Anda di halaman 1dari 13

RESENSI NOVEL "Dilan, dia adalah dilanku tahun 1991"

I. IDENTITAS NOVEL

Judul : "Dilan, dia adalah dilanku 1991"

Pengarang : Pidi Baiq

Penerbit : Pastel Books PT Mizan Pustaka

Kota : Bandung

Cetakan : XXVI, 2018

Jumlah Halaman : 344 Halaman

ISBN : 978-602-7870-99-4

Harga buku : -

Sinopsis :

Novel "Dilan, dia adalah Dilanku tahun 1991 " menceritakan tentang kisah cinta Milea, seorang gadis
cantik pindahan dari Jakarta, dengan Dilan seorang panglima tempur geng motor di Bandung pada masa
itu.Setelah mersemikan hubungan mereka dalam surat pernyataan yang ditandatangani diatas materai.

Milea pun kembali bercerita tentang kisah percintaannya dengan Dilan. Seperti orang yang baru jadian
pada umumnya, Milea mengalami masa yang indah di SMA sesudah resmi jadi pacar Dilan. Jawaban yang
diberikan Dilan selalu saja membaut Milea tersenyum, Dilan pun termasuk orang yang cerdas dan pintar
di kelasnya, buktinya dia selalu mendapatkan ranking satu atau dua. Meski Melia merasa khawatir
dengan Dilan yang bergabung dengan geng motor, karena Melia takut terjadi hal yang buruk menimpa
Dilan karena geng motor.

Mereka sering berdebat tentang masalah geng motor, Dilan tidak pernah merasa kapok walaupun dia
sempat dimasukkan ke penjara 1 minggu karena aksi penyerangan yang hendak dilakukannya dan diusir
oleh ayahnya sebab penyerangan antara geng motor.

Perasaan Milea yang takut dengan keselamatan kekasihnya itu sangat besar, sampai-sampai kata putus
keluar dari Milea lalu disusul dengan tamparan darinya. Dilan tidak mengerti, kesedihan melanda hati
Milea, sebab Dilan tidak suka jika dikekang, dari peristiwa itu Dilan tidak pernah bertemu lagi dengan
Milea. Sampai lulus sekolah, Milea kembali ke Jakarta dan kuliah di Universitas Indonesia, Jakarta.
Sedangkan Dilan kuliah di Perguruan Tinggi Negeri yang ada di bandung. Jarak antar keduanya saling
menjauh, tapi suasana hati Milea masih sama, hanya kepada Dilan. Makin lama Dila menghilang, Milea
berusaha untuk selalu menghubungi Dilan, akan tetapi keluarga Dilan sudah pindah rumah. Milea pun
kehilangan jejak Dilan.
Sampai akhirnya, Milea bertemu mas Herdi yang merupakan kakak tingkat dari tempat dia kuliah. Herdi
mulai mengisi keseharian Milea, sampai mereka menuju ke pernikahan, Milea selalu mencintai Dilan,
tapi Dilan sudah memiliki kekasih baru.

II. TUJUAN

○ Novelis

Penulis mencoba memberitahukan kepada pembaca bahwa dalam hidup, tidak semua cerita cinta, harus
berakhir dengan bahagia. Karena kadang, sesuatu yang berakhir tidak sesuai dengan harapan kita akan
menciptakan kesan tersendiri, meninggalkan kesedihan dan kerinduan akan masa lalu. Novel ini juga
mengajarkan kita untuk keluar dari belenggu masa lalu, tanpa harus melupakan semua kenangannya.
Karena bagaimanapun juga, masa lalu itu akan tetap menjadi bagian dari hidup kita.

○Resensator

Menjelaskan bahwa seseorang pasti memliki jodoh tersendiri, kita tidak boleh memaksa karena suatu
hubungan tidak akan berjalan baik dengan adanya unsur keterpaksaan. Serta kita tidak boleh berhenti di
masalalau tetapi tanpa melupakan semua itu, karena itu juga merupakan jalan hidup kita.

III. ANALISIS

a.) Tema : Percintaan

Menceritakan tentang Dilan dan Milea ketika mereka mulai berpacaran sampai mereka menjalani
kehidupannya masing-masing.

b.)Penokohan

1.)Milea

Ciri fisik : jenis kelamin perempuan

Ciri fungsi : Pelajar SMA, Pacar Dilan

2.)Dilan

Ciri fisik : Rambutnya sering terlihat berantakan, suka pakek jaket jeans belel/jaket army korea, kalau
sekolah membawa satu buku tulis yang dia selipkan dikantong belakang celana.

