TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Pengertian tentang limfoma maligna antara lain menurut Danielle, (1999) bahwa limfoma
adalah malignansi yang timbul dari sistem limfatik. Pengertian lain tentang limfoma
maligna menurut Susan Martin Tucker, (1998) adalah suatu kelompok neoplasma yang
mengemukakan bahwa limfoma maligna adalah keganasan sel yang berasal dari sel limfoid.
Pengertian lain tentang limfoma maligna menurut Doenges, (1999) adalah kanker kelenjar
bahwa limfoma maligna ialah tumor padat yang berasal dari jaringan limfoid.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa limfoma maligna adalah suatu
jaringan tumor padat yang berasal dari sel limfoid dan bersifat ganas.
B. Patofisiologi
Limfoma maligna ini berasal dari sel limfosit. Tumor ini biasanya bermula dari nodus
limfe, tetapi dapat melibatkan jaringan limfoid dalam limpa, traktus gastrointestinal
(misalnya dinding lembung), hati, atau sumsum tulang. Sel limfosit dalam kelenjar limfe
juga berasal dari sel-sel indik multipotensial di dalam sumsum tulang. Sel induk
multipotensial pada tahap awal bertransformasi menjadi sel progenitor limfosit yang
kelenjar thymus untuk menjadi limfosit T, dan sebagian lagi menuju kelenjar limfe atau
tetap berada dalam sumsum tulang dan berdiferensiasi menjadi sel limfosit B. Apabila ada
rangsangan oleh antigen yang sesuai maka limfosit T maupun B akan bertransformasi
menjadi bentuk aktif dan berpoliferasi. Limfosit T aktif menjalankan fungsi respon imunitas
seluler. Sedangkan limfosit B aktif menjadi imunoblas yang kemudian menjadi sel plasma
merupakan akibat terjadinya mutasi gen pada salah satu sel dari sekelompok sel limfosit tua
yang tengah berada dalam proses transformasi menjadi imunoblas (terjadi akibat adanya
rangsangan imunogen). Hal ini terjadi didalam kelenjar getah bening, dimana sel limfosit
tua berada di luar centrum germinativum sedangkan imunoblast berada di bagian paling
sentral centrum germinativum. Apabila membesar maka dapat menimbulkan tumor dan
Penyebab tumor ini tidak diketahui dengan jelas, namun terdapat beberapa faktor risiko antara
lain : imunodefisiensi, agen infeksius, paparan lingkungan dan pekerjaan (seperti pekerja hutan,
petrnak dan pertanian), terkena paparan ultraviolet, merokok, dan mengkonsumsi makanan tinggi
lemak hewani. Tanda dan gejala yang timbul antara lain kelelahan, malaise penurunan berat
badan, peningkatan suhu, kerentanan infeksi, disfagia anoreksia, mual, muntah, konstipasi,
anemia, timbul edema anasarka, tekanan darah turun, sesak nafas bila tumbuh di daerah dada dan
menimbulkan komplikasi yaitu efusi pleura, fraktur tulang, paralisis dan kematin pasti terjadi
C. Penatalaksanaan
(1999) :
a. Kemoterapi oral seperti klorambusil (leukeran) dengan atau tanpa prednison. Karena
penyakit ini menjadi progresif lalu direkomendasikan pendekatan yang agresif, dengan
bleomisin dan doksorubisin. Efek jangka panjang dari kemoterapi meliputi kemandulan,
b. Terapi radiasi dilakukan hanya jika penyakit ini terlokalisasi pada daerah-daerah tertentu.
Tujuan terapi radiasi adalah menghancurkan sel-sel tumor. Efek samping terapi radiasi bila
pada area nodus limfa servikal atau tenggorokan, maka akan terjadi mulut kering, disfagia,
mual, muntah, rambut rontok, dan penurunan produksi salifa serta peningkatan karies gigi,
sedangkan bila pada area nodus limfa abdomen, maka akan terjadi muntah, diare keletihan,
terhadap tumor.
d. Thorax foto tulang pelvis vertebra, dan tulang panjang, dilakukan untuk mengidentifikasi
e. Biopsi sumsum tulang untuk menentukan keterlibatan sumsum tulang, invasi sumsum
retroperitoneal.
i. Tomografi paru keseluruhan atau skan CT dada dilakukan bila adenopati hilus terjadi.
perawatan dan pendidikan klien. Klien sering merasa takut terhadap obat-obatan yang bersifat
radioaktif dan memerlukan tindakan penjagaan serta pengawasan tindak lanjut yang khusus
karena itu perawat harus menyampaikan informasi tentang terapi ini dan menenangkan perasaan
klien dan keluarga. Untuk klien post operasi laparatomy, klien dianjurkan untuk istirahat serta
menghindari regangan pada jahitan luka. Kassa penutup luka operasi harus dikaji secara periodik
untuk mengetahui adanya peradahan atau tidak dan lakukan perawatan luka setiap hari sesuai
D. Pengkajian
Pengkajian pada klien limfoma maligna menurut Doenges, (1999) diperoleh data sebagai berikut
1. Aktifitas/istirahat
Gejala : kelelahan, kelemahan, atau malaise umum, kehilangan prodiktifitas dan penurunan
toleransi latihan.
Tanda : penurunan kekuatan, bahu merosot, jalan lamban, dan tanda lain yang menunjukkan
kelelahan.
2. Sirkulasi
Tanda : takikardia, disritmia, sianosis wajah dan leher (obstruksi drainase vena karena
pembesaran nodus limfa adalah kejadian yang jarang), ikterusskelera dan ikterik umum
sehubungan dengan kerusakan hati dan obtruksi duktus empedu oleh pembesaran nodus limfa,
3. Integritas ego
Gejala : faktor stress, takut/ansietas sehubungan dengan diagnosis dan kemungkinan takut mati,
4. Eliminasi
Gejala : perubahan karakteristik urine dan feses, riwayat obstruksi intususepsi, atau sindroma
Tanda : nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan pembesaran pada palpasi (hepatomegali), nyeri
tekan pada kuadran kiri atas dan pembesaran pada palpasi (splenomegali), penurunan haluaran
urine, urine gelap/pekat, anuria (obstruksi uretral/gagal ginja), disfungsi usus dan kandung kemih.
5. Makanan/cairan
Gejala : anoreksia/kehilangan nafsu makan, disfagia (tekanan pada esofagus) Adanya penurunan
berat badan.
