Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PENCEMARAN MAKANAN

KEJADIAN LUAR BIASA KERACUNAN MAKANAN DI


SD 3 SANGEH

Disusun Oleh :

1. Muhammad Irham M P07133116005


2. Anni Rupaidah Saputri S P07133116007
3. Nur Syahidah R P07133116018
4. Devita Hestini Putri P07133116023
5. Rita Nur Isnaini P07133116030

REGULER A

DIII KESEHATAN LINGKUNGAN

POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA

2016/2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala

karena berkat limpahan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, makalah Pencemaran

Makanan yang membahas tentang Kejadian Luar Biasa di SD 3 Sangeh ini selesai

tepat pada waktunya. Makalah ini memuat hasil diskusi tentang Pencemaran

Makanan yang membahas tentang Kejadian Luar Biasa di SD 3 Sangeh. Makalah

ini penulis susun berdasarkan kegiatan diskusi yang telah dilaksanakan oleh

kelompok 8.

Penulis menyadari bahwa laporan ini tidak dapat terselesaikan tanpa

bantuan dari semua pihak. Maka dari itu penulis mengucapkan banyak terima

kasih kepada pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.

Penulis percaya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari

kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat

penulis harapkan. Semoga makalah yang sederhana ini mampu memberi manfaat

bagi pembaca.

Yogyakarta, 28 Mei 2017

Penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang masih memiliki angka kejadian


luar biasa (KLB) penyakit menular dan keracunan yang cukup tinggi.
Kondisi ini menyebabkan perlunya peningkatan sistem kewaspadaan dini
dan respon terhadap KLB tersebut dengan langkah-langkah yang
terprogram dan akurat, sehingga proses penanggulangannya menjadi lebih
cepat dan akurat pula. Untuk dapat mewujudkan respon KLB yang cepat,
diperlukan bekal pengetahuan dan keterampilan yang cukup dari para
petugas yang diterjunkan ke lapangan. Kenyataan tersebut mendorong
kebutuhan para petugas di lapangan untuk memiliki pedoman penyelidikan
dan penanggulangan KLB yang terstruktur, sehingga memudahkan kinerja
para petugas mengambil langkah-langkah dalam rangka melakukan respon
KLB.

Penyakit yang disebabkan oleh makanan merupakan salah satu


penyebab kesakitandan kematian di Indonesia. Makanan diketahui sebagai
jalur penyebaran pathogen dan toksin yang diproduksi oleh
mikroba patogen. Mikroorganisme dalam bahan pangan/makanan dapat
bersifat menguntungkan maupun merugikan. Berbagai mikroorganisme
tertentu bersifat memperbaiki kandungan gizi, daya guna maupun daya
simpan makanan, disamping mengakibatkan rusaknya susunan fisik/kimia,
juga menghasilkan racun/toksin.

Peristiwa tentang keracunan makanan sering terjadi terutama pada


penyelenggaraan makanan untuk orang banyak (seperti penyelenggaraan
makanan di perusahaan/hotel/catering maupun pesta ataupun perhelatan
lainnya). Peristiwa keracunan makanan seringkali terjadi ketika makanan
tersebut dimasak dalam skala besar. Data peristiwa keracunan
makanan dari Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular

3
menunjukkan bahwa 30,0% dari kasus-kasus keracunan di Indonesia
disebabkan oleh makanan yang dihasilkan oleh jasa catering.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaiamana kronologi kasus KLB?
2. Bagaimana keracunan makanan tersebut bisa terjadi?
3. Apakah bahan pangan penyebab keracunan tersebut?
4. Apa dan berapa jumlah cemaran atau bahaya (hazard) yang
menyebabkan keracunan?
5. Mengapa bahan cemaran tersebut terdapat dalam bahan pangan?
6. Bagaimana cara penanggulangan supaya tidak terjadi kasus keracunan
makanan kembali?

C. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana kronologi kasus KLB
2. Mengetahui Bagaimana keracunan makanan tersebut bisa terjadi?
3. Mengetahui apakah bahan pangan penyebab keracunan tersebut?
4. Mengetahui Apa dan berapa jumlah cemaran atau bahaya (hazard)
yang menyebabkan keracunan?
5. Mengetahui mengapa bahan cemaran tersebut terdapat dalam bahan
pangan?
6. Mengetahui bagaimana cara penanggulangan supaya tidak terjadi
kasus keracunan makanan kembali?

