Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan merupakan salah satu faktor terbentuknya daerah yang berkelanjutan


menjadi wilayah dan kemudian membentuk negara, yang dilakukan secara terarah,
terpadu dan berkesinambungan. Berbagai jenis pembangunan terus dilakukan sebagai
upaya dalam meningkatkan kualitas masyarakat seperti pembangunan ekonomi, politik,
infrastruktur, dan lain-lain.

Setiap pembangunan membutuhkan perencanaan yang tepat dan terkendali agar


pembangunan dapat berjalan dengan baik dan mencapai hasil yang sesuai. Perencanaan
tersebut meliputi perencanaan gambar, pengadaan, penyusunan RAB (Rencana Anggaran
Biaya), survey lokasi, dan pelaksanaan pembangunan.

Perencanaan dan pembangunan jalan raya termasuk jenis pembangunan infrastruktur,


dimana berfungsi sebagai pemenuhan salah satu kebutuhan masyarakat yang meliputi
proses pembukaan ruangan lalu lintas untuk menghubungkan satu kawasan dengan
kawasan yang lain. Proses ini melibatkan pengalihan muka bumi, pembangunan
jembatan dan terowongan, bahkan juga pengalihan tumbuh-tumbuhan.

Tujuan perencanaan jalan raya adalah menghasilkan insfrasruktur yang aman,


efesiensi pelayanan lalu lintas dan memaksimalkan rasio tingkat pelayanan /biaya
pelaksanan. Ruang bentuk dan ukuran dikatakan baik jika dapat memberi rasa aman dan
nyaman bagi pemakai jalan.Yang menjadi dasar perencanaan jalan adalah sifat gerak,
ukuran kendaraan dan karakteristik arus lalu lintas. Hal-hal tersebut haruslah menjadi
bahan pertimbangan perencanaan sehingga dihasilkan bentuk dan ukuran jalan serta
ruang gerak kendaraan yang memenuhi tingkat kenyamanan dan keamanan yang
diharapkan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Jalan Raya

Jalan raya ialah jalur-jalur diatas permukaan bumi yang sengaja dibuat oleh manusia
dengan ukuran, konstruksi, dan bentuk tertentu sehingga dapat dipakai sebagai jalur lalu
lintas orang, hewan dan kendaraan. Dari Wikipedia Bahasa Indonesia, jalan raya ialah
jalan utama yang menghubungkan satu kawasan dengan kawasan yang lain. Biasanya
jalan besar ini mempunyai ciri-ciri berikut:

1. Digunakan untuk kendaraan bermotor


2. Digunakan oleh masyarakat umum
3. Dibiayai oleh perusahaan negara
4. Penggunaannya diatur oleh undang-undang pengangkutan

Gambar Konstruksi Jalan Raya

2
B. Teknik Pelaksanaan Pembangunan Jalan Raya

Pelaksanaan pekerjaan dilapangan dilakukan sepenuhnya oleh kontraktor pelaksana


yang telah ditunjuk dan diawasi langsung konsultan pengawas dan Departemen
Pekerjaan Umum. Pelaksanaan pekerjaan dilakukan berdasarkan atas gambar-gambar
kerja dan spesifikasi teknik umum dan khusus yang telah tercantum dalam dokumen
kontrak, rencana kerja & syarat-syarat (RKS) dan mengikuti perintah atau petunjuk dari
konsultan, sehingga hasil yang dicapai akan sempurna dan sesuai dengan keinginan
pemilik proyek.

Adapun pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan dalam pembuatan jalan raya akan


dijelaskan di bawah ini.