Tanda : pembengkakan pada wajah, leher, rahang, atau tangan kanan (sekunder terhadap
kompensasi vena kava superior oleh pembesaran nodus limfa), edema ekstermitas bawah
sehubungan dengan obtruksi vena kava inferior dari pembesaran nodus limfa intraabdominal
(non-hodgkin), Asites (obtruksi vena kava inferior sehubungan dengan pembesaran nodus limfa
intra abdominal)
6. Neurosensori
Gejala : nyeri saraf (neuralgia) menunjukkan kompresi akar saraf oleh pembesaran nodus limfa
Tanda : status mental ; letargi, menarik diri, kurang minat umum terhadap sekitar, paraplegia
(kompresi btang spinal dari tubauh vertebral, keterlibatan diskus pada kompresi/degenerasi atau
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri tekan/nyeri pada nodus limfa yang terkena, mis pada sekitar mediastinum, nyeri
dada, nyeri punggung (kompresi vertebral) nyeri tulang umum (keterlibatan tulang limfomatus),
8. Pernapasan
Tanda : dispnea ; takikardia, batuk kering non-produktif, tanda distres pernapasan ; peningkatan
frekuensi pernafasan dan kedalaman, penggunaan otot bantu, stridor, sianosis, parau/paralisis
9. Keamanan
Tanda : demam menetap tanpa gejala infeksi, nodus limfe simetris, tak nyeri,
melanin (vitilago).
10. Seksualitas
Setelah data dikumpulkan dilanjutkan dengan analisa data untuk menentukan diagnosa
keperawatan. Menurut Doenges (1999), diagnosa keperawatan pada klien post operasi
1. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, insisi bedah
2. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan,
5. Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan masukan diet, perubahan proses
pencernaan.
6. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan darah dan nutrisi
7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi yang akurat mengenai perawatan
di rumah.
F. Perencanaan
Setelah dignosa keperawatan ditemukan, maka dilanjutkan dengan menyusun perencanaan untuk
masing-masing diagnosa yang meliputi prioritas dignosa keperawatan, penetapan tujuan dan
1. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, insisi bedah
Kriteria Evaluasi :
a) Meningkatkan penyembuhan luka dengan benar, bebas tanda infeksi/inflamasi, drainase purulen,
c) Luka kering bebas dari drainase purulen, eritema, demam, bengkak, dan nyeri
d) Leukosit dalam batas normal 4800-10800 /ul
Intervensi :
nyeri
c) Observasi tanda-tanda infeksi seperti nyeri, panas, merah dan bengkak pada luka
operasi, catat karakteristik luka, adanya eritema, dan daerah pemasanngan infus
Kriteria Evaluasi :
a) Mempertahankan keseimbangan cairan dibuktikan oleh kelembaban membran mukosa, turgor kulit
baik, tanda vital stabil, dan secara individual haluaran urine adekuat
Intervensi :
d) Observasi karakteristik luka terhadap adanya peradangan, juga balutan agar tetap
kering
g) Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila pemasukan per oral dimulai, dan
Kriteria Evaluasi :
Intervensi :
b) Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, beratnya (skala 0-10). Selidiki dan laporkan
f) Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam bila nyeri nyeri timbul atau teknik mengalihkan
perhatian
Kriteria Evaluasi :
c) Menunjukkan penurunan tanda fisiologis tidak toleran, misal ; nadi, pernafasan, dan tekanan
Intervensi :
b) Berikan lingkungan tenang dan periode istirahat tanpa gangguan. Dorong istirahat sebelum makan
c) Implementasikan teknik penghematan energi. Bantu ambulasi/aktifitas lain sesuai
indikasi
d) Berikan kebersihan mulut sebelum makan dan berikan antiemetik sesuai indikasi.
proses pencernaan.
Kriteria Evaluasi :
faktor pemberat
d) BAB lembek dan lancar serta tidak nyeri pada saat BAB.
Intervensi :
f) Kaji kondisi kulit perianal dengan sering, catat perubahan dalam kondisi kulit atau mulai
g) Konsul dengan ahli gizi untuk memberikan diet seimbang dengan tinggi serat dan bulk.
h) Berikan pelembek feses, stimulasi ringan, laksatif pembentuk bulk, atau enema sesuai
i) Berikan obat antidiare, misal ;difenoksilat hidroklorida dengan atropin (Lomotil) dan
6. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan darah dan nutrisi
Kriteria Evaluasi :
Intervensi :
a) Kaji integritas kulit, cata perubahan pada turgor kulit, gangguan warna hangat lokal, eritema,
ekskoriasi
b) ubah posisi secara periodik dan pijat permukaan tulang bila pasien tidak bergerak atau ditempat
tidur
7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi yang akurat mengenai perawatan
di rumah.
Kriteria Evaluasi :
a) Klien atau orang terdekat mengungkapkan pengertian tentang perawatan di rumah dan perawatan
tindak lanjut
Intervensi :
b) Diskusikan perawatan insisi, termasuk mengganti balutan, pembatasan mandi, dan kembali
c) Idenifikasi gejala yang memerlukan evaluasi medik, contoh, peningkatan nyeri ; edema/eritema
Brunner and Suddarth. (2002). Text Book of Medical – Surgical Nursing (Agung, Penerjemah).
Philadelphia : Lippincott (Sumber asli diterbitkan 1997).
Carpenito, Lynda Juall. (2000). Hand Book Of Nursing Diagnosis. (Monica Ester, Penerjemah).
Philadelphia. PA 19106.USA (Sumber asli diterbitkan 1999).
Doenges, M. (2000). Nursing Care Planns (I Made Kariasa, Penerjemah). Philadelphia. F.A Davis
Company. (Sumber asli diterbitkan 1993).
Gale, Danielle. (2000). Oncology Nursing Care Plans (I Made Kariasa, Penerjemah). Texas : Skidmore-
Roth Publshing (Sumber asli diterbitkan 1995).
Niakurniasih, Sudiariandini S. (1997). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI
Trigonum. Profil Penderita Limfoma Maligna. Diambil pada 16 Juli 2007 dari www.trigonum.or.id,
2007
http://sumbberilmu.blogspot.co.id/2012/12/askep-limfoma-maligna.html
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN LIMFOMA
A. Konsep Medik
1. Definisi
Penyakit limfoma Hodgkin adalah suatu jenis keganasan system kelenjar getah bening dengan
gambaran histologist tertentu yang khas, (ciri histologist yang dianggap khas adalah adanya sel
Reed-Sternberg atau variannya yang disebut sel Hodgkin dan gambaran selular getah bening
yang khas).
Limfoma malignum non Hodgkin atau limfoma non Hodgkin adalah suatu keganasan primer
jaringan limfoid yang bersifat padat.
Limfoma non Hodgkin (LNH) adalah sekelompok penyakit heterogen, sel ganas pada penyakit
LNH adalah sel limfosit yang berbeda pada salah satu tingkat diferensiasinya dan berproliferasi
secara banyak. Sebagaimana akan dikemukakan kemudian apabila sel limfosit dirangsang oleh
antigen akan bertransformasi melalui berbagai tingkatan untuk dapat mencapai bentuk yang
berfungsi sesuai dengan tugasnya. Limfosit B akan berdiferensiasi menjadi sel plasma yang
membentuk antibodi, sedangkan limfosit T akan berdiferensiasi menjadi bentuk aktif, jadi ada
LNH yang berasal dari limfosit T dan adapula yang berasal dari Limfosit B.
