Buku Praktikum Orto Semester 6 PDF
Buku Praktikum Orto Semester 6 PDF
ORTODONTI KURATIF
1
MODUL
Topik : Ortodontik Kuratif
Pelaksanaan : Semester VI
drg. Lisdrianto Hanindriyo, MPH, PhD Dr. drg. Sri Suparwitri SU., Sp.Ort(K)
Mengetahui
2
MANUAL PROSEDUR PEMBUATAN LAPORAN PEMERIKSAAN DAN
RENCANA PERAWATAN
PETUNJUK PENGISIAN
HALAMAN SAMPUL
1. No. Model : Isi kolom dengan angka pada:
Empat kolom pertama: Isi sesuai dengan nomer mahasiswa (NIM) probandus
Dua kolom kedua diisi dengan dua digit terakhir tahun pendaftaran, misalnya :
angka 00 untuk tahun 2000.
Satu kolom ke tiga diisi dengan angka 0 bila pasien perempuan atau 9 bila pasien
laki-laki
Dua kolom terakhir : Isi angka sesuai dengan umur probandus (dalam tahun)
2. Nama pasien : Isi nama lengkap pasien
3. Operator : Isi nama lengkap mahasiswa yang merawat
4. No. Mhs. : Isi nomer mahasiswa merawat
5. Pembimbing : Isi nama lengkap Dosen Pembimbing
ISI FORMULIR :
I. IDENTITAS :
1. Operator : Isi nama lengkap mahasiswa yang merawat
2. No. Mhs. : Isi Nomer mahasiswa lengkap (NIU dan NIM) yang merawat
3. Pembimbing : Isi nama Dosen Pembimbing lengkap
4. No. Model : Isi nomer model sesuai dengan nomer model pada sampul
5. Nama pasien : Isi nama lengkap pasien
6. Suku : Isi sesuai dengan suku atau kelompok etnik pasien
7. Umur : Isi sesuai dengan umur pasien ketika saat pemeriksaan
8. Jenis kelamin : Lingkari sesuai dengan jenis kelamin pasien
9. Alamat : Isi sesuai dengan alamat pasien saat ini atau alamat yang paling
mudah dihubungi
10. Nomer Telepon : Isi dengan nomer telepon pasien atau nomer yang paling mudah untuk
dihubungi
11. Pekerjaan : Isi sesuai dengan pekerjaan atau profesi pasien
12. Nama Ayah : Isi dengan nama lengkap ayah pasien
13. Suku : Isi sesuai dengan suku atau kelompok etnik ayah pasien
14. Umur : Isi sesuai dengan umur ayah pasien
3
15. Nama Ibu : Isi nama lengkap ibu pasien
16. Suku : Isi sesuai dengan suku atau kelompok etnik ibu pasien
17. Umur : Isi sesuai dengan umur ibu pasien
18. Pekerjaan orang tua : Isi sesuai pekerjaan orang tua pasien
19. Alamat orang tua : Isi sesuai dengan alamat orang tua pasien, termasuk nomor
telepon orang tua pasien.
Riwayat Kesehatan
1. Kesehatan umum :
Isi riwayat kesehatan pasien dengan mengajukan pertanyaan seperti :
4
a. Apakah pasien pernah menderita sakit yang mengganggu proses pertumbuhan dan
perkembangan dentofasial dan penyakit yang dapat mengganggu / menghambat
proses perawatan ortodontik yang akan dilakukan. Jika pernah, kapan dan apa saja
sakit yang diderita ? Berapa lama menderita sakit tersebut ?.
b. Apakah sekarang sedang dalam perawatan dokter ?
c. Apakah pernah menderita kelainan endrokin? Jika pernah, bagaimana kelainan
endokrin tersebut dialami?
d. Apakah pernah menderita Penyakit/kondisi sistemik yang mempengaruhi tumbuh
kembang dentofasial ( ISPA, tonsilitis, adenoid, asma, deviasi septum nasal)?
e. Apakah pernah menderita Penyakit anak-anak seperti infeksi yang mengganggu
tumbuh kembang anak: osteomilitis, congenital sipilis, tuberculosis. Infeksi virus:
Mumps, Rubela, ChickenPox. Masalah gizi: defisiasi vitamin?
f. Apakah memiliki riwayat alergi tertentu ?(sebutkan jika ada)
g. Apakah pernah menjalani operasi / tindakan bedah?
5
⇒ Jika dari riwayat, pertumbuhan dan perkembangan gigi dicurigai sebagai etiologi
maloklusi, maka dicatat secara lengkap sesuai dengan periode pertumbuhan gigi-gigi
pasien dan beri tanda pada kotak yang disediakan.
6
ya : kemungkinan terjadi penurunan yang sifatnya poligenik antara ukuran gigi dan
ukuran rahang dari kedua orang .tuanya yang ukurannya sangat berbeda.
⇒ Jika ada, beri tanda pada kotak yang disediakan dan beri keterangan yang lengkap.
B. Pemeriksaan Objektif
1. Umum
● Jasmani : Periksa keadaan jasmani pasien dan beri keterangan.
Pemeriksaan jasmani dimaksudkan untuk mengetahui apakah pasien cukup sehat jasmani
untuk mendapat perawatan ortodonti yang akan dilakukan.
● Mental : Periksa keadaan mental pasien dan beri keterangan.
Pemeriksaan mental dimaksudkan untuk mengetahui apakah pasien mampu bekerja sama
(kooperatif) dalam menjalankan perawatan ortodonti, seperti : emosi labil, tidak tela-ten,
tidak mampu memahami instruksi operator dan lain lain.
● Status Gizi : Periksa keadaan gizi pasien dan beri keterangan
Pemeriksaan bisa dilakukan dengan menghitung status gizi pasien dengan rumus
perimbangan berat badan/ BB (dalam kilogram) dan tinggi badan/TB (dalam meter).
Gunakan Indeks Masa Tubuh, dengan Rumus IMT = BB (kg) = _____ ,
TB2(m)
Keterangan : IndeksStatus Gizi Kategori
18,5 Kurang Kurus
18,5 – 25.0 Normal Normal
25.0 Lebih Gemuk
Pemeriksaan gizi dimaksudkan untuk mengetahui adakah keadaan gizi pasien ini
merupakan faktor etiologi maloklusi pasien. Apakah perawatan akan terhambat karena
keadaan gizi pasien.
Catatan: Indeks Masa Tubuh digunakan untuk mengetahui status gizi pada orang dewasa.
2. Lokal :
a. Ekstra Oral
● Kepala :
Dengan jangka bentang (spreading caliper) ukurlah :
Panjang kepala (jarak Glabella – Occipital) :___________mm
Lebar kepala (jarak horisontal terlebar antara puncak Supramastoidea dan Zygomatik
kanan dan kiri) :____________mm
⇒ Indeks kepala: Lebar kepala maksimum X 100 = ..................................
Panjang kepala maksimum
7
Kesimpulan : IndeksBentuk Kepala
o 74,9 dolikosefali
o 75,0 -- 79,9 mesosefali
o 80,0 brakisefali
Keterangan : A. panjang kepala (jarak grabella-occipital), B. lebar kepala (ukuran transversal paling
besar pada bidang horisontal di atas puncak supramastoid dan zygomatik)(Salzmann, 1966)
● Muka:
Dengan jangka sorong (sliding caliper) ukurlah :
Panjang muka (jarak vertikal Nasion – Gnathion) :____________mm
Dengan jangka sorong ( spreading caliper ), ukurlah :
Lebar muka ( jarak antara zygomatik kanan dan kiri ) :____________mm
8
Keterangan : A Lebar muka (jarak Bizygomatik); B Panjang muka (jarak Nasion – Gnathion)
Klasifikasi Maloklusi Simon
Simon mengklasifikasikan maloklusi berdasarkan tiga bidang anthropometric, yaitu
bidang Frankfort horizontal, bidang orbital, dan bidang mid sagital. Klasifikasi maloklusi
tersebut berdasarkan deviasi abnormal lengkung gigi terhadap posisi normal ketiga
bidang tersebut.
Bidang Frankfort Horizontal
Bidang ini menghubungkan antara batas atas meatus auditus
externus ke margin infra orbita. Bidang ini digunakan untuk
mengklasifikasikan maloklusi pada bidang vertikal. Ketika
lengkung gigi/rahang mendekati bidang frankfort horizontal
disebut atraksi, dan bila lengkung gigi/rahang menjauhi bidang
frankfort horizontal disebut abstraksi.
Bidang Orbita
Bidang orbita terletak tegak lurus terhadap bidang frankfort
horizontal dan berada dibawah margin tulang orbital (dibawah
pupil). Bidang orbita seharusnya melewati sepertiga distal gigi
kaninus atas (Hukum Simon Gigi Kaninus (Simon’s Law of
Canine). Bidang ini digunakan untuk menggambarkan kondisi
maloklusi dari sagital atau anteroposterior. Ketika lengkung
gigi/rahang berada di depan bidang orbital disebut protraksi,
dan ketika lengkung gigi/rahang berada dekat atau dibelakang
bidang orbita disebut retraksi.
