Abstract: Oxygen is the most vital basic need in human life. Lack of oxygen can impact death cell . The
patient´s respiratory system disorder, oxygen can not be ful filled as normal but instead require oxygen
theraphy to help meet the cell metabolism. The purpose of the study was to observe the implementation
oxygen theraphy in patients with impraired respiratory system in hospitals Bangil Pasuruan. This
research design using descriptive method, the samples are taken all nurses who work in Lung room at
hospitals Bangil Pasuruan. Total of sampling taken is 24 people with a total sampling technique.
Instruments used for data collection observer. Study of 24 people obtained a yield of 14 people capable
of doing well in providing oxygen theraphy or approximately 41,6% shows that the ability of nurses to
provide nursing care needs to be improvedfurther in accordance with SOP. Recommendations from this
study is the evaluation of the need for nurses to pay attention and participation of SOP.
Abstrak: Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar yang paling vital dalam kehidupan manusia.
Kekurangan oksigen akan berdampak kematian sel. Oleh karena itu pada pasien gangguan system
pernafasan, oksigen tidak bisa terpenuhi secara normal melaikan memerlukan bantuan terapi oksigen
untuk memenuhi metabolism sel. Tujuan penelitian ini adalah mengobservasi pelaksanaan pemberian
terapi oksigen pada pasien gangguan system pernafasan di RSUD Bangil Pasuruan. Desain penelitian
ini menggunakan metode diskriptif, sampel yang diambil yaitu seluruh perawat yang bekerja diruang
paru dan bangsal RSUD Bangil Pasuruan. Jumlah sampling yang diambil yaitu 24 orang dengan
menggunakan teknik total sampling. Instrument yang digunakan untuk pengumpulan data adalah
observasi. Hasil penelitian dari 24 orang diperoleh hasil 14 orang perawat berkemampuan “cukup
baik” atau sekitar 58,3%. Serta 10 orang perawat berkemampuan “baik” dalam melakukan pemberian
terapi oksigen atau sekitar 41,6%. Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa kemampuan perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan perlu ditingkatkan lagi sesuai dengan SOP. Rekomendasi
dari penelitian ini hendaknya perawat perlu melakukan evaluasi, dan partisipasi perawat untuk
memperhatikan SOP, khususnya tindakan pemberian terapi oksigen.
PENDAHULUAN
Biasanya pada orang yang mengalami
Menurut hasil laporan World Health Or- gangguan pernapasan, perawat memberikan terapi
ganization (WHO) pada tahun 2012, Indonesia oksigen untuk membantu memenuhi kebutuhan
termasuk negara yang dikategorikan sebagai high oksigenasi. Perawat dalam menjalankan perannya
burden countries terhadap TB paru yaitu berorientasi terhadap pemenuhan kebutuhan dasar
menduduki peringkat kelima sebagai negara manusia. Salah satu kebutuhan dasar tersebut
penyumbang penyakit TB setelah India, China, adalah oksigen (Harahap, 2005). Oksigenasi
Afrika selatan, Nigeria. Diperkirakan setiap tahun merupakan kebutuhan dasar yang paling vital dalam
ada 429.720 kasus baru dan 66.000 kematian kehidupan manusia. Dalam tubuh, oksigen berperan
akibat TB (WHO, 2010). Provinsi Jawa Timur penting di dalam proses metabolisme sel.
menempati urutan kedua di Indonesia dalam Kekurangan oksigen
48 pISSNakan berdampak
2443-1125 yang
eISSN 2442-8873
jumlah penderita TB (Dinkes Jatim, 2010).
