini. Dan kami menyadari sepenuhnya bahwa
laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami mengharapkan kepada
para teman-teman Mahasiswa untuk senantiasa memberikan masukan, kritik, dan
saran yang membangun demi kesempurnaan makalah kami ini.
Dan kami mengharapkan laporan ini dapat membantu dan berguna
bagi para Mahasiswa untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang
fisiologi hewan dan manusia.

Palembang, 1 April 2024

Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................3
PEMBAHASAN..............................................................................................4

3
PEMBAHASAN
A. Bahan Kajian
1. Pengertian serta fungsi sistem ekskresi dan osmoregulasi pada hewan dan
manusia
2. Penyebab terjadinya osmoregulasi
3. Prinsip dasar osmoregulasi
4. Pengelompokan hewan berdasarkan zat buangan yang dikeluarkan
5. Mekanisme kerja sistem eksresi dan osmoregulasi pada hewan dan
manusia
6. Mekanisme pembentukan urin
7. Gangguan terkait sistem ekskresi dan osmoregulasi
8. Upaya pencegahan untuk mengatasi gangguan fisiologis pada sistem
ekskresi dan osmoregulasi

PEMBAHASAN:
1. Sistem ekskresi pada hewan dan manusia merupakan proses pengeluaran
zat sisa metabolisme tubuh, seperti karbon dioksida (CO2), air (H2O),
ammonia (NH3), zat warna empedu dan asam urat, selain itu ekskresi juga
dapat diartikan sebagai proses pembuangan sisa metabolisme dan benda
tidak berguna lainnya. Organisme multiselular memiliki proses ekskresi
yang lebih kompleks. Alat ekskresi pada manusia dan vertebrata lainnya
berupa ginjal, paru-paru, kulit, dan hati, sedangkan alat pengeluaran pada
hewan invertebrata berupa nefridium, sel api, atau buluh Malphigi.
Sistem osmoregulasi pada hewan dan manusia merupakan proses
pengaturan cairan didalam tubuh mahluk hidup dengan cara
menyeimbangkan cairan yang masuk dengan cairan yang keluar dalam
tubuh oleh sel atau organisme hidup. Osmoregulasi juga berfungsi ganda
sebagai sarana untuk membuang zat-zat yang tidak diperlukan oleh sel atau
organisme hidup. Proses osmoregulasi ini mengacu pada prinsip osmosis
yang mana pergerakan cairan yang mempunyai kandungan air lebih tinggi
menuju cairan yang mempunyai kandungan air lebih rendah.

4
2. Proses osmoregulasi diperlukan karena adanya perbedaan konsentrasi
cairan tubuh dengan lingkungan disekitarnya
3. Jika terdapat perubahan konsentrasi cairan tubuh dengan lingkungan maka
terjadi penyesuaian antara cairan tubuh dengan lingkungan sekitar.
4. Bagi hewan yang hidup di darat zat buangan nya berbentuk amonia, bagi
mamalia,ampibi, dan ikan zat buangan nya berbentu urea
5. Mekanisme Sistem Kerja Ekskresi dan Osmoregulasi
Sistem ekskresi bekerja untuk mengeluarkan zat-zat limbah dari
tubuh,seperti urea, amonia, dan asam urat, biasanya melalui ginjal.
Sedangkan osmoregulasi adalah proses untuk menjaga keseimbangan air
dan elektrolit dalam tubuh, terutama dengan mengatur kadar air dan
elektrolit dalam darah melalui ginjal dan hormon-hormon seperti ADH dan
aldosteron.
6. Mekanisme Pembentukan Urine
a. Filtrasi (penyaringan)
Proses pertama dalam pembentukan urine adalah proses filtrasi yaitu proses
perpindahan cairan darı glomerulus menuju ke kapsula bowman dengan
menembus membrane filtrasi.
b. . Reabsorpsi (Penyerapan kembali)
Reabsorpsi merupakan proses yang kedua setelah terjadi filtrasi di
glomerulus. Reabsorpsi merupakan proses perpindahan cairan darı tubulus
renalis menuju ke pembuluh darah yang mengelilinginya yaitu kapiler
peitubuler.
c. Sekresi
Urine sekunder yang dihasilkan tubulus proksimal dan lengkung Henle
akan mengalir menuju tubulus kontortus distal. Urine sekunder akan
melalui pembuluh kapiler darah untuk melepaskan zat-zat yang sudah tidak
lagi berguna bagi tubuh. Selanjutnya, terbentuklah urine
yang sesungguhnya.
7. Gangguan Pada Sistem Eksresi