9
Bidang Mid-sagital
Bidang mid-sagital digunakan untuk menggambarkan maloklusi
dari arah transfersal, Ketika lengkung gigi/ rahang menjauhi
bidang mudsagital disebut distraksi, dan ketika lengkung gigi/
rahang mendekati bidang midsagital disebut kontraksi
10
Ketika mendibula dalam posisi istirahat, normalnya bibir atas dan bawah saling
menutup. Pada pasien yang bernafas lewat mulut, bibir tidak akan menutup. Pada
pasien dengan bibir hiperaktif umumnya memiliki ukuran bibir yang lebih besar, lebih
merah dan lebih lembab dibandingkan bibir hypoaktif/ bibir normal
b) Pemeriksaan fungsional
− Amati kontraksi otot bibir saat menelan
− Amati fungsi bibir selama mastikasi. Bibir atas dan bawah seharusnya menutup
pada saat proses mastikasi. Kontraksi yang kuat dari otot mentalis dan perioral
akan menyebabkan gigi-gigi terlihat saat menelan makanan. Otot mentalis dan
perioral juga akan berkontraksi kuat pada maloklusi klas II karena memiliki overjet
dan overbite yang besar.
− Amati fungsi bibir ketika berbicara. Beberapa kasus abnormal fungsi bibir saat
berbicara disebabkan oleh adaptasi dari maloklusi dan malposisi gigi
− Pemeriksaan tonus otot bibir (m. orbicularis oris ) dapat dilakukan dengan cara
meletakkan kaca mulut pada sebelah dalam bibir bawah, kemudian pasien
diinstruksikan menelan ludah. Jika bibir tidak mampu menahan kaca mulut maka
disimpulkan bibir hipertonus. Dengan kaca mulut bibir atas sedikit diangkat,
instruksikan menelan, rasakan ketegangannya. Pada pasien yang gigi depan
protrusif apakah dicurigai adanya otot bibir yang kendor (hipotonus) ? Catat dan
beri keterangan., bila perlu konsulkan untuk pemeriksaan EMG.
● Relasi bibir :
Pemeriksaan posisi bibir dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada incompetensi otot-
otot bibir pasien pada posisi istirahat? Pada pasien yang gigi anterior atasnya protrusif,
diam-diam tanpa sepengetahuan pasien amati posisi bibirnya , apakah menutup atau
terbuka ? Amati posisi bibir bawah apakah di-belakang gigi anteror atas ? Kemudian
pasien disuruh menutup bibirnya, apakah penutu-pan tampak dipaksakan ? Jika ya
berarti ada incompetent otot bibir pasien. Catat pada formulir pemeriksaan dan beri
keterangan.
Normalnya bibir atas menutup seluruh permukaan labial gigi anterior atas kecuali 2-3 mm
tepi insisal gigi anterior atas dan bibir bawah menutup seluruh permukaan labial gigi
insisivus bawah serta 2-3 mm tepi insisal gigi anterior atas.
b. Intra oral
● Higiene mulut : Periksa higiene mulut pasien : plak, kalkulus, debris : tetapkan OHI
pasien catat dan beri keterangan.
⇒ Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah higiene mulut pasien akan
menghambat perawatan yang akan dilakukan ? Apa perlu dilakukan scaling lebih
dulu?
● Lingua
● Pemeriksaan Morfologi :
Periksa ukuran, bentuk lidah, warna, dan kesimetrisan lidah, catat dan beri
keterangan
Lidah dapat berukuran kecil, panjang atau lebar. Pemeriksaan ukuran lidah sangat
berkaitan dengan ukuran kavitas oral
Pemeriksaan kesimetrisan lidah:
pasien diinstruksikan untuk menjulurkan lidah, catat bila ada ketidaksimetrisan.
Selanjutnya pasien diinstruksikan untuk membuka mulut dan merelakskan lidah
kemudian meletakkan lidah di atas bibir bawah, catat bila ada ketidaksimetrisan.
Kesimetrisan lidah berhubungan dengan kesimetrisan lengkung gigi, midline gigi.
12
Pasien diinstruksikan untuk menyentuh Periksa ada tidaknya krenasi (crenation)
ujung hidung dengan lidah. Lidah pada tepi lidah. Krenasi (cetakan bentuk
dikatakan panjang bila dapat menyentuh gigi) mengindikasikan adanya
ujung hidung diskrepansi antara lebar lengkung gigi
dan lebar lidah.
● Pemeriksaan Fungsional
− Amati posisi lidah saat pasien menelan. Pada penelanan yang normal, ujung lidah
menyentuh palatum gigi insisivus maksila.
− Amati lidah pasien saat pasien berbicara
● Pemeriksaan lidah pasien dimaksud kan untuk mengetahui :
a. Apakah ada kelainan, peradangan atau lesi pada lidah yang akan menghambat
perawatan ortodontik yang akan dilakukan ?
b. Apakah ukuran lidah pasien menjadi etiologi maloklusi? (ada atau tidak adanya
krenasi (crenation) pada tepi lidah)
c. Apakah ukuran lidah akan mengganggu stabilitas hasil perawatan ortodontik yang
akan dilakukan ?
● Palatum
● Periksa kondisi patologi, pembengkakan, ulserasi, pembentukan jaringan skar, dan
ukuran palatum catat dan beri keterangan keadaan palatum
● Pemeriksaan palatum dimaksudkan untuk mengetahui :
a. Apakah ada kelainan, peradangan atau lesi pada palatum pasien yang akan meng-
hambat perawatan ortodontik yang akan dilakukan ? Adanya jaringan skar akibat
operasi penyatuan langit-langit pada pasien cleft palate dapat mempengaruhi
prognosis perawatan ortodonti
b. Apakah ukuran palatum yang menjadi sebab terjadinya maloklusi? Palatal bite
dapat menyebabkan terjadinya ulserasi pada mukosa palatum
c. Apakah ukuran palatum merupakan indikasi adanya kebiasaan bernafas melalui
mulut ?
Kedalaman palatum juga dapat dinilai dengan cara sebagai berikut :
Kedalaman palatum durum ditentukan menggunakan indeks tinggi palatum, sehingga
dapat diketahui hubungan tinggi dan palatum yang diklasifikasikan menjadi:
Untuk mengetahui lebar dan tinggi palatum, alat yang dibutuhkan adalah:
13
1. Sliding caliper
2. Studi model
3. Stainless steel wire
Cara pengukuran indeks palatum:
Lebar palatal: jarak antara tepi sulcus gingiva palatal gigi Molar 1
Tinggi palatum adalah: jarak vertical antara palatum dan kawat stainless steel, +0,05
(diasumsikan sebagai diameter steel wire)
Mukosa
Periksa, catat dan beri keterangan keadaan mukosa pipi dan bibir pasien.
Pemeriksaan mukosa pasien dimaksudkan untuk mengetahui :
a. Apakah ada peradangan, lesi, tumor pada mukosa ? Seberapa parah ?
b. Apakah ada kelainan lain yang akan menggangu perawatan ortodontik yang akan
dilakukan ?
Frenulum
Periksa, catat dan beri keterangan keadaan ketebalan, perlekatan frenulum
pasien (frenulum bibir atas, frenulum bibir bawah dan frenulum lidah)
14
Blanch test: Bibir atas ditarik keatas beberapa detik. Blanch test positif apabila
daerah disekitar papila interdental tampak memucat. Hal ini menunjukkan
perlekatan frenulum rendah. Perlekatan frenulum labii superior yang terlalu rendah
dapat menyebabkan terjadinya diastema sentral
Pemeriksaan frenulum pasien dimaksudkan untuk mengetahui :
a. Apakah frenulum pasien normal, tipis atau tebal ?
b. Apakah perlekatannya rendah (perlekatan pada mukosa alveolar), normal, atau
tinggi (perlekatan mukosa alveolar sampai marginal gingiva)
c. Apakah ada kelainan yang akan mengganggu perawatan ortodontik sehingga
perlu di-lakukan frenectomi dulu ?
Tonsila :
Dengan menggunakan tongue blade atau kaca mulut, lidah pasien ditekan dan
periksa keadaan tonsila pasien, catat dan beri keterangan lengkap.
Pemeriksaan tonsila pasien dimaksudkan untuk mengetahui :
a. Apakah ada peradangan dan pembengkakan tonsila palatina (amandel) pada tepi
kiri dan kanan pangkal lidah ?
b. Jika ada apakah akan mengganggu perawatan ortodontik ? Apakah perlu konsul
ke dokter spesialis THT ?