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Kejadian Luar Biasa (KLB)

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.


1501/MENKES/PER/X/2010, Kejadian Luar Biasa adalah timbulnya
atau meningkatnya kejadian kesakitan dan/atau kematian yang
bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu
tertentu dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya
wabah.

Selain itu, Mentri Kesehatan RI (2010) membatasi pengertian


wabah sebagai berikut: “Kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular
dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata
melebihi daripada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu
serta dapat menimbulkan malapetaka”.

Istilah wabah dan KLB memiliki persamaan, yaitu peningkatan


kasus yang melebihi situasi yang lazim atau normal, namun wabah
memiliki konotasi keadaan yang sudah kritis, gawat atau berbahaya,
melibatkan populasi yang banyak pada wilayah yang lebih luas.

B. Pengertian Keracunan Makanan

Keracunan makanan adalah kondisi yang muncul akibat


mengonsumsi makanan yang telah terkontaminasi oleh organisme
menular, seperti bakteri, virus, dan parasit. Kontaminasi dapat terjadi
saat makanan sedang diproses atau dimasak dengan tidak benar.

Kontaminasi yang umumnya terjadi pada kasus keracunan


makanan disebabkan oleh:

5
 Bakteri Campylobacter, Salmonella, Escherichia coli (E.
coli), Listeria, Clostridium botulinum ( botulinum)
dan Shigella.

 Norovirus dan rotavirus.

 Parasit Cryptosporidium, Entamoeba histolytica, dan


Giardia.

C. Kriteria-kriteria kejadian luar biasa

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.


1501/MENKES/PER/X/2010, suatu derah dapat ditetapkan dalam
keadaan KLB apabila memenuhi salah satu kriteria sebagai berikut:

1. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya


tidak ada atau tidak dikenal pada suatu daerah.
2. Peningkatan kejadian kesakitan terus-menerus selama 3 (tiga)
kurun waktu dalam jam, hari atau minggu berturut-turut
menurut jenis penyakitnya.
3. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan
dengan periode sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari, atau
minggu menurut jenis penyakitnya.
4. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan
angka rata-rata jumlah per bulan dalam tahun sebelumnya.
5. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu)
tahun menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan
dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan perbulan pada tahun
sebelumnya.
6. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality
Rate) dalam 1 (satu) kurun waktu tertentu menunjukkan
kenaikan 50% (lima puluh persen) atau lebih dibandingkan

6
dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode
sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
7. Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru
pada satu periode menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih
dibanding satu periode sebelumnya dalam kurun waktu yang
sama.
D. Klasifikasi kejadian luar biasa (KLB)
Menurut Bustan (2002), Klasifikasi Kejadian Luar Biasa dibagi
berdasarkan penyebab dan sumbernya, yakni sebagai berikut:
1. Berdasarkan Penyebab
a. Toxin
 Entero toxin, misal yang dihasilkan
oleh Staphylococcus aureus, Vibrio,
Kholera, Eschorichia, Shigella
 Exotoxin (bakteri), misal yang dihasilkan
oleh Clostridium botulinum, Clostridium perfringens
 Endotoxin
b. Infeksi
 Virus
 Bakteri
 Protozoa
 Cacing
c. Toxin Biologis
 Racun jamur
 Alfatoxin
 Plankton
 Racun ikan
 Racun tumbuh-tumbuhan

7
d. Toxin Kimia
 Zat kimia organik: logam berat (seperti air raksa,
timah), logam-logam lain cyanida, nitrit, pestisida.
 Gas-gas beracun: CO, CO2, HCN, dan sebagainya.
2. Berdasarkan sumber
a. Sumber dari manusia
Misalnya: jalan napas, tangan, tinja, air seni, muntahan
seperti:Salmonella, Shigella, hepatitis.
b. Bersumber dari kegiatan manusia
Misalnya: toxin dari pembuatan tempe bongkrek,
penyemprotan pencemaran lingkungan.
c. Bersumber dari binatang
Misalnya: binatang peliharaan, rabies dan binatang
mengerat.
d. Bersumber pada serangga (lalat, kecoak)
Misalnya: Salmonella, Staphylococcus, Streptococcus
e. Bersumber dari udara
Misalnya: Staphylococcus, Streptococcus virus
f. Bersumber dari permukaan benda-benda atau alat-alat
Misalnya: Salmonella
g. Bersumber dari makanan dan minuman
Misalnya: keracunan singkong, jamur, makanan dalam
kaleng.

E. Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Kejadian Luar Biasa (KLB)

Menurut Notoatmojo (2003), faktor yang mempengaruhi


timbulnya Kejadian Luar Biasa adalah:

1. Herd Immunity yang rendah


Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya
KLB/ wabah adalah herd immunity. Secara umum dapat

8
dikatakan bahwa herd immunity ialah kekebalan yang
dimiliki oleh sebagian penduduk yang dapat menghalangi
penyebaran. Hal ini dapat disamakan dengan tingkat
kekebalan individu. Makin tinggi tingkat kekebalan
seseorang, makin sulit terkena penyakit tersebut.
2. Patogenesitas
Patogenesitas merupakan kemampuan bibit penyakit
untuk menimbulkan reaksi pada pejamu sehingga timbul
sakit.
3. Lingkungan Yang Buruk
Seluruh kondisi yang terdapat di sekitar organism,
tetapi mempengaruhi kehidupan ataupun perkembangan
organisme tersebut.

9
BAB III

PEMBAHASAN

A. Kronologi kasus KLB


Pada tanggal 9 mei 2011 bagian Surveilans Dinas Kesehatan
Kabupaten Badung menerima laporan dari Puskesmas Abiansemal bahwa
telah terjadi kasus tersangka KLB keracunan makanan dengan gejala mual,
muntah, sakit perut dan pusing, serta diare yang dialami oleh beberapa
siswa SD 3 Sangeh. Peristiwa tersebut terjadi setelah beberapa siswa
mengonsumsi makanan yang dibeli dari kantin sekolah. Keluhan mulai
dirasakan dua jam setelah siswa mengonsumsi makanan tersebut.
B. Bagaimana keracunan makanan tersebut bisa terjadi
Penyakit keracunan makanan pada kasus terjadi dalam kurun
waktu 2 s.d. 6 jam sesudah mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi.
Permasalahan serius yang muncul jika pengelolaan makanan yang tidak
benar atau terkontaminasi oleh bakteri adalah keracunan makanan
sehingga sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Keracunan
makanan dapat disebabkan oleh pencemaran bahan kimia beracun
(tanaman, hewan, metabolit mikroba) kontaminasi kimia, mikroba patogen
dan non bakteri (parasit, ganggang, jamur, virus) yang masuk ke dalam
tubuh melalui makanan. Hal ini seringkali terjadi di tempat publik dimana
orang-orang makan dari hidangan yang bukan dimasak sendiri sehingga
kurang meyakinkan kesterilannya, dan penyimpanan bahan makanan yang
kurang baik. Serta ketika makanan tersebut dimasak dalam skala besar.
Kondisi berikut ini juga dapat memicu terjadinya keracunan makanan:
 Tidak memasak makanan hingga matang (khususnya daging dan
olahan daging lainnya);
 Tidak menyimpan bahan pangan yang perlu disimpan pada suhu
dibawah 5 °Celsius dengan benar;
 Membiarkan makanan matang pada suhu ruang selama lebih dari 1
jam;

10
 Mengkonsumsi makanan yang telah disentuh oleh seseorang yang
sedang mengalami diare dan muntah-muntah; dan
 Kontaminasi silang, seperti meletakkan makanan matang di wadah
yang sama dengan daging mentah.