• Pyelonephritis: Ini adalah peradangan pada ginjal, biasanya disebabkan oleh


infeksi

5
bakteri. Ini dapat menyebabkan demam, nyeri punggung, atau gangguan urinasi.

• Batu ginjal: Ini adalah massa keras yang terbentuk dari endapan mineral dalam
ginjal atau

saluran kemih. Batu ginjal dapat menyebabkan rasa sakit parah saat bergerak
melalui

saluran kemih, serta gejala lain seperti darah dalam urine atau infeksi.

• Albuminuria: Ini adalah kondisi di mana jumlah albumin, sebuah jenis protein,
dalam

urine meningkat. Ini adalah tanda bahwa ginjal tidak berfungsi dengan baik dan
dapat

menjadi tanda dari berbagai kondisi seperti diabetes atau penyakit ginjal.

• Hematuria: Ini adalah kondisi di mana darah terdapat dalam urine. Ini bisa
disebabkan

oleh berbagai kondisi, termasuk infeksi saluran kemih, batu ginjal, atau gangguan
ginjal

lainnya. yang mana gangguan sistem ekresi dan yang mana gangguan
osmoregulasi.

- Gangguan Pada Osmoregulasi

• Polikistik: Ini adalah kondisi genetik di mana ginjal mengembangkan kista, atau
kantung

berisi cairan, yang dapat mengganggu fungsi normal ginjal. Polikistik ginjal dapat

menyebabkan peningkatan risiko gagal ginjal dan tekanan darah tinggi.

• Nefrotik: Kondisi nefrotik terjadi ketika ginjal mengalami kerusakan dan


memungkinkan

protein-protein besar untuk bocor ke dalam urine. Hal ini dapat menyebabkan

6
pembengkakan, penurunan kadar protein dalam darah, dan peningkatan risiko
pembekuan

darah.

8. Upaya Pencegahan untuk Mengatasi Gangguan Fisiologis Pada Sistem


Ekskresi dan

Osmoregulasi

• Minum cukup air

• Konsumsi makanan sehat

• Batasi konsumsi alkohol dan kafein

• Hindari merokok

• Rutin berolahraga

• Hindari menahan buang air

• Cegah infeksi saluran kemih

• Jaga berat badan yang sehat

• Rutin pemeriksaan kesehatan

• Hindari penggunaan obat-obatan tertentu secara berlebihan

7
Perhatikan beberapa gambar berikut:
Sistem Ekskresi Vertebrata

(Sumber: Romagnani, Lasagni, & Remuzzi, 2013)


Kelompok Hewan Berdasarkan Zat-zat Buangan Bernitrogen

8
(Sumber: Campbell, et al., 2008)
VERTEBRATA
1 A. Ekskresi & Osmoregulasi Pisces (Saltwater Fish and Freshwater Fish)

(Sumber: Campbell, et al., 2016)


2 A. Sistem Ekskresi Amphibi

(Sumber: Hill, Wyse, &Anderson, 2012)


3 A. Ekskresi Reptil B. Sistem Ekskresi Reptil

(Sumber: Vitt & Caldwell, 2009) (Sumber: Mahasen, 2016)