Pemeriksaan gigi-geligi
Dengan kaca mulut dan sonde periksa secara berurutan dari gigi kiri bawah pasien
sampai gigi kanan bawah dan dari gigi kanan atas sampai gigi kiri atas pasien. Jika
ada kelainan catat dan cocokkan dengan riwayat anamnesis geligi yang telah
dilakukan .
Pemeriksaan geligi pasien dimaksudkan untuk mengetahui :
a. Apakah ada gigi-gigi yang harus dirawat dulu (ditambal, dicabut), sebelum
perawatan ortodontik dimulai ?
b. Apakah ada gigi yang memakai jaket atau mahkota buatan yang mungkin akan
lepas atau rusak jika mendapat tekanan ortodontik ?
c. Apakah ada gigi yang telah mendapat perawatan endodontik sehingga perlu
diper-hatikan jika nanti akan dikenakan tekanan ?
d. Apakah ada gigi yang impaksi, harus dioperasi atau dirawat secara ortodontik?
e. Apakah ada gigi susu yang persistensi sehingga perlu dicabut dulu ?
f. Apakah ada kelainan lain yang akan menghambat perawatan ortodontik yang
akan dilaksanakan?
15
Fonetik
Beberapa maloklusi dapat menyebabkan terjadinya gangguan bicara, hal ini juga
berhubungan dengan pergerakan bibir dan lidah.
Pasien diinstruksikan untuk membaca buku atau berhitung dari angka 1 sd 20, suara,
pergerakan lidah, dan bibir pasien diamati. Pasien yang memiliki kebiasaan menjulurkan
lidah cenderung cedal, sedangkan pasien celah langit-langit cenderung sengau.
JIka gangguan bicara dijumpai pada anak-anak dan terdapat maloklusi yang menyertai
nya, maka kombinasi perawatan ortodonti dan terapi bicara akan memberikan hasil yang
lebih baik.
Pemeriksaan gigi-gigi :
Dilakukan dengan menggunakan kaca mulut dan sonde periksa secara berurutan dari
gigi kiri bawah pasien sampai gigi kanan bawah dan dari gigi kanan atas sampai gigi kiri
atas pasien. Jika ada kelainan catat dan cocokkan dengan riwayat anamnesis geligi yang
telah dilakukan .
⇒ Pemeriksaan geligi pasien dimaksudkan untuk mengetahui :
✓ Apakah ada gigi-gigi yang harus dirawat dulu (ditambal, dicabut), sebelum perawatan
ortodontik dimulai ?
✓ Apakah ada gigi yang memakai jaket atau mahkota buatan yang mungkin akan lepas
atau rusak jika mendapat tekanan ortodontik ?
✓ Apakah ada gigi yang telah mendapat perawatan endodontik sehingga perlu diper-
hatikan jika nanti akan dikenakan tekanan ?
✓ Apakah ada gigi yang impaksi, harus dioperasi atau dirawat secara ortodontik?
✓ Apakah ada gigi susu yang persistensi sehingga perlu dicabut dulu ?
✓ Apakah ada kelainan lain yang akan menghambat perawatan ortodontik yang akan
dilaksanakan?
C. Analisis Fungsional
● Free way space
Pengukuran free way space pasien dimaksudkan untuk mengetahui selisih jarak
interocclusal pasien pada saat posisi istirahat dengan saat posisi sentrik oklusi.
16
Ini berguna untuk menentukan ketebalan bite plane jika diperlukan saat perawatan.
Cara pengukuran :
a) Pasien duduk tegak pandangan lurus kedepan sejajar lantai, dengan punggung tidak
bersandar.
b) Pasien dilatih untuk mendapatkan posisi istirahat saat oklusi
Metode-metode untuk mendapatkan posisi istirahat:
Metode fonetik ;
o Pasien diinstruksikan mengucapkan huruf konsonan seperti “M” atau “C”,
atau mengucapkan “MISSISSIPI”. Pasien tidak boleh mengubah posisi bibir,
rahang dan lidah setelah mengucapkan huruf/kata tersebut. Pada saat itulah
kedua rahang berada pada posisi istirahat.
Metode Command
o Pasien diinstruksikan untuk menelan ludah. Setelah gerakan menelan ludah,
mandibula cenderung akan kembali pada posisi istirahat
Metode Non-Command
o Pengamatan tidak disadari pasien dan dilakukan pada saat pasien berbicara
atau menelan.
c) Dilakukan pengukuran free way space
Metode – Metode Pengukuran Free way space:
Prosedur direct-intraoral
o Vernier caliper digunakan secara langsung pada mulut pasien untuk
mengukur free way space dengan mengukur jarak di daerah gigi insisivus/
kaninus
Prosedur direct-ekstraoral
o Dengan spidol beri tanda pada hidung dan dagu di bidang midsagital (posisi
titik:Subnasal (Sn) dan Pogonion (Pog))
o Bibir tertutup pada posisi istirahat, dengan jangka sorong (sliding caliper)
ukurlah jarak Sn – Pog.
o Kemudian pasien diinstruksikan oklusi sentrik, ukur lagi jarak Sn – Pog.
o Catatlah selisih pengukuran tadi. Besar free way space normal 2- 4 mm.
Prosedur indirect-ekstraoral
o Jarak interoklusal diukur menggunakan radiografi. Free way space diperoleh
dari selisih hasil pengukuran sefagram lateral dalam posisi oklusi sentrik dan
istirahat
17
Auscultasi
Suara kliking dan krepitasi (suara gemrisik) pada sendi
TMJ dicek dengan menggunakan stetoscope.
Stetoskop diletakkan di depan TMJ dan pasien
diinstruksikan untuk melakukan pergerakan mandibula
anteroposterior dan gerakan eksentrik. Periksaan
dilakukan pada sendi TMJ kanan dan kiri pada saat
pasien membuka atau menutup mulut.
Palpasi
Palpasi dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya nyeri
tekan dan ketidakteraturan gerakan procesus
condyoid.
Palpasi lateral TMJ
Kedua jari telunjuk diletakkan pada procesus condyloid
kanan kiri. Nyeri tekan dan ketidakteraturan gerakan
kondilus saat digunakan untuk membuka dan menutup
mulut diamati dan dicatat.
18
Palpasi otot temporalis
Catat bila terdapat nyeri tekan
− Pemeriksaan klinik sendi TMJ dilakukan untuk mengetahui adanya kliking, krepitus,
nyeri, keterbatasan membuka mulut, dan disfungsi TMJ
− BIla setiap gerakan juga disertai rasa sakit , berarti ada peradangan (kondilitis). Apabila
dalam pemeriksaan auskultasi dan palpasi terdapat kelainan, mengindikasikan adanya
gangguan TMJ. Catat dan beri keterangan pada formulir pendaftaran.
Pola Atrisi
Pola atrisi adalah permukaan oklusal gigi yang datar atau rata karena faktor
pemakaian atau oleh karena kebiasaan jelek seperti bruxism sehingga menyebabkan bentuk
wajah yang lebih pendek dan fungsi kunyah akan menjadi terganggu. Bila hal tersebut tidak
dirawat, maka akan dapat menimbulkan ngilu pada gigi serta rasa sakit pada sendi rahang.
Pola atrisi dikatakan normal apabila terjadinya atrisi gigi yang disebabkan oleh
karena pemakaian gigi yang telah lama, misalnya gigi atrisi pada orang yang telah lanjut dan
atrisi gigi susu pada anak-anak yang telah memasuki fase gigi permanen. Sedangkan bila
dikatakan pola atrisi tidak normal apabila terjadinya atrisi gigi oleh karena adanya kebiasaan
jelek, misalnya bruxism. Contohnya atrisi gigi permanen pada penderita usia muda atau
pada anak-anak pada fase gigi pergantian.
19
Path of Closure
Path of closure adalah gerakan mandibula dari posisi istirahat menuju oklusi sentris.
Path Of Closure dikatakan normal apabila gerakan mandibula ke atas, ke muka dan
belakang. Bagian otot yang bekerja pada mandibula dalam keadaan relaksasi dan kondili
mandibula pada possii retrusi pada fosa glenoidalis. Sedangkan yang tidak normal apabila
terdapat deviasi mandibula dan displacement mandibula.
Idealnya path of closure dari posisi istirahat ke posisi oklusal maksimum berupa
gerakan engsel sederhana melewati freeway space sebesar 2-3 mm. Ada 2 macam
perkecualian path of closure yang bisa dilihat yaitu deviasi mandibula dan displacement
mandibula. Perlu dibedakan antara deviasi mandibula dan displacement mandibula karena
perawatannya berbeda. Deviasi biasanya tidak menyebabkan rasa sakit, keausan pada gigi
atau rusaknya jaringan periodontal. Displacement mandibula pada jangka panjang dapat
menyebabkan terjadinya ketiga hal di atas.