1. Pekerjaan Persiapan

Pekerjaan persiapan dilaksanakan sebelum pekerjaan fisik dimulai. Adapun


pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan dalam pekerjaan persiapan tersebut, yaitu:

a. Pekerjaan pematokan dan pengukuran ulang

Pekerjaan pematokan dan pengukuran ulang dilaksanakan oleh kontraktor


pelaksana dengan tujuan pengecekan ulang pengukuran. Pemasangan patok
pengukuran untuk profil memanjang dipasang pada setiap jarak 25 meter.

b. Survey kelayakan struktural konstruksi perkerasan

Kelayakan struktural konstruksi perkerasan dilaksanakan dengan pemeriksaan


destruktif yaitu suatu cara pemeriksaan dengan menggunakan alat Benkelman.

c. Pengadaan direksi keet

Untuk pengadaan direksi keet ini pihak kontraktor pelaksana membuatnya


disekitar lokasi proyek. Direksi keet ini berfungsi untuk tempat beristirahat para
pekerja dan penyimpanan material serta peralatan pekerjaan.

d. Penyiapan badan jalan

3
Pekerjaan ini meliputi pembersihan lokasi, penutupan jalan dan lainnya.
Sehingga pelaksanaan proyek ini berjalan dengan lancar.

2. Pekerjaan Galian dan Timbunan

a. Pekerjaan Galian

Pekerjaan galian adalah pekerjaan pemotongan tanah dengan tujuan untuk


memperoleh bentuk serta elevasi permukaan sesuai dengan gambar yang telah
direncanakan. Adapun prosedur pekerjaan dari pekerjaan galian, yaitu :

 Lokasi yang akan dipotong (cutting) haruslah terlebih dahulu dilakukan


pekerjaan clearing dan grubbing yang bertujuan untuk membersihkan lokasi
dari akar-akar pohon dan batu-batuan.
 Untuk mengetahui elevasi jalan rencana, surveyor harus melakukan
pengukuran dengan menggunakan alat ukur (theodolit). Apabila elevasi tanah
tidak sesuai maka tanah dipotong kembali dengan menggunakan alat berat
(motor grader), sampai elevasi yang diinginkan.
 Memadatkan tanah yang telah dipotong dengan menggunakan Vibrator
Roller.
 Melakukan pengujian kepadatan tanah dengan tes kepadatan (uji Density
Sand Cone test) di lapangan.

Pekerjaan galian dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian:

 Galian Biasa (Commond Excavation), yaitu penggalian untuk


menghilangkan atau membuang material yang tidak dapat dipakai sebagai
struktur jalan, yang dilakukan menggunakan excavator untuk memotong

4
bagian ruas jalan sesuai dengan gambar rencana, sedangkan pengangkutan
dilakukan dengan menggunakan dump truck.
 Galian Batuan / Padas, yaitu mencakup galian bongkahan batu dengan
volume 1 meter kubik atau lebih yang biasa dilakukan dengan menggunakan
alat bertekanan udara (pemboran) dan peledekan.
 Galian Struktur, yaitu mencakup galian pada segala jenis tanah dalam batas
pekerjaan yang disebut atau ditunjukkan dalam gambar untuk struktur.

b. Pekerjaan Timbunan dan Pemadatan

Proses penimbunan dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu :

1. Timbunan biasa: pada timbunan biasa ini material atau tanah yang biasa
digunakan berasal dari hasil galian badan jalan yang telah memenuhi syarat.

2. Timbunan pilihan: pada pekerjaan timbunan ini tanah yang digunakan berasal
dari luar yang biasa disebut borrowpitt. Tanah ini digunakan apabila nilai CBR
tanah dari timbunan kurang dari 6%.

