Anda di halaman 1dari 6

Menurut Keraf (2004:74).

paragraf yang baik dan efektif harus memenuhi tiga syarat, yaitu
kesatuan, koherensi, dan perkembangan alenia. Lebih lanjut, Dalman (2013:8) mengatakan
bahwa paragraf yang baik adalah paragraf yang memiliki kepaduan antara unsur-unsurnya baik
itu antara gagasan utama dengan gagasan penjelasnya ataupun antara kalimat-kalimatnya.

Dalam hal ini, paragraf yang baik harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Ada tiga sifat
yang harus dimiliki oleh sebuah paragraf agar dapat menyampaikan gagasan dengan baik.
Pertama, paragraf harus memiliki kesatuan, artinya seluruh uraiannya terpusat pada satu gagasan
saja. Kedua, paragraf harus memiliki kesinambungan artinya kalimat di dalamnya berlhubungan
sesamanya dengan bermakna bagi pembaca. Ketiga paragraf harus memiliki isi yang memadai,
yakni memiliki sejumlah rincian yang terpilih dengan patut sebagai pendukung gagasan utama
paragraf (Sakri, 1992:2).

Adapun penjelasan ketiga syarat paragraf yang baik sebagai berikut.

A. Kesatuan

Menurut Wijayanti (2013:98), kesatuan paragraf berarti hanya ada satu gagasan pokok atau satu
topik yang didiskusikan di dalam paragraf. Kalimat-kalimat di dalam paragraf disusun bertalian
(relevan) dengan gagasan pokok di dalam kalimat topik. Tidak ada penjelasan yang saling
bertentangan. Untuk menjaga agar kalimat yang ditulis tidak menyimpang dari gagasan pokok.

Lebih lanjut, Keraf (2004:74) mengatakan bahwa kesatuan dalam paragraf adalah sebuah kalimat
yang membina paragraf itu secara bersama-sama menyatakan suatu hal, suatu tema tertentu.
Dalam hal ini tidak boleh diartikan hanya memuat satu hal saja. Sebuah alenia memiliki kesatuan
bisa saja mengandung beberapa hal atau beberapa perincian, tetapi semua unsur tadi haruslah
bersama-sama digerakkan untuk menunjang sebuah maksud tunggal atau sebuah tema tunggal.
Maksud tunggal itulah yang ingin disampaikan oleh penulis dalam alenia itu.

Karena fungsi tiap alenia adalah untuk mengembangkan sebuah paragraf tunggal, tidak boleh
terdapat unsur-unsur yang sama sekali tidak memunyai pertalian dengan maksud tunggal lagi.
Penyimpangan-penyimpangan dan maksud tadi hanya akan mempersulit pembaca.
Penyimpangan-penyimpangan itu dapat berbentuk: pertama, pemasukan sebuah sisipan atau
intrupsi yang jelas dalam urutan-urutan gagasan yang ada; kedua, sebuah penyimpangan secara
gradual dari tema yang harus dibina oleh alenia itu, yaitu setiap kalimat berikutnya semakin
menyimpang dari tujuan utamanya.

Untuk memberi gambaran yang jelas tentang kesatuan yang terkandung dalam sebuah alenia
dapat dilihat contoh berikut.

Contoh

Sifat kodrati bahasa yang lain yang perlu dicatat di sini ialah bahwasanya tiap bahasa
mempunyai sistem unghapan yang khusus dan sistem makna yang khusus pula, masing-masing
lepas terpisah dan tidak tergantung daripad yang lain Sistem ungkapan tiap bahasa dan sistem
makna tiap bahasa dibatasi oleh kerangka alam pikiran bangsa yng memaknai bahasa itu,
kerangka alam pikiran yang saya sebut di atase Oleh sebab itu, janganlah kecewa apabila bahasa
Indonesia tidak membedakan jamak dan tunggal, tidak mengenal kata dalam sistem kata-
kerjanya, gugus fonem juga tertentu polanya dan sebagainya Bahasa Inggris tidak mengenal
"unggah-ungguh". Bahasa Zulu tidak mempunyai kata yang berarti "lembu", tetapi ada kaya
yang berarti "lembu putih", "lembu merah", dan sebagainya Secara teknis para linguis
mengatakan bahwa tap bahasa mempunyai sistem fonologi, sistem gramatikal serta pola
semantik yang khusus" (BKI) (Keraf, 2004:75-76)

