Anda di halaman 1dari 6

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN


POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
TANGERANG SELATAN

MAKALAH ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT

ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT DARI PEMBANGUNAN BANDARA


INTERNASIONAL JAWA BARAT DI KECAMATAN KERTAJATI
DITINJAU DARI PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN
MAJALENGKA

Disusun oleh :
Joko Umbaran
NPM : 1302180355

Mahasiswa Program Studi Diploma III Akuntansi

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keuangan Publik Semester 3

Tahun 2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Seiring dengan pertumbuhan ekonomi, kebutuhan akan barang publik atau sarana umum juga
akan semakin meningkat. Penyediaan sarana dan prasarana umum oleh pemerintah seharusnya
mempunyai manfaat yang besar bagi kemakmuran rakyat dan pertumbuhan ekonomi dengan
memperhatikan biaya yang paling efektif. Laju mobilitas barang dan penduduk yang semakin
meningkat akibat dari adanya pertumbuhan ekonomi memaksa pemerintah untuk menyediakan sarana
dan prasarana transportasi umum yang memadai. Salah satunya adalah penyediaan fasilitas
bandarudara untuk menunjang peningkatan penumpang angkutan udara dan mobilitas barang.

Provinsi Jawa Barat, dengan wilayah daratan seluas 3.709.528,44 Ha dan jumlah penduduk
sebanyak 35,72 juta jiwa, memiliki potensi sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia yang
sangat maju. Dengan potensi sumber daya yang sangat maju tersebut telah memposisikan Jawa Barat
sebagai salah satu provinsi yang mempunyai perkembangan ekonomi yang pesat di Indonesia. Hal
tersebut tercermin dari tingginya tingkat investasi, laju pertumbuhan ekonomi dan kontribusi terhadap
perekonomian nasional di mana Provinsi Jabar memberikan kontribusi sebesar 15,87% terhadap
perekonomian nasional.

Dengan melihat kondisi Provinsi Jawa Barat yang potensial tersebut, provinsi ini layak untuk
mempunya sarana dan prasarana bandara yang layak dan memadai untuk menunjang pertumbuhan
ekonomi di wilayah tersebut. Sebelumnya Provinsi Jawa Barat mempunyai Bandar Udara Husein
Sastranegara untuk menampung pergerakan pesawat terbang baik untuk penumpang maupun barang.
Namun Kondisi bandara internasional Husein Sastranegara di Bandung sudah tidak ideal karena
memiliki beberapa kendala seperti “menumpang” dengan lapangan udara (lanud) militer, keterbatasan
panjang landas pacu dan kapasitas apron maupun terminal dan terdapatnya industri pesawat terbang.

Berkaitan dengan permasalahan di atas, pemerintah Provinsi Jawa Barat merencanakan


mengembangkan Bandara Internasional Jawa Barat di Kertajati, Kabupaten Majalengka. Jawa Barat
sangat berkepentingan untuk memiliki fasilitas infrastruktur transportasi berupa bandara internasional
yang dapat digunakan oleh pesawat berbadan lebar untuk menampung pergerakan logistik yang
umumnya dari sentra-sentra industry di wilayah Provinsi Jawa Barat. Selain itu, bandara ini
diharapkan mampu mendukung koridor ekonomi yang menghubungkan koridor metropolitan Bandung
Raya dengan Cirebon Raya serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi terutama di Kabupaten
Majalengka.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana analisis biaya dari pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat di Kecamatan
Kertajati, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat?
2. Bagaimana analisis manfaat dari pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat di
Kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat?
3. Bagaimana analisis biaya dan manfaat dari pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat di
Kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Analisis Biaya Pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat

1.1 Biaya Pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat

Pembangunan Bandara Kertajati sendiri sudah direncanakan sejak era Presiden Megawati
Soekarnoputri. Studi kelayakan Bandara ini sebenarnya sudah ada sejak 2003, izin penetapan lokasi
pun dilakukan sejak 2005. Saat itu, Pemerintah Provinsi Jawa Barat menyatakan sanggup mendanai
sendiri pembangunan bandara dengan APBD. Namun, Pemprov Jawa Barat tak kunjung
merealisasikan pembangunan bandara tersebut hingga 2011. Setelah dilakukan peninjauan ulang,
pembangunan bandara ternyata membutuhkan alokasi APBN.