4 A. Sistem Ekskresi Aves (Burung Laut)

9
(Sumber: Campbell, et al., 2008)
5 A. Sistem Ekskresi Mamalia B. Mekanisme Pembentukan Urin

(Sumber: Moyes & Schulte, 2014) (Sumber: Hill, Wyse, &Anderson, 2012)
C. Pembentukan Urin

(Sumber: Campbell, et al., 2016)


D. Keseimbangan Air pada Hewan dan Manusia

(Sumber: Campbell, et al., 2008)


INVERTEBRATA
1 A. Sistem Ekskresi Turbellaria (Protonefridia)

10
(Sumber: Campbell, et al., 2016)
2 A. Sistem Ekskresi Oligochaeta (Metanefridia)

(Sumber: Campbell, et al., 2016)


2 A. Mekanisme Eksresi Insecta (Tubulus Malphigi)

(Sumber: Campbell, et al., 2016)


GANGGUAN ATAU KELAINAN
1 A. Phyelonephritis B. Nephrotic

(Sumber: https://www.vectorstock.com/royalty-free- (Sumber:


vector/pyelonephritis-vector-9074514) https://www.vectorstock.com/royalty-free-vector/pyelonephritis-
vector-9074514)
C. Batu Ginjal D. Polycystic

11
(Sumber: https://www.gleneagles.com.sg/specialties/
medical-specialties/kidneys/kidney-stones) (Sumber: https://kr.pixtastock.com/illustration/24614040)
E. Albuminuria F. Hematuria

(Sumber: https://perbedaannya.com/albuminuria/) (Sumber: https://www.sehatq.com/penyakit/hematuria)

ANALISIS GAMBAR:
Sistem Ekskresi Vertebrata

Kelompok Hewan Berdasarkan Zat-zat Buangan Bernitrogen


Ikan:

Mamalia: Mamalia mengeluarkan urea, yang mengandung beberapa limbah


nitrogen tetapi sebagian besar air dan tidak terlalu beracun. Beberapa mamalia
gurun menghasilkan sangat banyak urin pekat (memiliki lingkaran yang Panjang
Henle di ginjal mereka untuk menyaring sebagian besar air dan cairan

Burung:Burung tidak mampu membawa terlalu banyak air sehingga mereka


mengeluarkan asam urat yang tidak larut dan dikeluarkan sebagai pasta(sebagian
besar air dihilangkan sebelum ekskresi).

1. A. Ekskresi & Osmoregulasi Pisces (Saltwater Fish and Freshwater


Fish)
Ikan air laut telah teradaptasi dengan kondisi laut yang berkadar garam
ekstrem, di mana sebagian besar hewan darat akan mati kehabisan cairan