Dari contoh paragraf di atas dapatlah dilihat bahwa paragraf itu hanya mengandung satu gagasan
pokok, yaitu "tiap bahasa mempunyai sistem ungkapan yang khusus". Gagasan itu kemudian
diperinci atau dikembangkan lebih jauh dalam kalimat-kalimat berikutnya, seperti bahasa
Indonesia tidak mengenal jamak dan tunggal, seperti halnya dengan bahasa Inggris atau bahasa-
bahasa barat lainnya, tidak mengenal perubhan dan sistem kata kerja. Sebaliknya, bahasa Zulu
membedakan lembu merah dan lembu putih dengan kata-kata yang khusus sedangkan bahasa
Inggris tidak mengenal hal itu. Atau dengan kata lain, kalimat-kalimat lain dalam paragraf itu
hanya berfungsi untuk memperinci lebih jauh gagasan utama tadi. Perinci itu disusun sedemikian
rupa sehingga hbungan antara suatu kalimat dengan kalimat lainnya merupakan kesatuan yang
bulat untuk memperinci gagasan utama tadi.

Contoh
Kebebasan berekspresi berdampak pada pengembangan krebivitas baru Dengan kebebasan ini,
para guru dapat dengan leluasa mengajar siswanya sesuai dengan basis kompetensi siswa dan
lingkungannnya pembelajaran berlangsung secara alami, penuh gairah, dan siswatermotivasi
untuk berkembang Siswa belajar dalam suasana gembira, aktif, kreatif, dan produktif Kondisi
kebebasan tersebut menjadikan Dampak kebebasan ini, setiap saat siswa dapat melakukan
berbagai eksperimen dengan menyinergikan bahan ajar di sekolah dan lingkungannya
Kreativitasnya tidak terbendung (Widjono, 2005:168)

Paragraf di atas dikembangkan dengan kesatuan pikiran. Seluruh kalimat membahas pikiran yang
sama, yaitu kebebasan berekspresi (kalimat 1). (Kalimat 2) membahas dampak pikiran pada
kalimat (1) yakni siswa dapat belajar sesuai dengan basis kompetensinya. (Kalimat 3) siswa
belajar penuh gairah sebagai dampak pikiran kalimat (2). (Kalimat 4) berisi siswa menjadi kreatif
sebagai dampak pikiran kalimat (3). (Kalimat 5) siswa belajar secara sinergis teori dan praktik
sebagai dampak pikiran kailmat (4). (Kalimat 6) kreativitas siswa tidak terbendung sebagai
dampak pikiran (5).

B. Kesinambungan (Koherensi)

Kesinambungan paragraf diperhatikan dengan adanya jalinan antar kalimat yang erat dan
peralihan atau pergerakan dari kalimat ke kalimat yang berjalan logis dan mulus. Untuk
mencapai kesinambungan, perlu secara jelas mengembangkan gagasan dengan urutan logis
(seperti kronologis, devisi gagasan, atau perbandingan/pertentangan) dan menggunakan
pemarkah transisi yang tepat (seperti reptisi, konjungsi, atau penggunaan pronominal).
(Wijayanti, 2013:99).