48
Bachtiar, Pelaksaan pemberian terapi oksigen
tindakan yang ada dalam tiap point yang ada dalam Tabel 2. Distribusi frekuensi pelaksanaan
lembar observasi dengan “cukup baik” dan pemberian terapi oksigen pada pasien
diberikan nilai 3 apabila responden melakukan gangguan sistem pernapasan
tindakan yang ada dalam tiap point lembar Kemampuan n %
observasi dengan “mahir”. Baik 10 41,6
Peneliti mengumpulkan data melalui lembar Cukup baik 14 58,3
observasi, kemudian mengamati setiap tindakan Jumlah 24 100
pemberian terapi oksigen yang dilakukan oleh
masing-masing perawat ruangan. Peneliti Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa
mendatangi ruang paru dan meminta ijin kepada sebagian besar perawat di Ruang Paru RSUD
kepala ruang, kemudian secara diam-diam Bangil Pasuruan berpendidikan DIII Keperawatan
mengobservasi setiap tindakan pemberian terapi 20 orang (83,3%).
oksigen yang dilakukan oleh masing-masing Tabel 2 menunjukkan bahwa pelaksanaan
perawat dengan menggunakan lembar observasi pemberian terapi oksigen di RSUD Bangil
yang sudah dibuat sampai terkumpul sesuai jumlah Pasuruan secara umum adalah cukup (58,3%).
yang ditentukan.
Data yang terkumpul melalui hasil observasi PEMBAHASAN
kemudian ditabulasikan. Jika tiap-tiap point
Pelaksanaan pemberian terapi oksigen pada
dilakukan maka diberi tanda centang ( ) pada pasien gangguan sistem pernapasan di RSUD
kolom skor sesuai dengan kriteria kemampuan. Bangil Pasuruan. Berdasarkan Tabel 2
Kemudian dihitung dengan menggunakan rumus Menunjukkan bahwa pelaksanaan pemberian
dari Rukmono (2004). terapi oksigen di RSUD Bangil Pasuruan
Hasil nilai yang diperoleh dari masing-masing mayoritas adalah cukup (58,3%) dan 10 responden
responden dikelompokkan ke dalam kriteria yang dapat melakukan pelaksanaan terapi oksigen
standar penelitian kualitatif dan dapat dikatagorikan dengan baik ( 41,6%). Ini dapat dibuktikan bahwa
sesuai dengan yang diperoleh. Hasil persentase hampir sebagian besar responden dapat
skor penelitian menggunakan penilaian sebagai melaksanakan setiap point perintah dengan nomor
berikut: Baik : 90-100%, Cukup : 75-89,9%, 1-15 kecuali nomor 10 dilakukan dengan baik serta
Kurang : <75% (Rukmono, 2004) nilai yang dicapai adalah 3 dan jika di total nilai
yang didapat yaitu sebesar 540 serta tidak sedikit
HASIL PENELITIAN pula responden yang lupa atau melaksanakan
Karakteristik responden berdasarkan usia tindakan pemberian terapi oksigen dengan nilai di
dapat diketahui bahwa hasil análisis didapatkan bawah 3 ini terjadi pada point perintah no
rata-rata usia responden 28 tahun dengan standart 10,16,17,18,19,20 dengan keseluruhan nilai yang
deviasi 1,732 tahun. Usia termuda 22 tahun dan didapat yaitu sebesar 120.
usia tertua 36 tahun. Dari hasil estimasi interval Untuk point perintah nomor 10 yang sering
dapat disimpulkan bahwa diyakini rata-rata usia tidak dilakukan adalah tindakan cuci tangan,
responden berkisar antara 27 sampai dengan 29 padahal jika diperhatikan tindakan cuci tangan
tahun. sebelum melakukan tindakan sangat penting
meskipun kata mereka “sepele”. Menurut Depkes
Tabel 1. Distribusi frekuensi berdasarkan tingkat (2003) , salah satu penyebab dari terjadinya infeksi
pendidikan perawat
nosokomial adalah karena dekontaminasi tangan.
Pendidikan n % Padahal transmisi penyakit melalui tangan dapat
DIII Keperawatan 20 83,3 diminimalisasi dengan menjaga hiegene dari
S1 Keperawatan 4 16,7 tangan. Tetapi pada kenyataannya hal ini sulit
Jumlah 24 100 dilakukan dengan benar, karena banyaknya alasan
seperti waktu mencuci tangan yang lama, kebutuhan (Depkes RI, 2005) tentunya cara
kurangnya pengetahuan mengenai cuci tangan pemberiannya pun harus benar dan tepat. Hal ini
yang benar, kurangnya peralatan cuci tangan. Dari sesuai dengan teori Utama (1999), yaitu
sinilah virus, bakteri dapat tertular melalui keterampilan merupakan kemampuan untuk
kontaminasi tangan. melakukan sesuatu yang baik dan benar.