Deviasi Mandibula, Keadaan ini berhubungan dengan posisi keadaan mandibula. Bila
mandibula dalam posisi kebiasaan, maka jarak antaroklusal akan bertambah
sedangkan kondili terletak lebih maju di dalam fosa glenoides. Arah path of closure
adalah ke atas dan ke belakang akan tetapi bila gigi telah mencapai oklusi mandibula
terletak dalam relasi sentrik.
Displacement Mandibula, dapat terjadi dalam jurusan sagital dan transversal. Kontak
prematur dapat menyebabkan displacement mandibula untuk mendapatkan
hubungan antartonjol gigi yang maksimum. Dalam jangka panjang displacement
dapat terjadi selama pertumbuhan gigi. Dalam beberapa keadaan displacement
terjadi pada fase gigi sulung, kemudian pada saat gigi permanen erupsi gigi tersebut
akan diarahkan oleh kekuatan otot ke letak yang memperparah terjadinya
displacement. Displacement dapat terjadi pada usia lanjut karena gigi yang maju dan
tidak terkontrol yang disebabkan karena hilangnya posterior akibat pencabutan.
Displacement dalam jurusan transversal sering berhubungan dengan adanya gigitan
silang posterior. Bila lengkung geligi atas dan bawah sama lebarnya, suatu
displacement mandibula ke transversal diperlukan untuk mencapai posisi oklusi
maksimum. Bila hal tersebut terjadi maka akan didapatkan relasi gigitan silang gigi
posterior pada satu sisi. Displacement ke transversal tidak berhubungan dengan
bertambahnya jarak antaroklusal.
Adanya gigitan silang unilateral gigi posterior yang disertai adanya garis median atas
dan bawah yang tidak segaris akan menimbulkan dugaan adanya displacement ke
transversal. Keadaan ini perlu diperiksa dengan seksama dengan memperhatikan
pasien pada saat menutup mandibula dari posisi istirahat ke posisi oklusi. Keadaan
20
yang perlu diperhatukan adalah letak garis median baik pada possisi istirahat
maupun pada posisi oklusi.
Bila terdapat gigitan silang unilateral pada keadaan ini, perlu dilakukan ekspansi regio
posterior rahang atas ke arah transversal. Tidak semua gigitan silang unilateral
berhubungan dengan dispacement. Kadang-kadang didapatkan asimetri rahang atas
dan bawah. Bila tidak terdapat displacement tetapi terdapat gigitan silang unilateral
maka perlu dipertimbangkan apakah perlu dirawat atau tidaknya.
Displacement ke arah sagital dapat terjadi karena adanya kontak prematur pada
daerah insisiv. Pada keadaan ini biasanya daidapatkan over closure mandibula. Pada
kasusu kelas III ringan terdapat gigitan edge to edge pada insisivi, mandibula
bergeser ke anterior untuk mendapatkan oklusi di daerah bukal
Displacement ke posterior kadang juga dapat terjadi. Perlu diperhatikan perbedaan
displacement mandibula ke posterior yang sering terjadi pada relasi inisisivi kelas II
dengan displacement ke posterior pada pasien dengan gigi yang masih lengkap.
Displacement ke posterior sering terjadi pada pasien yang kehilangan gigi posterior.
Cara pemeriksaan path of closure adalah penderita didudukkan pada posisi istirahat.
Dilihat posisi garis mediannya, penderita diinstruksikan uktuk oklusi sentris dari posisi
istirahat dan dilihat kembali posisi garis mediannya. Apabila posisi garis median pada saat
posisi istirahat menuju oklusi sentris tidak terdapat pergeseran BERARTI tidak ada
gangguan path of closure dan apabila posisi garis media pada saat posisi istirahat menuju
oklusi sentris terdapat pergeseran berarti terdapat gangguan path of closure.
3. Analisis Foto
Foto ekstraoral
Foto ekstraoral merupakan salah satu data penting yang harus diambil sebelum dan
sesudah perawatan .
Manfaat foto ekstraoral
a. Evaluasi hubungan kraniofasial dan proporsi wajah sebelum dan sesudah
perawatan
b. Pemeriksaan profil jaringan lunak
c. Analisis proporsi wajah
d. Follow up perawatan dan post retensi
e. Deteksi ketidakseimbangan otot
f. Deteksi fasial asimetri
g. Identifikasi pasien
21
Tata cara pengambilan foto ekstraoral
− Pasien diinstruksikan memandang lurus kedepan, kepala pasien sejajar FH plane
(natural head position)
− Back ground foto polos
− Pencahayaan baik
− Kedua telinga terlihat
− Kedua mata terbuka, tidak boleh menggunakan kacamata, dan pandangan mata
lurus kedepan
− Print foto hitam putih/ warna
− Pengambilan foto dilakukan dari arah depan, dengan ekspresi serius dan
tersenyum, dari arah samping kanan dan kiri dengan ekspresi serius dan tersenyum
− Pada pengambilan foto dari arah depan, kamera diposisikan tegak lurus terhadap
midline wajah, dan tepat berada di pertengahan wajah. Posisi kepala tidak miring.
Foto tampak depan: isilah bentuk muka sesuai dengan indeks muka, dan keadaan muka
simetris atau asimetris
Foto tampak samping: isilah profil pasien
Analisis Proporsi wajah Cara pengukuran proporsi wajah vertikal:menurut Proffit
− Tentukan titik-titik anatomis proporsi wajah, yaitu: trichion,
glabella, subnasion dan menton
− Pembagian proporsi wajah berdasarkan titik anatomis
tersebut membentuk
▪ 1/3 wajah atas : trichion (hair lines) ke glabella
▪ 1/3 wajah tengah : glabella ke subnasion
▪ 1/3 wajah bawah : subnasion ke menton.
− Ukur dan catat ukuran masing-masing proporsi wajah
− Proporsi wajah yang baik mempunyai ukuran yang
seimbang
− Pada ras kaukasian, umumnya proporsi wajah 1/3 bawah
sedikit lebih besar daripada proporsi wajah 1/3 tengah
22
− Buat garis horizontal bawah melalui titik stomion
− Tandai kedua titik orbita (untuk mengetahui apakah titik
orbita tegak lurus pupil
− Ukur dan catat adakah ketidaksimetrisan wajah
− Adanya asimetri fisiologi derajat ringan tergolong kondisi
normal individual
Analisis Profil wajah
23
Tipe profil muka menurut Graber:
Supaya mendapat hasil analisis yang lebih akurat pada foto
wajah yang ukurannya lebih kecil daru ukuran sesungguhnya,
dapat dilakukan dengan menentukan titik-titik anatomis:
Glabella ( Gl ), Symphisis ( Sy ) Kontur bibir atas ( Ulc ) dan
Kontur bibir bawah ( Llc ). Dengan Spidol tarik garis ( Gl – Sym
) sebagai referensi, kemudian tarik garis ( Gl – Ulc ) dan garis (
Sym – Llc ).
⇒ Diagnosis : Apabila titik perpotongannya berada
didepan garis referensi > tipe profil pasien cembung, bila
tepat pada garis referensi > tipe lurus/datar dan apabila
berada dibelakang > tipe cekung. Cocokkan dengan hasil
pemeriksaan klinis.
Tipe profil muka menurut Shwarz:
Dengan spidol, diatas plastik transparan tentukan posisi titik
Porion (Po), Orbital (Or) tarik garis (Po – Or) merupakan
bidang Horisontal Frakfurt (FHP). Tentukan posisi titik Nasion
(Na), Subnasal (Sn) dan Pogonion (Pog), kemudian tarik garis
tegak lurus FHP melalui titik Na, Sn dan Pog..
⇒ Diagnosis :
a. Apabila Posisi garis (Sn FHP) berada didepan (Na FHP) >
tipe Anteface (muka kedepan posisi maksila protrusif), bila
Sn segaris dengan Na > tipe Average face (muka rata,
posisi maksila normal), dan bila berada dibelakang > tipe
Retroface (muka kurang maju, posisi maksila retrusif)).
b. Apabila posisi garis (Pog FHP) berada didepan (Na FHP)
.tipe Prognatik (dagu rotasi kedepam, posisi mandibula
protrusif ), bila segaris > tipe Ortognatik (tidak ada rotasi,
posisi mandibula normal) dan bila berada dibelakangnya >
tipe retrognatik (dagu rotasi ke belakan, madibula retrusif).
Dengan demikian ada 9 kemungkinan tipe profil pasien
Cocokkan dengan hasil pemeriksaan klinis.
Indeks bentuk muka Tentukan posisi titik : Nasion ( Na ), Gnathion ( Gn ) dan titik
Zygomatik ( Zy ) kanan dan kiri. Dengan kaliper geser ukur
jarak ( Na – Gn ) dan jarak ( Zy ka – Zy ki ). Hitung indeks
muka pasien dengan rumus seperti pada analisis klinis yang
24
telah dilakukan dan tetapkan tipe muka pasien. Apakah ada
kesesuaian dengan hasil pemeriksaan klinis yang telah
dilakukan ?