12
jika berlama-lama di dalamnya, termasuk manusia. Hal ini dikarenakan,
kondisi air laut yang hipertonis akan memicu osmosis air dari cairan tubuh
hewan untuk keluar. Ikan air laut telah memiliki cara paling efisien untuk
menghadapi hal tersebut, yaitu dengan regulasi pemasukan air dan
pengeluaran urin yang khas.
Ikan air laut akan secara aktif meminum air laut sebanyak-banyaknya
untuk menggantikan cairan tubuhnya yang hilang ke luar. Namun
dampaknya tubuh ikan terlalu banyak kemasukan garam, sehingga garam
itu harus dikeluarkan. Garam tersebut dikeluarkan melalui insangnya dan
melalui urin yang sedikit dan sangat pekat. Hal ini sangat kontradiktif
dengan ikan air tawar. Ikan air tawar hidup di medium yang selalu
hipotonis dibandingkan dengan cairan di dalam tubuhnya, imbasnya air
dari lingkungan selalu berosmosis masuk ke tubuh ikan secara cuma-
cuma. Kondisi ini membuat ikan menjadi kelebihan cairan dalam tubuh,
hal yang tidak terlalu baik. Ikan air tawar harus mengeluarkan kelebihan
cairan tersebut untuk menjaga keseimbangan tubuhnya. Ikan air tawar
menjadi sedikit minum, dan bayak mengeluarkan air melaui urinnya yang
sangat banyak dan encer.
2. A. Sistem Ekskresi Amphibi
Prinsip dasar osmoregulasi adalah kontrol konsentrasi dan volume cairan
tubuh, serta pengaturan ekskresi zat-zat buangan untuk menjaga
homeostasis. Pada amphibi, prinsip dasar osmoregulasi melibatkan
pengeluaran air, urea, dan amonia melalui sistem ekskresi untuk menjaga
keseimbangan dalam tubuh.
Hewan dapat dikelompokkan berdasarkan zat buangan yang dikeluarkan,
seperti hewan yang mengeluarkan amonia, urea, atau asam urat.
Mekanisme kerja sistem ekskresi pada hewan dan manusia melibatkan
organ-organ seperti ginjal, hati, dan paru-paru untuk menghasilkan,
mengubah, dan mengeluarkan zat-zat buangan. Osmoregulasi dilakukan
melalui pengaturan laju ekskresi air dan ion-ion dalam tubuh. Pada
amphibi, mekanisme osmoregulasi melibatkan pengaturan ekskresi air dan
zat-zat buangan melalui ginjal dan kloaka.
Mekanisme pembentukan urin melibatkan filtrasi darah, reabsorpsi zat-zat
penting, dan ekskresi zat-zat buangan melalui nefron dalam ginjal.
Gangguan terkait sistem ekskresi dan osmoregulasi termasuk gagal ginjal,
diabetes insipidus, dan gangguan elektrolit.
Upaya pencegahan untuk mengatasi gangguan fisiologis pada sistem
ekskresi dan osmoregulasi meliputi pola makan sehat, menghindari
konsumsi alkohol berlebihan, dan meminimalkan paparan bahan kimia
beracun. Pada amphibi, upaya pencegahan termasuk memperhatikan
lingkungan hidup yang sesuai dengan kebutuhan osmoregulasi mereka.
3. A. Ekskresi Reptil
Prinsip dasar osmoregulasi adalah kontrol konsentrasi dan volume cairan
tubuh, serta pengaturan ekskresi zat-zat buangan untuk menjaga
homeostasis. Pada reptil, prinsip dasar osmoregulasi melibatkan

13
pemeliharaan konsentrasi ion internal yang lebih tinggi daripada
lingkungan eksternal.
Hewan dapat dikelompokkan berdasarkan zat buangan yang dikeluarkan,
seperti hewan yang mengeluarkan amonia, urea, atau asam urat.
Mekanisme kerja sistem ekskresi pada hewan dan manusia melibatkan
organ-organ seperti ginjal, hati, dan paru-paru untuk menghasilkan,
mengubah, dan mengeluarkan zat-zat buangan. Osmoregulasi dilakukan
melalui pengaturan laju ekskresi air dan ion-ion dalam tubuh. Pada reptil,
mekanisme osmoregulasi terjadi dengan mempertahankan konsentrasi ion
internal yang lebih tinggi daripada lingkungan eksternal.
Mekanisme pembentukan urin melibatkan filtrasi darah, reabsorpsi zat-zat
penting, dan ekskresi zat-zat buangan melalui nefron dalam ginjal.
Gangguan terkait sistem ekskresi dan osmoregulasi pada reptil bisa berupa
dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, atau gangguan pada ginjal.
Upaya pencegahan untuk mengatasi gangguan fisiologis pada sistem
ekskresi dan osmoregulasi pada reptil meliputi memberikan lingkungan
yang sesuai dengan kebutuhan osmoregulasi mereka, seperti penyediaan
air minum yang cukup dan perawatan lingkungan yang tepat.
B. Sistem Ekskresi Reptil
Mekanisme kerja sistem ekskresi pada hewan dan manusia melibatkan
organ-organ seperti ginjal, hati, dan paru-paru untuk menghasilkan,
mengubah, dan mengeluarkan zat-zat buangan. Osmoregulasi dilakukan
melalui pengaturan laju ekskresi air dan ion-ion dalam tubuh. Pada reptil,
mekanisme kerja sistem ekskresi terjadi dengan pembentukan urin melalui
metanefros dan pengeluaran melalui kloaka.
Mekanisme pembentukan urin pada reptil melibatkan metanefros yang
bertindak sebagai ginjal untuk menyaring darah, menghasilkan urin, dan
kemudian mengalirkannya ke kloaka untuk diekskresikan.
Gangguan terkait sistem ekskresi dan osmoregulasi pada reptil bisa berupa
infeksi saluran kemih, gangguan fungsi ginjal, atau dehidrasi.
Upaya pencegahan untuk mengatasi gangguan fisiologis pada sistem
ekskresi dan osmoregulasi pada reptil meliputi memberikan lingkungan
yang sesuai dengan kebutuhan osmoregulasi mereka, memastikan
kebersihan lingkungan dan air minum, serta memberikan perawatan
kesehatan yang tepat.