2. Klasifikasi
Penyakit Hodgkin dibagi menjadi 4 tipe:
1. Tipe Lymprocyte Predominant
Pada tipe ini gambaran patologi kelenjar getah bening terutama terdiri dari sel-sel limfosit yang
dewasa, beberapa sel Sternberg Reed. Biasanya didapatkan pada anak-anak muda. Prognosisnya
baik.
2. Tipe Mixed Cellularity
Gambaran patologinya pleomorfik dengan sel-sel plasma, eosinofil, neutrofil, limfosit dan
banyak didapatkan sel-sel Sternberg Reed yang merupakan penyakit yang luas dan mengenai
organ-organ ekstra nodal, sering disertai “B symptoms”. Prognosis lebih jelek.
3. Perencanaan
a. Hipertermi berhubungan dengan tak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap inflamasi.
HYD : suhu badan kembali normal, ditandai dengan :
Suhu 36-37o C
Acral hangat
Capilarry refill < 3 detik
Intervensi:
1. Observasi suhu tubuh pasien
R/ dengan memantau suhu diharapkan diketahui keadaan sehingga dapat mengambil tindakan
yang tepat.
2. Anjurkan dan berikan banyak minum (sesuai kebutuhan cairan anak menurut umur)
R/ dengan banyak minum diharapkan dapat membantu menjaga keseimbangan cairan dalam
tubuh.
3. Berikan kompres hangat pada dahi, aksila, perut dan lipatan paha.
R/ kompres dapat membantu menurunkan suhu tubuh pasien secara konduksi.
4. Anjurkan untuk memakaikan pasien pakaian tipis, longgar dan mudah menyerap keringat.
R/ Dengan pakaian tersebut diharapkan dapat mencegah evaporasi sehingga cairan tubuh menjadi
seimbang.
5. Kolaborasi dalam pemberian antipiretik.
R / antipiretik akan menghambat pelepasan panas oleh hipotalamus.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang,
meningkatnya kebutuhan metabolik, dan menurunnya absorbsi zat gizi.
HYD : nutrisi adekuat, ditandai dengan :
Makanan yang disediakan habis
BB naik minimal 0,5 kg/minggu
Hb 10 -12 gr/dL
Intervensi :
1. Beri makan dalam porsi kecil tapi sering
R/ memberikan kesempatan untuk meningkatkan masukan kalori total
2. Timbang BB sesuai indikasi
R/ berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, evaluasi keadequatan rencana nutrisi
3. Sajikan makanan dalam keadaan hangat dan bervariasi
R/ meningkatkan keinginan pasien untuk makan sehingga kebutuhan kalori terpenuhi
4. Ciptakan lingkungan yang nyaman saat makan
R/ suasana yang nyaman membantu pasien untuk meningkatkan keinginan untuk makan
5. Beri HE tentang manfaat asupan nutrisi
R/ makanan menyediakan kebutuhan kalori untuk tubuh dan dapat membantu proses
penyembuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh
Intervensi :
1. Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas, peningkatan kelemahan/kelelahan dan perubahan
tanda-tanda vital selama dan setelah aktivitas
R/ menetapkan kemampuan/kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi
2. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan ADL
R/ meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplay dan kebutuhan oksigen
3. Libatkan keluarga dalam perawatan pasien
R/ membantu dan memenuhi ADL pasien
4. Beri aktivitas sesuai dengan kemampuan pasien
R/ meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplay dan kebutuhan oksigen).
e. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis, pengobatan dan
perawatan
HYD : cemas berkurang sampai hilang ditandai dengan:
Tampak rileks dan tenang
TTV terutama nadi dan pernapasan dalam keadaan normal
Intervensi
1. Kaji dan pantau tanda ansietas yang terjadi
R/ ketakutan dapat terjadi karena kurangnya informasi tentang prosedur yang akan dilakukan,
tidak tahu tentang penyakit dan keadaannya
2. Jelaskan prosedur tindakan secara sederhana sesuai tingkat pemahaman pasien.
R/ memberikan informasi kepada pasien tentang prosedur tindakan akan meningkatkan
pemahaman pasien tentang tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalahnya
3. Diskusikan ketegangan dan harapan pasien.
R/ untuk mengurangi kecemasan yang dirasakan pasien
4. Perkuat faktor-faktor pendukung untuk mengurangi ansiates.
R/ untuk mengurangi kecemasan yang dirasakan pasien
DAFTAR PUSTAKA
Black, Joyce M & John Hokanson Hawks. 2005. Medical Surgical Nursing Clinical Management for
Positive Outcome. 7th edition. St. Louis : Elsevier Saunders.
Lewis, Sharon L. 2007. Medical Surgical Nursing : Assessment and Management of Clinical
Problems Volume 2. Seventh Edition. St.Louis : Mosby.
Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. Alih bahasa : Brahm U. Pendit. 2005. Patofisiologi : Konsep
Klinis Proses-proses Penyakit Volume 1.Edisi 6.Jakarta : EGC.
Sherwood, Lauralee. Alih bahasa : Brahm U. Pendit. 2001. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem.
Edisi 2. Jakarta : EGC.
Tiener, Lawrence M, Steohen J, McPhee dan Maxine A. Papadakis. Alih bahasa : Abdul Gofir. 2003.
Diagnosis & Terapi Kedokteran Penyakit Dalam Buku 2. Jakarta : Salemba Medika.
http://asuhankeperawatan4u.blogspot.co.id/2013/02/asuhan-keperawatan-pasien-dengan-
limfoma_23.html
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Blok Sistem Imun dan Hematologi yang di
berikan oleh Dosen pengajar. Dalam makalah ini penulis membahas tentang hematologi.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis menyadari adanya berbagai kekurangan, baik dalam isi
materi maupun penyusunan kalimat. Namun demikian, perbaikan merupakan hal yang berlanjut
sehingga kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini sangat penulis harapkan.
Akhirnya penulis menyampaikan terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini, sekalian yang telah membaca dan mempelajari makalah ini.
Jambi,…Juli 2012
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang 1
1.2.Rumusan Masalah 1
1.3.Tujuan Penulisan 1
1.4.Mampaat penulisan 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Anatomi Hematologi 3
2.2.Fisiologi Hematologi 10
2.3. Defenisi 11
2.4. Etiologi 12
2.5. Limpoma Maligna Hodgkin 12
2.6. Limpoma Maligna Non-Hodgkin 17
2.7. Rencana Asuhan Keperwatan 21
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1.Kasus Limpoma Maligna 32
3.2.AsuhanKeperawatan 33
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan 40
B. Saran 41
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Limfoma adalah kanker yang berasal dari jaringan limfoid mencakup sistem limfatik dan
imunitas tubuh. Tumor ini bersifat heterogen, ditandai dengan kelainan umum yaitu pembesaran
kelenjar limfe diikuti splenomegali, hepatomegali, dan kelainan sumsum tulang. Tumor ini dapat
juga dijumpai ekstra nodal yaitu di luar sistem limfatik dan imunitas antara lain pada traktus
digestivus, paru, kulit, dan organ lain. Dalam garis besar, limfoma dibagi dalam 4 bagian,
diantaranya limfoma Hodgkin (LH), limfoma non-hodgkin (LNH), histiositosis X, Mycosis
Fungoides. Dalam praktek, yang dimaksud limfoma adalah LH dan LNH, sedangkan histiositosis
X dan mycosis fungoides sangat jarang ditemukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI HEMATOLOGI
Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah di produksi, termasuk sumsum tulang
dan nodus limpa. Darah adalah organ khusus yang berada dengan organ lain karena berbentuk
ciran.