Ciri fungsi :Pelajar SMA, Panglima tempur dari geng motor yang ada di Bandung, pacar Milea.

3.)Ibu Mliea
Ciri fisik : -

Ciri fungsi :vocalist band

4.)Ayah Milea

Ciri fisik :

Ciri fungsi :tentara

5.)Airin

Ciri fungsi :

Ciri fisik : adik Milea

6.) Si bibi

Ciri fisik :

Ciri fungsi : pembantu Milea

7.)Bunda

Ciri fisik :

Ciri fungsi : Ibu Dilan

8.)ayahnya Dilan

Ciri fisik :

Ciri fungsi :Tentara Angkatan Darat pangkat letnan

9.) Disa

Ciri fisik :

Ciri fungsi : Adik Dilan

10.) Bang fariz

Ciri fisik :

Ciri fungsi : kakak Milea

11.) Wati

Ciri fisik :
Ciri fungsi : kawan SMA Milea, sudara Dilan

12.) Rani

Ciri fisik :

Ciri fungsi : Kawan SMA Milea

13.) Beni

Ciri fisik :

Ciri fungsi : pacar Milea, teman SMA Milea di Jakarta.

14.) Yugo

Ciri fisik : tampan, rambutnya agak pirang alami.

Ciri fungsi : Anak Tante Anis, teman milea semasa kecil

15.) Kang Adi

Ciri fisik :

Ciri fungsi : Mahasiswa kampus, guru private Milea

16.) Piyan

Ciri fisik :

Ciri fungsi : Kawan SMA Milea

17.) Nandan

Ciri fisik :

Ciri fungsi : Kawan SMA Milea

18.) Anhar

Ciri fisik :

Ciri fungsi : kawan SMA dilan, musuh Dilan

19.) Bi eem

Ciri fisik :

Ciri fungsi : Pemilik warung yang biasa dibuat nongkrong Dilan dan kawan2nya.
20.) Revi

Ciri fisik :

Ciri fungsi : kawan osis Milea

21.) Akew

Ciri fisik :

Ciri fungsi : teman geng motor Dilan

22.) Susi

Ciri fisik :

Ciri fungsi : mantan Dilan.

23.) Suripto

Ciri fisik :

Ciri fungsi : Guru BP

24.) Ibu Rini

Ciri fisik :

Ciri fungsi : wali kelas Dilan

25.) Pak Dedi

Ciri fisik :

Ciri fungsi : salah satu juri acara lomba melukis, calon guru magang di sekolah Milea.

26.) Mas Herdi

Ciri fisik :

Ciri fungsi :

27.) Tante Anis

Ciri fisik :

Ciri fungsi : saudara Milea dari pihak Ayah.

28.) Burhan
Ciri fisik :

Ciri fungsi : Ketua geng motor

29.) Ibunya anhar

Ciri fisik :

Ciri fungsi :

30.) Ibu Retno

Ciri fisik :

Ciri fungsi : Tetangga Milea.

31.) Kang Ewok

Ciri fisik : berewok

Ciri fungsi : pemilik warung kopi yang ada di pertigaan jalan Maleer

C.) Karakter

a. Milea

1) Setia

2) Khawatiran

“Sebab, aku sudah berulang kali bilang ke Dilan bahwa aku cemas, bahwa aku risau karena takut ada hal-
hal buruk yang akan menimpanya kalau dia berantem. Dan, malam Itu, dia malah mau berantem .”

3) Emosian

“Ikuti mauku!”

Dilan diam, memandangku.

“Ikuti mauku, jangan nyerang! Atau, kita putus!!!” kataku.

b. Dilan

1) Humoris

“Malahan, kalau kamu ninggalin aku, aku gak bisa apa-apa,” kata Dilan.

Aku diam.
“Bisaku cuma mencintaimu,” katanya tersenyum.

2) Romantis

“Ngapain bawa banyak orang?TM kutanya.

“Mau ngerayain kita jadian” jawab Dilan.

3) Pintar

“Dilan pun termasuk orang yang cerdas dan pintar di kelasnya, buktinya dia selalu mendapatkan ranking
satu atau dua.”

c. Ibunya Milea

1) Penuh Kasih Sayang

“Aku jelaskan semuanya ke Ibu, sampai detail. Ke mudian Ibu memelukku dan membiarkan aku terus
menangis.”

d. Ayahnya Milea

1) Menghargai orang lain

“Lia ngantuk, Yah” jawabku.

“Ngobrol, Iah, dulu.”