C. Apakah bahan pangan penyebab keracunan tersebut


Penyakit yang ditularkan melalui makanan tersebut dapat
menyebabkan penyakit yang ringan maupun yang dapat mengakibatkan
kematian. Besarnya dampak terhadap kesehatan belum diketahui, karena
hanya sebagian kecil dari kasus-kasus yang akhirnya dilaporkan ke
pelayanan kesehatan dan jauh lebih sedikit lagi yang diselidiki. Kasus-
kasus yang dilaporkan di negara maju diperkirakan hanya sekitar 5 – 10
%, sedangkan di banyak negara berkembang data kuantitatif yang dapat
diandalkan pada umumnya sangat terbatas. Kasus keracunan makanan
yang terjadi di Amerika Serikat sebanyak 77 % disebabkan oleh makanan
yang diproduksi oleh industri katering/jasa boga, 20 % kasus disebabkan
makanan yang dipersiapkan di rumah, dan hanya 3 % kasus disebabkan
oleh makanan yang diproduksi oleh industri pangan. Keracunan makanan
dapat disebabkan oleh racun yang dihasilkan oleh mikroorganisme dalam
makanan, racun alamiah yang terdapat dalam jaringan tanaman atau hewan
dan bahan kimia beracun yang terdapat dalam makanan. Mikroorganisme
yang dapat menghasilkan racun dalam makanan dapat berasal dari bakteri
seperti Clostrodium botulinum, Staphylococus aureus, Pseudomonas
cocovevenans; kapang/jamur yang disebut dengan mikotoksin. Keracunan
makanan dapat diklasifikasikan menurut keparahan dan awal.
1. Inkubasi pendek atau kurang dari 16 ke 24 jam
Ini termasuk kimia penyebab seperti Scombroid keracunan
yang terjadi karena di bawah dimasak atau buruk ikan
disimpan. Ada pelepasan histamin kimia yang dapat
menyebabkan reaksi alergi yang terkadang berakibat fatal.
Mungkin ada Ciguatera keracunan yang merupakan lain ikan

11
keracunan disebabkan konsumsi ikan Kerapu, ikan kakap, dan
Barakuda. Asupan jamur beracun juga menyebabkan keracunan
makanan parah karena untuk bahan kimia yang hadir di
dalamnya. Amanita jamur misalnya dapat mengakibatkan
kegagalan ginjal dan bahkan kematian. Infeksi bakteri mungkin
juga memiliki masa inkubasi pendek. Ini termasuk infeksi
dengan Staphylococcus aureus (dimulai dalam waktu 1 sampai
6 jam), Bacillus cereus, Clstridium perfringens (dimulai dalam
waktu 8 sampai 12 jam) dll.
2. Inkubasi menengah dari sekitar 1 sampai 3 hari
Infeksi tersebut dapat mempengaruhi usus besar atau usus
menuju berdarah diare, disentri dengan berlalunya lendir
bersama dengan parah sakit perut. Bakteri penyebab umum
infeksi seperti yang disebabkan karena Campylobacter,
Shigella (dari terkontaminasi makanan dan air), Salmonella
(dari makanan yang buruk dimasak seperti telur dan unggas)
dan Vibrio parahemolyticus (berkat terkontaminasi kerang air
asin). Mereka mengakibatkan diare berair yang mungkin atau
mungkin tidak berdarah. E coli (enterotoxigenic berbagai)
dapat mengakibatkan diare Traveller's di mana mungkin ada
demam dengan diare berdarah. Kolera bacillus menyebabkan
kolera yang menyebabkan diare berair berlebihan yang
mungkin menyebabkan dehidrasi yang parah. Ada beberapa
infeksi virus yang dapat mengakibatkan keracunan makanan.
Ini termasuk Norwalk, rotavirus, adenovirus infeksi. Ini disertai
dengan diare, muntah, demam dengan menggigil dll. Botulisme
disebabkan oleh toksin dari Clostridium botulinum yang dapat
menyebabkan gejala keracunan makanan khas bersama dengan
kelemahan dan bahkan kelumpuhan.
3. Panjang inkubasi 3 sampai 5 hari