Lebih lanjut, Keraf (2004:74) mengatakan bahwa koherensi adalah kekompakan hubungan
antara sebuah kalimat dengan kalimat yang lain yang membentuk alenia itu. Syarat kedua yang
harus dipenuhi oleh kedua alenia adalah bahwa alenia itu harus mengandung koherensi atau
kesinambungan yang baik. Hal itu terjadi apabila hubungan timbal balik antara kalimat-kalimat
yang membina alenia itu baik, wajar, dan mudah dipahami tanpa kesulitan. Pembaca dengan
mudah mengikuti jalan pikiran penulis, tanpa merasa bahwa ada sesuatu yang menghambat yang
memisahkan sebuah kalimat dan kalimat lainnya, tidak terasa loncatan-loncatan pikiran yang
membingungkan.
1) Kata atau frase transisi yang dapat dipakai dalam karangan ilmiah sekaligus penanda
hubungan menurut Pamungkas, (2012:60-61) adalah:

a. Hubungan yang menandakan tambahan kepada sesuatu yang sudah disebutkan sebelumnya,
misalnya: lebih-lebih lagi, tambahan, selanjutnya, di samping itu, lalu, seperti halnya, juga, lagi
pula, berikutnya, kedua, ketiga, akhirnya, tambahan pula, demikian juga.

b. Hubungan yang menyatakan perbandingan, misalnya: lain halnya, seperti, dalam hal yang
sama, dalam yang demikian, sebaliknya, sama sekali tidak, biarpun, meskipun.

c. Hubungan yang menyatakan akibat/hasil, misalnya: tetapi, namun, walaupun, demikian,


sebaliknya, sama sekali tidak, biarpun, meskipun.

d. Hubungan yang menyatakan akibat/hasil, misalnya: sebab itu, oleh sebab itu, karena itu, jadi,
maka, akibatnya.

e. Hubungan yang menyatakan tujuan, misalnya: sementara itu, segera, beberapa saat kemudian,
sesudah itu, kemudian.

f. Hubungan yang menyatakan singkatan, misalnya: pendeknya, ringkasnya, secara singkat, pada
umumnya, seperti sudah dikatakan, dengan kata lain, misalnya, yakni, sesungguhnya.

g. Hubungan yang menyatakan tempat, misalnya: di sini, di sana, dekat, di seberang, berdekatan,
berdampingan dengan.

2) Kata ganti

Ungkapan pengait paragraf dapat juga berupa kata ganti, baik kata ganti orang maupun kata ganti
yang lain.

a) Kata ganti orang

Dalam usaha memadu kalimat-kalimat dalam suatu paragraf, banyak digunakan kata ganti orang.
Pemakaian kata ganti ini berguna untuk menghindari penyebutan nama orang berkali-kali. Kata
ganti yang dimaksud adalah saya, aku, ku, kita, kami, (kata ganti orang pertama), engkau, kau,
kamu, mu, kamu sekalian, (kata ganti orang kedua), dia; ia, beliau, mereka, dan nya (kata ganti
orangketiga).
b) Kata ganti yang lain

Kata ganti lain yang digunakan dalam menciptakan kepaduan paragraf ialahitu, ini, tadi, begitu,
demikian, di situ, ke situ, di atas, di sana, di sini, dan sebagainya.

Contoh

"Generasi tahun 1928 adalah generasi pencetus sumpah pemuda yang berjuang demi keinginan
bernegara". Generasi tahun 7945 berjuang untuk melaksanakan gagasan sumpah pemudah:
Generasi tahun 1945 adalah generasi pelaksana Generasi zaman kemerdekaan adalah generasi
pebina dan pengembangan nilai-nilai nasional- Tiap generasi mempunyai panggilan masing-
masing sesuai dengan zamannya Generasi pencetusan dan generasi pelaksana telah menunaikan
semangat keinginan bernegara; yang kedua berhasil menciptakan Negara merdeka Generasi
Pembina masih dalam ujan: Belum diketahui sampai di mna kemampuannya untuk membina dan
mengembangkan warisan situasi yang diterima da angkatan pelaksana Apakah mereka itu
mampu membina dan mengembangkan warisan situasi yang telah diterima; apakah mereka itu
mampu membina dan mengembangkan nilai-nilai nasional sesuai dengan martabat bangsa yang
merdeka, masih harus dibuktikan (58) (Keraf, 2004: 85)

Kutipan paragraf di atas memperlihatkan bahwa kepaduan antara kalimat- kalimat yang
membina kedua paragraf itu baik dan kompak, di samping terdapat kesatuan yang jelas.
Kepaduan atau koherensi lebih ditekankan pada hubungan antar kalimat, yaitu terdapat repetisi
atau pengulangan kata. Tiap kalimat penjelas dalam paragraf tersebut yaitu kata "Generasi'" dan
terdapat kata ganti antarkalimat yaitu "Mereka itu".