Darah merupakan medium transport ubuh, volume darah manusia sekitar 7%-10% berat badan
normal dan berjumlah sekita 5 liter. Darah terdiri dari dua komponen utama, yaitu:
a. Plasma darah, bagian cair darah yang sebagian besar terdiri dariats air,elektrolit, dan protein
darah.
b. Butir butir darah (blood corpuscles), yang terdiri atas komponen komponen berikut ini
• Eritrosit (sel darah merah)
• Leokosit (sel darah putih)
• Trombosit (butir pembeku darah-platelet)
2.1.1 Sel Darah Merah (eritrosit)
A. Struktur Eritrosit
Sel darh merah merupakan cairan bikonkaf dengan diameter sekitar 7 mikron. Bikon kavitas
memungkinkan gerakan oksigen masuk dan keluar sel secara cepat dengan jarak yang pendek
antara membrane dan inti sel. Warnanya kuning kemerah merahan, karena didalamnya
mengandung suatu zat yang di sebut hemoglobin.
Sel darah merah tidak memiliki inti sel , mitokondria, dan ribosom, serta tidak dapat bergerak.
Sel ini tidak dapat melakukan mitosis, fosforilasi sel, atau pembentukan protein.
Komponen eritrosit adalah sebagai berikut:
• Membrane eritrosit
• System enzim: enzim G6PD (glucose 6-phospatedehydrogenase)
• Globin : bagian protein yang terdiri atas 2 rantai alfa dan 2 rantai beta.
Hemoglobin
Globin Heme
Asam Amino
Fe Co Protoforfirin
Bilirubin direk
B. Jumlah Trombosit
Jumlah trombosit antara 150 dan 400 x 109/liter (150.000-400.000/milliliter), sekitar 30-40%
terkosentrasi didalam limpa dan sisanya bersirkulasi dalam darah.
C. Fungsi Trombosit
Trombosit berperan penting dalam pembentukan bekuan darah. Trombosit dalam keadaan normal
bersirkulasi ke seluruh tubuh melalui aliran darah.
D. Plasma Darah
Plasma adalah bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah, warnanya bening kekuning-kuningan.
Hamper 90% dari plasma darah terdiri atas air
Zat-zat yang terdapat dalam plasma darah adala sebagai berikut.
1. Fibrinogen yang beguna dalam peristiwa pembekuan darah
2. Garam-garam mineral, yang berguna dalam metabolism dan juga mengadakan osmotic
3. Protein darah (albumin, globulin) meningkatan viskositas darah juga menimbulkan tekanan
osmotik untuk memelihara keseimbangan cairan dalam tubuh.
4. Zat makanan (asam amino, gukosa, lemak, mineral, dan vitamin)
5. Hormone, yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh
6. Antibody
2.1.4. Limpa
A. Struktur Limpa
Merupakan organ ungu lunak kurang lebih berukuran satu kepalan tangan. Limpa terletak pada
sebelah kiri atas abdomen dibawah kostae. Limpa memiliki permukaan luar konveks yang
berhadapan dengan diafragma dan permukaan medial yang konkaf serta berhadapan dengan
lambung, fleksura linealis kolon, dan ginjal kiri.
Limpa terdiri atas kapsula jaringan fibroelastin, folikel limpa (masa jaringan limpa), dan pulpa
merah (jaringan ikat, sel eritrosit, sel leokosit)
B. Fungsi Limpa
1. pembentukan sel eritrosit (hanya pada janin)
2. destruksi sel eritrosit tua
3. penyimpanan zat besi dari sel-sel yang di hancurkan
4. produksi bilirubin dari eritrosit
5. pembentukan limposit dalam folikel limpa
6. pembentukan imunoglobin
7. pembunagn partikel asing dari darah
2.3 Defenisi
Limfoma adalah kanker yang berasal dari jaringan limfoid mencakup sistem limfatik dan
imunitas tubuh. Tumor ini bersifat heterogen, ditandai dengan kelainan umum yaitu pembesaran
kelenjar limfe diikuti splenomegali, hepatomegali, dan kelainan sumsum tulang. Tumor ini dapat
juga dijumpai ekstra nodal yaitu di luar sistem limfatik dan imunitas antara lain pada traktus
digestivus, paru, kulit, dan organ lain.
Limfoma (kanker kelenjar getah bening) merupakan bentuk keganasan dari sistem limfatik yaitu
sel-sel limforetikular seperti sel B, sel T dan histiosit sehingga muncul istilah limfoma malignum
(maligna = ganas).
Dalam kondisi normal, sel limfosit merupakan salah satu sistem pertahanan tubuh. Sementara sel
limfosit yang tidak normal (limfoma) bisa berkumpul di kelenjar getah bening dan menyebabkan
pembengkakan.
(http://tugeg-sintha.blogspot.com/2011/11/makalah-limfoma-maligna.html)
2.4. Etiologi
Etiologi belum jelas mungkin perubahan genetik karena bahan – bahan limfogenik seperti virus,
bahan kimia, mutasi spontan, radiasi dan sebagainya.
Faktor predisposisi
a.Usia
Penyakit limfoma maligna banyak ditemukan pada usia dewasa muda yaitu antara 18-35 tahun
dan pada orang diatas 50 tahun.
b. Jenis kelamin
Penyakit limfoma maligna lebih banyak diderita oleh pria dibandingkan wanita.
c.Gaya hidup yang tidak sehat
Risiko Limfoma Maligna meningkat pada orang yang mengkonsumsi makanan tinggi lemak
hewani, merokok, dan yang terkena paparan UV.
d.Pekerjaan
Beberapa pekerjaan yang sering dihubugkan dengan resiko tinggi terkena limfoma maligna
adalah peternak serta pekerja hutan dan pertanian. Hal ini disebabkan adanya paparan herbisida
dan pelarut organik.
(http://tugeg-sintha.blogspot.com/2011/11/makalah-limfoma-maligna.html)
2.5. Limpoma Maligna Hodgkin
A. Defenisi
Limpoma Hodgkin merupakan limpoma maligna yang khas di tandai adanya sel read Sternberg
dengan latar belakang sel-sel radang pleomorf.
B. Epidemiologi
Limpoma Hodgkin merupakan penyakit yang relative jarang di jumpai, hanya merupakn 1% dari
seluruh kanker. Di Negara barat insidennya dilaporkan 3,5/100.000/tahun pada laki-laki, dan
2,6/100.000/tahun pada wanita. Di Indonesia belum ada laporan angka kejadian limpoma
Hodgkin. Berdasarkan jenis kelamin, limpoma Hodgkin banyak di jumpai pada laki-laki denga
perbandingan laki-laki : wanita = 1,2 : 1. Penyakit limpoma Hodgkin terutama ditemukan pada
orang dewasa muda antara 18-35 tahun dan pada orang diatas 50 tahun.