Foto Intraoral
Foto intraoral digunakan untuk memonitoring progress dan hasil perawatan,
dokumentasi struktur dan warna enamel, motivasi pasien, dan menilai kesehatan/
penyakit gigi dan jaringan pendukungnya
Tata cara pengambilan foto intraoral:
− Foto intraoral yang diambil adalah, foto oklusi dari depan, foto oklusi lateral kanan,
foto oklusi lateral kiri, foto oklusal rahang atas dan foto oklusal rahang bawah.
− Pencahayaan baik sehingga struktur anatomi gigi dan jaringan pendukungnya terlihat
dengan baik
− Lidah seharusnya teretraksi ke posterior
− Bebas saliva
− Gigi geligi dalam keadaan bersih
25
4) V Form :Kaki lengkung straight, devergent, puncak lengkung lancip, gigi C dan I2
lurus ke depan merupakan terusan kaki lengkung, gigi I1 saling membentuk sudut..
5) Trapezoid : Kaki lengkung straight, devergent , puncak lengkung datar, gigi C-C
meru-pakan titik sudut dari trapesium.
6) Setengah lingkaran: Bentuk ini biasanya tampak pada awal periode gigi campuran
saat M1 sudah erupsi , puncak dan kaki lengkung ( M1 – M1 ) merupakan bagian dari
setengah lingkaran.
7) Perhatikan bentuk lengkung tersebut: simetris atau asimetris?
26
Baca kuliah tentang malposisi gigi (kuliah Ortodonsia I)
Macam-macam malrelasi gigi :
1) Arah anteroposterior : overjet , edge to edge bite, cross bite
2) Arah bukolingual : cup to cup bite, cross bite, scissor bite
3) Arah mesiodistal : distoklusi. mesioklusi
4) Arah vertikal : overbite, open bite, shallow bite, deep over bite, palatal bite
supraklusi, infraklusi, relasi molar I, relasi caninus.
Median line : garis tengah gigi terhadap garis tengah rahang
Pemeriksaan median line gigi dimaksudkan untuk mengetahui adanya penyimpangan
posisi garis tengah gigi terhadap garis tengah rahang dan penyimpangan garis tengah
gigi rahang atas terhadap garis tengah gigi rahang bawah.
⇒ Pada model studi rahang atas diberi titik tepat pada sutura palatina mediana, yaitu di
daerah inter-premolar pertama dan satu lagi di daerah inter-molar pertama. Dengan
penggaris sejajar permukan oklusal gigi melalui kedua titik tersebut tarik garis hingga tepi
insisal gigi insisivus sentral atas, garis ini merupakan posisi normal garis tengah gigi
terhadap rahang. Selanjutnya Oklusikan model studi RA dan RB pada posisi sentrik dan
transfer titik pertemuan garis median line dengan incisal insisivus sentral rahang atas ke
gigi anterior rahang bawah.
Tentukan dan ukur penyimpangam garis tengah (median line) gigi insisivus pertama atas
dan bawah terhadap garis median line.
Lebar mesiodistal gigi :
Pengukuran lebar mesiodistal gigi dimaksudkan untuk mengetahui apakah ukuran gigi-
gigi pasien merupakan salah satu etiologi maloklusi. Dalam melakukan metode
perhitungan dan merencanakan lengkung gigi ideal maka dibutuhkan ukuran lebar
mesiodistal gigi pasien.
⇒ Dengan menggunakan jangka sorong (sliding caliper), ukur jarak mesiodistal terlebar
masing-masing gigi. Ukuran yang didapat dibandingkan dengan standar normal ukuran
gigi, sehingga dapat diketahui apakah ukuran gigi pasien normal , mikrodonsia atau
makrodonsia. sama, lebih besar atau lebih kecil dari ukuran normal Hasil pengukuran
dicatat pada formulir pemeriksaan dan beri keterangan.
27
6. Perhitungan-Perhitungan :
Metode Moyers :
Analisis ini digunakan untuk kasus-kasus maloklusi pada periode gigi bercampur ( mixed
dentition ), yaitu untuk memprediksi kebutuhan ruang erupsi gigi C, P1 dan P2 yang
belum erupsi.
⇒ Ukur lebar mesiodistal ke empat gigi insisivus permanen bawah, jumlahkan dan catat
pada formulir pemeriksaan. Catat lebar ruang yang dibutuhkan untuk erupsi gigi C, P 1
dan P2, sisi kanan dan kiri baik untuk rahang atas maupun rahang bawah sesuai dengan
tabel Moyers, dengan menggunakan prosentase 75 %. Pada model, jika posisi gigi
insivus permanen belum normal, letakkan pada posisi yang benar dengan mengukurkan
masing-masing lebar mesiodistalnya dari posisi median line yang benar ke arah distal.
Ukur ruang yang tersedia dari distal gigi insisivus lateral permanen ke mesial gigi molar
pertama permanen (masing-masing sisi tiap rahang), kemudian bandingkan dengan
prediksi berdasarkan tabel moyer dan catat besar diskrepansi ruang yang ada untuk
masing-masing sisi tiap rahang, cukup ruang, kekurangan ruang atau kelebihan ruang
28
TABEL MOYERS
29
Metode Pont :
Analisis dengan metode Pont dilakukan pada periode gigi permanen, digunakan untuk
mengetahui pertumbuhan dan perkembangan ke arah lateral di regio inter-premolar
pertama dan inter-molar pertama. Dengan lebar mesiodistal 12, 11, 21, 22 sebagai
prediktor dilakukan untuk menghitung lebar lengkung gigi di regio inter P1 dan inter M1
yang ideal untuk menampung gigi. Dengan membandingkan lebar lengkung gigi pasien
yang ada pada model studi maka dapat diketahui bahwa pertumbuhan dan
perkembangan lengkung gigi pasien di regio P1 dan M1 kearah lateral: normal , kurang (
kontraksi ) atau berlebihan ( distraksi ) .
⇒ Ukur lebar mesiodistal keempat gigi insisivus atas, jumlahkan dan catat pada formulir
pemeriksaan. Hitung lebar lengkung gigi P1 – P1 dan M1 – M1 yang dibutuhkan dengan
melihat tabel (indeks Pont) atau lebih tepat secara individual jika dihitung dengan rumus
● Jarak P1– P1
Catat pada formulir. Ukur lebar P1- P1 pada model dengan mengukur jarak antara titik
pada cekung distal gigi P1 atas kanan dan kiri. Pada rahang bawah dapat diukur
melalui titik paling bukal dari interdental gigi premolar 1 dan premolar 2.. Catat dan
cari diskrepansinya, beri keterangan.
● Jarak M1 – M1
catat pada formulir. Pada model studi ukur jarak M1- M1 dengan mengukur jarak titik
cekung mesial M1 atas kanan kiri. Pada rahang bawah ukuran jarak M1 dapat diukur
menggunakan titik puncak tonjol sentral pada sisi paling bukal gigi bawah kanan dan
kiri. Catat dan hitung diskrepansi lengkung tersebut dan beri keterangan .
● Derajat kontraksi atau distraksi sampai 5 mm termasuk ringan, 5 – 10 mm sedang
dan lebih besar dari 10 mm termasuk berat
30
Jarak P1– P1
Jarak M1 – M1
Jarak M1 – M1
Jarak P1– P1
Metode Korkhaus :
Seperti pada metode Pont, metode Korkhaus dimaksudkan untuk mengetahui tinggi
leng-kung gigi yang ideal untuk pasien dengan lebar gigi 12, 11, 21, 22 sebagai
prediktor.
⇒ Tetapkan tinggi lengkung gigi yang ideal melalui tabel Korkhaus, catat pada formulir.
Ukur tinggi lengkung gigi pasien yang ada pada model studi dengan cara sbb.:
1) Memakai penggaris dan kaliper geser > Letakkan penggaris diatas permukaan
oklusal gigi P1 kanan dan kiri tepat pada titik pengukuran Pont, dengan kaliper geser,
pangkal pegangan ditempelkan pada permukaan labial didekat insisal gigi insisivus
sentral kanan dan kiri (didaerah interdental) kemudian kaliper digeser membuka
sehingga penunjuk pada pangkal pegangan mengcapai posisi penggaris. Catat hasil
pengukuran pada formulir.
2) Diskrepansi tinggi lengkung gigi pasien dapat diketahui dengan membandingkan
dengan data tabel (Indeks Korkhaus) . Apakah pertumbuhan dan perkembangan
lengkung gigi pasien kearah anterior : normal, protaksi atau retraksi?