4. A. Sistem Ekskresi Aves (Burung Laut)

14
Burung laut memangsa ikan yang ada di laut, tak mungkin terelakkan,
burung laut juga meminum air laut dalam jumlah besar sesuai besarnya
perburuan ikan. Akibatnya, kadar garam dalam tubuh burung laut
meningkat signifikan setiap kali makan, hal ini mengubah keseimbangan
tekanan osmotik dalam tubuh burung tersebut. Burung laut memiliki
mekanisme tersendiri untuk mengatasi kondisi ini, mereka memiliki
kelenjar garam pada hidung mereka, yang memungkinkan pengeluaran
garam secara efisien.
VERTEBRATA
5. a. Sistem Ekskresi Mamalia
Sistem saluran kemih terdiri dari: Ginjal – menyaring/memurnikan
darah,Ureter – membawa urin dari ginjal ke kandung kemih, Kandung
kemih – menyimpan urin sampai tekanan meningkat dan urin dikeluarkan,
Uretra – mengalirkan urin dari kandung kemih ke luar tubuh.
b. Mekanisme Pembentukan Urin
Pembentukan Urin: Terjadi di glomerulus – darah masuk ke
glomerulus melalui arteriol aferen dan keluar dari kekurangan banyak
zat melalui arteriol eferen , Arteriol aferen lebih lebar dibandingkan
arteriol eferen sehingga menyebabkan peningkatan tekanan darah di
dalam glomerulus sehingga filtrasi terjadi lebih efisien. Filtrat
glomerulus diproduksi untuk masuk ke dalam kapsul Bowman – tidak
mengandung protein plasma karena terlalu besar untuk dilewati.
c. Pembentukan Urin
d. Keseimbangan Air pada Hewan dan Manusia
INVERTEBRATA
1. a. Sistem Ekskresi Turbellaria (Protonefridia)
Sistem ekskresi pada hewan dan manusia adalah mekanisme tubuh untuk
mengeluarkan zat-zat buangan, seperti amonia, urea, dan asam urat, serta
menjaga keseimbangan air dan elektrolit dalam tubuh melalui
osmoregulasi. Pada Turbellaria, sistem ekskresi menggunakan
protonefridia, struktur mirip tabung kecil yang berfungsi untuk
mengeluarkan zat-zat buangan dan menjaga keseimbangan cairan dalam
tubuh.
Penyebab terjadinya osmoregulasi adalah untuk menjaga keseimbangan
cairan dan elektrolit dalam tubuh agar tetap stabil meskipun lingkungan
eksternal berubah.