Aku menebak Ayah merasa tidak enak ke Yugo kalau aku tinggal tidur.

2) Perhatian

“Kusandarkan kepalaku di bahunya, seolah berusaha mencari rasa nyaman. Kemudian, Ayah
merangkulkan tangannya seolah mengerti apa yang sedang kupikirkan. “

e. Bundanya Dilan

1) Pengertian kepada Milea

“Silakan nangis dulu, Nak,” kata Bunda. “Jangon dipendem.”

Tangisanku malah makin menjadi.

“Ibumu ada?” tanya Bunda kemudian.

Aku diam. Kudengar Bunda mendesah bagai sedang melepaskan rasa gundah karena ikut merasakan
kesedih aku dan juga bingung.

2) Humoris
“Nanti, Dilan sekolah di mana?” kutanya Bunda.

“Aaah .... Banyak sekolah jawab Bunda. “Gak usah risau”

Aku diam.

“Kalau perlu di Antartika” kata Bunda. Pasti dia bercanda.

f. Ayahnya Dilan

1) Tegas

Dilan akan baik-baik saja. Polisi tahu kalau Dilan itu anak Letnan ical, jadi mereka cuma mau ngasih tahu
saja dan jika perlu Dilan akan segera dibebaskan. Tapi, ayah Dilan melarang. Dia minta Dilan ditahan
kalau perlu sampal seminggu. Itu, katanya, biar jadi pelajaran buat Dilan sehingga dia jadi jera.
(2016:181)

2) Humoris

“Nanti, saya ajak ayahmu panco,” kata ayahnya Dilan sambil ketawa. “Saya harus menang.”

“Kenapa?” kutanya sambil senyum.

“Biar anaknya bolehdinikahi anak saya.”

“Hahaha.”

g. Beni : Ikhlas Milea punya pacar baru

h. Wati

1) Pengertian akan semua kondisi Milea

“Kami duduk bertiga di ruang tamu. Kupeluk Wati untuk nangis. Wati mengelus rambutku dengan
lembut, beru saha membuat aku tenang. “

i. Bang Adi : Membosankan

j. Piyan

Bijak

Dipikir-pikir, bener juga apa yang pernah dikatakan oleh Piyan. Mungkin, semuanya adalah hal buruk,
tetapi kita masih bisa bersyukur bahwa Dilan masih ada, walau sekarang di penjara, tetapi kita masih bisa
bertemu den gannya. Itu lebih baik daripada Dilan masuk rumah sakit dan tidak tertolong.

k. Yug

1) Merendahkan orang lain


“Kenapa?”

“Kampungan.”

“Kenapa gitu kutanya.

“Ada pepatah: You are what you soy. Bicaranya tidak intelektua .”

2) Terlalu percaya diri

“Tante Anis juga bilang, katanya apa yang dilakukan oleh Yugo adalah karena Yugo beranggapan bahwa
ha sudah menjadi pacarnya. Katanya, hal itu dimulai sejak Tante Anis menjodoh-jodohkan Yugo dengan
ha di rum ahnya. “

l. Akew

1) Peduli

“Sesampainya di sana, aku melihat sudah ada sekitar empat orang di warung Bi Eem, termasuk Akew,
yang sedang berusaha mengobati luka pada wajah Dilan. “

m. Ibu Rini : Sayang kepada Dilan

n. Ibunya Anhar

1) Plin plan

“Terus, kakaknya Anhar mukulin Dilan? Itu gimana?” kata Bunda lagi. “Ibu lapor polisi gak?”

“Namanya juga anak muda, Bu,” jawab Ibunya Anhar.

“Aaah. Kenapa pas bagian anak Ibu, Ibu minta di maklum?”

o. Ibu Retna : Baik telah menyampaikan surat yang dikirim Dilan

p. Mas Hardi : Baik

q. Anhar : antagonis, tidak peduli wanita.

r. Pak Dedi : genit dan selalu menyombongkan dirinya

s. Bang Fariz : menjaga rahasia seseorang dan menepati janji.