12
Kondisi ini termasuk infeksi bakteri seperti orang-orang
dengan berdarah E. coli. Hal ini menyebabkan peradangan usus
menuju disentri berdarah yang parah. Ini dapat menyebabkan
kondisi seperti gagal ginjal terutama pada orang tua yang
mengancam kehidupan utama. Yersinia
enterocolitica penyebab infeksi meradang getah bening dan
mungkin meniru usus buntu dengan parah sakit perut.
4. Inkubasi sangat panjang hingga satu bulan
Ini biasanya dilihat dengan parasit infeksi seperti penyakit
Giardiasis (dari air yang terkontaminasi), Amoebiasis,
Trichinosis (dari babi matang atau permainan liar),
Cysticercosis (disebabkan karena infeksi cacing babi. Itu dapat
mempengaruhi otak yang menyebabkan kejang). Infeksi bakteri
dengan masa inkubasi yang panjang termasuk Listeria dan
Brucella infeksi karena untuk susu yang tidak dipasteurisasi,
keju lembut, dan buruk disimpan olahan daging dan unggas.
Infeksi virus seperti Hepatitis A dapat menyebar karena ke
terkontaminasi makanan dan air. Beberapa infeksi protozoa
seperti toksoplasmosis timbul dari kontaminasi dengan kotoran
kucing terinfeksi. Ini sangat berbahaya bagi orang-orang
dengan kekebalan yang lemah dan wanita hamil. Prion protein
juga dapat menyebabkan penyakit yang disebut ensefalopati
Spongiform sapi atau penyakit sapi gila. Itu berasal dari
terkontaminasi daging sapi.
Penyebab keracunan pada kasus berdasarkan masa inkubasi 2 s.d. 6
jam yang memungkinkan disebabkan oleh Bacillus cereus atau
Staphylococcus aureus. Sedangkan berdasarkan gejala klinis
kemungkinan disebabkan oleh Staphylococcus aureus.
Staphylococcus aureus : Senyawa yang dihasilkan oleh
bakteri Staphylococcus aureus adalah enterotoksin yang berbentuk
didalam makanan karena disebabkan oleh pertumbuhan bakteri.

13
Bakteri ini ditemukan pada manusia, terdapat pada ingus dan
dahak, tangan dan kulit, pada luka yang terinfeksi, serta pada bisul
dan jerawat. Staphylococcus aureus ditemukan pula pada feses dan
rambut. Diperkirakan bakteri ini terdapat pada 20 % orang dengan
kesehatan yang tampaknya baik. Makanan dapat terkontaminasi
bakteri Staphylococcus aureus setelah proses pemasakan dari
pekerja yang terinfeksi. Makanan yang sering menimbulkan
keracunan adalah makanan-makanan panggang yang berisi krim,
ham dan daging unggas, daging dan produknya, susu dan
produknya, salad, pudding, serta makanan yang mengandung
protein tinggi lainnya. Racun yang dihasilkan oleh Staphylococcus
aureus adalah enterotoksin tipe B, yang stabil pada suhu panas
yaitu suhu 15,60C-46,10C, dan produksi terbaik pada 400C. Racun
ini tahan panas dan masih dapat aktif setelah dipanaskan selama 1
jam pada suhu 1000C. Waktu inkubasi 1–8 jam, dan paling sering
antara 2–4 jam. Gejala keracunan adalah banyak mengeluarkan
ludah, mual, muntah, kejang perut, diare berdarah dan mengandung
lendir, sakit kepala, kejang otot, berkeringat dingin, lemas, nafas
pendek dan suhu tubuh di bawah normal. Gejala keracunan akan
hilang setelah 1–2 hari, dan jarang menyebabkan kematian.
Pencegahan keracunan dapat dilakukan dengan : 1) menghindari
pekerja yang sedang sakit dalam proses pengolahan makanan, dan
menerapkan hygiene perorangan yang baik 2) mendinginkan
dengan segera semua bahan makanan, baik mentah maupun masak
(dibawah suhu 6–70C dan menurunkan pH, 3) melakukan
pemanasan yang memadai pada makanan.

D. Apa dan berapa jumlah cemaran atau bahaya (hazard) yang menyebabkan
keracunan
Peristiwa keracunan makanan di SD 3 Sangeh Kabupaten Badung
pada tanggal 9 mei 2011 merupakan Kejaian Luar Biasa (KLB), yang

14
disebabkan karena kontaminasi bakteri pathogen dengan pola penularan
common sourse. Berdasarkan masa inkubasi 2 -6 jam bakteri yang paling
memungkinkan penyebab keracunan adalah bacillus cereus atau
staphylococcus aureus. Sedangkan berdasarkan gejala klinis kemungkinan
disebabkan oleh staphylococcus aureus. Gejala klinis yang paling
dominan dirasakan oleh hampir semua penderita pada KLB keracunan
makanan ini adalah rasa mual (87,9%), muntah (66,7%), sakit perut
(42,4%), sakit kepala (45,5%), diate (27,3%), dan demam (45,50%).