Selama tujuh tahun tidak ada kegiatan fisik apapun karena izin penetapan hangus akibat
pekerjaan pembangunan yang tidak kunjung dimulai. Pekerjaan baru dimulai tahun 2014 untuk
pengerjaan pembersihan lahan dan pondasi. Pembangunan bandara kemudian dikebut penuh sesuai
instruksi Presiden Joko Widodo melalui program penyelesaian Proyek 15 Bandar Udara Baru yang
kemudian dituangkan dalam dokumen RPJMN 2015-2019. Tidak hanya itu , Bandara Kertajati juga
dimasukkan dalam Program Strategis Nasional (PSN). Pembangunan sejak 2015 hingga 2017
kemudian dilakukan dengan menggunakan anggaran Kementerian Perhubungan.

Guna mengoperasionalkan bandara tersebut, Kementerian Perhubungan kemudian pada 22


Januari 2018 memfasilitasi penandatanganan perjanjian kerja sama penyelenggaraan jasa
kebandarudaraan di Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) antara Pemprov Jabar, PT BIJB dan PT
Angkasa Pura 2. Bandara ini diperkirakan menelan investasi mencapai Rp2,6 triliun. Nilai tersebut
termasuk pembangunan terminal utama dan fasilitas pendukungnya Rp 2,2 triliun, sisanya untuk
modal kerja dan untuk kelengkapan fasilitas lainnya. Dananya sendiri tak sepenuhnya bergantung dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) karena pemerintah menggunakan skema
kemitraan dengan swasta.

Total biaya sebesar 2,6 triliun itu dipenuhi dengan 70 persennya melalui equity dan 30
persennya melalui pinjaman. Untuk dana pinjaman, pihak PT BIJB sudah mendapatkan dari sindikasi
perbankan syariah. Sementara untuk ekuitas sebesar 70 persen didapatkan dari Pemerintah Provinsi
Jawa Barat, reksadana penyertaan terbatas (RDPT), dan dari PT Angkasa Pura II.

PT BIJB sendiri dalam mendanai pembangunan bandara internasional ini menyedot sekitar
Rp 2,6 triliun dengan menggunakan skema Pembiayaan Investasi Non Anggaran Pemerintah (PINA).
Dipertengahan semester lalu, PT BIJB mendapat bantuan pembiayaan senilai Rp 906 miliar dari
sindikasi perbankan syariah. Sindikasi perbankan syariah tersebut terdiri dari tujuh bank syariah
milik daerah yang membiayai proyek tersebut, yakni Bank Jateng Syariah dengan penyertaan
pinjaman sebesar Rp 366 miliar, Bank Sumut Syariah (Rp 150 miliar), Bank Jambi Syariah (Rp 100
miliar), Bank Kalbar Syariah (Rp 100 miliar), Bank Kalsel Syariah (Rp 100 miliar), Bank Sulselbar
Syariah (Rp 50 miliar), dan Bank BJB Syariah (Rp 40 miliar).

Lantaran berstatus BUMD Pemprov Jabar, pembiayaan bandara tersebut juga tetap dibantu
pemerintah provinsi Rp 808 miliar. Status pemerintah provinsi di sini menjadi pemegang saham
mayoritas. Adapun sisanya melalui ekuitas reksadana penyertaan terbatas (RDPT). Dengan begitu
seluruh kebutuhan pembangunan bandara bisa tercukupi.

1.2 Biaya Operasional Bandara Internasional Jawa Barat

Mengelola Bandara Kertajati yang baru saja berdiri bukan persoalan yang mudah. Butuh
biaya operasional yang tak sedikit untuk beroperasinya bandara tersebut. Dikutip dari
radarcirebon.com, setiap bulannya biaya operasional dari Bandara Internasional Jawa Barat mencapai
Rp7 miliar atau Rp72 miliar hingga Rp82 miliar setiap tahunnya.

Untuk saat ini, PT BIJB masih memberikan beberapa insentif, baik kepada pihak maskapai
maupun kepada penumpang. Seperti free landing charge, diskon sewa kantor maskapai,
hingga tenant-tenant mendapatkan diskon khusus untuk sewa ruangan.

Dilihat dari Annual Report (Laporan Keuangan Tahunan) PT BIJB beban usaha sebesar
Rp. 161.136.098.000,00. Artinya biaya perawatan (Maintenance cost) dari Bandara Internasional
Jawa Barat pada tahun 2018 yaitu sebesar beban usaha dari PT BIJB pada tahun 2018.