Point nomor 16,17,18,19,20 yang sering tidak Kematangan usia yang baik dapat memudahkan
dilakukan atau dilakukan namun kurang maksimal untuk mendapat pengetahuan serta dapat dengan
adalah tindakan mengobservasi setelah melakukan mudah untuk mengembangkan ilmu atau
tindakan pemberian terapi oksigen. Menurut teori pengetaguan yang sudah ada. Sama halnya
Pooter and Perry (2005) pemberian oksigen tidak dengan ini bahwa usia dan pendidikan saling terkait,
hanya memberikan efek terapi tetapi jika usia yang cukup dan tingkat pendidikan yang baik
penggunaannya tidak tepat dapat menyebabakan dapat memudahkan responden dalam menerima
efek seperti depresi ventilasi, keracunan oksigen. perubahan ilmu serta dapat melaksanakan
Keadaan yang trerjadi diatas dapat merusak pemberian terapi oksigen dengan baik dan benar.
struktur jaringan paru seperti atelektasis dan
kerusakan surfaktan, akibatnya proses difusi PENUTUP
diparu akan terganggu bila kita tidak sering Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa
mengontrol saturasi oksigen. pelaksanaan pemberian terapi oksigen pada pasien
Menurut teori Utama (1999), ketrampilan gangguan sistem pernapasan yang dilakukan oleh
merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu perawat diruang paru RSUD Bangil Pasuruan
yang baik dan benar. Seorang perawat dikatakan mayoritas adalah cukup dengan persentase
terampil apabila telah dapat memberikan pelayanan sebesar 58,3% .
keperawatan dengan baik dan benar. Baik dan Dari penelitian ini disarankan perawat dapat
benarnya pelaksanaan pemberian terapi oksigen lebih meningkatkan lagi kemampuan yang sudah
ini tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor cukup baik menjadi lebih baik. Dalam usaha untuk
diantaranya yaitu faktor usia dan pendidikan. Dari meningkatkan kemampuan ini sangat diperlukan
hasil penelitian diketahui bahwa pelaksanaan upaya evaluasi dari tindakan apa saja yang sudah
pemberian terapi oksigen di ruang paru dilakukan dilaksanakan khususnya dalam melaksanakn
oleh perawat rata-rata berusia ±28 tahun. pemberian terapi oksigen serta partisipasi perawat
Menurut WHO usia ini merupakan kategori usia untuk memperhatikan SOP yang sudah ditentukan.
dewasa awal. Jika diperhatikan pada masa usia Jika perlu untuk meningkatkan kualitas kerja yang
inilah kemampuan atau kinerja mengalami masa- baik perlu diberikan reward kepada perawat yang
masa peningkatan. Akan tetapi, keterampilan melakukan asuhan keperawatan dengan baik dan
seorang perawat bukan hanya tergantung dari memberi teguran pada perawat yang sering
tingginya pendidikan yang diterimanya, tapi melakukan asuhan keperawatan dengan kurang
pengalaman dalam melakukan pelayanan baik.
keperawatan juga sangat berpengaruh (Zulkifli, Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya
1999). memanfaatkan dan mengkaji referensi hasil
Menurut peneliti hasil penelitian tersebut penelitian yang telah ada dan lebih memperhatikan
sesuai dengan teori di atas bahwa penderita kereabilitasan alat ukur yang akan digunakan serta
gangguan system pernapasan harus terpenuhi labih teliti dalam melakukan pengumpulan data,
kebutuhan dasarnya dengan cara pemberian terapi agar hasil lebih akurat.
oksigen. Pemberian terapi oksigen adalah suatu
kemampuan untuk memasukkan oksigen
tambahan dari luar ke paru melalui saluran
pernafasan dengan menggunakan alat sesuai