Contoh

Dalam mendengarkan sesuatu, langhah pertama yang perlu dilakukan adalah menentukan tujuan
mengajarkan sesuatu itu Tanpa adanya tujuan yang sudah ditetapkan, materi yang diberikan,
metode yang digunakan, dan evaluasi yang disusun tidak akan memberikan banyak manfaat
dalam anak didik dalam menerapkan hasil proses belajar mengajar: Dengan mengetahui tujuan
pengajaran, materi yang akan diajarkan dapat ditentukan Demikian pula dengan metode yang
akan digunakan serta bentuk evaluasinya, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, dapat
ditentukan (Wijayanti, 2013:99)
Kutipan di atas memperlihatkan bahwa kepaduan antara kalimat-kalimat yang membina kedua
alenia itu baik dan kompak. Paragraf tersebut dikembangkan dengan pola pengembangan
dedukif. Dikatakan kompak karena ide pokok paragraf tersebut yang terdapat di awal paragraf
yaitu "Dalam mendengarkan sesuatu, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah menentukan
tujuan mengajarkan sesuatu itu." Dikembangkan dengan baik dan jelas dengan menggunakan
kalimat penjelas. Unsur kesatuan paragraf tersebut telah dikembangkan dengan baik karena
paragraf tersebut hanya membahas tentang "»menentukan tujuan mengajarkan sesuatu itu. ".
unsur koherensi dalam paragraf tersebut dengan menggunakan repetisi atau pengulangan kata di
tiap kalimat penjelas yaitu "tujuan", "belajar".

C. Kelengkapan

Paragraf perlu dikembangkan dengan kalimat-kalimat penjelas yang menunjang gagasan pokok
atau kalimat topik, jangan dikembangkan atau diperluas hanya dengan pengulangan-pengulangan
gagasan pokok kalimat sebelumnya. Karena itu, penulis hendaknya menyampaikan informasi
secara memadai dan lengkap agar pembaca betul-betul memahami maksud penulis. (Wijayanti,
2013:100).

Contoh

Masalah kelautan yang dihadapi dewasa ini tidak adanya peminat atau pen9gemar jenis binatang
laut, seperti halnya penggemar penghuni darat atau burung-burung yang indah 1idak ada
penyajian dana untuk melindungi ketam kenari, kimia, atau tiram mutiara sebagaimana halnya
untuk pandai dan harimau Jenis makhluk laut tertentu, tiba-tiba punah sebelum manusia sempat
melindunginya Tiram raksasa di kawasan Indonesia bagian barat kebanyakan sudah punah:
Sangat sukar menemukan tiram hidup dewasa ini, padahal rumah tiram yang sudah mati mudah
ditemukan Demikian juga halnya dengan kepiting kelapa dan kepiting begal yang bisa menyebar
dari pantai barat Afrika sampai bagian barat laut teduh, kini hanya dijumpai di daerah kecil yang
terpencil Dari mana dana diperoleh untuk melindungi semuanya ini? (Akhadiah, 2005: 153)

Dalam paragraf di atas, penulis sudah berusaha mengemukakan contoh- contoh tentang masalah
kelautan, sehingga dengan contoh-contoh tersebut masalahnya jadi jelas. Jadi, dalam
pengembangan paragraf, kita harus menyediakan detail yang cukup untuk menunjang kalimat
topik.

Anda mungkin juga menyukai