15
Prinsip dasar osmoregulasi adalah kontrol konsentrasi dan volume cairan
tubuh, serta pengaturan ekskresi zat-zat buangan untuk menjaga
homeostasis. Pada Turbellaria, prinsip dasar osmoregulasi melibatkan
penyaringan cairan interstisial melalui protonefridia untuk mengeluarkan
zat-zat buangan dan menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh.
Pengelompokan hewan berdasarkan zat buangan yang dikeluarkan dapat
mencakup hewan yang mengeluarkan amonia, urea, atau asam urat.
Turbellaria termasuk dalam kelompok hewan yang menggunakan
protonefridia untuk mengeluarkan zat-zat buangan.
Mekanisme kerja sistem ekskresi pada hewan dan manusia melibatkan
organ-organ seperti ginjal, hati, dan paru-paru untuk menghasilkan,
mengubah, dan mengeluarkan zat-zat buangan. Osmoregulasi dilakukan
melalui pengaturan laju ekskresi air dan ion-ion dalam tubuh.
Mekanisme pembentukan urin pada Turbellaria melibatkan proses
penyaringan cairan interstisial melalui protonefridia, di mana zat-zat
buangan disaring dan dikeluarkan melalui pembukaan di dinding tubuh.
Gangguan terkait sistem ekskresi dan osmoregulasi pada Turbellaria dapat
mencakup masalah dengan fungsi protonefridia, seperti disfungsi atau
infeksi, yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
dalam tubuh.
Upaya pencegahan untuk mengatasi gangguan fisiologis pada sistem
ekskresi dan osmoregulasi pada Turbellaria dapat meliputi perawatan
lingkungan yang bersih dan sehat, serta pemantauan terhadap kondisi
kesehatan dan keseimbangan cairan dalam tubuh.
2. a. Sistem Ekskresi Oligochaeta (Metanefridia)
Osmoregulasi terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi air dan
elektrolit antara tubuh cacing tanah dan lingkungannya. Hal ini
membutuhkan pengaturan yang tepat agar keseimbangan internal tubuh
tetap terjaga.
Prinsip dasar osmoregulasi:
Prinsip dasar osmoregulasi adalah menjaga keseimbangan air dan elektrolit
dalam tubuh agar tetap stabil. Ini dilakukan melalui mekanisme pengaturan
laju filtrasi dan reabsorpsi di metanefridia.

16
Pengelompokan hewan berdasarkan zat buangan yang dikeluarkan:
Cacing tanah termasuk dalam kelompok hewan yang mengeluarkan zat
buangan berupa amonia yang dihasilkan melalui proses metabolisme.
Mekanisme kerja sistem eksresi dan osmoregulasi pada hewan dan
manusia:
Pada cacing tanah, sistem ekskresi utama adalah metanefridia.
Metanefridia berperan dalam menyaring zat-zat sisa dari cairan tubuh dan
mengeluarkannya melalui pori-pori ekskresi.
Mekanisme pembentukan urin:
Metanefridia pada cacing tanah mengumpulkan cairan tubuh yang
mengandung limbah metabolik, kemudian menyaringnya dan
mengeluarkannya melalui pori-pori ekskresi.
Gangguan terkait sistem ekskresi dan osmoregulasi:
Gangguan seperti disfungsi metanefridia atau dehidrasi dapat
mempengaruhi kemampuan cacing tanah untuk membuang limbah dan
menjaga keseimbangan air dan elektrolit dalam tubuh.
Upaya pencegahan untuk mengatasi gangguan fisiologis pada sistem
ekskresi dan osmoregulasi:
Upaya pencegahan mencakup menjaga kebersihan lingkungan cacing
tanah, memberikan akses yang cukup terhadap air, serta memperhatikan
kondisi kesehatan secara teratur untuk mendeteksi gangguan sistem
ekskresi dan osmoregulasi dengan cepat.
b. Mekanisme Eksresi Insecta (Tubulus Malphigi)
Osmoregulasi terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi air dan
elektrolit antara tubuh serangga dan lingkungannya. Perubahan ini bisa
disebabkan oleh konsumsi makanan dan minuman, aktivitas fisik, suhu
lingkungan, atau kondisi fisiologis tubuh.
Prinsip dasar osmoregulasi:
Prinsip dasar osmoregulasi adalah menjaga keseimbangan air dan elektrolit
dalam tubuh agar tetap stabil. Ini dilakukan melalui mekanisme pengaturan
laju filtrasi dan reabsorpsi di tubulus Malpighi.
Pengelompokan hewan berdasarkan zat buangan yang dikeluarkan:

17
Serangga termasuk dalam kelompok hewan yang mengeluarkan zat
buangan berupa urikotelik, di mana zat buangan utama yang dikeluarkan
adalah asam urat yang dihasilkan melalui metabolisme.
Mekanisme kerja sistem eksresi dan osmoregulasi pada hewan dan
manusia:
Pada serangga, tubulus Malpighi berperan dalam menyaring limbah dan
zat-zat sisa dari hemolimfa (cairan tubuh serangga) serta mengeluarkannya
ke dalam usus untuk diekskresikan bersama kotoran.
Mekanisme pembentukan urin:
Tubulus Malpighi pada serangga menyaring zat-zat sisa dari hemolimfa,
kemudian mengkonsentrasikannya dan mengeluarkannya sebagai urin yang
mengandung asam urat dan zat-zat sisa lainnya.
Gangguan terkait sistem ekskresi dan osmoregulasi:
Gangguan seperti disfungsi tubulus Malpighi atau dehidrasi dapat
mempengaruhi kemampuan serangga untuk membuang limbah dan
menjaga keseimbangan air dan elektrolit dalam tubuh.
Upaya pencegahan untuk mengatasi gangguan fisiologis pada sistem
ekskresi dan osmoregulasi:
Upaya pencegahan mencakup menjaga kebersihan lingkungan serangga,
memberikan akses yang cukup terhadap air, serta memperhatikan kondisi
kesehatan secara teratur untuk mendeteksi gangguan sistem ekskresi dan
osmoregulasi dengan cepat.
GANGGUAN ATAU KELAINAN
a. Phyelonephritis
Pielonefritis akut adalah infeksi bakteri yang menyebabkan peradangan
pada ginjal dan merupakan salah satu penyakit ginjal yang paling umum.
Pielonefritis terjadi sebagai komplikasi dari infeksi saluran kemih (ISK)
asendens yang menyebar dari kandung kemih ke ginjal dan sistem
pengumpulannya. Gejala biasanya berupa demam, nyeri panggul, mual,
muntah, rasa terbakar saat buang air kecil, peningkatan frekuensi, dan
urgensi