Proses pemadatan tanah dimaksudkan untuk memadatkan tanah dasar sebelum


melakukan proses penghamparan material untuk memenuhi kepadatan 95%,
dengan menggunakan alat berat seperti Vibrator Roller, Dump Truck, Motor
Grader.Adapun langkah kerja dari proses pemadatan tanah, yaitu :

 Mengangkut material dari quary menuju lokasi dengan menggunakan Dump


Truck.
 Menumpahkan material pada lokasi tempat dimana akan dilaksanakan
pekerjaan penimbunan.
 Meratakan material menggunakan Motor Grader sampai ketebalan yang
direncanakan. Sebagai panduan operator Grader dan vibro maka dipasang
patok tiap jarak 25 m yang ditandai sesuai dengan tinggi hamparan.
 Memadatkan tanah denga menggunakan Vibrator Roller yang dimulai
sepanjang tepi dan bergerak sedikit demi sedikit ke arah sumbu jalan dalam
keadaan memanjang, sedangkan pada tikungan (alinyemen horizontal) harus
dimulai pada bagian yang rendah dan bergerak sedikit demi sedikit ke arah

5
yang tinggi, pemadatan tersebut dipadatkan dengan 6 pasing (12 x lintasan)
hingga didapatkan tebal padat 20 cm hingga didapat elevasi top subgrade
yang sesuai dengan rencana.

3. Pengujian Kepadatan Tanah

Pengujian yang dilakukan adalah dengan pengujian sand cone. Pengujian ini
bertujuan untuk mengetahui nilai kepadatan dan kadar air dilapangan. Juga bisa
sebagai perbandingan pekerjaan yang akan dilaksanakan dilapangan dengan
perencanaan pekerjaan.

4. Pekerjaan Lapis Pondasi Bawah (Sub Base Course)

Lapisan perkerasan yang terletak antara lapis pondasi atas dan tanah dasar
dinamakan lapis pondasi bawah yang berfungsi sebagai :

 Bagian dari konstruksi perkerasan yang menyebarkan beban roda ke tanah dasar,
dengan nilai CBR 20% dan Plastisitas indeks (PI) ≤ 10%.
 Material pondasi bawah relatif murah dibandingkan dengan lapisan perkerasan
diatasnya.
 Mengurangi tebal lapisan diatasnya yang lebih mahal.
 Lapisan perkerasan, agar air tanah tidak berkumpul dipondasi.
 Lapisan pertama, agar pekerjaan dapat berjalan lancar.
 Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik kelapis atas.
Tebal rencana lapisan pondasi bawah ini adalah 20 cm.

Teknik pelaksanaan pekerjaan penghamparan dan pemadatan dari Base B adalah :

 Pengangkutan material base B ke lokasi proyek dengan menggunakan Dump


Truck.
 Setelah sampai di lokasi, campuran ditumpuk menjadi lima sampai enam
tumpukan disepanjang lokasi yang telah siap untuk dihampar base B.
 Penghamparan material base B dilakukan dengan menggunakan alat motor grader
dengan kapasitas 3,6 m. Setelah badan jalan terbentuk, kemudian dipadatkan
dengan alat vibrator roller dengan kapasitas 16 ton.

6
 Jika disuatu lokasi ada campuran material yang kurang baik ikatannya maka
dapat ditambahkan abu batu dengan bantuan tenaga manusia untuk mengikat
material tersebut ketika dipadatkan kembali dengan vibrator roller.

Untuk mengetahui apakah tebal penghamparan base B dan % kemiringan telah


sesuai dengan yang direncanakan maka digunakan waterpass agar dapat menemukan
elevasinya.

5. Pekerjaan Lapis Pondasi Atas (Base Course)

Seperti yang diuraikan pada pekerjaan sub-base course pekerjaan base course
prinsipnya sama saja, yaitu:

 Permukaan sub-base course harus sudah rata dan padat.


 Dipasang patok- patok untuk pedoman ketinggiannya (dalam arah melintang 5
titik dan arah memanjang dengan jarak maksimal setiap 25 m) sesuai dengan
station X-section.
 Dengan mengetahui volume dari truck, maka didapatkan setiap jarak tertentu
volumenya yang diperlukan.
 Toleransi ketinggian diambil ±1 cm
 Sesudah tersedia dilapangan kerja dengan volume yang diperlukan barulah
diratakan. Kemudian dipadatkan dengan Tandem Roller, dimana biasanya dapat
dilihat mana yang rendah dan tinggi sehingga dapat ditambah atau dikurangi.
Setelah kira-kira rata, selanjutnya dipadatkan menggunakan Tire Roller sambil
disiram. Untuk finishing, lebih baik dipadatkan menggunakan Mac Adam Roller.
 Setelah rata dan padat tentu dengan pengecekan oleh surveyor (Check
level/permukaan) dan kepadatannya oleh Soil Material Enginer (Density test)
dengan data tertulis.