3) Dengan membandingkan tinggi lengkung gigi dan tinggi lengkung basal pasien dapat
diketahui dikrepansi tinggi lengkung gigi-basal pasien, Ini merupakan inklinasi gigi
insisivus sentral pasien yang diukur secara linier. Pengukuran ini berfungsi nanti pada
analisis determinasi lengkung yaitu : retrusi lengkung gigi rahang atas dapat dilaku-
kan maksimal sampai posisi gigi insisivus atas tegak yaitu sampai tinggi lengkung gigi
sama dengan tinggi lengkung basal atau sebesar diskrepasi tinggi lengkung gigi
basal pasien.
31
Pengukuran analisis Korkhause pada rahang atas dan bawah
Tabel Korkhaus
Metode Howes :
Metode Howes juga digunakan untuk analisis lengkung pada periode gigi permanen
yaitu untuk mengetahui lebar lengkung gigi dan lengkung basal ( basis alveolaris ) pa-
sien dengan menggunakan jumlah lebar mesiodistal gigi-gigi dari M1 – M1 rahang atas
sebagai prediktor.
1) Ukur lebar mesiodistal gigi-gigi dari M1 – M1 rahang atas dan catat pada formulir
pemeriksaan.
2) Ukur Lebar lengkung gigi dengan mengukur jarak inter P1 pada titik bagian dalam
tonjol bukal gigi P1 kanan kiri.
3) Hitung indeks Premolar pasien yaitu : Lebar inter P1 dibagi jumlah lebar mesiodistal
M1- M1 dikalikan seratus, catat pada formulir pemeriksaan
32
4) Ukur lebar lengkung basal dengan mengukur jarak inter fossa canina yaitu suatu titik
pada basis alveolaris setinggi apeks gigi P1 kanan dan kiri.
5) Hitung indeks fossa canina pasien yaitu : Lebar inter fossa canina dibagi jumlah lebar
mesiodistal M1- M1 dikalikan seratus, catat pada formulir pemeriksaan.
⇒ Kesimpulan :
1) Agar supaya lengkung gigi dapat menampung gigi-gigi ke dalam lengkung ideal dan
stabil indeks premolar sekurang-kurangnya 43%. Bagaimana dengan indeks pasien?
2) Agar supaya lengkung basal dapat menampung gigi-gigi ke dalam lengkung ideal
dan stabil indeks fossa canina sekurang-kurangnya 44%. Bagaimana dengan indeks
pasien? Catat pada formulir pemeriksaan.
3) Apabila indeks fossa canina pasien kurang dari 37%, ini merupakan kasus dengan
indikasi pencabutan.
4) Apabila indeks fossa canina didapatkan kurang dari 44% tetapi lebih besar dari 37%
ini merupakan kasus meragukan, apakah merupakan kasus dengan inidikasi
ekspansi atau pencabutan ? Periksa hasil analisis lainnya .
5) Apabila Indeks fossa canina lebih besar dari indeks premolar berarti inklinasi gigi-gigi
posterior diregio premolar konvergen ini merupakan indikasi ekspansi. Bila lebih
kecil berarti inklinasi gigi posterior divergen ini merupakan indikasi ekspansi
6) Bila ekspansi akan dilakukan, pada orang dewasa, maksimal hanya dapat mencapai
indeks lebar lengkung gigi sama dengan indeks fossa canina ( inklinasi gigi posterior
tegak ) yaitu sebesar 44% kali jumlah lebar mesiodistal gigi-gigi M1- M1. Dapat
dihitung berapa melimeter lagi ekspansi lengkung gigi dapat dilakukan ?
Determinasi lengkung gigi :
Determinasi lengkung gigi dilakukan untuk mengetahui diskrepansi ukuran mesiodistal
gigi (kebutuhan ruang) setelah lengkung ideal dirancang seideal mungkin dari lengkung
mula-mula yang ada pada pasien.
⇒ Baca makalah cara pembuatan lengkung ideal
33
ARCH LENGTH DISCREPANCY (ALD) :
Arch length discrepancy (ALD) atau Space Analysis, adalah selisih antara
tempat yang tersedia (Space Available/SA) dan tempat yang dibutuhkan (Space
Required/ SR) yang diukur berdasarkan model studi. ALD pada model studi digunakan
untuk mengetahui diskrepansi pada model (tempat yang tersedia dan tempat yang
dibutuhkan), sehingga dapat ditentukan adanya kekurangan atau kelebihan tempat dari
gigi geligi berdasarkan model studi yang akhirnya dapat digunakan untuk menentukan
macam perawatan yang dilakukan pada maloklusi yang ada.
Space Available (SA) merepresentasikan lebar atau ukuran lengkung basal yang
tersedia untuk menampung lengkung gigi. Dengan kata lain, SA adalah tempat atau
ruang yang tersedia (available space) di sebelah mesial gigi molar pertama permanen
kiri sampai mesial gigi molar pertama permanen kanan. Cara pengukuran: Pengukuran
lengkung gigi dimulai dari sisi mesial gigi gigi molar pertama permanen kiri sampai
mesial gigi molar permanen kanan melalui titik kontak atau fissure gigi molar pertama
permanen melalui titik kontak proksimal atau fissure gigi posterior dan incisal edge gigi
anterior pada sudut inklinasi yang benar (dalam kedudukan dan letak lengkung yang
benar). Ada dua macam cara untuk untuk mengukur tempat yang tersedia (SA), yaitu:
a. Menggunakan Kawat Tembaga (Brass Wire)
Salah satu cara untuk mengukur tempat yang tersedia adalah dengan
membuat lengkungan dari kawat mulai dari mesial molar pertama permanen
kiri melewati fisura gigi-gigi di depannya terus melewati insisal insisif yang
letaknya benar (incisal edge gigi anterior pada sudut inklinasi yang benar),
kemudian melewati fisura gigi-gigi posterior di depannya hingga mesial molar
pertama permanen di sisi kanan. Setelah membuat lengkungan, kawat
diluruskan kemudian diukur panjangnya dengan menggunakan penggaris.
b. Menggunakan calliper
Cara lain untuk mengukur tempat yang tersedia adalah dengan membagi
lengkung geligi menjadi beberapa segmen. Biasanya dari mesial molar
pertama permanen kiri sampai dengan mesial kaninus kiri, dari mesial kaninus
kiri sampai mesial insisif sentral, dari mesial insisif sentral sampai distal
kaninus kanan, dari distal kaninus kanan sampai mesial molar pertama
permanen kanan melalui titik kontaknya. Masing-masing segmen diukur
dengan membentangkan caliper, kemudian lebar dua sisi jangka yang terbuka
dihitung dengan menggunakan penggaris lalu dijumlahkan.
Space Required (SR) dapat didefiniskan sebagai jumlah atau total lebar
mesiodistal dari gigi geligi di sebelah mesial molar pertama permanen kiri sampai molar
34
pertama permanen kanan, yang berarti jumah lebar mesiodistal gigi-gigi yang diukur
adalah gigi- gigi premolar, kaninus, dan insisif. Cara pengukuran: Menghitung jumlah
lebar mesio-distal pada lengkung yang terbesar gigi permanen pengganti, yaitu gigi
permanen mulai dari mesial gigi molar pertama kiri sampai mesial gigi molar pertama
permanen kanan, dimulai dari insisivus-caninus-premolar-molat.
Arch length discrepancy (ALD) dapat ditentukan dengan rumus:
ALD= SA – SR
ANALISIS BOLTON :
35
ukuran gigi rahang bawah terhadap ukuran gigi rahang atas dengan keadaan oklusinya.
Rasio yang diperoleh membantu dalam mempertimbangkan hubungan overbite dan overjet
yang mungkin akan tercapai setelah perawatan selesai, pengaruh pencabutan pada oklusi
posterior dan hubungan insisif, serta oklusi yang tidak tepat karena ukuran gigi yang tidak
sesuai.
Analisis Bolton meliputi perbandingan antara lebar mesiodistal total gigi-gigi rahang
bawah dan rahang atas. Terdapat dua rasio yaitu rasio keseluruhan (rasio total) dan rasio
anterior. Rasio total diperoleh dengan membandingkan jumlah seluruh ukuran lebar
mesiodistal 12 gigi dari molar pertama kanan hingga molar pertama kiri rahang bawah,
dibagi jumlah seluruh ukuran lebar mesiodistal 12 gigi dari molar pertama kanan hingga
molar pertama kiri rahang atas, kemudian dikalikan 100. Nilai rasio total 91,3 ± 1,91%. Rasio
anterior diperoleh dengan membandingkan jumlah seluruh ukuran lebar mesiodistal 6 gigi
anterior rahang bawah, dibagi jumlah lebar mesiodistal 6 gigi anterior rahang atas, kemudian
dikalikan 100. Nilai rasio anterior 77,2 ± 1,65% (Freeman dkk., 1996). Kedua rasio tersebut
dikenal dengan nama indeks Bolton dan sekarang telah dipergunakan secara luas.
