Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu nifas fisiologis untuk
KF I terdapat beberapa faktor maupun permasalahan yang perlu dianalisis lebih
dalam. Sehingga didalam pemberian pelayanan ibu nifas tidak berdasarkan atas
kebiasaan tetapi dari hasil analisa yang dilakukan terhadap pasien tersebut yaitu
pada Asuhan Kebidanan Ibu Nifas pada Ny.I 31 tahun P2A0 Post Partum Normal
hari ke-0 di wilayah kerja Puskesmas Gemolong. Pembahasan kasus pada Ny. I ini
dilakukan setelah melaksanakan penerapan teori yang digunakan sebagai landasan
dalam melakukan manajemen kebidanan. Dari hasil tersebut dapat diambil adanya
suatu persamaan atau perbedaan antara teori dan praktik. Dalam pengkajian pada
Ruang KIA Puskesmas Gemolong penulis akan membahas sebagai berikut: Dalam
pengkajian Ny.I dengan usia 31 tahun P2A0 Postpartum Hari ke-0, Pemeriksa
melakukan wawancara dengan menanyakan keluhan yang dirasakan oleh pasien.
Beliau mengatakan bahwasanya ibu cemas karena ASI belum keluar.
120
Pada Data Obyektif yang didapatkan pemeriksa TD: /70 mmHg, N: 82
kpm, P: 22 kpm, S: 36,70C, BB: 51kg, TB 150cm. Pemeriksaan dilanjutkan
dengan pemeriksaan fisik pada mata: simetris, konjungtiva merah muda, sklera
putih, pandangan tidak kabur. Sistem respiratori: bunyi nafas normal. Payudara :
puting susu menonjol, bersih, ASI belum keluar, TFU 3 jari bawah pusat, lochea
rubra, luka perineum bersih tidak ada tanda-tanda infeksi. Tromfofeblitis (-). Dari
pemeriksaan abdomen tidak ada kesenjangan antara teori dan hasil yang
diperoleh.
Menurut (Soetjiningsih 1997, Depkes RI 2007, Waryani 2010, Heryani
2010, Sulistyawati 2010, Khasanah 2011) Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh
makanan yang dikonsumsi ibu, apabila ibu makan secara teratur dan cukup gizi
akan mempengaruhi produksi ASI karena kelenjar pembuat ASI dapat bekerja
secara sempurna, karena sudah terpenuhi jumlah kalori dan protein serta mineral
yang cukup selain dianjurkan minum lebih banyak 8-12 gelas untuk mengetahui
cakupan ASI yang baik atau tidak yaitu dengan bertambahnya berat badan bayi
paling sedikit 500 gram/tiap bulan atau 125 gram/minggu. ASI merupakan cairan
putih yang dihasilkan oleh kelenjar payudara. Kriteria yang dapat dipakai cakupan
ASI yang cukup pada bayi antara lain, ASI yang banyak merembes keluar melalui
puting, payudara terasa tegang sebelum disusukan, berat badan naik sesuai dengan
umur : umur 5 bulan dua kali berat badan lahir, dan umur 1 tahun 3 kali berat
badan lahir, ASI cukup bayi akan tertidur 3–4 jam, bayi lebih sering kecing 8
kali/hari. Pentingnya personal hygiene bagi ibu nifas, didukung adanya berbagai
faktor: tingkat pengetahuan dan informasi karena ada kaitannya dengan
penyembuhan luka dengan personal hygiene melalui tahap penyembuhan luka
fase proliferasi dengan tingkat pengetahuan yang tinggi akan lebih memahami
dalam pelaksanaan personal hygienenya. Pada saat kunjungan nifas I ibu
mengeluh ASI belum keluar dan merasa cemas. Kecemasan dapat menghambat
hipotalamus dalam memerintahkan hipofisis posterior untuk memproduksi
prolaktin dan oksitosin, sehingga produksi ASI terhambat. Oleh karena itu ibu
perlu dilakukan totok wajah untuk membantu mengurangi kecemasan hal ini
terdapat pada penelitian yang dilakukan oleh penurunan kecemasan ibu nifas yang
dilakukan totok wajah oleh (Sumantri, dkk, 2014) serta dilakukan pijat oksitosin
agar pengeluaran ASI lancar, selain hal tersebut tujuan kunjungan nifas I adalah
mengajarkan ibu cara merawat bayi sehari-hari yaitu dengan mengajarkan cara
merawat tali pusat dengan baik dan menjaga kehangatan bayi agar terhindar dari
hipotermi.
Setelah 4 hari pasca persalinan, dilakukan kunjungan nifas yang kedua,
dengan tujuan apakah ibu dapat menyusui dengan benar, tanda bahaya nifas,
ketidaknyaman selama proses masa nifas, ternyata ibu mengeluh payudara
mengalami bendungan dan merasa nyeri luka jahitan perinium, terjadinya
bendungan ASI disebabkan karena kurang adekuatnya ibu dalam pemberian ASI,
dan posisi menyusui yang salah, hal ini dapat diatasi dengan pemberian KIE
perawatan payudara pada bendungan ASI, dan mengajarkan cara dan posisi
menyusui yang benar. (Pada jurnal breast milk for alternative perineal care oleh
yuli, dkk, 2017) disebutkan bahwa frekuensi pemberian ASI eksklusif dapat
mempengaruhi penyembuhan luka pada perineum, selain dari pemberian ASI,
diberikan juga KIE tentang personal hygine dengan cara mengganti celana dalam
setiap 4 jam dan mengingkan alat genital setelah BAB dan BAK.
Menurut (Depkes 2011, Depkes 2012, Prawirohardjo 2009, Saefudin
2002) terjadinya infeksi pada luka perineum pada ibu nifas karena tidak
memperhatikan kebersihan luka perineum yang disebabkan karena tidak memiliki
tingkat pengetahuan. Rasa nyeri pada luka perineum sangat terpengaruh dari
aktivitas kegiatan ibu, antara lain: mobilitas secara dini sangat mendukung proses
pemulihan dan otot–otot disekitar luka perineum. Pada penatalaksanaan juga
diberikan konsumsi telur rebus, karena menurut penelitian Supiyati, 2014, dengan
judul pengaruh telur rebus terhadapp percepatan penyembuhan luka perinium dan
peningkatan kadar hemoglobin pada ibu nifas menyebutkan bahwa telur rebus
merupakan salah satu makanan paling padat nutrisi, kandungan nutrisi telur utuh
mengandung lebih dari 90% kalsium dan zat besi, 1 telur mengandung 6 gram
protein berkualitas dan 9 asam amino essensial. Nutrisi yang baik akan
memfasilitasi penyembuhan dan menghambat atau bahkan menghindari
malnutrisi, zat besi dapat menggantikan darah yang hilang, sedangkan protein
adalah zat yang bertanggungjawab blok pembangun otor, jarigan tubuh, serta
jaringan tulang, namun tak dapat disimpan oleh tubuh, maka untuk penyembuhan
luka perinium memerlukan asupan protein setiap hari.
Selain itu ibu nifas memerlukan mobilisasi dini, dengan ini akan terjadi
vaskularisasi lebih baik yang dapat mempengaruhi penyembuhan luka jahit pada
luka perineum karena perlunya peredaran darah yang baik dalam pertumbuhan
dan perbaikan sel. Menurut (Robbints 2007, dalam buku ajar patologi).
Penyembuhan luka adalah suatu proses yang kompleks dan terjadi secara teratur
yang melibatkan regenerasi epitel dan pembentukan jaringan parut (Manuaba,
2009). Vaskularisasi pada luka dipengaruhi oleh keadaan yang baik, untuk
pertumbuhan dan perbaikan sel karena vaskularisasi berkaitan dengan mobilisasi
dini yang dapat mencegah timbulnya komplikasi. Mobilisasi sebagai usaha untuk
mengurangi rasa nyeri dan memperlancar sirkulasi darah menurut (Robbints
2007). Dalam kasus ini kita memperlakukan pasien untuk segeraa melakukan
mobilisasi dini dengan cara awal miring kiri miring kanan kemudian latihan
duduk kemudian latihan untuk berjalan serta memperhatikan bentuk kenyamanan
pasien. Perlu ditekankan juga adanya informasi yang jelas/ dapat dipahami oleh
pasien tersebut saat memberikan tindakan dengan memperhatikan evidence based
masa nifas untuk mengurangi rasa nyeri pada luka perineum salah satunya dengan
mobilisasi dini. Pada perawatan bayi ibu ditekankan bagaimana cara diajari
perawatan tali pusat, memandikan dengan melalui pendidikan kesehatan yang
diberikan terhadap ibu tersebut sesuai dengan kebutuhan serta dilakukan praktik
secara langsung terhadap ibu nifas sebelum pulang. Dalam hal ini dapat terlihat
peran serta, persiapan, perhatian, terhadap bayinya.
Dalam menentukan prioritas masalah kami lakukan dengan menggunakan
metode USG (Urgency, Seriousness, Growth). Metode USG merupakan salah satu
cara menetapkan urutan prioritas masalah dengan metode teknik scoring 1-5 dan
dengan mempertimbangkan tiga komponen dalam metode USG.