6. Penghamparan Lapisan Aspal

Setelah lapisan pondasi selesai dikerjakan, proses


selanjutnya adalah penghamparan aspal yang
sebelumya sudah dipanaskan terlebih dahulu sehingga
Gambar Asphalt Finisher mencair. Untuk menghamparkan aspal digunakan alat

7
asphalt finisher.
Setelah aspal berhasil dihamparkan dengan elevasi jalan raya yang sudah diukur
menggunakan theodolit sesuai perencanaan pekerjaan, selanjutnya adalah pemadatan
dengan buldozer hingga memenuhi kepadatan dan elevasi yang direncanakan.
Pekerjaan selanjutnya adalah finishing pemadatan dan perataan jalan raya dengan alat
peneumatic roller.

7.
8.
9.
10. Gambar Pneumatic Roller
Gambar Buldozer
11.

7. Pengawasan Pekerjaan

Pengawasan pekerjaan dilaksanakan olek konsultan pengawas. Hal ini dilakukan


untuk menjamin pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor sebagai pelaksana proyek,
apakah sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam spesifikasi.

Ketentuan ketentuan pelaksanaan pekerjaan yang sesuai dengan spesifikasi adalah


sebagai berikut :

 Penghamparan lapis pondasi agregat, baik kelas A maupun kelas B tidak boleh
mempunyai ketebalan kurang dari dua kali ukuran maksimum bahan.
 Penghamparan lapis pondasi kelas A maupun kelas B tidak boleh lebih dari 20
cm dalam keadaan loose, hal ini dapat mempengaruhi proses pemadatan sehingga
pemadatan yang dilakukan tidak mencapai keadaan optimal.
 Permukaan lapis pondasi agregat harus rata sehingga air tidak dapat menggenang
akibat permukaan yang tidak rata. Deviasi maksimum untuk kerataan permukaan
adalah 1 cm.
 Toleransi terhadap tebal total lapis pondasi agregat adalah 1 cm dari tebal
rencana.

8
Lapis pondasi yang terlalu kering atau terlalu basah untuk pemadatan yaitu
kurang dari 1% atau lebih dari 3% pada kadar air optimum, diperbaiki dengan cara
menggali dan mengganti dengan bahan yang memenuhi syarat kadar air tersebut.

C. Material Pada Pelaksanaan Jalan Raya


1. Tanah Dasar (Sub Grade)

Tanah dasar ialah jalur tanah bagian dari jalan tanah yang terletak dibawah
pengerasan jalan. Kekuatan dan keawetan pengerasan jalan itu sangat tergantung pada
sifat- sifat dan daya dukung tanah dasar. Oleh karena itu, maka pada perencanaan
pembuatan jalan baru harus diadakan pemeriksaan tanah yang teliti ditempat-tempat yang
akan dijadikan tanah dasar yang berfungsi untuk mendukung pengerasan jalan. Lebih
utama kalau diambil beberapa contoh tanah dari tanah dasar itu dan dikirimkan ke
laboratorium penyelidikan tanah untuk diselidiki.

2. Agregat (Sub Base Course dan Base Course)

Kebanyakan agregat pembuatan jalan diperoleh baik dari batu alam ataupun dari batu
pecah melalui proses pemecahan/penghancuran dengan mesin logam. Batuan alam
terdapat dalam bentuk masif atau batu kali (yang diperoleh dari batu gunung). Batuan
alam diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu:

a. Batuan beku dari gunung api (Igneous)


b. Batuan sedimen (sedimentary)
c. Batuan metamorf (metamorphic)

Adapun bahan dan material yang digunakan ialah agregat batu pecah kelas B yang
sesuai dengan persyaratan (tabel agregat base B).