Pada tabel Bolton diperlihatkan gambaran hubungan ukuran gigi rahang atas dan
rahang bawah yang ideal. Pengurangan antara ukuran gigi yang sebenarnya dan yang
diharapkan menunjukkan kelebihan ukuran gigi
Gambar Tabel Bolton. Digunakan untuk mengetahui ukuran ideal enam gigi anterior dan
keduabelas gigi, baik pada rahang atas maupun rahang bawah (Rakozi, 1993)
Tahap analisis Bolton:
36
1. Mengukur mesiodistal gigi
- Mesiodistal 6 gigi anterior (C-C) rahang atas dan rahang bawah
- Mesiodistal 12 gigi (M1-M1) rahang atas dan rahang bawah
2. Perhitungan rumus Bolton:
Rasio anterior
∑ 6 MD gigi C-C RB
Rasio Anterior = ------------------------- X 100%
∑ 6 MD gigi C-C RA
Nilai normal rasio anterior 77.2% , SD = 1.65 (75.55% – 78.85%)
Rasio total
∑ 6 MD gigi C-C RB
Rasio Total = --------------------------X 100%
∑ 6 MD gigi C-C RA
Nilai normal rasio total = 91.3%, SD = 1.91 (89.39% - 93.21%)
3. Menyimpulkan hasil perhitungan
Rasio anterior:
Apabila rasio anterior lebih besar dari nilai normalnya berarti material gigi anterior
rahang bawah berlebihan (ukuran gigi geligi anterior maksiIa benar dan mandibuIa
berlebihan) dan bila rasio anterior geligi kurang dari normal maka material gigi
anterior rahang atas berlebihan (ukuran gigi geligi anterior mandibula benar dan
maksiIa berlebihan)
Rasio total:
Apabila rasio total lebih besar dari nilai normalnya berarti material gigi total rahang
bawah berlebihan (ukuran gigi geligi total maksiIa benar dan mandibuIa berlebihan)
dan bila rasio total geligi kurang dari normal maka material gigi total rahang atas
berlebihan (ukuran gigi geligi total mandibula benar dan maksiIa berlebihan)
4. Perhitungan jumlah diskrepansi
Untuk melihat jumlah diskrepansi dapat ditentukan dengan 2 cara:
a. Dengan menggunakan tabel Bolton.
Gunakan ukuran gigi geligi pada rahang yang benar untuk melihat ukuran gigi geligi
yang seharusnya dari ukuran gigi geligi rahang yang salah
Diskrepansi adalah selisih ukuran gigi geligi pada rahang yang salah (yang kita ukur)
dengan ukuran gigi geligi yang seharusnya (dari tabeI)
b. Dengan rumus:
Diskrepansi anterior = ∑ 6 MD gigi C-C RA - (∑ 6 MD gigi C-C RB x 1.3)
Diskrepansi total = ∑ 6 MD gigi M1-M1 RA - (∑ 6 MD gigi M1-M1 RB x 1.1)
37
Jika nilai positif, adalah indikasi kelebihan gigi rahang atas, sedangkan nilai negatif
menunjukkan kelebihan gigi rahang bawah.
38
Jika diperlukan lampirkan pada formulir pemeriksaan beri keterangan sesuai dengan
diagnosis yang diperlukan.
⇒ Analisis sefalogram lateral :
Analisis sefalometri sekarang sangat umum digunakan sebagai alat bantu diagnostik
tambahan. Ada banyak metode analisis sefalometri yang telah diajukan, tetapi pada
formulir pemeriksaan disertakan tabel data anlisis sefalometri yang memuat pengukuran-
pengukuran yang paling umum dilakukan.
Langkah-langkah analisis sefalogram lateral :
a. Sefalogram lateral pasien dilapisi kertas asetat di fiksasi dengan pita isolasi (scoth tape).
Dengan pensil 4H lakukan penapakan (tracing) mengikuti kontur jaringan keras profil
pasien, basis cranii bagian anterior,sella turcica, orbita , porion, maksila, mandibula dan
gigi insisivus sentral atas dan bawah serta gigi Molar pertama atas dan bawah.
Tentukan titik anatomi, buat garis-gasis serta sudut-sudut pengukuran yang dibutuhkan
Analisis Steiner :
NILAI NORMAL
DESKRIPSI
ANALISIS SKELETAL
Terbentuk dari titik Sella (S) - Nasion (N) –
titik A. Sudut ini digunakan untuk
SNA 82°±2
menentukan kedudukan maksila terhadap
basis cranii (S-N).
Terbentuk dari titik Sella (S) - Nasion (N) –
titik B. Sudut ini digunakan untuk
SNB 80°±2
menentukan kedudukan mandibula
terhadap basis cranii (S-N).
Terbentuk dari Titik A – Nasion(N) – Titik B.
Atau dapat juga didapat ANB dari selisih
ANB sudut SNA-SNB. Sudut ini digunakan untuk 2°
menentukan posisi anteroposterior maksila
dan mandibula.
Sudut yang terbentuk dari Garis Sella(S) –
Bid. occl ke S-N Nasion (N) dengan garis yang melalui 14°
overlapping tonjol M1 dan P1.
39
Jarak antara garis Nasion (N) – titik A
terhadap fasies labialis gigi insisivus sentralis 4 mm
I atas ke N-A RA
Sudut terbentuk dari garis Nasion (N) – titik
22°
I atas ke N-A A terhadap inklinasi gigi insisivus sentralis RA
Jarak antara garis Nasion (N) – titik B
terhadap fasies labialis gigi insisivus sentralis 4 mm
I bawah ke N-B RB
Sudut terbentuk dari garis Nasion (N) – titik
25°
I bawah ke N-B B terhadap inklinasi gigi insisivus sentralis RB
Terbentuk dari perpanjangan garis axial yang
melalui tepi insisal dan apeks gigi insisivus 130°
Sudut interincisal pertama maksila dan mandibula.
terbentuk dari perpotongan bidang
mandibula (Go-Gn) dengan perpanjangan
garis axial yang melalui tepi insisal dan 93 °
apeks gigi insisivus pertama mandibula.
IMPA
Bibir atas Garis yang ditarik dari Pog’ke titik tengah Terletak pd S-line
Bibir bawah antara Sn dan ujung hidung (nasal tip). Terletak pd S-line
Analisis Tweed :
DESKRIPSI Normal
FMA Sudut yang terbentuk dari garis Frankfort – 16°- 35 °
Mandibular Plane Angle
FMIA Sudut yang terbentuk dari garis Frankfort – 60° - 75°
Mandibular Incisor Angle
IMPA Sudut yang terbentuk dari garis Incisor – 85°- 95°
Mandibular Plane Angle
V. DIGNOSIS FINAL :
Diagnosis final yang biasa disebut hanya dengan kata “Diagnosis” saja, dimaksudkan untuk
menetapkan keadaan maloklusi pasien selengkap mungkin berdasarkan atas semua data
40
yang telah dikumpulkan sehingga didapatkan gambaran yang menyeluruh tentang
komponen-dentofasial yang mengakibatkan terjadinya maloklusi. pada pasien.
⇒ Maloklusi dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan yang diawali dengan kata :
Maloklusi Angle/ Lischer/ Dewey klas………. dst
1. Nyatakan klasifikasi maloklusi berdasarkan klasifikasi Angle/ Lischer/ Dewey.
2. Nyatakan tipe maloklusinya dan komponen dentofasial yang dilibatkan : skeletal, dental
dentoskeletal.
3. Nyatakan malrelasi gigi lainnya.
4. Nyatakan malposisi gigi individual yang ada.
5. Nyatakan kelaian-kelainan lain yang melibatkan maloklusi pasien, misalnya mpaksi,
agenese dan lain-lainnya..
f. Nyatakan jika masih ada kebiasaan buruk (bad habit)
VI. ANALISIS ETIOLOGI MALOKLUSI :
Analisis etiologi maloklusi suatu analisis untuk menentukan sumber penyebab terjadinya
maloklusi pada pasien yang disimpulkan dari semua data hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan. Beri tanda pada formulir pilihan yang disediakan dan beri keterangan
selengkapnya.
41
Menjelaskan secara lebih detil masing-masing tahap perawatan tersebut meliputi :
Bagaimana dan dengan apa masing-masing tahap dari rencana perawatan tersebut
diatas dikerjakan ?
VIII. GAMBAR / DISAIN ALAT :
⇒ Gambar disain alat untuk masing masing rahang yang akan dipakai, beri keterangan
kom-ponen alat dan ukuran diameter kawat yang digunakan. Jika perawatan
membutuhkan beberapa tahap pembuatan alat, gambar disain alat untuk masing-masing
tahap perawatan Gambar pula disain retaner yang akan digunakan.