D. Setting/Latar
 1) “ Biar bagaimanapun, itulah Dilan, yang kemudian resmi berpacaran denganku. Dimulai di warung
Bi Eem, pada tanggal 22 Desember tahun 1990, dinyatakan secara lisan dan di atas kertas bermaterai
untuk dijadikan Dokumen Perasaan katanya. ”
 2) "Malam minggu, kira-kira pukul setengah tujuh, aku sedang bicara dengan Dilan di telepon. Entah
mengapa, lagi-lagi yang kubahas adalah soal aku yang cemas karena merasa khawatir bahwa Dilan
akan dipecat oleh pihak sekolah.
 3) "Hari Minggu aku bangun pagi. Aku yakin, aku tidak akan pernah bisa melupakan malam tadi.
Selamanya akan tertanam dalam ingatan, bersama jantung yang berdebar dan perasaanku yang
terus gembira. Aku benar-benar membiarkan diriku jatuh cinta ke Dilan. Dan, aku menjadi tak
terkendali untuk terus rindu kepadanya."
 4) "Kamis, tanggal 3 Januari 1991, sekolah mulai masuk lagi, tapi belum ada kegiatan belajar. Saat itu,
aku sedang ngobrol dengan Nandan, Tatang, dan Rani. Tiba-tiba, Wati masuk dan bilang bahwa ada
Dilan ke sekolah."
 5) "Hari itu, Dilan datang menjemputku. Tapi, aku bilang ke dia bahwa aku sudah janji akan dijemput
oleh Bang Fariz. Kulihat muka Dilan kecewa sebelum kemudian dia pergi."
 6) "Malam, beberapa menit sebelum tanggal 1 januari 1991, sate, jagung bakar, dan sosis bakar
sudah siap untuk disantap. Kami berkumpul di teras rumah untuk itu. Sayang sekali, ayahku sudah
sejam yang lalu pamit tidur, katanya dia ngantuk. Airin dan Ibu juga pamit tidur."
 7) "Tanggal 13-14 Mei 1998, terjadi kerusuhan disertai pembakaran di Jakarta yang menimbulkan
banyak korban, bahkan sampai terjadi kekerasan rasial, menyusul oleh adanya peristiwa
penembakan seorang mahasiswa Universitas Trisakti di hari sebelumnya."

E. Alur/Plot

Alur pada novel Dilan bagian kedua ini ialah campuran

a. Alur Maju

“ Malam ini, Minggu, tanggal 25 Januari 2015, pukul 22:19 Waktu Indonesia bagian Barat dan sepi, aku
sedang di kamarku menikmati kopi susu, setelah tadi baru selesai shalat Isya, dan terus makan rambutan
yang kubeli sepulang dari mengantar suamiku ke stasiun kereta api karena ada urusan pekerjaan di
Cirebon. Sedangkan, anakku sudah tidur di kamarnya dari sejak pukul sembilan tadi. "

b. Alur Mundur

“Dilan juga sama, waktu itu masib remaja, yaitu masih anak remaja yang harus dimakiumi kalau
punyajiwa pemberontak dan tidak suka diatur. Yaitu, anak remaja yang masih harus dimakiumi kalau
kadang-kadang tidak bisa menahan keinginannya. Yaitu, anak remaja yang masih harus dimakiumi kalau
unek-unek di dalam hatinya suka berubah menjadi rasa dendam karena disimpan. “

F. Gaya Bahasa
1. Metonimia

Bukti : “Kemana-mana selalu memakai motor CB Gelatik yang sudah ia modif”

2. Retorik

Bukti : “Karena kalau benar bagimu kata-kata itu tidak penting,lalu mengapa engkau sakit hati ketika
mendapat kata-kata makian?”

3. Asosiasi

Bukti : “Gausah disuruh” kataku berseru bagai bisa menembus suara hujan.

4. Personifikasi

Bukti : “Saat kupandang juga dirinya,kenangan masalalu mulai membayangiku.”

5. Sinestesia

Bukti : “Itu pacarmu?” tanya Beni tersenyum kecut, ketika dia sudah duduk di dalam mobil yang sudah
siap mau pergi.

6. Anafora

Bukti : “Kamu bukan penguasa dunia ,bukan pemilik kebenaran ,jadi Dilan juga berhak untuk tidak
menerima pendapatmu sama sebagaimana halnya kamu juga punya hak tidak menerima pendapatnya
karena Dilan juga bukan Pemilik Kebenaran”

7. Hiperbola

Bukti : “Pokoknya, Dilan sudah menyalakan api dan sihir di dalam diriku untuk percaya pada adanya cinta
sejati.”

8. Antitesis

Bukti : “Perasaanku,terasa lebih deras dari hujan dan melambung lebih ringan dibanding udara.”

G. Gaya Bercerita /sudut pandang

Dalam novel ini sudut pandang yang digunakan penulis adalah orang pertama pelaku utama.