Nomor Mm Kelas A Kelas B


2 in 50 100 100
11/2 in 37.5 100 88 - 95
1 in 25 65 - 81 70 - 85
3/8 in 9.5 42 - 60 30 - 65
#4 4.75 27 - 45 25 - 55
# 10 2 Nop-25 15 - 40

9
# 40 0.425 6 – 16 8 – 20
# 200 0.075 0-8 2–8
3. Tabel 1.Gradasi Agregat Kelas A dan Kelas B

Sifat Material Sifat Kelas A Sifat Kelas B


Nilai Abrasi Agregat
Kasar (AASTHO T 96 - 0 - 40% 0 - 40%
87)
Plasticity Index
0-6 4 – 10
(AASTHO T 90 - 87)
Batas Cair (AASTHO T
0 – 25 -
89 - 90)
CBR (AASTHO T180) 90 min 35 min
Hasil Kali PI dengan %
25 maksimum -
lolos ayakan no. 200
4. Tabel 2.Tabel Karakteristik Agregat Kelas A dan Kelas B

3. Aspal (Surface Course)

Aspal didefinisikan sebagai material berwarna hitam atau coklat tua, pada temperatur
ruang berbentuk padat sampai agak padat. Jika dipanaskan sampai suatu temperatur
tertentu aspal dapat menjadi lunak atau cair sehingga dapat membungkus partikel agregat
pada waktu pembuatan aspal beton atau dapat masuk kedalam pori-pori yang ada pada
penyemprotan atau penyiraman pada kekerasan macadam ataupun peleburan. Jika
temperatur mulai turun, aspal akan mengeras dan mengikat agregat pada tempatnya (sifat
termoplastis).

Seluruh lapis perkerasan jalan beraspal tersusun dari agregat yang diperoleh dari batu
pecah, slags atau batu kerikil dengan pasir atau batu butiran halus. Agregat mempunyai
fungsi penting dalam mempengaruhi perilaku perkerasan jalan. Pada umumnya agregat
mempunyai kekuatan mekanik untuk pembuatan jalan, demikian pula pada lapis
permukaan (paling atas) yang akan langsung menahan beban lalu lintas, tetapi bagian ini
makin lama menjadi aus karena beban lalu lintas yang tinggi, yang menyebabkan
permukaan menjadi licin dan tidak sesuai lagi untuk lalu lintas.

10
Meskipun kandungan aspal pada lapis permukaan sangat kecil dibandingkan jumlah
agregatnya, namun baik kualitas maupun kuantitas aspal sangat berpengaruh pada
perilaku lapis permukaan.

Jenis aspal berdasarkan cara diperolehnya dapat dibedakan atas :

a. Aspal alam, dapat dibedakan atas :


 Aspal gunung (rock asphalt), contoh aspal dari pulau beton.
 Aspal danau (lake asphalt) contoh aspal dari Bermudez, Trinidad.
b. Aspal buatan
 Aspal minyak merupakan hasil penyulingan minyak bumi
 Tar, merupakan hasil penyulingan batubara tidak umum digunakan untuk
perkerasan jalan karena lebih cepat mengeras, peka terhadap perubahan
temperatur dan beracun.

