Anda di halaman 1dari 10

Identifikasi Populasi Belalang (Atractomorpha crenulata)

di Lahan Berumput Samping Stadion UPI


Laporan Penelitian
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ekologi
dosen pengampu:
Dr. H. Yusuf Hilmi Adisendjaja, M.Sc.
Dr. Amprasto, M.Si.
Rini Solihat S.Pd., M.Si.
Tri Suwandi, S.Pd., M.Sc.

oleh:
Kelompok 5
Pendidikan Biologi B 2017
Aghniya Nur Rahmani 1705697
Alshela Hadista D 1701923
Rafifah Irbah Putri N 1702613
Riezfa Aldhia R 1702753
Sanchia Azaria S 1701584

DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2019
A. Judul
Identifikasi Populasi Belalang (Atractomorpha crenulata) di Lahan
Berumput Samping Stadion UPI
B. Latar Belakang
Belalang merupakan salah satu dari anggota serangga (kelas
Insecta). Belalang hidup di berbagai tipe lingkungan atau ekosistem,
diantaranya hutan, semak belukar, lingkungan perumahan, lahan
pertanian, dan sebagainya (Kalshoven,1981).

Kelimpahan jenis belalang sangat ditentukan oleh aktivitas


reproduksi yang didukung oleh lingkungan yang cocok dan
ketersediaan makanannya.

Untuk mengidentifikasi populasi belalang diperlukan penelitan


mengenai kelimpahan, kepadatan, dan pola distribusi belalang.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana populasi belalang (Atractomorpha crenulata) di Lapangan
Berumput UPI?
D. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana jumlah individu belalang Atractomorpha crenulata Di
Lapangan Berumput UPI?

2. Bagaimana kelimpahan populasi belalang Atractomorpha


crenulata Di Lapangan Berumput UPI?

3. Bagaimana pola distribusi populasi belalang Atractomorpha


crenulata Di Lapangan Berumput UPI?

4. Bagaimana kepadatan populasi belalang Atractomorpha crenulata


Di Lapangan Berumput UPI?

E. Tujuan
1. Untuk mengidentifikasi jumlah individu belalang Atractomorpha
crenulata Di Lapangan Berumput UPI
2. Untuk mengidentifikasi kelimpahan populasi belalang
Atractomorpha crenulata Di Lapangan Berumput UPI
3. Untuk mengidentifikasi pola distribusi populasi belalang
Atractomorpha crenulata Di Lapangan Berumput UPI
4. Untuk mengidentifikasi kepadatan populasi belalang
Atractomorpha crenulata Di Lapangan Berumput UPI

D. Landasan Teori
Kepadatan populasi satu jenis atau kelompok hewan dapat
dinyatakan dalam dalam bentuk jumlahatau biomassa per unit, atau
persatuan luas atau persatuan volume atau persatuan
penangkapan.Kepadatan pupolasi sangat penting diukur untuk
menghitung produktifitas, tetapi untuk membandingkan suatu
komunitas dengan komnitas lainnya parameter ini tidak begitu tepat.
Untuk itu biasa digunakan kepadatan relatif. Kepadatan relatif dapat
dihitung dengan membandingkankepadatan suatu jenis dengan
kepadatan semua jenis yang terdapat dalam unit tersebut. Kepadatan
relatif biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase (Suin.N.M.1989).
Populasi ditafsirkan sebagai kumpulan kelompok makhluk yang
sama jenis (atau kelompok lain yang individunya mampu bertukar
informasi genetik) yang mendiami suatu ruangan khusus, yang
memiliki berbagai karakteristik yang walaupun paling baik
digambarkan secara statistic, unik sebagai milik kelompok dan bukan
karakteristik individu dalam kelompok itu (Soetjipta, 1992).
Ukuran populasi umumnya bervariasi dari waktu, biasanya
mengikuti dua pola. Beberapa populasi mempertahankan ukuran
poulasi mempertahankan ukuran populasi, yang relative konstan
sedangkan pupolasi lain berfluktuasi cukup besar. Perbedaan
lingkungan yang pokok adalah suatu eksperimen yang dirangsang
untuk meningkatkan populasi grouse itu. Penyelidikan tentang
dinamika populasi, pada hakekatnya dengan keseimbangan antara
kelehiran dan kematian dalam populasi dalam upaya untuk memahami
pada tersebut di alam (Naughton,1973).
Perhitungan populasi baik untuk hewan ataupun tumbuhan dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara langsung dan tidak
langsung dengan memperkirakan besarnya populasi sedemikian rupa
sehingga sesuai dengan sifat hewan atau tumbuhan yang akan di hitung.
Misalnya, untuk padang rumput dapat digunakan metode kuadrat untuk
memperkirakan memperkirakan populasi dengan cara “track count”
atau “fecal count”. Untuk hewan yang ralatif mudah ditangkap,
misalnya tikus, belalang dapat di perkirakan dengan metode capture-
mark-release-recapture (CMRR) (Seber, 1973).
Metode capture-mark-release-recapture (CMRR) dikembangkan
untuk mengatasi kesulitan yang berhubungan dengan estimasi ukuran
populasi pada hewan. Prinsip umum percobaan CMRR adalah untuk
menandai individu dalam penangkapan sesi pertama dan kemudian
untuk mencatat proporsi individu yang ditandai dalam penangkapan
kembali sesi berikutnya (Williams et al. 2001).
Dalam model sederhana, populasi berukuran N kemudian
diperkirakan dari rasio individu yang ditandai dan individu yang tidak
ditandai dalam sesi penangkapan kembali (Seber, 1973), dengan asumsi
bahwa semua individu (ditandai dan tidak ditandai) dicampur secara
acak setelah penangkapan pertama dan dengan demikian semua
individu bisa ditangkap kembali dalam sesi penangkapan kembali.
Namun, masih sangat sulit untuk memperoleh estimasi ukuran populasi
yang dapat diandalkan bagi spesies yang sulit untuk menangkapnya,
seperti spesies langka, atau spesies yang sulit untuk ditangani (Darroch
1958).
Metode ini mengasumsikan populasi tertutup (tidak ada imigrasi,
emigrasi, kelahiran atau kematian antara pemberian tanda dan
penangkapan kembali). Metode ini juga mengasumsikan semua anggota
populasi sama-sama mungkin ditandai dan ditangkap kembali, dan
hewan ditandai secara acak didistribusikan dalam populasi hingga saat
penangkapan kembali (McFarlane, 2003).