1. Urgency
Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dikaitkan dengan waktu
yang tersedia serta seberapa keras tekanan waktu tersebut untuk memecahkan
masalah yang menyebabkan isu tadi.
2. Seriousness
Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan dengan akibat yang
timbul dengan penundaan pemecahan masalah yang menimbulkan isu tersebut
atau akibat yang menimbulkan masalah-masalah lain kalau masalah penyebab
isu tidak dipecahkan.
3. Growth
Seberapa kemungkinan-kemungkinannya isu tersebut menjadi
berkembang dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu akan semakin
memburuk kalau dibiarkan.

PRIORITAS MASALAH (KF1)


PRIORITAS USG
NO U S G SKOR RANGKING
MASALAH
1 Kecemasan ASI belum 5 5 4 14 I
keluar
2 Kecemasan merawat 4 4 4 12 III
bayi sehari-hari
3 Kecemasan pemberian 4 3 3 10 IV
ASI pada bayi

PRIORITAS MASALAH CATATAN PERKEMBANGAN I (KF2)


PRIORITAS USG
NO U S G SKOR RANGKING
MASALAH
1 Bendungan ASI 5 5 4 14 I
2 Nyeri luka perinium 5 4 4 13 II
Keterangan :
5 = Sangat Besar
4 = Besar
3 = Sedang
2 = Kecil
1 = Sangat Kecil

Anda mungkin juga menyukai