D. Peralatan-Peralatan yang Digunakan

 Wheel Loader berfungsi untuk mengambil tumpukan agregat dari tempat


pengambilan material, selanjutnya dimasukkan kedalam dump truck.
 Dump truck berfungsi untuk mengangkut material agregat base B ke lokasi
pekerjaan.
 Water tank truck berfungsi untuk menyiram agregat base B setelah
penghamparan.
 Motor grader berfungsi untuk meratakan jalan, membentuk jalan, pengelupasan
lapisan atas yang hendak dibuang, mencampur material dan menyebarkannya.
 Vibrator roller berfungsi untuk memadatkan permukaan tanah dengan bobot
getaran yang disalurkan melalui penggulungan.
 Buldozer berfungsi untuk membersihkan lahan dan perataan tanah.
 Excavator berfungsi sebagai penggalian dibawah permukaan serta untuk
penggalian material keras dan juga bisa digunakan sebagai alat pemuat bagi truck.
 Asphalt finisher berfungsi untuk menghamparkan material yang telah diproses
dari mixing plant.
 Pneumatic Roller berfungsi untuk pemadatan dan penggilasan lapisan hot mix.
 Tandem Roller berfungsi untuk memadatkan timbunan atau tanah yang akan
diratakan sehingga tanah atau timbunan menjadi padat.

11
Vibrator Roller Tandem Roller Excavator

Water Tank Truck


Motor grader Wheel Loader

Dump truck

E. Contoh Kasus Proyek (Jalan Tol Cikampek-Palimanan)

Jalan Tol Cikampek Palimanan atau tol cipali merupakan nama awal yang disematkan
kepada jalan tol Cipali atau tol Cikopo Palimanan pada awal dibangunnya. Jalan tol yang
membentang sepanjang 116,75 km dan merupakan jalan tol yang terpanjang di Indonesia.

Jalan tol yang mulai dibangun pada tahun 2011 dan selesai tahap pembangunannya
pada tahun 2015 ini merupakan jalan tol yang dikelola oleh PT LMS (Lintas Marga
Sedaya) atau Linmas. Jalan tol yang menghubungkan daerah Cikopo, Purwakarta dengan
Palimanan, Cirebon ini merupakan jalan tol lanjutan antara jalan tol Jakarta-Cikampek
dan menghubungkan jalan tol Palimanan-Kanci. Jalan tol ini juga termasuk dalam bagian
JTTJ atau jalan tol Trans Jawa yang menghubungkan antara Merak, Banten sampai
Banyuwangi, Jawa Timur.

Jalan tol Cikapali atau tol Cikampek-Palimanan ini biaya pembangunannya


menggunakan skema PPP atau Private Public Partnership yang biasa disebut dengan KPS

12
atau Kerjasama Pemerintah Swasta yang memiliki tujuan untuk peningkatan kapasitas
jaringan jalan dan juga untuk mendorong pengembangan di kawasan pendukung,
khususnya wilayah Jawa Barat. Pembangunan tol Cikampek-Palimanan ini sendiri
dilaksanakan oleh PT LMS atau Lintas Marga Sedaya dengan komposisi pemegang
saham 55% oleh operator jalan raya asal negeri jiran, Plus Expressways dan sebesar 45%
oleh PT Baskhara Utama.

Jalan tol Cikapali atau tol Cikampek-Palimanan ini dibuat di atas lahan dengan luas
kurang lebih 1.080,69 hektare yang terbagi menjadi 6 seksi, yaitu seksi I Cikopo-Kalijati
sepanjang 29,12 km, seksi II Kalijati-Subang sepanjang 9,56 km, seksi III Subang-
Cikedung sepanjang 31,37 km, seksi IV Cikedung-Kertajati sepanjang 17,66 km, seksi V
Kertajati-Sumberjaya sepanjang 14,51 km dan sesi VI Sumberjaya-Palimanan sepanjang
14,53 km. Jalan Tol Cikampek Palimanan ini mempunyai 8 tempat peristirahatan atau rest
area dan 7 tempat pertukaran. yaitu Cikopo, Subang, Kalijati, Kertajati, Cikedung,
Sumberjaya dan Palimanan.

Penamaan jalan tol Cikapali ini sendiri menuai kontroversi. Dan yang paling kentara
adalah protes yang dilayangkan oleh Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi.