b. Nephrotic

18
Prinsip dasar osmoregulasi adalah kontrol konsentrasi dan volume cairan
tubuh, serta pengaturan ekskresi zat-zat buangan untuk menjaga
homeostasis.
Pengelompokan hewan berdasarkan zat buangan yang dikeluarkan dapat
mencakup hewan yang mengeluarkan amonia, urea, atau asam urat.
Mekanisme kerja sistem ekskresi pada hewan dan manusia melibatkan
berbagai proses seperti filtrasi darah di ginjal untuk membentuk urin,
reabsorpsi zat-zat penting kembali ke dalam darah, dan ekskresi zat-zat
buangan melalui urin. Osmoregulasi dilakukan dengan mengatur laju
ekskresi air dan elektrolit dalam tubuh.
Mekanisme pembentukan urin melibatkan proses filtrasi darah di
glomerulus ginjal, diikuti oleh reabsorpsi zat-zat penting dan ekskresi zat-
zat buangan melalui tubulus ginjal.
Gangguan terkait sistem ekskresi dan osmoregulasi seperti sindrom
nefrotik terjadi ketika ginjal mengalami kerusakan atau disfungsi, yang
menyebabkan protein bocor ke dalam urin. Ini dapat mengganggu
keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh serta me
c. Batu Ginjal
Batu di ginjal adalah endapan keras yang terbentuk dari zat yang ada di air
kencing. Prosesnya disebut nephrolithiasis. Penyakit batu ginjal atau
kencing batu ini biasanya berukuran sangat kecil atau bisa mencapai
sekitar beberapa inci. Ukuran batu yang lebih besar yang mengisi saluran
yang membawa kencing dari ginjal ke kandung kemih disebut batu
staghorn.
d. Polycystic
Penyebab terjadinya osmoregulasi adalah untuk menjaga keseimbangan
cairan dan elektrolit dalam tubuh agar tetap stabil meskipun lingkungan
eksternal berubah.
Prinsip dasar osmoregulasi adalah kontrol konsentrasi dan volume cairan
tubuh, serta pengaturan ekskresi zat-zat buangan untuk menjaga
homeostasis.
Pengelompokan hewan berdasarkan zat buangan yang dikeluarkan dapat
mencakup hewan yang mengeluarkan amonia, urea, atau asam urat.
Mekanisme kerja sistem ekskresi pada hewan dan manusia melibatkan
ginjal yang berperan dalam penyaringan darah untuk membentuk urin, hati

19
dalam metabolisme zat-zat buangan, dan paru-paru dalam pengeluaran
karbon dioksida. Osmoregulasi dilakukan dengan mengatur laju ekskresi
air dan elektrolit melalui ginjal dan pengaturan rasio antara air dan
elektrolit dalam tubuh.
Mekanisme pembentukan urin melibatkan proses filtrasi darah di
glomerulus ginjal, diikuti oleh reabsorpsi zat-zat penting dan ekskresi zat-
zat buangan melalui tubulus ginjal. Gangguan terkait sistem
ekskresi dan osmoreg
e. Albuminuria
Albuminuria adalah gangguan terkait dengan sistem ekskresi pada
manusia. Ini terjadi ketika protein albumin bocor dari pembuluh darah ke
dalam urin, biasanya disebabkan oleh kerusakan pada glomerulus ginjal.
Mekanisme kerja sistem eksresi dan osmoregulasi pada hewan dan
manusia:
Ginjal memainkan peran penting dalam penyaringan darah dan
pembuangan zat-zat sisa dari tubuh. Gangguan seperti albuminuria dapat
mempengaruhi kemampuan ginjal untuk menyaring dengan efisien dan
dapat mengakibatkan penumpukan protein dalam urin.
Mekanisme pembentukan urin:
Proses pembentukan urin melibatkan filtrasi darah di glomerulus, diikuti
oleh reabsorpsi kembali zat-zat yang diperlukan di tubulus ginjal, dan
akhirnya pembentukan urin yang mengandung limbah-limbah metabolik
yang tidak diperlukan.
Gangguan terkait sistem ekskresi dan osmoregulasi:
Albuminuria dapat menjadi tanda adanya gangguan pada ginjal, seperti
kerusakan pada glomerulus, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor
seperti diabetes, hipertensi, atau penyakit ginjal lainnya.
Upaya pencegahan untuk mengatasi gangguan fisiologis pada sistem
ekskresi dan osmoregulasi:
Upaya pencegahan albuminuria mencakup mengendalikan faktor risiko
seperti diabetes dan hipertensi melalui gaya hidup sehat, pengobatan yang
tepat, serta pemeriksaan rutin untuk mendeteksi masalah ginjal dengan
cepat. Terapi medis dan perubahan gaya hidup juga dapat membantu

20
mengurangi protein dalam urin pada individu yang telah
mengalami albuminuria.
f. Hematuria
Hematuria adalah kondisi medis di mana darah terdeteksi dalam urine. Hal
ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk infeksi, batu ginjal,
trauma, atau masalah lain dalam saluran kemih atau ginjal.

21

Anda mungkin juga menyukai