F. Metode Penelitian
1. Alat dan Bahan
Tabel F.1. Alat dan Bahan Penelitian
NO. Alat Keterangan
1 Alat Tulis 1 unit
2 Kamera 1 unit

3 Line transect 4 line

4 Meteran 1 buah

5 Plastik spesimen Secukupnya

6 Insect net 4 buah

2. Jenis Penelitian
Metode penelitian yang kami gunakan dalam pengamatan
ini adalah metode penelitian deskriptif. Metode penelitian
deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan, menjelaskan, dan
menyajikan gambaran lengkap mengenai sebuah fenomena yang
terjadi.
3. Teknik Sampling
Teknik yang kami gunakan adalah Capture Mark Release
Recapture (CMRR) yaitu menangkap dan menandai individu yang
diambil pada pengambilan sampel pertama lalu melepaskan kembali
sampel secara acak dari populasi pada waktu selanjutnya.
4. Metode Sampling
Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah individu
pada luas wilayah 800 m2 dengan 4 line transect sebanyak 3 kali
ulangan selama 2 hari. Pada hari pertama spesimen ditangkap lalu
ditandai. Pada hari kedua dilakukan penangkapan spesimen dengan
menghitung jumlah speimen yang telah ditandai. Metode sampling
yang kami gunakan adalah metode Licoln-Peterson karena hanya
dilakukan 1 kali penandaan hewan.
5. Waktu dan Tempat Penelitian

Hari, tanggal : Sabtu-Minggu, 16-17 November 2019


Waktu : 15.30-17.30

Tempat : Lahan berumput dekat samping stadion UPI

6. Batasan penelitian
Pengamatan dilakukan untuk mengetahui kelimpahan, pola
distribusi, populasi, kepadatan yang terjadi pada intra populasi.
7. Desain Penelitian

8m

8m
100 m
]]

2m

Gambar 1. Desain Penelitian Populasi Belalang

8. Langkah Kerja

Bagan 1. Langkah Kerja Perhitungan Populasi


G. Hasil Pengamatan
1. Pengukuran Faktor Klimatik
Tabel 1. Data Pengukuran Faktor Klimatik

Hari ke-1 Hari ke-2


Faktor yang
diukur
1 2 3 1 2 3

Suhu 26°C 26°C 25°C 26°C 25°C 26°C

Kelembapan 67% 65% 65% 68% 67% 67%

Intensitas
152 lx 149 lx 141 lx 163 lx 157 lx 151 lx
cahaya
Kecepatan 4,3 5,1 4,7 4,9 5,3
4,9knots
angin knots knots knots knots knots