Bupati Purwakarta tersebut memprotes keras terkait dengan penamaan jalan tol
tersebut dengan nama tol Cipali atau Cikampek-Palimanan, pasalnya menurut beliau
lokasi hulu dari ruas jalan tol tersebut terletak di daerah Cikopo, Purwakarta bukannya di
daerah Cikampek, Kabupaten Karawang. Dedi juga mencontohkan kesalahan yang terjadi
pada masa lalu dalam penamaan jalan tol Jakarta -Cikampek. Yang secara geografis
lokasi simoang susun serta pintu gerbang dari jalan tol Cikapali tersebut memang berada
di Desa Cikopo, Bungursari, Purwakarta, yang jika diukur jarak antara simpang susun
serta gerbang tol dengan tapal batas antara Cikopo dengan Cikampek masih 3 km.

Pada saat peresmian tersebut jalan tol Cikapali atau tol Cikampek-Palimanan akhirnya
diganti dengan nama jalan tol Cipali atau tol Cikopo-Palimanan. Dengan hadirnya tol
Cipali diharapkan akan mampu memberikan suatu dorongan akan pertumbuhan dan
peningkatan ekonomi bagi masyarakat serta kemajuan daerah-daerah di wilayah
sekitarnya.

13
Dalam kurun waktu 10 hari setelah jalan tol Cipali diresmikan secara langsung oleh
Presiden Jokowi, setidaknya terjadi 30 insiden kecelakaan yang terjadi di ruas jalan tol
Cikopo-Palimanan tersebut yang mengakibatkan beberapa orang tewas dan luka-luka.
Dan hal tersebut tentu mendapat banyak sorotan dari berbagai pihak, dan terkait dengan
beberapa insiden tersebut masyarakat akhirnya menilai bahwa sarana pendukung yang
ada di jalan tol tersebut menjadi pemicunya. Misalnya saja keberadaan rest area yang
pada saat itu belum berfungsi semua, sehingga memaksa pengendara untuk melaju secara
terus menerus. Kurangnya fasilitas toilet di sepanjang ruas jalan tol Cipali pasca jalan tol
ini diresmikan, pada waktu itu toilet sangat terbatas karena hanya ada di rest area
kilometer 102. Karakter jalan yang cenderung sangat landai membuat beberapa pihak
menuding jika penyebab sering terjadinya kecelakaan di ruas jalan tol Cipali tersebut.
Tetapi jika ditelisik lebih mendalam sering terjadinya kecelakaan penyebabnya adalah
human error bukan salah kontur jalan yang landai tersebut. Jika saja para pengendara
lebih bijaksana dalam berkendara tentu saja kecelakaan akan jarang atau bahkan tak akan
terjadi.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jalan raya ialah jalur-jalur diatas permukaan bumi yang sengaja dibuat oleh manusia
dengan ukuran, konstruksi, dan bentuk tertentu sehingga dapat dipakai sebagai jalur lalu
lintas orang, hewan dan kendaraan.

Adapun uraian pekerjaan konstruksi jalan raya antara lain sebagai berikut:

1. Pekerjaan persiapan
2. Pekerjaan galian dan timbunan
3. Pengujian kepadatan tanah
4. Pekerjaan lapis pondasi bawah
5. Pekerjaan lapis pondasi atas
6. Penghamparan lapisan aspal
7. Pengawasan Pekerjaan

Adapun alat-alat yang digunakan dalam pekerjaan konstruksi jalan raya yaitu wheel
loader, dump truck, motor grader, water tank truck, bulldozer, tandem roller, excavator,
asphalt finisher, dan pneumatic roller.

15
PERTANYAAN DAN JAWABAN

1. Jelaskan faktor-faktor yang membuat jalan rusak!

Jawab:

 Mutu/kualitas jalan aspal yang kurang baik, hal ini bisa dikarenakan bahan yang
dipergunakan tidak baik atau diluar ketentuan teknis, metode pengerjaan yang
kurang baik, pengerjaan yang bertepatan dengan cuaca yang kurang pas (hujan
misalnya), dll.