(wiwik handayani dan Andy Sulistyo Ariwibowo.2008:109)
C. Etiologi
Penyebab limpoma Hodgkin sampai saat ini tidak diketahui secara pasti, namun salah satu yang
paling di curigai adalah virus Epstein-barr. Biasanya di mulai pada satu kelenjar getah bening dan
menyebar ke sekitarnya secara per kontinuitatum atau melalui system saluran kelenjar getah
bening ke kelnjar-kelenjar sekitarnya. Meskipun jarang sesekali menyerang juga organ-organ
ekstranodal seperti lambung, testis dan tiroid. Pada penemuan statistic , penyakit ini didapatkan
pada kelas sosieokonomi lebih tinggi dan insidennya meningkat pada keluarga dengan riwayat
penyakit Hodgkin.
(wiwik handayani dan Andy Sulistyo Hriwibowo.2008:109)
D. Patofisiologi
Proliferasi abmormal tumor dapat memberi kerusakan penekanan atau penyumbatan organ tubuh
yang diserang. Tumor dapat mulai di kelenjar getah bening (nodal) atau diluar kelenjar getah
bening (ekstra nodal).
Gejala pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal, mudah digerakkan
(pada leher, ketiak atau pangkal paha). Pembesaran kelenjar tadi dapat dimulai dengan gejala
penurunan berat badan, demam, keringat malam. Hal ini dapat segera dicurigai sebagai Limfoma.
Namun tidak semua benjolan yang terjadi di sistem limfatik merupakan Limfoma. Bisa saja
benjolan tersebut hasil perlawanan kelenjar limfa dengan sejenis virus atau mungkin tuberkulosis
limfa.
Beberapa penderita mengalami demam Pel-Ebstein, dimana suhu tubuh meninggi selama
beberapa hari yang diselingi dengan suhu normal atau di bawah normal selama beberapa hari atau
beberapa minggu. Gejala lainnya timbul berdasarkan lokasi pertumbuhan sel-sel limfoma
(http://prasetya92metro.blogspot.com/2012/04/askep-limfoma-hodgkin.html)
E. Klasifikasi
Pada umumya limpoma Hodgkin di klasifikasikan berdasarkan RYE yang membagi penyakit
Hodgkin menjadi empat golongan.
1. Tipe lymphocyte predominance
• Merupakan 5% dari penyakit Hodgkin.
• Pada tipe ini limposit kecil sel latar beakang yang dominan, hanya sedikit sel R-S yang
dijumpai.
• Dapat bersifat nodular atau difus.
2. Tipe mixed cwllularity
• Terdapat sebanyak 30% dari penyakit Hodgkin.
• Jumlah sel R-S mulai banyak di jumpai dalam jumlah seimbang dengan limposit.
3. Tipe lymphocyte deplated
• Kurang dari 5% limpoma Hodgkin, tetapi merupakan tipe yang paling agresif.
• Sebagian besar terdiri atas sel R-S sedangkan di limposit jarang di temui
4. Tipe nodular sclerosis
• Tipe ini merupakan tipe yang paling sering di jumpai, yaitu 40-69% dari seluruh penyakit
Hodgkin.
• Ditandai oleh fibrosis dan sklerosis yang luas.
• Sel ensinofil banyak di jumpai, juga terdapat sel R-S.
(Wiwik Handayani dan Andy Sulistyo Hariwibowo.2008:109)
F. Tingkatan Penyakit
1. Stadium I
Penyakit mengenai satu region kelenjar getah bening yang terletak diatas atau bawah dafragma,
atau satu organ, atau terdapat pada letak ekstarlimfatik.
2. Stadim II
Penyakit mengenai lebih dari dua region yang berdekatan atau dua region yang letaknya jauh
pada satu sisi diafragma dengan satu atau leih regio kelenjar getah bening di sisi yang sama pada
diafragma.
3. Stadium III
Penyakit diatas dan di bawah diafragma, tapi terbatas pada kelenjar getah beningdan di tambah
dengan organ atau tempat ekstra limpatik
4. Stadium IV
Terdapat keterlibatan difus atau diseminata pada satu atau lebih organ atau jaringan
ekstralimfatik, seperti sumsum tulang atau hati.
(Wiwik Handayani dan Andy Sulistyo Hariwibowo.2008:110)
G. Manipestasi Klinis
Penyakit Hodgkin dapat dijumpai pada semua umur,tetapi insiden umur bersifat bimodal dengan
puncakpada umur 20-30 tahun dan umur di atas 50 tahun. Gejala klinik yang dijumpai adalah :
1. Gejala utama berupapembesaran kelenjar getah bening yang tidak nyeri,asimetrik,padat
kenyal seperti karet. Urutan kelenjar yang terkena : leher (60%-70%),aksila (10-15%),inguinal
(6-12%),mediastinal (6-11%),hilus paru,kelenjar paraaorta dan retroperitoneal.
2. Splenomegali dijumpai pada 35-50% kasus, tetapi jarang masif. Hepatomegali lebih
jarang dijumpai.
3. Mediastinum terkena pada 6-11% kasus,lebih sering pada tipe noduler sklerosis dan wanita
muda. Dapat disertai efusi pleura dan sindrom vena cava superior.
4. Kadang-kadang lesimuncul pada jaringan ekstranodal secara primer, yaitu pada kulit, paru,
otak dan sumsum tulang belakang.
5. Gejala konstitusional terdiri atas:
• Simptom B: demam,penurunan BB > 10% dan keringat malam.
• Demam tipe Pel-Ebstein (bersifat kontinu atau siklik): khas tapi jarang dijumpai.
• Pruritus dijumpai pada 25% kasus
• Rasa nyeri setelah minumalkohol.
• http://prasetya92metro.blogspot.com/2012/04/askep-limfoma-hodgkin.html
H. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan rontgen dada membantu menemukan adanya pembesaran kelenjar di dekat
jantung
b. Limfangiogram bisa menggambarkan kelenjar getah bening yang jauh di dalam perut dan
panggul
c. CT scan lebih akurat dalam menemukan pembesaran kelenjar getah bening atau
penyebaran limfoma ke hati dan organ lainnya
d. Skening gallium bisa digunakan untuk menentukan stadium dan menilai efek dari
pengobatan
e. Laparatomi (pembedahan ntuk memeriksa perut) kadang diperlukan untuk melihat
penyebaran limfoma ke perut.
http://prasetya92metro.blogspot.com/2012/04/askep-limfoma-hodgkin.html
I. Penatalaksanaan
Terapi untuk penyakit Hodgkin terdiri atas terapi spesifik dan terapi suportif. Modalitas terapi
spesifik untuk penyakit Hodgkin terdiri atas :
1. Radio Terapi
Radioterapi merupakan modalitas terapi utama untuk penyakit Hodgkin yang terlokalisasi
(derajat I dan derajat II). Dapat juga diberikan untuk penyakit derajat III dan IV, tetapi
dikombinasikan dengan kemoterapi jadi bersifat terapi ajuvan. Dosis radiasi adalah 4000-5000
rad. Radioterapi diberikan dengan tknik penyinaran extended field (mantle field untuklesi di atas
diafragma atau inverted Y untuk di bawah diafragma) atau TNI (total nodular irradiation)untuk
lesi di atas dan di bawah diafragma.