E. Mengapa bahan cemaran tersebut terdapat dalam bahan pangan


Bahan cemaran tersebut bisa masuk ke dalam makanan bisa saja
melalui cara pengolahan makanan yang tidak benar, misalnya memasak
makanan tidak matang, tidak menuci bahan makan terlebih dahulu, alat
masak atau makan yang tidak steril, kurangnya hygine personal sehingga
dapat menimbulkan bakteri pathogen dari segi biologi. Sedangkan dari
segi kimia bisa jadi elalui penambahan zat warna yang berlebihan pada
makan, penambahan bahan penyedap rasa yang berlebihan, penambahan
pengawet makanan. Efek yang ditimbulkan dari kontaminan kimia lebih
cepat dampaknya kepada manusia karena kontaminan kimia termasuk
kontaminan akut sehingga pergerakannya lebih cepat dalam sel-sel tubuh
kita sehingga dapat menimbulkan gejala seperti kasus yang diatas.

F. Cara penanggulangan supaya tidak terjadi kasus keracunan makanan


kembali
Kemungkian besar keracunan ini terjadi karena kontaminasi bakteri
pada jajanan kantin di sd tersebut. Kejadian dapat dihindari jika penjual
lebih memperhatikan bahan-bahan yang digunakan dalam makanan, dan
juga proses pengolahanya agar tidak terkontainasi dengan bakteri-bakteri
patogen. Orang tua juga disarankan untuk memberikan bekal makanan
kepada anak, karena bekal lebih terjamin kebersihanya, kita juga tidak
pernah tau pengolahan makanan kantin apakah benar-benar bersih atau

15
tidak. Dinas-dinas terkait seharusnya juga rutin melakukan sidak di kantin-
kantin sekolah untuk memantau kebersihan jajanan anak-anak sekolah.
Sosialisasi juga peru diberikan kepada penjual makanan kantin tentang
sumber-sumber pencemaran makanan yang menyebabkan makanan
terkontaminasi dengan bakteri-bakteri patogen.

16
BAB IV

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Peristiwa keracunan makanan di SD 3 Sangeh Kabupaten Badung pada
tanggal 9 Mei 2011 merupakan Kejadian Luar Biasa (KLB), yang
disebabkan karena kontaminasi bakteri pathogen, dengan pola penularan
common source. Gejala klinis yang paling dominan dirasakan oleh hampir
semua penderita pada KLB keracunan makanan ini adalah rasa mual
(87,9%), muntah (66,7%), sakit perut (42,4%), sakit kepala (45,5%), diate
(27,3%), dan demam (45,50%).
B. Saran
1. Puskesmas perlu meningkatkan pengawasan/ pembinaan terhadap
keamanan pangan termasuk personal hygiene food handlers pada
kantin sekolah.
2. Masyarakat agar segera melapor kepada pihak terkait seperti dias
kesehatan (puskesmas) apabila terjadi kasus serupa sehingga dapat
dilakukan tindakan yang cepat dalam penanggulangan dan membatasi
dampak buruk yang ditimbulkan.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. http://tyaarumkusuma.blogspot.co.id/2014/11/makalah-kejadian-luar-
biasa-klb-dan.html diakses pada 26 Mei 2017 pada 09.34 WIB
2. https://ulvaardillah.blogspot.co.id/2016/03/laporan-kejadian-luar-biasa-
klb.html diakses pada 26 Mei 2017 pada 09.45 WIB
3. http://www.poltekkes-denpasar.ac.id/files/JSH/JSH%20V10N2.pdf
diakses pada 26 Mei 2017 pada 09.56 WIB
4. http://www.alodokter.com/keracunan-makanan diakses pada 28 Mei 2017
pada 23.04 WIB
5. file:///I:/KLB/foodborne_illnesses-id_03272015.pdf diakses pada 25 Mei
2017 pada 21:35 WIB
6. http://www.news-medical.net/health/Causes-of-food-poisoning-
(Indonesian).aspx diakses pada 25 Mei 2017pada 21:37 WIB
7. http://halosehat.com/makanan/makanan-berbahaya/keracunan-makanan
diakses pada 25 Mei 2017 pada 21:40 WIB
8. https://gizimu.wordpress.com/2011/11/07/keracunan-makanan-dan-
minuman/ diakses pada 25 Mei 2017 pada 21:55 WIB

18

Anda mungkin juga menyukai