 Muatan yang berlebihan, semakin berat muatan akan semakin mempercepat proses
kerusakan jalan, apalagi kalau misalnya kualitas/mutu jalan yang kurang bagus,
otomatis akan semakin mempercepat proses kerusakan jalan.

 Air yang mengalir dibadan jalan/tidak ada saluran. Jalan yang sistem pembuangan
airnya buruk akan semakin cepat rusak jalan tersebut. Bisa juga karena air yang
menggenang di jalan.

 Perencanaan yang kurang tepat, karena jenis jalan aspal berbeda maka harus
disesuaikan dengan kebutuhan transportasi yang mempergunakan jalan tersebut.

 Untuk jalan aspal yang berada di jalan desa atau pemukiman, kerusakan jalan bisa
juga karena faktor lingkungan, seperti: talang/tritisan yang langsung ke jalan
sehingga saat musim hujan air dari talang atau tritisan langsung jatuh ke jalan.
Jalan yang kurang cahaya atau jarang terkena sinar matahari sehingga saat hujan
atau terkena air tidak bisa langsung hilang, bisa juga jalan menjadi lembab.

2. Jelaskan jenis-jenis jalan!

Jawab:

Jalan dikelompokkan berdasarkan fungsi jalan, berdasarkan administrasi


pemerintahan dan berdasarkan muatan sumbu yang menyangkut dimensi dan berat
kendaraan. Penentuan klasifikasi jalan terkait dengan besarnya volume lalu lintas
yang menggunakan jalan tersebut, besarnya kapasitas jalan, keekonomian dari jalan
tersebut serta pembiayaan pembangunan dan perawatan jalan.

1) Pengelompokan Jalan Berdasarkan Fungsi Jalan

a. Jalan arteri, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan


utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah
jalan masuk dibatasi secara berdaya guna;

16
b. Jalan kolektor, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-
rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi;

c. Jalan lokal, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan


setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan
jumlah jalan masuk tidak dibatasi;

d. Jalan lingkungan, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan


lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.

2) Pengelompokan Jalan Berdasarkan Administrasi Pemerintahan

a. Jalan nasional, merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem
jaringan jalan primer yang menghubungkan antaribukota provinsi, dan jalan
strategis nasional, serta jalan tol.

b. Jalan provinsi, merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer
yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau
antaribukota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.

c. Jalan kabupaten, merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer
yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan,
antaribukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal,
antarpusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan
sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten;

d. Jalan kota, adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang
menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat
pelayanan dengan persil, menghubungkan antarpersil, serta menghubungkan
antarpusat permukiman yang berada di dalam kota;

e. Jalan desa, merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau


antarpermukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.

3) Pengelompokan Jalan Berdasarkan Muatan Sumbu

a. Jalan Kelas I, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran
panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang
diizinkan lebih besar dari 10 ton, yang saat ini masih belum digunakan di
Indonesia, namun sudah mulai dikembangkan diberbagai negara maju seperti
di Prancis telah mencapai muatan sumbu terberat sebesar 13 ton;

b. Jalan Kelas II, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran
panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang

17
diizinkan 10 ton, jalan kelas ini merupakan jalan yang sesuai untuk angkutan
peti kemas;

c. Jalan Kelas III A, yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui
kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi
2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan
sumbu terberat yang diizinkan 8 ton;

d. Jalan Kelas III B, yaitu jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran
panjang tidak melebihi 12.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang
diizinkan 8 ton;

e. Jalan Kelas III C, yaitu jalan lokal dan jalan lingkungan yang dapat dilalui
kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi
2.100 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 milimeter, dan muatan
sumbu terberat yang diizinkan 8 ton.

18

Anda mungkin juga menyukai