2. Kemoterapi
Kemoterapi kombinasi merupakan pilihan utamuntuk penyakit derajat III dan IV, atau derajat I
dan II dengan bulky disease.
Strategi Pengobatan
1. Penyakit Hodgkin derajat I dan IIA : obat pilihan ialah radioterapi
2. Derajat IIB, terdiri atas :
• Sebagian besar dengan radioterapi
• Kemoterapi dianjurkan untuk berikut :
I. Penyakit Hodkin derajat IIB dengan simptom B lengkap
II. IIB dengan resiko tinggi (bulky disease dan tipe lymphocyte depleted atau mixed
cellularity.
3. Untuk penyakit Hodgkin derajat IIB dengan massa mediastinal besar (bulky mediastinal
disease = diameter >10cm) diberikan terapi kombinasi (radioterapi dan kemoterapi)
4.Untuk penyakit Hodgkin derajat IIIA, yaitu :
• IIIA1 (lesi pada abdomen atas) ; diberikan radioterapi (TNI)
• IIIA2 (lesi abdomen bawah) : kemoterapi atau terapi kombinasi.
5. Untuk derajat IIIB dan IV
Kemoterapi dengan atau tanpa radioterapi merupakan obat pilihan.
http://natalis0212.blogspot.com/2010/08/penyakit-hodgkin.html
J. Kolmplikasi
Komplikasi akibat terapi
1. radioterapi : dapat menimbulkan nausea, disfagia, oesafagitis, dan hipotiroid.
2. Kemoterapi : dapat menimbulkan mielosupresi, sterilitas, dan timbulnya keganasan
hematologis sekunder : AML dan limpoma non-hodgkin.
(Wiwik Handayani dan Andy Sulistyo Hariwibowo.2008:112)
G. Pemeriksaan Diadnostik
1. Pemeriksaan kromosom : adanya kelainan yang khas (limfoma brkitt’s, follicular lymphoma)
2. LDH : sering meningkat pada LNH dengan poliferasi yang cepat.
3. Pemeriksaan pertanda imunologis : untuk menentukan jenis sel (sel T atau B) serta
perkembangannya.
(wiwik handayani dan Andy Sulistyo Hriwibowo.2008:114)
H. Penatalaksanaan
1. Radioterapi
2. Kemoterapi
Kemoterapi dapat di lakukan pada :
• LNH indolen derajat ringan dengan menggunakan klorambusil atau siklofosfamid dengan atau
tanpa prednisone.
• Limpoma stadium I atau II derajat menegah atau tinggi
3. Transpalansi sumsum tulang
(wiwik handayani dan Andy Sulistyo Hriwibowo.2008:115)
I. Komplikasi
1. Akibat lansung penyakitnya
• Penekanan terhadap organ, khususnya jalan nafas, usus dan saraf.
• Mudah terjadi infeksi, bias berakibat fatal.
2. Akibat efek samping pengobatan biasanya terjadi aplasia sumsum tulang, gagak jantung, gagal
ginjal, serta neuritis oleh obat vinkristin.
(wiwik handayani dan andi sulistiyo hariwibowo.2008:116)
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala :Nyeri tekan/nyeri pada nodus limfa yang terkena misalnya, pada sekitar mediastinum,
nyeri dada, nyeri punggung (kompresi vertebra), nyeri tulang umum (keterlibatan tulang
limfomatus).
Nyeri segera pada area yang terkena setelah minum alkohol.
Tanda :Fokus pada diri sendiri, perilaku berhati-hati.
h. Pernafasan
Gejala :Dispnea pada kerja atau istirahat; nyeri dada.
Tanda Dispnea, takikardia
Batuk kering non-produktif
Tanda : Distres pernapasan, contoh peningkatan frekwensi pernapasan dan kedaalaman
penggunaan otot bantu, stridor, sianosis.
Parau/paralisis laringeal (tekanan dari pembesaran nodus pada saraf laringeal).
i. Keamanan
Gejala : Riwayat sering/adanya infeksi (abnormalitasimunitas seluler pencetus untuk infeksi
virus herpes sistemik, TB, toksoplasmosis atau infeksi bakterial).
Riwayat monokleus (resiko tinggi penyakit Hodgkin pada pasien yang titer tinggi virus Epstein-
Barr).
Riwayat ulkus/perforasi perdarahan gaster.
Pola sabit adalah peningkatan suhu malam hari terakhir sampai beberapa minggu (demam pel
Ebstein) diikuti oleh periode demam, keringat malam tanpa menggigil.
Kemerahan/pruritus umum.
Tanda : Demam menetap tak dapat dijelaskan dan lebih tinggi dari 38°C tanpa gejala infeksi.
Nodus limfe simetris, tak nyeri,membengkak/membesar (nodus servikal paling umum terkena,
lebih pada sisi kiri daripada kanan, kemudian nodus aksila dan mediastinal).
Nodus dapat terasa kenyal dan keras, diskret dan dapat digerakkan.
Pembesaran tosil
Pruritus umum.
Sebagian area kehilangan pigmentasi melanin (vitiligo).
j. Seksualitas
Gejala : Masalah tentang fertilitas/ kehamilan (sementara penyakit tidak mempengaruhi, tetapi
pengobatan mempengaruhi).
Penurunan libido.
k. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluargaa (lebih tinggi insiden diantara keluarga pasien Hodgkin dari pada
populasi umum).
Pekerjaan terpajan pada herbisida (pekerja kayu/kimia).
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut b.d agen injuri biologi.
2. Hyperthermia b.d tidak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap inflamasi.
3. Ketidakseimbangan nutrisi : lebih sedikit dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia/penurunan nafsu
makan .
4. Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif b.d pembesaran nodus medinal / edema jalan
nafas.
5. Kurang pengetahuan b.d kurang terpajan informasi.
3. Intervensi
No No. Dx Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
1 Dx 1 Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (...x...) diharapkan nyeri klien berkurang/
hilang dengan KH :
• Skala nyeri 0-3
• Wajah klien tidak meringis .
• c. Klien tidak memegang daerah nyeri. 1. Kaji skala nyeri dengan PQRST.
3. Kolaborasi dalam pemberian obat analgetik. 1. Untuk mengetahui skala nyeri klien dan
untuk mempermudah dalam menentukan intervensi selanjutnya.
2.
Teknik relaksasi dan distraksi yang diajarkan kepada klien, dapat membantu dalam mengurangi
persepsi klien terhadap nyeri yang dideritanya.