IX. PROGNOSIS :
⇒ Prognosis adalah perkiraan tentang kemungkinan keberhasilan perawatan yang akan
dila-kukan : baik, buruk, atau meragukan. Beri alasan yang mendukung pernyataan
tersebut. Alasan pendukung dapat dipertimbangkan dari :
1. Keadaan pasien : kasus, usia, kesehatan, kooperativitas dll.
2. Kemapuan operator
3. Kecanggihan alat yang dipakai
X. INFORMED CONSENT
⇒ Surat keterangan kesediaan pasien untuk menjalani perawatan ortodonsi, misalnya untuk
kasus pencabutan, pelebaran ruang serta pengurangan lebar gigi.
XIII. PENUTUP :
⇒ Di akhir pengisian laporan, beri tanggal pada formulir pemeriksaan, ditandatangani dan
minta tanda tangan pengesahan pembimbing.
42
PETUNJUK
PEMBUATAN
MODEL STUDI
43
MODEL STUDI
Model studi merupakan model tiruan rahang atas dan rahang bawah yang terbuat
dari gips Model studi ini dapat memberikan inforrnasi tambahan, disamping informasi yang
diperoleh dari pemeriksaan klinik maupun foto sefalometri, gunaa penegakan diagnosis,
pengukuran dan perhitungan. unttik Penentuan. rencana perawatan, serta rneramaikan
(Prognosis) suatu perawatan ortodontik.
Pembuatan model studi secara periodik pada waktu yang berurutan dapat
memberikan gambaran pola pertumbuhan gigi dan rahang seseorang. Penentuan dasifikasi
dan hubungan rahang, malposisi gigi individual, malrelasi hubungan gigi-gigi rahang atas
dan rahang bawah, pengukuran overjet ( jarak gigit ) dan overbite ( tumpang gigit ),
diskrepansi panjang lengkung gigi dan ukuran mesiodistal gigi, pengukuran ruangan yang
tersedia, pengukuran dimensi lengkung gigi dan lengkung rahang biasanya lebih teliti jika
dilakukan pada model studi daripada jika dilakukan pengukuran langsung pada pasien.
Model gigi yang.baik juga dapat menggambarkan hubungan relatif antara rahang atas dan
rahang bawah terhadap dasar tulang kepala ( basis Cranii ).
Pembuatan model studi melalui tahapan-tabapan. sebagai berikut:
a. Pencetakan rahang atas dan rahang bawah.
b. .Pengisian cetakan negatif dengan gips unruk membuat model tiruan rahang
c. Pengambilan gigitan sentrik ( centric bite record)
d. Pengamatan bidang orbital/transversal (Simon)
e. Pernbuatan basis model studi
f. Penyelesaian akhir ( finishing ), yang meliputi penghalusan, penomoran model studi
dan polishing
Untuk mendapatkan model studi yang baik diperlukan prosedur pencetakan rahang atas dan
rahang bawah yang benar. Pemilihan sendok cetak, bahan cetak serta penentuan batas-
batas anatornis yang harus dicapai dalam pencetakan rahang atas dan rahang bawah,
pengambilan ggigitan sentrik dengan malam merah serta kegunaan malam gigitan sentrik
tersebut untuk memindah hubungari rahang pasien ke okludator telah dipelajari pada
praktikum semester V.
44
menggunakan rnalarn (was, wax) merah. Malam gigitan sentrik ini digunakan untuk
memindah oklusi sentrik pasien pada model studi.
Disamping itu, agar dapat menggambarkan hubungan relatif rahang atas dan rahang
bawah pasien terhadap dasar tulang kepala diperlukan pengamatan bidang orbital pasien.
Bidang orbital adalah bidang-transversal melalui titik orbital (cekungan terendah rongga mata
mata) kanan dan kiri, tegak lurus bidang horisontal Frankfurt ( FHP ).
45
Dengan menggunakan cetakan basis model dari karet yang mempunyai bentuk tertentu baik
untuk rahang atas maupun rahang bawah. Pemotongan derigan trimmer hanya dilakukan
untuk mernbuat bidang datar basis rahang atas sejajar dengan bidang datar basis rahang
bawah, serta untuk membuat tepi-tepi basis model rahang atas terletak pada satu bidang
yang sama dengan tepi basis model rahang bawah. Disamping itu trimmer digunakan juga
untuk membentuk tepi anterior basis model sesuai dengan bidang orbital pasien.
46
basis model. Jarak antara hamular notch RA ke tepi belakang basis model kira-kira
10 mm. Jarak forniks dengan tepi bukal basis model kira-kira 10-15 mm.
f. Setelah gips cukup keras, keluarkan model studi dari cetakannya. Lepaskan kapas
yang menutupi forniss, lalu bersihkan sisa-sisa gips yang tidak diperlukan.
47
Dalam keadaan oklusi sentrik, maka model studi rahang atas dan bawah harus
memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut :
a. Tinggi model studi RA-RB kira-kira 70 mm (masing-masing model = 35 mm)
b. Semua tepi basis model baik tepi posterior, tepi bukal dan tepi distobukal model RA
dan RB harus terletak pada satu bidang datar kecuali tepi anterior karena tepi
anterior basis model RA berbentuk lancip, sedang basis model RB tumpul. Batas
antara tepi bukal dan tepi anterior menggambarkan garis Simon (bidang orbital) dari
model studi.
c. Batas-batas anatomis harus terlihat jelas.
Agar tepi-tepi basis model RA dan RB dapat terletak pada satu bidang datar, harus
dilakukan pemotongan dengan trimmer (grenda). Pemotongan basis model selalu dilakukan
dalam keadaan basah dan air harus mengalir untuk membuang sisa-sisa pemotongan.
48
c. Potonglah tepi bukal basis model kanan dan kiri, sampai diperoleh jarak antara tepi
bukal dengan lengkung gigi kira-kira 10-15.mm.
d. Potonglah tepi distobukal kanan dan kiri masing-masing sejajar dengan tepi bukal
kanan dan kiri
e. Potonglah tepi anterior kanan dan kiri, tegak lurus dasar basis model. Perhatikan,
batas antara tepi anterior dengan tepi bukal basis model harus sesuai dengan garis
simon pasien bersangkutan
49
e. Proyeksikan batas tepi bukal dengan tepi anterior basis model RA (diinterpretasikan
sebagai garis Simon yang melewati model RA) ke basis model RB, berilah tanda
dengan pensil. Tarik garis vertikal dari titik tersebut sampai alas basis model RB.
Garis ini merupakan garis simon yang rnelewati model RB. Proyeksikan pula ujung
anterior basis model RA ke basis model RB, berilah tanda dengan pensil. Titik ini
merupakan titik terdepan dari basis model RB. Potonglah tepi anterior basis model
RB membentuk busur lingkaran mulai dari garis Simon di sisi kiri aampai garis simon
di sisi kanan, melewati titik terdepan basis model. Bentuk lengkung tepi anterior basis
model RB harus sirnetris antara sisi kiri dan kanan.
.
Penyelesaian akhir ( finishing ) model studi.
Pernotongan basis model studi baik RA maupun RB dengan menggunakan trimmer
menghasilkan perrnukaan yang kasar. Agar dapat menghasilkan model studi yang baik perlu
dilakukan penyelesaian akhir (finishing) yang meliputi penghalusan, penomoran model studi
polishing/penyabunan.
Untuk 'proses finishing perlu disecliakan :
a. Pisau laboratoris ( crownmess ) yang tajam
b. Kertas amplas besi yang halus
c. Stempel angka ( nomor ) dan tanggal
d. Tinta stempel
e. Sabun batangan yang, keras
f. Kapas.
50
yang diampelas harus haluss dan tidak boleh ada goresan yang tertinggal. Jangan
mengampelas daerah-daerah anatomis.
Setelah semua permukaan dalam model studi dihaluskan, dilanjutkan dengan
menghaluskan permukaan luar basis model. Mula-mula dinding posterior kedua basis model
dihaluskan dengan ampelas basah pada posisi oklusi sentrik. Penghalusan dilakukan di atas
kertas ampelas yang diletakkan di atas permukaan datar, dengan cara menarik kedua model
Perlahan-lahan di permukaan ampelas hanya pada satu arah (tidal bolak-balik). Demikian
pula dinding-dinding bukal dan distobukal kedua model dihaluskan dengan cara yang sarna,
dalam keadaan oklusi sentrik. Untuk penghalusan dinding anterior masing-masing model
dilakukan secara terpisah. Alas basis model RA maupun RB dihaluskan dengan cara
gerakan memutar di atas kertas ampelas. Setelah proses penghalusan dengan ampelas
selesai, model studi dicuci di bawah air yang mengalir untuk membuang sisa-sisa gips yang
masih menempel. Model studi lalu dikeringkan.
51
52