Beban Usaha Perseroan terdiri dari beban bandara, beban pegawai, beban umum &
administrasi, beban pengembangan usaha, beban penyusutan, serta beban publikasi, dan hubungan
masyarakat. Masing-masing beban usaha dijelaskan sebagai berikut:

a. Beban Bandara;

Beban bandara merupakan beban operasional harian bandara, yang terdiri dari beban pemeliharaan,
beban penggunaan persediaan, beban pelayanan penumpang, beban asuransi, beban pajak, beban
administrasi, dan beban pengembangan usaha bandara. Beban bandara pada tahun 2018 sebesar
Rp30,12 miliar seiring dengan beroperasinya bandara Kertajati pada bulan Juni 2018.

b. Beban Pegawai;

Beban pegawai merupakan beban gaji direksi dan karyawan termasuk karyawan bandara, tunjangan-
tunjangan, biaya pengobatan, tunjangan PPh Pasal 21, serta tunjangan iuran BPJS tenaga kerja dan
BPJS kesehatan. Beban pegawai BIJB terealisasi sebesar Rp48,54 miliar pada tahun 2018, meningkat
sebesar Rp22,27 miliar atau 84,82% dibandingkan tahun 2017 sebesar Rp26,26 miliar. Pertumbuhan
beban pegawai tahun ini dipengaruhi oleh beroperasinya bandara sehingga terjadi peningkatan jumlah
pegawai yang mempengaruhi peningkatan beban gaji, tunjangan, insentif dan imbalan kerja serta
beban pegawai lainnya.

c. Beban Umum dan Administrasi;

Beban umum dan administrasi merupakan pengeluaran-pengeluaran atas biaya perjalanan dinas,
perlengkapan kantor, utilitas, pemeliharaan dan sewa kantor, kendaraan dan peralatan, dan beban
rumah tangga lainnya. Beban umum dan administrasi Perseroan terealisasi sebesar Rp18,10 miliar
pada tahun 2018, meningkat sebesar Rp7,75 miliar atau 75,02% dibandingkan tahun 2017 yang hanya
sebesar Rp10,34 miliar. Pertumbuhan beban umum dipengaruhi oleh meningkatnya hampir seluruh
komponen dalam Beban umum seiring dengan meningkatnya aktivitas perusahaan termasuk mulai
beroperasinya Bandara Kertajati.

d. Beban Pengembangan Usaha;

Beban pengembangan usaha Perseroan tahun 2018 terealisasi sebesar Rp3,9 miliar, menurun sebesar
Rp6,18 miliar atau 61,2% dibandingkan tahun 2017 sebesar Rp10,09 miliar. Penurunan ini
disebabkan pada tahun 2018 seiring dengan telah beroperasinya bandara maka biaya-biaya yang
terkait dengan kajian, benchmark dan pengembangan semakin berkurang.

e. Beban Penyusutan;

Beban penyusutan merupakan beban penyusutan aset tetap yang dipergunakan Perseroan, beban
penyusutan Perseroan terealisasi tahun 2018 sebesar Rp52,38 miliar meningkat sebesar Rp52,08
miliar atau 17.116% dibandingkan tahun 2017 sebesar Rp304,30 juta. Peningkatan ini disebabkan
telah diserahterimakannya seluruh paket pekerjaan pembangunan sisi darat bandara Kertajati dan telah
dioperasikan pada bulan Juni 2018, sehingga pada tahun 2018 perusahaan sudah mulai membebankan
biaya penyusutan atas aset sisi darat bandara Kertajati pada laporan laba rugi.

f. Beban Publikasi dan Hubungan Masyarakat.

Beban publikasi dan hubungan masyarakat merupakan pengeluaran untuk biaya publikasi kegiatan
perseroan, penyelenggaraan event, pembinaan relasi, dan hubungan masyarakat. Beban Publikasi dan
Hubungan Masyarakat terealisasi sebesar Rp8,05 miliar pada tahun 2018, naik sebesar Rp2,45 miliar
atau 43,87% dibandingkan tahun 2017 sebesar Rp5,59 miliar. Peningkatan beban publikasi dan
hubungan masyarakat dipengaruhi oleh peningkatan beban publikasi yang ditujukan untuk
menginformasikan telah beroperasinya Bandara Kertajati di Jawa Barat dan pembinaan hubungan
dengan masyarakat sekitar proyek pembangunan sisi darat Bandara Kertajati.

Anda mungkin juga menyukai