2. Hasil Pengamatan Faktor Biotik


Tabel 2. Data Pengamatan Biotik
Line Hari ke
1 2
M n m M n m
1 9 7 5 8 10 5
2 7 7 4 10 9 7
3 5 8 4 9 11 7
4 7 8 5 11 10 6
Keterangan
M = jumlah individu yang ditandai dan dilepaskan kembali
m = jumlah individu yang bertanda, yang tertangkap kembali
n = jumlah total individu yang tertangkap (yang bertanda maupun tidak)
10
M
5
m2
0 n
Line 1 Line 2 Line 3 Line 4
Gambar 2. Data Pengamatan Biotik Hari Ke-1
Keterangan
M = jumlah individu yang ditandai dan dilepaskan kembali
m2 = jumlah individu yang bertanda, yang tertangkap kembali
n = jumlah total individu yang tertangkap (yang bertanda maupun tidak)

15
10 M
5 m2
0 n
Line 1 Line 2 Line 3 Line 4
Gambar 3. Data Pengamatan Biotik Hari Ke-2
Keterangan
M = jumlah individu yang ditandai dan dilepaskan kembali
m2 = jumlah individu yang bertanda, yang tertangkap kembali
n = jumlah total individu yang tertangkap (yang bertanda maupun tidak)

H. Pembahasan
Belalang adalah hewan jenis serangga yang dapat dijumpai pada
hampir semua rumpun tanaman, terutama pada daerah yang didominasi
rumpun tanaman (Michael, 1991). Berdasarkan hasil pengamatan kami
di Lapangan Berumput samping Stadion UPI, dapat diketahui bahwa
faktor klimatik dapat mempengaruhi populasi belalang.
Faktor-faktor tersebut diantaranya, suhu udara rata-rata pada hari
pertama mencapai 25,66 oC dan hari kedua 25,66 oC, kelembapan udara
dengan rata-rata hari pertama 65,66 % hari kedua 67,33%, intensitas
cahaya dengan rata-rata hari pertama 147,33 lx dan hari kedua 157 lx,
kecepatan angin rata-rata hari pertama 4,76 knots dan hari kedua 4,96
knots. Faktor klimatik ini turut mempengaruhi kelimpahan belalang
karena kelimpahan belalang atau serangga dapat ditentukan oleh
aktivitas reproduksi, kondisi lingkungan serta ketersediaan
makanannya. Hal-hal tersebut sangat dipengaruhi oleh musim dan
iklim (Subahar, 2004). Yang artinya faktor klimatik sangat
memengaruhi kelimpahan belalang.
Kelimpahan populasi belalang di Lapangan Berumput samping
Stadion UPI adalah 52,8 yang artinya populasi belalang melimpah.
Kepadatan populasi belalang di Lapangan Berumput samping Stadion
UPI adalah 0,027 yang artinya setiap 1 m2 terdapat 0,027 belalang atau
dengan arti lain terdapat 1 belalang setiap 37 m2. Pola distribusi
populasi belalang di Lapangan Berumput samping Stadion UPI adalah
0,47 yang artinya distribusinya terarur. Kami mengidentifikasi spesies
yang ditemukan adalah belalang hijau (Atractomorpha crenulata).
I. Kesimpulan
Spesies yang ditemukan adalah belalang hijau (Atractomorpha
crenulata). Dengan kelimpahan populasi yang melimpah, kepadatan
populasi tidak terlalu padat dan pola distribusinya tersebar. Faktor
abiotik memengaruhi kelimpahan belalang.
DAFTAR PUSTAKA
Darroch, J.N. 1958. The Multiple-Recapture Conensus 1: Estimation of a closed
population. Biometrika 45.
McFarlane, Donald. 2003. Ecology. Diakses 20 September 2016. http://faculty.
jsd.claremont.edu/dmcfarlane/bio146mcfarlane/pdf/lab7_ecology.pdf
Michael, P. (1991).Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang dan
Laboratorium. Jakarta : UI Press.
Naughhton.1973. Ekologi Umum edisi Ke 2. Yogyakarta: UGM Press.
Seber, G.A.F. 1973. Estimating Animal Abundance And Related Parameters. New
York : Hafner.
Soetjipta. 1992. Dasar-Dasar Ekologi Hewan. Yogyakarta: Gajah Mada Press.
Subahar, T. (2004). Keanekaragaman Serangga pada Bentang Alam yang
Berbeda di Kawasan Gunung Tangkuban Parahu. Jakarta : UI Press
Suin, N.M., 1989. Ekologi Hewan Tanah. Bandung : ITB Press.
Williams, B.K., J.D. Nichols, and M.J. Conroy. 2001. Analysis and Management
of Animal Populations. New York : Academic Press.

Anda mungkin juga menyukai