3. Obat analgetik dapat mengurangi atau menghilangkan nyeri yang diderita oleh klien
2 Dx 2 Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (...x...) diharapkan suhu tubuh klien turun /
dalam keadaan normal dengan kriteria hasil :
• suhu tubuh dalam batas normal (35,9-37,5 derajat celcius). 1. Observasi suhu tubuh klien.
2. Berikan kompres hangat pada dahi, aksila, perut dan lipatan paha.
3. Anjurkan dan berikan minum yang banyak kepada klien (sesuai dengan kebutuhan cairan
tubuh klien).
4. Kolaborasi dalam pemberian antipiretik. 1. Dengan memantau suhu tubuh klien dapat
mengetahui keadaan klien dan juga dapat mengambil tindakan dengan tepat.
2. Kompres dapat menurunkan suhu tubuh klien.
3. Dengan banyak minum diharapkan dapat membantu menjaga keseimbangan cairan dalam
tubuh klien.
2. Tempatkan pasien pada posisi nyaman, biasanya dengan kepala tempat tidur tinggi/atau
duduk tegak ke depan kaki digantung.
3. Bantu dengan teknik nafas dalam dan atau pernafasan bibir /diafragma. Abdomen bila
diindikasikan.
4. Kaji respon pernafasan terhadap aktivitas. 1. Perubahan dapat mengindikasikan berlanjutnya
keterlibatan/pengaruh pernafasn yang membutuhkan upaya intervensi.
2. Pemaksimalkan ekspansi paru, menurunkan kerja pernafasan, dan menurunkan resiko
aspirasi.
3. Membantu meningkatkan difusi gas dan ekspansi jalan nafas kecil, memberikan klien
beberapa kontrol terhadap pernafasan, membantu menurunkan ansietas.
4. Penurunan oksigenasi selular menurunkan toleransi aktivitas.
5 Dx 5 Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (...x...) jam diharapkan klien dan
keluarganya dapat mengetahui tentang penyakit yang diderita oleh klien dengan KH :
• Klien dan keluarga klien dapat memahami proses penyakit klien.
• Klien dan keluarga klien mendapatkan informasi yang jelas tentang penyakit yang diderita oleh
klien.
• c. Klien dan keluarga klien dapat mematuhi proses terapiutik yang akan dilaksanakan. 1.
Berikan komunikasi terapiutik kepada klien dan keluarga klien.
2. Berikan KIE mengenai proses penyakitnya kepada klien dan keluarga klien. 1. Memudahkan
dalam melakukan prosedur terapiutik kepada klien.
2. Klien dan keluarga klien dapat mengetahui proses penyakit yang diderita oleh klien.
4. Implementasi
a. Dx 1
1) Mengkaji skala nyeri pasien dengan PQRST
2) Mengajarkan klien teknik relaksasi dan distraksi.
3) Memberikan obat analgetik.
b. Dx 2
1) Mengobservasi suhu tubuh klien.
2) Memberikan kompres hangat pada dahi, aksila, perut dan lipatan paha.
3) Menganjurkan dan memberikan minum yang banyak kepada klien (sesuai dengan
kebutuhan cairan tubuh klien).
4) Memberikan antipiretik.
c. Dx 3
1) Mengkaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai oleh klien.
2) Menobservasi dan catat masukan makanan klien.
3) Menimbang berat badan klien tiap hari.
4) Memberikan makan sedikit namun frekuensinya sering.
5) Memberikan suplemen nutrisi.
d. Dx 4
1) Mengkaji frekuensi pernafasan, kedalaman, irama pernafasan klien.
2) Menempatan pasien pada posisi nyaman, biasanya dengan kepala tempat tidur tinggi/atau
duduk tegak ke depan kaki digantung.
3) Membantu dengan teknik nafas dalam dan atau pernafasan bibir /diafragma. Abdomen bila
diindikasikan.
4) Mengkaji respon pernafasan terhadap aktivitas
e. Dx 5
1) Memberikan komunikasi terapiutik kepada klien dan keluarga klien.
2) Memberikan KIE mengenai proses penyakitnya kepada klien dan keluarga klien
5. Evaluasi keperawatan
a. Nyeri klien dapat teratasi sehingga kebutuhan kenyamanan klien terpenuhi.
b. Klien mampu menunjukan tidak adanya tanda-tanda hipertermy, suhu tubuh klien dalam
rentang normal.
c. Kebutuhan nutrisi terpenuhi dan poliphagi dapat dicegah sehingga tubuh tidak kekurangan
nutrient hasil metabolisme dalam bentuk glucagon dalam otot.
d. Pernafasan klien bisa kembali normal baik dari frekuensi pernafasan, kedalaman, irama
pernafasan klien.
e. Klien mampu memberikan gambaran baik secara umum maupun khusus mengenai masalah
kesehatannya. Sehingga klien kooperatif dalam perawatan yang didapat.
http://gekran.blogspot.com/2011/11/asuhan-keperawatan-limfoma-maligna_04.html
BAB III
TINJAUAN KASUS
tn Q (20 tahun) seorang mahasiswa di salah satu perguruan tinggi sedang di rawat diruang
penyakit dalam. Kepada perawat tn Q mengatakan ia sering demam, berkeringat malam dan
badannya terasa ringan. Tn Q juga mengatakan kadang-kadang kelenjar tersa nyeri jika ia minum
alcohol. Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik di temukan pembesaran kelenjar didaerah leher,
BB turun dari 50 kg menjadi 45 kg selama enam bulan terakhir.
Hasil lab
Eritrosit 3,5 juta/mm
Leukosit 5000/m
ASUHAN KEPERAWATAN LIMFOMA MALIGNA
1. Pengkajian
A. Pengkajian umum
Nama : Tn. Q
Umur : 20 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Mahasiswa
B. Keluhan utama
Tn. Q mengatakan ia sering demam, berkeringat malam dan badannya terasa ringan, kelenjar
terasa nyeri jika minum alcohol.
D. Nyeri/kenyamanan
Tanda : Pembesaran kelenjar
Gejala : Nyeri
E. Makanan/Cairan
Tanda : Penurunan berat badan
F. Pemeriksaan/Fisik
• Adanya pembesaran kelenjar
G. Pemeriksaan Laboratorium
• Eritrosit 3,5 juta/mm
• Leukosit 5000/mm
2. Analisa Data
No. Sign & Symptom Etiologi Problem
1. Ds :
• Kelenjar terasa nyeri jika minum alcohol
Do :
• Adanya pembesaran kelenjar di daerah leher.. Agen cidera biologi Nyeri
2. Ds :
• Kelenjar terasa nyeri jika minum alcohol
Do :
• Adanya pembesaran kelenjar di daerah leher.
• Eritrosit 3,5 juta/mm Pembesaran nodus medinal/edema jalan nafas Bersihan jalan nafas tidak
efektif.
3. Ds :
• Klien mengatakan demam, berkeringat malam dan badannya terasa ringan.