Bukti : “Saat itu, aku masih remaja dan boleh dikatakan belum dewasa, dan belum mampu menghadapi
masalah dengan benar, sehingga harus maklum kalau kadang-kadang ketika berusaha menyelesaikan
satu masalah justru malah menimbulkan masalah yang Iainnya.”
H. Pembayangan peristiwa yang terjadi

 Pembayangan peristiwa pada saat Dilan resmi berpacaran dengan Milea, saya kira Dilan akan
berhenti aktif dari anggota geng motor.
 Selanjutnya pada saat Dilan dikroyok oleh Agen Cia, saya mengira bahwa itu penyerangan dari
geng motor lain yang merupakan musuh Dilan.
 Lalu saat Milea mengatakan kata putus ke Dilan, saya kira itu hanya kata-kata yang hanya muncul
dari mulut Milea, tapi ternyata hal itu terjadi dan mereka menjalani hidupnya masing-masing.

I. Panorama

 "Waktu itu, tanggal 22 Desember 1990, sekitar pukul tiga sore, aku dan Dilan berdua naik motor
menyusuri jalan Buah Batu untuk mengantar aku pulang."
 "Tanggal 22 Desember 1990 itu adalah harinya, hari yang benar-benar menyenangkan bagiku. Di
bawah guyuran hujan, kami tertawa terbahak-bahak dan terlibat ke dalam berbagai
perbincangan."
 "Hari Sabtu-nya, pagi-pagi, orang-orang di rumah pada sibuk dengan perbuatannya masing-
masing. Ibu sedang meracik roti tawar, untuk dibubuhi susu dan mentega. Aku sudah
berseragam sekolah dan duduk di kursi makan, untuk mengenakan kaus kaki"
 "Pagi-pagi, setelah mengantar ayahku ke gedung Graha Wyata Yudha, di daerah Gatot Subroto,
aku dan Ibu langsung pergi ke sekolah dengan menggunakan mobil ayah. Bagiku, Ibu adalah
sopir yang sabar, maksudku dia menjalankan mobilnya dengan sangat lambat."
 "Pagi-pagi sudah mendung ketika hari itu aku pergi ke sekolahdianter oleh Dilan. Saat itu,
cuacanya benar-benar sangat dingin dan langit sedang sedikit agak mendung sehingga cahaya
matahari tidak bersinar cukup terang sebagaimana biasanya kalau langit sedang cerah."

J. Nada dan Saran

1. Pada latar 1 : suasananya senang, karena Milea telah resmi berpacaran dengan Dilan
2. Pada latar 2 : suasananya menegangkan, karena Milea khawatir Dilan akan dipecat dari sekolah
3. Pada latar 3 : suasananya gembira, karena Milea sedang jatuh cinta pada Dilan.
4. Pada latar 4 : suasananya santai, karena belum ada kegiatan belajar.
5. Pada latar 5 : suasananya kecewa, karena Milea tidak mau dijemput Dilan.
6. Pada latar 6 : suasananya menyambut malam tahun baru, namun sayangnya keluarga milea tidur.
7. Pada latar 7 : suasananya menegangkan, karena adanya kerusuhan disertai kebakaran di jakarta.
IV. Penilaian (+) dan (-)

Kekurangan (-)

 Deskripsi mengenai tokoh kurang detail, sepeti tinggi, rupa wajah warna kulit
 Tidak konsisnten di dalam penggunaan gaya bahasa seperti gak, engga
 Beberapa humor terasa garing dan terkesan seperti dipaksakan

Kelebihan (+)

 Dapat membuat cerita lebih hidup hanya dengan dialog, karena setting tempatnya hanya sedikit
dan itu tidak dijelaskan secara detail
 Dialog yang digunakan adalah kalimat langsung, tanpa ada embel-embel “kataku”, dan bertanya
dan sebagainya sehingga bisa membuat percakapan lebih hidup dan menarik
 Bahasa yang digunakan begitu sederhana, tidak norak, namun dapat terasa nuansa romantisme
nya.
 Meski bukunya lumayan tebal, tulisannya cukup besar sehingga lebih mudah untuk dibaca
 Membuat kita bernostalgia ke zaman masa-masa SMA.
 Adanya ilustrasi

V. Simpulan

 Kesimpulannya adalah perjuangan yang keras tidak akan menghianati hasil, jadi jika anda ingin
mendapatkan seseorang, anda harus berjuang sampai bisa meluluhkan hatinya.
 Sebaik-baik dan bahagianya suatu hubungan, pasti akan ada konflik antara dua pihak yang
mungkin bisa menyebabkan perpisahan.

Anda mungkin juga menyukai