Do :
• Eritrosit 3,5 juta/mm
• BB turun dari 50 kg menjadi 45 kg Tidak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap inflamasi
Hipertermia
3. Diagnosa
1) Nyeri b.d agen cidera biologi
2) Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d pembesaran nodus medinal/edema jalan nafas
3) Hipertermia b.d tidak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap inflamasi
4. Intervensi
No. Diagnosa Tujuan & Kriteria hasil Intervensi Rasional
1. Nyeri b.d agen cidera biologi
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatn diharapkan nyeri klien berkurang/hilang.
Kiteria hasil :
Skala nyeri 0-3
Wajah klien tidak meringis
Penyusutan dari kelenjar yang membesar. a. Kaji skala nyeri
a. Untuk mengetahui skala nyeri klien dan untuk mempermudah dalam menentukan intervensi
selanjutnya
b. Teknik relaksasi dan distraksi yang diajarkan kepada klien, dapat membantu dalam
mengurangi persepsi klien terhadap nyeri yang dideritanya
c. Obat analgetik dapat mengurangi atau menghilangkan nyeri yang diderita oleh klien
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d pembesaran nodus medinal/edema jalan nafas Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan bersihan jalan nafas
efektif/normal.
Kriteria hasil :
Nyeri berkurang
Penyusutan kelenjar yang membesar
Eritrosit 4-5 juta/mm a. Kaji frekuensi pernafasan, kedalaman, irama
b. Tempatkan pasien pada posisi nyaman, biasanya dengan kepala tempat tidur tinggi/atau duduk
tegak ke depan kaki digantung.
c. Bantu dengan teknik nafas dalam dan atau pernafasan bibir /diafragma. Abdomen bila
diindikasikan
c. Membantu meningkatkan difusi gas dan ekspansi jalan nafas kecil, memberikan klien beberapa
kontrol terhadap pernafasan, membantu menurunkan ansietas
d. Penurunan oksigenasi selular menurunkan toleransi aktivitas
3. Hipertermia b.d tidak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap inflamasi
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan suhu tubuh klien turun/dalam keadaan normal.
Kriteria hasil :
Suhu normal 36-370C
Keringat malam berkurang
Eritrosit 4-5 juta/mm
BB normal a. Observasi suhu tubuh klien
b. Berikan kompres hangat pada dahi, aksila, perut dan lipatan paha
c. Anjurkan dan berikan minum yang banyak kepada klien (sesuai dengan kebutuhan cairan
tubuh klien)
d. Kolaborasi dalam pemberian antipiretik a. Dengan memantau suhu tubuh klien dapat
mengetahui keadaan klien dan juga dapat mengambil tindakan dengan tepat
b. Kompres dapat menurunkan suhu tubuh klien
c. Dengan banyak minum diharapkan dapat membantu menjaga keseimbangan cairan dalam
tubuh klien
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah di produksi, termasuk sumsum tulang
dan nodus limpa. Darah adalah organ khusus yang berada dengan organ lain karena berbentuk
ciran.
Darah merupakan medium transport ubuh, volume darah manusia sekitar 7%-10% berat badan
normal dan berjumlah sekita 5 liter. Darah terdiri dari dua komponen utama, yaitu:
c. Plasma darah, bagian cair darah yang sebagian besar terdiri dariats air,elektrolit, dan protein
darah.
d. Butir butir darah (blood corpuscles), yang terdiri atas komponen komponen berikut ini
• Eritrosit (sel darah merah)
• Leokosit (sel darah putih)
• Trombosit (butir pembeku darah-platelet)
Dalam keadaan fisiologis, darah selalu berada dalam pembuluh darah, sehingga dapat
menjalankan fungsinya sebagai berikut.
• Sebagai alat pengangkut.
• Mengatur keseimbangan cairan tubuh.
• Mengatur panas tubuh.
• Berperan penting dalam mengatur pH cairan tubuh
• Mempertahankan tubuh dari serangan penyakit infeksi
• Mencegah perdarahan.
Limfoma adalah kanker yang berasal dari jaringan limfoid mencakup sistem limfatik dan
imunitas tubuh. Tumor ini bersifat heterogen, ditandai dengan kelainan umum yaitu pembesaran
kelenjar limfe diikuti splenomegali, hepatomegali, dan kelainan sumsum tulang. Tumor ini dapat
juga dijumpai ekstra nodal yaitu di luar sistem limfatik dan imunitas antara lain pada traktus
digestivus, paru, kulit, dan organ lain.
Limpoma Hodgkin merupakan limpoma maligna yang khas di tandai adanya sel read Sternberg
dengan latar belakang sel-sel radang pleomorf.
Limfoma Non-Hodgkin adalah sekelompok keganasan (kanker) yang berasal dari sistem kelenjar
getah bening dan biasanya menyebar ke seluruh tubuh. Beberapa dari limfoma ini berkembang
sangat lambat (dalam beberapa tahun), sedangkan yang lainnya menyebar dengan cepat (dalam
beberapa bulan). Penyakit ini lebih sering terjadi dibandingkan dengan penyakit Hodgkin.
Limfoma maligna non-Hodgkin atau Limfoma non-Hodgkin adalah suatu keganasan kelenjar
limfoid yang bersifat padat. Limfoma nonhodgkin hanya dikenal sebagai suatu limfadenopati
lokal atau generalisata yang tidak nyeri. Namun sekitar sepertiga dari kasus yang berasal dari
tempat lain yang mengandung jaringan limfoid ( misalnya daerah orofaring, usus, sumsum
tulang, dan kulit. Meskipun bervariasi semua bentuk limfoma mempunyai potensi untuk
menyebar dari asalnya sebagai penyebaran dari satu kelenjar kekelenjar lain yang akhirnya
menyebar ke limfa, hati, dan sumsum tulang.
B. Saran
Dengan melihat pembahasan dan mengetahui dampak dari penyakit limpoma maligna, maka kita
harus menyadari betapa pentingnya kita untuk menjaga kesehatan, dengan cara menghindari gaya
hidup yang tidak sehat sehat, seperti menghindari makanan yang berlemak, mengonsumsi
alcohol, dan lain lain.
DAFTAR PUSTAKA
Wiwik Handayani dan Andy Sulistyo Hariwibowo.2008.Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan
Gangguan Hematologi.Jakarta:Salemba Medika.
www.google.co.id
http://prasetya92metro.blogspot.com/2012/04/askep-limfoma-hodgkin.html
http://tugeg-sintha.blogspot.com/2011/11/makalah-limfoma-maligna.html
http://natalis0212.blogspot.com/2010/08/penyakit-hodgkin.html
http://prasetya92metro.blogspot.com/view/classic
http://www.scribd.com/doc/92047810/ASKEP-LIMFOMA-MALIGNA
http://bestpractice.bmj.com/best-practice/monograph/312/basics/pathophysiology.html
http://prasetya92metro.blogspot.com/view/classic
https://plus.google.com/111293016901174097027/posts/TQoDkyFxcpF